Matra Laut
Matra Laut
PENDAHULUAN
A.)LATAR BELAKANG
Kondisi yang ada pada kesehatan matra dapat berubah karena dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat direncanakan ataupun tidak
direncakanakan. Sehingga dari perubahannya selalu menimbulkan daya dan upaya
untuk mengatasinya. Pada dasarnya kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
matra mampu dijalankan serta dilaksankana pada lapangan tertentu dengan berbagi
kelompok tertentu. Misalnya pada kelompok rimbingan haji, transmigrasi,
kelompok kemah, pelayanan kesehatan pulang kampung, adanya festival
keagamaan serta budaya setempat, dan masih banyak lagi. Selain itu ada bebrapa
penyelenggaraan matra yang berhubungan dengan kelautan. Tentu saja pelaksanaak
pelayanan kesehatan terssebut berhubungan dengan kelautan. Misalnya saja saat
melakukan penyelaman, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah dan masih banyak
lagi. Sedangkan matra udara merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan
karena adanya kegiatan penerbangan serta kegiatan kedirgantaraan lainnya,
sehingga dalam kondisi apapun serta dimanapun pelayanan kesehatan selalu ada.
Hal tersebut dengan jelas tercantum dalam salah satu pasal dalam UU
Kesehatan No.36 Tahun 2009, yaitu: “kesehatan matra” dalam ketentuan ini adalah
kondisi dengan lingkungan berubah secara bermakna yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Sementara itu, Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan,
kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.
1.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di darat
2.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di udara
3.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di air/laut
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Matra
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013
Tentang Kesehatan Matra. Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media
tempat seseorang atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta
melaksanakan kegiatan. Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada
matra yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut.
Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik
di lingkungan darat, laut, maupun udara. Kesehatan Lapangan adalah kesehatan
matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat
temporer pada lingkungan yang berubah. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air
adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut
dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik).
Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik).
Pasal 2
Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya
kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi
guna menurunkan potensi Risiko Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi,
dan mengendalikan Risiko Kesehatan.
(Upaya kesehatan pada Kondisi Matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat dalam
menghadapi Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri.
2
a. kesehatan perpindahan penduduk;
b. kesehatan migran;
c. kesehatan haji dan umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik;
i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
3. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
1. KESEHATAN DARAT
Keperawatan Matra Darat (Keperawatan dalam konteks Kesehatan
lapangan) Keperawatan matra darat atau lebih lazim disebut dengan
keperawatan dalam konteks Kesehatan lapangan, mempunyai arah tujuan
pelayanan keperawatan dengan fokus pelayanan dalam konteks peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan
(kuratif), serta pemulihan (rehabilitatif), sesuai dengan wewenang.
Disamping itu dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
dalam lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna, Keperawatan
matra darat juga mempunyai peran untuk memberian pertolongan pertama
kegawat daruratan, terutama pada situasi pre hospital trauma/non trauma
critical care. Perawat dalam memberikan bantuan hidup di tempat darurat
tetap mempertahankan standar tindakan seperti yang tertuang dalam
prinsip-prinsip Basic trauma/ non trauma life support, dengan menggunakan
sarana prasarana yang ada di lapangan, bahkan bila memungkinkan
melaksanakan improvisasikesehatan di lapangan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor : 1215/Menkes/ SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra
menteri kesehatan Republik Indonesia, ranah keperawatan matra darat/
3
kesehatan lapangan juga berorientasi kepada ranah kesehatan matra yang
meliputi :
4
d) Melaksanakan Hygiene sanitasi lapangan
e) Aktif dalam Pencegahan dan pemberantasan penyakit KLB
f) Pengendalian vektor
g) Promosi kesehatan
h) Membantu dalam Pembekalan kesehatan
i) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
j) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan
5
e) Memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan latihan
f) Membantu dalam latihan aklimatisasi medan
g) Memberikan Pelayanan keperawatan
h) Melaksanakan Evaluasi dan rujukan sesuai dengan advis medis
6
2. KESEHATAN UDARA
1. Gaya akselerasi
2. Penyakit dekompresi
Yaitu gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau
pengembangan gas dalam rongga tubuh,pada waktu tekanan udara
luar menurun. Dapat dicegah dengan :
c. Denitrogenasi.
7
Pengobatan dekompresi dengan cara :
a. Masker O2 100%
b. Segera mendarat
c. Posisi terlentang
3. Hipoksia di penerbangan
Yaitu suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari
tidak adekuatnya oksigenisasi jaringan yang merupakan kelanjutan
dari menurunnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihisap
pada pernapasan. Dapat menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan
kematian sel otak. Kumpulan gejala yang biasa dijumpai antara lain :
1) Ear plug
2) Ear muff
3) Helmet
8
b. Ruangan kedap suara
b. Konsentrasi terganggu
c. Waktu istirahat
d. Waktu tidur
6. Motion sickness
a. Lemas
b. Pucat
9
c. Keringat dingin
d. Menguap
e. Sakit kepala
a. Latihan
b. Penyesuaian ringan
1) Makan sedikit
10
d. Teknik Relaksasi
1) Pengendalian pernapasan
7. Disorientasi
8. Night flight
3. KESEHATAN LAUT
11
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan
air,dengaan atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik
fisik maupun biologi. Secara anatomi tubuh manusia terdiri dari 3 unsur
yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang,
otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan tekanan, sedangkan yang
berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga seperti
telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi
perubahan tekanan.
Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman
Penyuluhan kesehatan penyelam
Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang
bersangkutan menyelam
Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.
Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive
master).
12
· Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan
snorkeling
· Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat
· Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman,
jam selam, pisau selam, tas kemas
3. Faktor Lingkungan
· Tekanan tinggi
· Binatang laut berbahaya
· Suhu rendah
1) Resusitasi Paru
13
Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya,
tempelkan mulut Anda ke mulut korban (mouth to mouth),
tiupkan udara ke paru-paru korban.
Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada
naik turun terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
Ulangi dengan teknik yang benar.
Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh
penderita, tepuk kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar
sumbatan jalan nafas dapat terbuka.
14
permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara
tengkuk dan pelampung korban).
Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara
cepat dua kali, lepas tangan kiri.
Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil
membawa korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung
dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian berhenti sejenak sambil
memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.
1) Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.
a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali
per
menit.
e) Kesadaran penderita menurun.
Tindakan :
Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
15
Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah
dari bagian tubuh lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan
atau pendarahan di kepala.
Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban
dilepaskan dan ditutup dengan selimut.
Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap
hangat.
Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan
bila ada patah tulang pasang bidai.
4) Menghentikan perdarahan
Dimana pecah atau terputusnya pembuluh darah arteri akan
mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat dari pada putusnya
pembuluh darah vena.
a) Cara menghentikan perdarahan :
Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah
yang terletak di sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga
perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam
fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian
bawah (distal) luka.
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan
disebelah distal luka.
5) tenggelam
16
BAB III
PENUTUP
A.) Kesimpulan
Dari pemaparan materi dapat di simpulkan Kesehatan Matra yaitu
upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di
lingkungan darat, laut, maupun udara. Kesehatan darat (lapangan) adalah
kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat
yang bersifat temporer pada lingkungan yang berubah. Kesehatan Kelautan
dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan
atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan tinggi (hiperbarik). Kesehatan udara(kedirgantaraan)adalah
kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan
ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah
(hipobarik).
17
B.) SARAN
18