Anda di halaman 1dari 8

KONSEP KESEHATAN MATRA LAUT

Ns. Yohanis Lefta, M.Kep.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan


Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat (UU. 36-2009, Psl. 46).

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan


promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan (UU. 36-2009, Psl. 47).

Penyelenggaraan upaya kesehatan dimaksud dilaksanakan melalui kegiatan (UU. 36-


2009, Psl. 48):
1) Pelayanan kesehatan
2) Pelayanan kesehatan tradisional
3) Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
4) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
5) Kesehatan reproduksi
6) Keluarga berencana
7) Kesehatan sekolah
8) Kesehatan olahraga
9) Pelayanan kesehatan pada bencana
10) Pelayanan darah
11) Kesehatan gigi dan mulut
12) Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
13) Kesehatan matra
14) Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
15) Pengamanan makanan dan minuman
16) Pengamanan zat adiktif; dan/atau
17) Bedah mayat.

Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan


untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam lingkungan matra
yang serba berubah di lingkungan darat, laut dan udara (UU. 36-2009, Psl. 97:1).
Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah
air, serta kesehatan kedirgantaraan (UU. 36-2009, Psl. 97:2).
Penyelenggaraan kesehatan matra harus dilaksanakan sesuai dengan standar dan
persyaratan (UU. 36-2009, Psl. 97:3).

Penjelasan…..
Yang dimaksud dengan “kesehatan kelautan dan bawah air” dalam ketentuan ini
adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan di laut dan yang
berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik) dengan
sasaran pokok melakukan dukungan kesehatan operasional dan pembinaan
kesehatan setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
pengoperasian peralatan laut dan di bawah air (UU. 36-2009, Psl. 97:2).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013,


Tentang Kesehatan Matra
Matra adalah dimensi lingkungan / wahana /media tempat seseorang atau
sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan, (PMK. 61-
2013, Psl. 1:1).
Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba
berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan
manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut (PMK. 61-2013, Psl. 1:2).
Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di
lingkungan darat, laut, maupun udara (PMK 61-2013, Psl 1:3).
Kesehatan Lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat temporer pada lingkungan yang
berubah (PMK 61-2013, Psl 1:4).

Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan


penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik) (PMK 61-2013, Psl 1:6).
Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan lingkungan
yang bertekanan tinggi (hiperbarik) (PMK 61-2013, Psl 1:5).
Faktor Risiko Kesehatan adalah probabilitas atau kemungkinan semua
variabel/faktor yang berperan dalam proses kejadian timbulnya penyakit dan/atau
gangguan kesehatan (PMK 61-2013, Psl 1:7).

Risiko Kesehatan adalah potensi kerugian yang ditimbulkan oleh kondisi matra
pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, dapat berupa kematian, kesakitan,
kecatatan, jiwa yang terancam, hilangnya rasa aman, dan pengungsian (PMK 61-
2013, Psl 1:8).

Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya kesehatan


pada Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi guna
menurunkan potensi Risiko Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan
mengendalikan Risiko Kesehatan (PMK 61-2013, Psl 2:1).

Upaya kesehatan pada Kondisi Matra bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam menurunkan risiko serta memelihara
kesehatan masyarakat dalam menghadapi Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri
(PMK 61-2013, Psl 2:2).
Jenis Kesehatan Matra:
Kesehatan Kelautan dan Bawah Air terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 3:3):
a. Kesehatan penyelaman
b. Kesehatan pelayaran dan lepas pantai
c. Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.

Penyelenggaraan:
Lingkup penyelenggaraan Kesehatan Matra meliputi (PMK 61-2013, Psl 5:1):
a. Pengurangan potensi Risiko Kesehatan
b. Peningkatan kemampuan adaptasi
c. Pengendalian Risiko Kesehatan.

Pengurangan potensi Risiko Kesehatan  merupakan upaya yang dilakukan


terhadap semua variabel atau faktor untuk mencegah dan mengurangi Risiko
Kesehatan (PMK 61-2013, Psl 5:2).

Peningkatan kemampuan adaptasi  merupakan upaya untuk meningkatkan


kemampuan menyesuaikan diri dengan Kondisi Matra agar tidak menimbulkan Risiko
Kesehatan (PMK 61-2013, Psl 5:3).

Pengendalian Risiko Kesehatan  merupakan upaya yang dilakukan untuk


menurunkan dan menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah
terjadinya penyakit, kecacatan, dan/atau gangguan kesehatan serta melakukan
pengobatan (PMK 61-2013, Psl 5:4).

Penyelenggaraan Kesehatan Matra  dilakukan dengan memenuhi standar dan


persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
(PMK 61-2013, Psl 5:5).

Kesehatan Kelautan dan Bawah Air


Kesehatan Penyelaman
Kesehatan penyelaman merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap
masyarakat yang melakukan aktivitas di lingkungan bertekanan lebih dari satu
atmosfer absolut, yang diselenggarakan pada saat (PMK 61-2013, Psl 17:1):
A. Persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan;
B. Kegiatan operasional penyelaman; dan
C. Setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 jam.

A. Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan  meliputi (PMK


61-2013, Psl 17:2):
1. Kesiapan bagi peselam
2. Kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
3. Kesiapan bagi pelayanan kesehatan.
1. Kesiapan bagi peselam, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 17:3):
1) Kesehatan fisik dan mental
2) Pemahaman situasi dan kondisi lingkungan penyelaman
3) Keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di lingkungan
penyelaman
4) Perbekalan dan peralatan keselamatan penyelaman
5) Pemahaman dampak penyelaman bagi kesehatan.
2. Kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan, paling sedikit
terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 17:4):
1) Penyuluhan kesehatan dan keselamatan
2) Penyediaan peralatan keselamatan
3) Petugas pengawas dan pendamping
4) Sistem rujukan kesehatan
5) Jejaring keselamatan dan kesehatan
6) Komunikasi dan informasi
7) Penyediaan sarana pelayanan kesehatan.
3. Kesiapan bagi pelayanan kesehatan, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-2013,
Psl 17:5):
1) Penyuluhan kesehatan
2) Pemetaan lokasi dan persebaran peselam
3) Pendataan demografis peselam
4) Pemeriksaan kesehatan peselam
5) Penyediaan pelayanan kesehatan penyelaman dan ruang hiperbarik
6) Pelatihan kesehatan menghadapi situasi kerja di laut dan bawah air
7) Kesiapan jejaring pelayanan kesehatan dan sistem rujukan
8) Perencanaan kontinjensi kedaruratan kesehatan kelautan dan bawah air
9) Simulasi kedaruratan kesehatan.

B. Kegiatan operasional penyelaman, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl
17:6):
1) Penyuluhan kesehatan
2) Pemeriksaan kesehatan
3) Penemuan kasus
4) Pelayanan kesehatan primer
5) Surveilans Kesehatan.

C. Kegiatan pada saat setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 jam, paling
sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 17:7):
1) Penemuan kasus
2) Pelayanan kesehatan primer
3) Surveilans Kesehatan
4) Pemulihan kesehatan.
Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/ kejiwaan pada kegiatan kesehatan dapat
dilakukan (PMK 61-2013, Psl 17:8):
1) Pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan/
2) Pelayanan kesehatan jiwa.

Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai


Kesehatan pelayaran dan lepas pantai merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap penumpang, awak kapal dan/atau pekerja lepas pantai yang
meliputi (PMK 61-2013, Psl 18):
1) Kesehatan pada kegiatan pelayaran
2) Kesehatan pada kegiatan di lokasi lepas pantai.

Kesehatan pada kegiatan pelayaran sebagaimana dimaksud dalam


diselenggarakan pada saat (PMK 61-2013, Psl 19:1):
1) Persiapan sebelum kegiatan pelayaran
2) Selama kegiatan pelayaran dilaksanakan.

Kegiatan persiapan sebelum kegiatan pelayaran meliputi (PMK 61-2013, Psl


19:2):
1) Kesiapan pelaku yang akan berlayar
2) Kesiapan penyelenggara kegiatan pelayaran
3) Kesiapan pelayanan kesehatan.

Kesiapan bagi pelaku yang akan berlayar, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-
2013, Psl 19:3):
1) Kesehatan fisik dan mental
2) Kesiapan surat keterangan kesehatan bagi yang melakukan pelayaran antar
negara
3) Kesiapan surat keterangan kesehatan bagi penumpang berisiko tinggi yang
melakukan pelayaran
4) Pemahaman situasi dan kondisi pelayaran
5) Keterampilan dan kemampuan teknis keselamatan.

Kesiapan penyelenggara kegiatan pelayaran, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-
2013, Psl 19:4):
1) Penyuluhan kesehatan dan keselamatan
2) Penyediaan peralatan keselamatan penumpang
3) Petugas pengawas dan pendamping
4) Sistem rujukan kesehatan
5) Sistem komunikasi dan informasi kesehatan
6) Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Kesiapan pelayanan kesehatan, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl
19:5):
1) Penyuluhan kesehatan di pelabuhan embarkasi dan debarkasi
2) Pendataan demografis awak angkutan pelayaran
3) Pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi
4) Penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan
5) Pelayanan kesehatan di pelabuhan embarkasi dan debarkasi
6) Sistem rujukan kesehatan
7) Inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi di sarana pelayaran
8) Perencanaan kontinjensi kedaruratan kesehatan pelayaran
9) Simulasi kedaruratan kesehatan pelayaran.

Kegiatan selama kegiatan pelayaran dilaksanakan, paling sedikit terdiri atas


(PMK 61-2013, Psl 19:6):
1) Penyuluhan kesehatan
2) Pemeriksaan kesehatan
3) Penemuan kasus
4) Pelayanan kesehatan jiwa
5) Pelayanan kesehatan primer
6) Surveilans Kesehatan.

Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiatan pelayaran,
dapat dilakukan (PMK 61-2013, Psl 19:7):
1) Pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan
2) Tindakan karantina dan atau isolasi
3) Pelayanan kesehatan jiwa.

Kesehatan pada kegiatan di lokasi lepas pantai diselenggarakan pada saat (PMK
61-2013, Psl 20:1):
1) Persiapan sebelum kegiatan
2) Kegiatan operasional di lepas pantai.

Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan, paling sedikit terdiri atas (PMK
61-2013, Psl 20:2):
1) Kesiapan bagi masyarakat yang bekerja di lepas pantai
2) Kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan lepas pantai
3) Kesiapan pelayanan kesehatan.

Kesiapan bagi masyarakat yang bekerja di lepas pantai, paling sedikit terdiri atas
(PMK 61-2013, Psl 20:3):
1) Kesehatan fisik dan mental
2) Pemahaman prosedur kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan lepas pantai, paling
sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 20:4):
1) Penyuluhan kesehatan dan keselamatan
2) Penyediaan peralatan keselamatan
3) Petugas pengawas keselamatan
4) Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
5) Sistem rujukan kesehatan
6) Jejaring keselamatan dan kesehatan
7) Sistem komunikasi dan informasi
8) Perencanaan kontinjensi kedaruratan kesehatan lepas pantai Simulasi kedaruratan
kesehatan.

Kesiapan pelayanan kesehatan, paling sedikit terdiri atas (PMK 61-2013, Psl 20:5):
1) Penyuluhan kesehatan dan keselamatan
2) Pemetaan lokasi dan persebaran kegiatan di lepas pantai
3) Pendataan demografis masyarakat yang bekerja di lepas pantai
4) Pemeriksaan kesehatan
5) Penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan;
6) Pelatihan kesehatan menghadapi situasi kerja di lepas pantai
7) Kesiapan mobilisasi bantuan pelayanan kesehatan
8) Sistem rujukan kesehatan;
9) Perencanaan kontinjensi kesehatan lepas pantai
10) Simulasi kedaruratan kesehatan lepas pantai.

Kegiatan pada saat kegiatan operasional di lepas pantai, paling sedikit terdiri atas
(PMK 61-2013, Psl 20:6):
1) Pemberian informasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja
2) Penemuan kasus
3) Pelayanan kesehatan bagi pekerja
4) Surveilans Kesehatan.

Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiatan operasional
lepas pantai, dapat dilakukan (PMK 61-2013, Psl 20:6):
1) Pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan dan/
2) Pelayanan kesehatan jiwa.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai