Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Medis


2.1.1 Defenisi
Hemoroid adalah suatu pelebaran vena-vena di dalam pleksus
hemorodialis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi
karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan
manifestasi unutk intervensi (Muttaqin, 2011). Hemoroid mempunyai nama lain
yaitu wasir, dan ambient. Memasuki usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena.
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal (Ode,
2012). Terdapat pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhartikan kecuali sudah menimbulkan nyeri atau
perdarahan. Sesuai dengan tampilan klinis hemoroid dibedakan menjadi hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada
pleksus hemorodialis superior diatas diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan.

2.1.2 Etiologi
Beberapa kondisi yang menyebabkan meningkatnya hemoroid menurut Mutaqqin
(2012) adalah sebagai berikut:
1. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis kolseratif
2. Kehamilan, berhubungan dengan bayaknya masalah anorektal
3. Obesitas
4. Hipertensi portal
Beberapa faktor etiologi telah diguanakan, termasuk konstipasi, sering mengejan,
kongestif pevis pada kehamilan, pembesaran prostat. Faktor resiko hemoroid:
a. Keturunan
b. Anatomi

3
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya.
c. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang
berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid
d. Umur
Pada umur tua timbul degenarasi dari seluruh bagian tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis
e. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil terjadi dilatasi vena ekstremitas dan anus
f. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meniggi dalam
rongaa perut.

2.2.2 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid dibagi menjadi dua klasifikasi menurut Ode (2012),
yaitu:
1. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemorodialis superior media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lender yang basah.
Gejala-gejala dari hemoroid interna adalah perdarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut-serabut rasa sakit. Jika sudah parah maka akan menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenissehingga diambil tindakan operasi.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat:
a. Derajat I
Timbul perdarahan varises, prolapsi/ tonjolan mukosa tidak melalui anus dan
hanya dapat ditemukan dengan protoskopi.
b. Derajat II
Terdapat thrombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar saat deplikasi,
tapi setelah deplikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
c. Derajat III

4
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya
tetapi harus didorong.
d. Derajat IV
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat dimasukkan lagi. Biasanya pada
derajat ini timbul thrombus yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul
perlingkaran anus.
2. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemorodialis inferior yang umumnya berada di bawah
otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak
kebiruan ada pinggir anus yang terasa sakit dan gata.
Hemoroid eksterna jarang sekali bediri sendiri, biasanya perluasan hemoroid
interna, tetapi hemoroid eksterna dapat diklasifiaksikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk pembengkakan kebiruan pada pinggir anusdan sebenarnya adalah
hemtom, walau disenut sebagai thrombus ekstrena akut. Tanda dan gejala yang
timbul adalah:
1) Sering merasa sakit dan nyeri
2) Rasa gatal pada derah hemoroid
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.2.3 Manifestasi klinis


Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terangpada saat defekasi. Pada hemoroid eksterna
terjadi nyeri yang hebat akibat inflamsidan edema yang disebabkan thrombosis.
Thrombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Hemoroid interna tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid menimbulkan perdarahan atau
prolaps (Ode, 2012).

5
2.2.4 Patofisiologi
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan
bentuk feces menjadi keras yang menyebabkan kondisi mengejan saat BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinana gangguan oleh venonus return. Kehamilan atau obesitas
membeerikan tegangan abnormal dari oto sfingter internal dapat menyebabkan
masalah hemoroid. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca)
diyakini menyebabkan penurunan relatif venonus return di daerah perianal,
mengakibatkan kongetif vena terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyababkan
melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal decade ketiga
(Thorton, 2009).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa
nyeri dan perdarahan anus. Perdarahan merupakan tanda pertama hemoroid
interna akibat trauma oleh feces yang keras dan vena mengalami ruptur. Dengan
meningginya spasme sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces, mungkin hanya
berupa garis pada feces hingga terlihat menetes ke toilet. Kadang perdarahan
hemoroid yang berulang dapat berakibat tmbulnya anemia berat. Hemoroid
interna tidak menyebabkan sakit karena tidak ada inevarsi saraf. Namun, mereka
mengalami perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi
ke bagian sensitive kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi.
Hemoroid interna dapat mendepositkan lender ke jaringan perianal. Lendir
pada feces dapat menyebabkan dermatitis local yang disebut pruritus ani.

2.2.5 Pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaaan diagnostic yang dilakukan dapat berupa:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hhitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hematokrit dan adanya anemia
2. Pemeriksaan anoskopi

6
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal
yang tidak menonjol keluar. Anoskopidimasukkan dan diputar untuk
mengamati keempat kuadran. Apabila penderita diminta mengedan
sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan prolaps akan
lebih nyata.
3. Pemeriksaan progtosigmoidoskopi
Progtosigmoidoskopi perlu dikerjakan unutk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

2.2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan sederhana. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi. Makanan ini memb uat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan berlebihan.
Hemoroid internal yang mengalami prolaps oleh karena edema umumnya
dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat tirah
baring dengan kompres loka untuk mengurangi pembengkakan. Rendam
duduk dengan cairan hangat juga dapat meringan kan nyeri.
2. Penatalaksanaan surgical
Terapi bedah dipilih untuk penderita derajat II dan III. Teraoi bedah ini juga
diberikan pada perdarahan berulang-ulang dan anemia, tidak dapat sembuh
dengan terapi lain yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami thrombosis dan kesakitan hebat, ditolong dengan hemorodeiktomi.
Dilakukan eksisi dengan hati-hati agar tidak menggangu sfingter anus.
a. Bedah konvensional
1) Teknik Millian-Morgan
Teknik ini di tiga tempat utama. Basis massa hemoroid tepat diatas
linea mukosa di retraksi dari rectum. Striktura rectum dapat merupakan
komplikasi dari eksisi tunika mukosa rectum terlalu banyak, sehinnga
lebih baik mengambil sedikit-sedikit daripada terlalu banyak.

7
2) Teknik Whitehead
Dilakukan untuk operasi sirkuler yaitu dengan mengupas seluruh
hemorois dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontunuitas mukosa kembali.
3) Teknik Langenback
Pada teknik ini hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakuakn
jahitan jelujur dibawah kelm kemudian eksisi jaringan lepaskan klem
dan jepitan jelujur di bawah klem diikat.
b. Bedah laser
Pada tknik pemotongan dilakuakn dengan mengguankan laser. Saat
dipotong janringan terpatri sehingaga tidak banyak mengeluarkan darah,
tidak banyak luka, nyeri minimal.
c. Bedah stapler
Jaringan hemoroid yag prolaps didorong ke atas dengan alat yaitu dilator,
kemudian diajhit ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler
dimasukkan ke dalam dilator. Dari dilator keluar gelang
titaniumdiselpikan ke dalam jahitan dan ditanam di bagian atas anus.
Keuntungan teknik ini mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
menggangu fungsi anus, nyeri anus minimal.

2.2.7 Komplikasi
1. Terjadi thrombosis
Karena hemoroid kelaur sehingga lama-lama darah akan membeku dan
terjadi thrombosis.
2. Peradangan
Jika terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi
dan meradang karena disana banyak kuman.
3. Terjadi perdarahan
Pada derajat Idarah menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecaha adalah pembuluh

8
darah besar. Jika perdarahan kronik dan berulang maka jumlah
produksi eritrosit akan berkurang, sehingga terjadi anemia. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat dimasukkan lagi (inkaserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bias
mengakibatkan kematian.

2.2. Konsep Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural.
Data tersebut dapat diperoleh dari wawancara, observasi, analisis data
sekunder, catatan kesehatan, survey. Menurut Newman pengkajian
terdiri atas struktur inti dan kedelapan subsistem yang meliuti:
lingkungan fisik, sarana pelayanan kesehatan, social ekonomi,
keamanan, transportasi, politik, komuniksi, pendidikan dan rekreasi.
a. Struktur inti
System mendukung masyarakat, persepsi lanjut usia terhadap
kesehatan, riwayat kesehatan yang meliputi kapan terjadi resiko
penyakit dan bagaimana masyarakat lanjut usia menerima program
kesehatan.
Data statistic yang perlu dikaji adakah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidiakan, morbiditas, mortalitas, tingkat penghasilan, serta
kompisisi pekerjaan. Sedngkan data cultural yang harus suku cultural,.
b. Interaksi sub system
Lingkungan fisik, pelayanan kesehatan, social ekonomi, keamanan,
transportasi, politik, komunikasi, pendidikan, serta rekreasi.

2.2.1. Diagnosa keperawatan


Diagnosis keperawatan komunitas adalah respon masyarakat/ lanjut
usia terhadap masalah kesehatan, baik aktual maupun potensial/resiko

9
yang dapat diantisipasi oleh perawat. Diagnosis keperawatan tersebut
diharapkan mampu:
1. Menggambarkan masalah, tanggapan dan kondisi masyarakat usia lanjut.
2. Mengidentifikasi faktor etiologi dan masalah.
3. Karakter, tanda dan gejala masalah.

2.2.2. Intervensi Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan lanjut usia di komunitas adalah
kumpulan tindakan yang disusun oleh perawat bersama dengan
masyarakat lanjut usia dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah didentifikasi. Dalam
merencanakan asuhan keperawatan lanjut usia di komunitas terlebih
dahulu ditetapkan tujuan dan sasaran. Rencana tindakan meliputi upaya
pencegahan primer dan tersier dengan tidak mengabaikan pencegahan
sekunder.

2.2.3. Implementasi kasus


Perawat dapat menggunakan tiga jenis strategi dalam
melaksanakan rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah disusun
bersama-sama dengan masyarakat.
1. Proses kelompok. Dalam melakukan implementasi, perawat dalam
melakukan implementasi, perawat dalam melakukannya bersama satu tim
yang memiliki elemen seperti peraturan, keterpaduan, kepemimpinan, dan
kekuatan.
2. Health promotion, merupakan aktivitas yang secara langsung bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan dan aktualisasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
3. Kemitraan adalah kemampuan mengidentifikasi dan menjalin hubungan
baik dengan klien, berkolaborasi dengan pihak terkait, mampu
memfasilitasi pertukaran informasi, dan mampu menjadi advokat dalam
masyarakat.

10
2.2.4. Evaluasi kasus
evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup
perubahan dan respon masyarakat terhadap program kesehatan yang
dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap saat atau pada akhir
program. Hal yang perlu di evaluasi antara lain keadekuatan program,
kesesuaian, keefektifan, dan efesiensi proses keperawatan komunitas telah
dilakukan.

11

Anda mungkin juga menyukai