Anda di halaman 1dari 14

Unsur komunikasi adalah adanya pengirim, penerima, serta umpan balik

1. Sumber ( source ) : Pihak yang berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi, individu,
kelompok, organisasi, perusahaan, dll. Pihak sumber memiliki gagasan yang akan disampaikan
kepada penerima. Gagasan diubah menjadi pesan melalui proses encoding, yaitu proses merubah
gagasan menjadi simbol-simbol yang umum (kata, bahasa, tanda, gambar, dst.) sehingga dapat
dipahami oleh penerima. Yes, Encoding..bayangin kalo gak encoding gmn cara orang lain
mengetahui apa yang ingin kita sampaikan? Kecuali pake telepati ya. Nah setelah pesan berjalan
melalui media dan diteriman oleh si penerima apa yang terjadi ?
2. Penerima (receiver) : Orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan ini
menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/ atau non verbal yang ia terima
menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses demikian disebut decoding.

Berikutnya ini ya, noise effect itu berdampak baik pada internal maupun eksternal. Kadang2 ada pesan
yang tertumpuk, saking banyaknya jadi gak semua pesan terserap dan ada bbrp pesan yang teralihkan.
Encoding itu semacam upaya untuk menyampaikan ide di kepala, yang akan diwujudkan dalam bentuk
suara, mimik atau apapun yang membuat ide itu bisa dimengerti

Hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Encoding

Pihak-pihak yang melakukan komunikasi, terutama pengirim pesan pasti mengehendaki tujuan
komunikasi yang dilakukannya membawa hasil yaitu pesan dapat diterima dan dipahami oleh pihak
penerima pesan dan memberikan respon terhadap apa yang disampaikan pihak penerima sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh penerima. Untuk itu berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
komunikasi harus dipertimbangkan dan salah satu diantaranya adalah faktor encoding.

Dalam komunikasi pihak penyampai pesan bukan hanya mempertimbangkan pesan apa yang
akan disampaikan tetapi juga bagaimana menyampaikannya. Oleh karena itu pihak penyampai pesan
harus tepat dalam mengemas pesannya. Proses pengemasan pesan dalam komunikasi disebut encoding
(Hardjana, 2003: 13). Dengan encoding, pengirim atau penyampai pesan memasukkan atau
mengungkapkan pesannya ke dalam kode atau lambang baik secara verbal atau non verbal. Dalam
encoding, ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh penyampai pesan, yaitu :

1. mempertimbangkan dengan cermat apa yang akan disampaikan, dan

2.menterjemahkan dengan baik dan benar gagasan yang akan disampaikan menjadi isi pesan.

Encoding dapat dilakukan dengan tepat sehingga tujuan komunikasi tercapai jika penyampai pesan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini.

1. Pesan apa yang akan disampaikan?


Sebelum pesan dikemas melalui proses yang disebut encoding, penyampai pesan harus paham
betul ide atau gagasan yang akan disampaikan tanpa memahami tentang apa yang akan
disampaikan, penyampai pesan bisa mengalami kekeliruan dalam memilih kemasan pesan dan
media untuk menyampaikannya.
2. Siapa pihak yang akan menerima pesan darinya?

Siapa yang dimaksud dengan pertanyaan di atas bukan sekadar menyangkut nama tetapi latar
belakang pendidikan dan sosial, tingkat perkembangan jiwanya, mindset, dst. Isi pesan sama
namun jika penerima pesan berbeda misalnya dalam tingkat perkembangan, pendidikan, status
sosial, latar belakang keahlian, maka kemasan pesan juga harus berbeda.

3. Dalam bentuk apa pesan disampaikan: verbal atau non verbal?

Jika dalam bentuk verbal, kata apa atau kalimat yang bagaimana yang dipilih. Kekeliruan dalam
mengemas pesan dapat menyebabkan tujuan komunikasi tidak tercapai. Sekadar contoh
pengemasan pesan yang tidak tepat dapat disimak dari pengalaman penulis berikut ini.

Suatu saat penulis menerima pesan via handphone dari seseorang yang bunyinya “U di mana? Q
sudah menanti sejak jam 2.30” Penulis membalas dengan jawaban: “Maaf, anda siapa?”
Ternyata dia adalah seorang mahasiswa yang akan mengikuti ujian perbaikan, yang sebenarnya
tidak perlu menghubungi penulis. Contoh tesebut menggambarkan bahwa apa yang disampaikan
dan bagaimana menyampaikannya salah. Ada contoh lain dari kekeliruan dalam pengemasan
pesan. Sekitar pukul 12.30 seorang dosen menerima sms dari mahasiswanya: “Ibu nanti sore
mengajar atau tidak?” Si penerima pesan tak mengerti apa maksud pertanyaan tersebut dan juga
agak tersinggung dengan isi pertanyaan tersebut. Sebagai penanggung jawab kelas untuk mata
kuliah tertentu, pengirim pesan punya hak untuk menghubungi dan bertanya kepada dosen.
Namun kemasan pesannya dan juga waktu penyampaiannya tidak tepat. Seandainya pesan
dikemas dengan kalimat: “Mohon maaf, sekadar mengingatkan bahwa sekarang ini ibu waktunya
memberi kuliah di kelas kami”, dan disampaikan setelah lewat waktu dimulainya perkuliahan,
misalnya setelah ditunggu 10 menit dosen belum hadir, tentu respon dari penerima pesan bisa
seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan.

Jika komunikator senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang berasal dari dirinya, yaitu
kemampuan dalam encoding, berarti dirinya sudah berusaha meminimalkan kekeliruan dalam
komunikasi. Oleh karena itu encoding merupakan kemampuan yang harus dikuasai setiap setiap
individu, kecuali anak-anak, karena komunikasi merupakan aktivitas yang dapat terjadi kapan
saja, dengan siapa saja, dan dalam situasi apapun.

Itu pembahasan lebih dalam tentang encoding decoding

Noise Effect sangat berdampak terutama dalam mengartikan pesan yang diterima dan melihat respon
penerima. Misal kalau Noise secara fisik nih seorang mahasiswa lagi ngezoom, adiknya yang balita nangis
kenceng karena dicubit si kaka yg kesel adiknya pengen nongol di layar, maka pesan yang disampaikan
dosen tidak terdengar dan mengakibatkan dia tidak memberikan respon yang baik terhadap info dari
dosen tersebut.. itu contoh simpelnya ya
Q : bu saya mau bertanya mengenai materi kemarin, bagaimana u jika seandainya sudah terjadi miss
komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien, bagaimana cara kita dalam mengatasinya bu?

A : Sebelumnya, pastikan hal ini TIDAK BOLEH TERJADI. Andai terlanjur kejadian begini maka sebaiknya
melibatkan orang dengan kedudukan yang lebih tinggi dan kapasitas yang lebih baik, seperti yang ibu
contohkan kmrn, minta pasien duduk tenang dan panggil supervisor. Miss Komunikasi antara Pasien dan
Nakes saat ini bisa berakibat buruk terhadap institusi tempat kita bekerja, kenapa? Karena zaman
sekarang saat kecewa orang akan dengan mudah mengupload, menyebarluaskan tanpa konfirmasi
terlebih dahulu pada kita. Atau mengambil tindakan brutal seperti yang dilakukan oleh saudara sebangsa
kita yang mengambil paksa jenazah korban covid. Karena itu untuk menghindari miss komunikasi harus
memperhatikan siapa yang kita ajak bicara, mulai dari latar belakangnya, suku, bangsa, pendidikan,
status sosia, ekonomi dsb yg lumayan kompleks juga sih, tapi tiap RS harusnya unya aturan SOP ttg
komunikasi yang terstandarisasi sehingga tidak menyalahi aturan komunikasi Kalo kasus naik ke meja
hijau utk profesi kita scr langsung di Indonesia blm ada tersebar beritanya sih, tapi bisa jadi karena kita
juga punya payung yang membawahi ya. Kalo Nakes dianggap tiidak bekerja dengan baik dan melanggar
kode etik langsung yang turun organisasi profesinya

Q : Ibu mohon maaf menyela, klo ulun memikirkannya secara singkat apakah encoding itu sama aja
dngan pembahasan gtu bu??

A : Belom tepat ya. Encoding itu semacam upaya untuk menyampaikan ide di kepala, yang akan
diwujudkan dalam bentuk suara, mimik atau apapun yang membuat ide itu bisa dimengerti

Q : Jadi bu, sekalipun dengan menjawab anggukan itu tandanya sudah decoding lah bu ?

A : Kalo anggukan sebetulnya udah proses berikutnya ya yaitu effect/Feetback

Q : jadi encoding itu proses penyampaian pesan dan decoding itu proses memahami pesan tersebut,
apakah singkatnya seperti itu bu?

A : 100

Q : Mohon maaf izin bertanya bu, disini tertulis Evaluasi Respon Komunikasi, maksudnya itu seperti apa
bu? Terimakasih Bu sebelumnya

A : Evaluasi respon Komunikasi bisa dilakukan scr personal (Kita mengamati bgmn reaksi org thd
Komunikasi yg Kita lakukan misal: sering miss komunikasi saat anda minta kerjakan A, bawahan anda
kok kerjakan B? Nah perlu dievaluasi kenapa, apa ada yg salah saat Komunikasi dilakukan, apa anak
buah Kita tidak mendengarkan, atau Saya salah bicara? Dsb)

Bisa juga dilakukan sbg bagian dari proses evaluasi perusahaan misal setiap ada yg pasang Wifi telkom
akan minta survey ke pelanggan shg Tau Ada tdk kendala dlm hal Komunikasi spt misal saat sy mau
pasang kmrm pilih tipe 3p ternyata petugas teknik yg mau pasang ke rmh bilangnya 2p, jadi sy
konfirmasi lg ke pusat

Active Listening Habits

35% org Indonesia milih cari tempat pelayanan kesehatan.di LN krn katanya dokter di Indo gak bisa
Komunikasi, gak Suka mendengarkan keluhan pasien

Nggak kayak dokter di LN katanya:sob::sob:


Nah tugas kita adalah meningkatkan kemampuan MENDENGAR.

[3:03:36 PM] Ibu Ellyn Dosen :

Pentingnya Komunikasi Insani

75% dari seluruh waktu kita dipakai untuk berkomunikasi

Stewart (1886): orang yang terkucil secara sosial cenderung lebih cepat mati

Haslett (1984): bayi dan anak-anak memiliki motivasi yang kuat untuk berkomunikasi, secara naluriah
memahami interaksi antar persona, karena mereka menyadari komunikasi merupakan alat membina
hubungan. Ibulah yang mengajari anak-anaknya bagaimana berinteraksi dan menyesuaikan diri.

Komunikasi di tempat kerja mendukung promosi. Penelitian King (1987), 5 keahlian terpenting di tempat
kerja; mendengarkan, komunikasi tertulis, kepemimpinan, komunikasi lisan informal, dan berpikir analitis.

Goyer (1970): Yang membuat komunikasi insani menjadi unik adalah kemampuannya yang istimewa


untuk menggunakan lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan ini, "manusia dapat berbagi
pengalaman secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain".

Ini resume dr buku Human Communications Tubbs Dan Moss


Jd klo td ada pertanyaan encoding itu masuk komunikasi insani atw nggak, udah bisa jwb sendiri
ya:heart_eyes:

Thursday, August 6, 2020


---   ---

[11:59:40 AM] Ibu Ellyn Dosen :


KONSEP ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

A.    PENGERTIAN

Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena kurang atau
tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun lokal (provinsi,
kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran
untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang
menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau
komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut
advokasi.

Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai
permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang
sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang sesungguh-
sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan
diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.
Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or recommending active
espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi : dukungan aktif.

Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya persuasi yang
mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mengenai
sesuatu hal.

Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat disimpulkan
secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen yang dilakukan
secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau promosi
kesehatan.

WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy (advokasi), 2. Social Support ( dukungan sosial) dan
3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).

Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan didalam
masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah:

1.      Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-
keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang disebut advokasi.
Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah ini disebut sasaran
tersier.

2.      Langkah selanjutnya adalah mekakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat
formal maupun informal.

3.      Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan kegiatan


penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan media.

Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang
menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi
pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan)

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari
komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers)
atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua tingkat dan tatanan sosial.

Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat
khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai berikut:

1.      Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa sehingga
jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.

2.      Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan yang
benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.

3.      Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan program yang
dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit
(bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.

4.      Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum
lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.

5.      Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele.

6.      Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka harus
meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima

7.      Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual. Artinya pesan atau
program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah pembangunan daerah
bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.

8.      Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para pejabat,
harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan.

9.      Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari etika
berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang bersangkutan.

10.  Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam tutur
kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.

Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan
sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat pembuat kebijakan (WHO,
1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan dorongan dan dukungan
dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan program-program kesehatan

PRINSIP DASAR ADVOKASI

Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk memperoleh
komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap
suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini, dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan advokasi yang efektif memerlukan argumen yang
kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan, dan
argumentasi-argumentasi advokasi.

Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni: political
commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.

a.       Komitmen politik (political comitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor manapun
terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaaan politik yang sedang berjal.

b.      Dukungan kebijakan (policy support)

Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua sektor yang
terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti
tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para pembuat keputusan tersebut.

c.       Penerimaan Sosial ( social acceptance)


Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat,
terutama tokoh masyarakat.

d.      Dukungan Sistem (System Support)

Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program kesehatan dalam
suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem

METODE DAN TEHNIK ADVOKASI

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan adalah memperoleh
komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan di segala tingkat.

Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacam-macam, antara
lain:

1.      Lobi Politik (political lobying)

Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan
membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan

2.      Serminar / Presentasi

Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas kesehatan
menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta
rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharafkan
memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.

3.      Media

Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi dengan mengumpulkan media,


khususnya media massa.

4.      Perkumpulan (asosiasi) Peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap permaslahan
tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi

Tentang Model Komunikasi silakan jadi tugas saja. Tiap kelompok membahas model Komunikasi yang
berbeda. Boleh model komunikasi yg klasik, boleh juga modern atau kekinian misal via medsos. Silakan
pilih medsosnya apa..

Klo bisa cari metode yg bener2 baru ya. Klo via WA, tele dsb mah udah paham semua. Cari lagi nkali aza
ada model komunikasi antar planet:sweat_smile::sweat_smile::stuck_out_tongue_winking_eye:
Definisi, teknik dan contoh, kelebihan dan kekurangan. Bila pake yg kekinian bisa juga caranya spt misal
pakai Zoom/G.Meet/WebEx meeting. Gmn cara mulai kelas dsb

Persuasi adalah metoda Komunikasi yg dalam penyerapannya menggunakan teknik/cara tertentu


sehingga menyebabkan org bersedia melakukan sesuatu secara sukarela, senang hati tanpa merasa
dipaksa oleh siapapun.

Persuasi-persuasion-persuasio

Persuadere artinya membujuk atau merayu

Komunikasi Persuasif menurut Prof. Onong Uchyana Effendi (Pakar Komunikasi Indonesia) adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kpd org lain agar berubah sikapnya, opininya, tingkah lakunya dg
kesadaran sendiri

Contoh ini adalah dialog berupa Komunikasi Persuasif antara ibu sebagai komunikator dan anak sbg
komunikan

Anda mungkin juga menyukai