Penulis
Mahasiswa Pendidikan Geografi 2018
Desain Cover
Zulkhaizar Yusharyahya
Editor
Misniarti
Penata Letak
Debora Agresella Melsandy
Diterbitkan Oleh
Program Studi Pendidikan Geografi
FKIP Universitas Tanjungpura
Jalan Prof.Dr.H.Hadari Nawawi
Email:fkip@untan.ac.id
Seluruh buku ini dalam bentuk apapun baik secara elektronik ataupun mekanik,
Penulis
Mahasiswa Pendidikan Geografi 2018
Desain Cover
Zulkhaizar Yusharyahya
Editor
Misniarti
Penata Letak
Debora Agresella Melsandy
Diterbitkan Oleh
Program Studi Pendidikan Geografi
FKIP Universitas Tanjungpura
Jalan Prof.Dr.H.Hadari Nawawi
Email:fkip@untan.ac.id
Seluruh buku ini dalam bentuk apapun baik secara elektronik ataupun mekanik,
8
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-nya
menyelesaikan Buku ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Buku ini
disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai Geografi
Transmigrasi yang kami sajikan berdasarkan observasi di lapangan. Buku ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya buku ini dapat terselesaikan dengan
baik. Buku ini memuat mengenai perjalanan transmigrasi Rasau Jaya di Mata
Kuliah GEOGRAFI TRANSMIGRASI DAN PERMUKIMAN.
i
DAFTAR ISI
DAFTRA GAMBAR……………………………………………………………ii
A. Pendahuluan ............................................................................................ 1
B. Transmigrasi Program Pemerintah .......................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………26
8
A. Sejarah Perjalanan Transmigrasi Di Rasau Jaya ..................................... 27
B. Faktor Yang Mempengaruhi Transmigran Asal Jawa Timur Dating Ke
Rasau Jaya ............................................................................................... 29
C. Kebiasaan- Kebiasaan Yang Masih Diterapkan Transmigran Asal Jawa
Timur Setelah Dating Ke Rasau Jaya...................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………45
8
Daftar gambar
gambar 1.1 Peta Lokasi Penempatan Transmigran Rasau Jaya .............................. 7
gambar 2.1 peta loaksi.......................................................................................... 14
gamabr 3.1 peta lokasi........................................................................................... 19
gambar 3.2 gambar dokumentasi1 .................... 20Error! Bookmark not defined.
gambar 3.3 gambar dokumentasi 2 .................... 20Error! Bookmark not defined.
gambar 3.4 dokumentasi 3 ..................................... Error! Bookmark not defined.
gambar 3.1 peta lokasi.......................................................................................... 21
gambar 4.1 peta lokasi.......................................................................................... 27
gambar 5.1peta lokasi........................................................................................... 33
gambar 6.1 peta lokasi........................................................................................... 38
gambar7.1 peta lokasi............................................................................................ 41
gambar 8.1 peta lokasi........................................................................................... 46
8
BAB 1
A. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali disuatu daerah
menimbulkan kepadatan penduduk yang tidak proporsional. Jumlah
penduduk Indonesia yaitu sebanyak 271.349.889 jiwa. Lebih lanjut terkait
sebaran penduduk Indonesia per pulau, sebanyak 151 ,6 juta jiwa atau
56,1% penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa. Lalu 58,6 juta jiwa atau
21,68% di Pulau Sumatera. Kemudian 19,9 juta jiwa atau 7,36% di
Sulawesi, 16,5 juta jiwa atau 6,15% ada di Pulau Kalimantan. Untuk Bali
dan Nusa Tenggara sebanyak 15 juta jiwa atau 5,54%. Terakhir Maluku
dan Papua sebanyak 8,6 juta jiwa atau 3,17%. Karena perbandingan luas
wilayah dan tingkat populasi yang tidak seimbang cenderung akan
menimbulkan konflik. Potensi kerawanan yang akan terjadi diantaranya
semakin tingginya kemiskinan seperti di Jawa Timur terdapat 4,78 juta
angka kemiskinan, Jawa Tengah 4,51 juta angka kemiskinan, Jawa Barat
4,49 Juta angka kemiskinan, Sumatera Utara terdapat 1,51 Juta angka
kemiskinan dan Nusa Tenggara Timur 1,16 juta angka kemiskinan
(Sumber BPS). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka
pengangguran di Indonesia mencapai 6,88 juta orang, naik 60 ribu orang
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 6,82 juta orang.
Tingginya angka pengangguran, dan tingginya angka
kejahatan/kriminalitas. Aksi kriminal yang terjadi di seluruh Indonesia
meningkat 38,45 persen berdasarkan data pada pekan ke-23 dan ke-24
1
2020 atau ada kenaikan 1.632 kasus. Perinciannya 4.244 kasus pada
minggu ke-23 dan 5.876 kasus pada minggu ke-24.
Sejarah transmigrasi di Indonesia dimulai sejak dilaksanakannya
kolonisasi oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1905-an. Program
transmigrasi di Indonesia telah lama dikenal dan dilaksanakan semenjak
jaman pemeritah Kolonial Belanda. Pada awal abad ke – 20, telah
dilaksanakan program transmigrasi yang saat itu dikenal dengan nama
Kolonisasi atau pembukaan daerah koloni baru. Ide awal program
kolonisasi adalah untuk mengurangi tekanan jumlah penduduk yang ada di
Pulau Jawa serta membangun suatu koloni dengan membangun suatu
koloni dengan mendatangkan orang dari pulau Jawa ke pulau lain.
Kolonisasi begitu pentingnya semenjak diperkenalkannya politik etis di
Indonesia. Tempat pertama yang dijadikan daerah pemukiman adalah
sebelah selatan pulau Sumatera tepatnya di Lampung pada tahun 1905.
Kebijakan kolonisasi penduduk dari pulau Jawa ke luar Jawa
dilatarbelakangi oleh, (1) melaksanakan salah satu program politik etis,
yaitu emigrasi untuk mengurangi jumlah penduduk pulau Jawa dan
memperbaiki taraf kehidupan yang masih rendah, (2) pemilikan tanah
yang makin sempit di pulau Jawa akibat pertambahan penduduk yang
cepat telah menyebabkan taraf hidup masyarakat di pulau Jawa semakin
menurun, dan (3) adanya kebutuhan pemerintah kolonial Belanda dan
perusahaan swasta akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan dan
pertambangan di luar pulau Jawa. Politik etis yang mulai diterapkan pada
tahun 1900 bertujuan mensejahterakan masyarakat petani yang telah
dieksploitasi selama dilaksanakannya culture stelsel (sistem tanam paksa)
Setiawan, (1994)
“Assisten Resident H.G Heyting mengusulkan suatu sistem yang
akan digunakan dalam kolonisasi kepada pemerintah Belanda, yaitu:
1. Membangun desa-desa inti (kern desa’s) dengan jumlah penduduk 500
KK setiap desa inti
8
2. Penduduk desa diberi bantuan secukupnya agar tingkat ekonomi mereka
menguat, dengan harapan bahwa desa-desa inti itu akan menjadi basis bagi
koloni-koloni baru untuk membuka daerah disekitarnya.
Periode Transmigrasi terdiri dari :
• Periode awal trasmigrasi (1905)
• Periode tahun 1927-1930
• Periode tahun 1930-1935
• Periode sesudah pengakuan kemerdekaan
Menurut UU No.3 Tahun 1972 : Transmigrasi adalah perpindahan
penduduk atau perpindahan dari suatu daerah untuk menetap ke daerah
lain, yang ditetapkan didalam wilayah republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan negara atas alasan yang dianggap perlu
pemerintah.
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara sukarela
untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk menetap di daerah kawasan
transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Perperpindahan
penduduk diarahkan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah tujuan transmigran. Dengan keterampilan yang dimiliki
terutama kemampuan bercocok tanam para transmigrans diharapkan
terjadi proses pembelajaran antara penduduk setempat dengan para
transmigrans. Transmigrasi tidak lagi program perpindahan penduduk,
tetapi upaya untuk pengembangan wilayah. Metode ini tidak lagi terpusat
dan top down dari jakarta namun berdasarkan kerja sama antar daerah
pengirim dengan transmigrasi-transmigrasi lokal. Penduduk setempat
semakin diberi kesempatam besar untuk menjadi Transmigrasi Penduduk
Setempat (TPS) proporsi hingga 50:50 dengan Transmigrasi Penduduk
Asal (TPA).
Karena sebagian besar penduduk terfokus di suatu wilayah seperti
kota besar atau pulau yang memiliki kesempatan kerja atau kesempatan
hidup besar. Sehingga agar di kota itu pulau yang dianggap maju tersebut
tidak terjadi kepadatan penduduk yang tinggi maka perlu dilakukan
3
penyebaran penduduk dengan cara transmigrasi. Perpindahan penduduk
umumnya bagi masyarakat yang umumnya mempunyai keterbatasan lahan
atau tidak memiliki aset yang memadai. Dengan demikian diharapkan di
lokasi yang baru para transmigrasi dapat mengelola lahan dan bersama-
sama dengan masyarakat lokal akan meningkat kesejahteraannya.
Perbedaannya dengan transmigrasi spontan ialah bahwa dalam hal
transmigrasi spontan, para calon transmigran harus membiayai jaminan
hidup di daerah penempatan, perumahan dan lain-lainnya, Sedangkan
pemerintah hanya membantu sekedarnya saja. Transmigrasi spontan
disebut pula sebagai transmigrasi swakarsa pola lama. Transmigrasi
swakarsa (pola baru) dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan
fasilitas yang diperoleh transmigran dalam transmigrasi umum dengan
transmigrasi spontan. (Indonesia,tanpa tahun).
Dengan demikian ada beberapa tipe transmigrasi swakarya/spontan, yakni:
1. Transmigrasi swakarsa/spontan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
terdiri dari:
a) Transmigrasi swakarsa/spontan DBB (Dengan Bantuan Biaya),
yaitu yang dalam Repelita II sebagian besar biayanya berasal dari
APBD atau lembaga-lembaga sosial seperti Yayasan Sugio Pranoto
dan sebagainya. Tpe ini di daerah transmigrasi memperoleh
pelayanan yang hampir sama dengan transmigrasi umum.
b) Transmigrasi swakarsa/spontan TBB (Tanpa Bantuan Biaya), yaitu
transmigrasi swakarsa/spontan atas prakarsa sendiri, tanpa bantuan
dari pemerintah, tetapi memperoleh pembinaan dan pengawasan
dai pemerintah ditempat tujuan. Transmigran tipe ini harus
membeli sendiri tanah dan rumahnya.
Transmigran tipe DBB dan TBB pada umumnya terdiri dari (1)
buruh tani yang dipanggil oleh famili / kenalannya untuk
membantu menggarap tanah; (2) calon petani menggarap yang
matang dan bermodal; (3) Transmigran swakarsa/spontan
nonpetani yang terdiri dari pedagang, tukang dan sebagainya
8
c) Transmigrasi swakarsa/spontan Banpres (Bantuan Presiden), di
selenggarakan dalam rangka program-program khusus yang
mendesak, misalnya dari daerah-daerah yang terkena bencana
alam, terkena proyek pembangunan dan lain-lainnya.
2. Transmigrasi spontan murni ialah transmigrasi spontan diluar kontrol
pemerintah. Transmigran tipe ini sering berfungsi sebagai mediator,
penyalur hasil pertanian dan sarana pertanian, atau di bidang lain yang
menunjang usaha tani setempat seperti tukang, bengkel dan
sebagainya.
B. Transmigrasi Program Pemerintah
Pada hari senin tanggal 22 maret 2021 peneliti mengunjungi kantor
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalimantan Barat yang berlokasi di
Jalan Achmad Yani No.6, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota
Pontianak. Tujuan peneliti mengunjungi Kantor Dinas Transmigrasi
adalah untuk mengambil data mengenai transmigrasi dan mewawancarai
kepala dinas transmigrasi.Kepala Dinas Transmigrasi bernama Pak Manto.
Sesaat sampai di kantor peneliti mengurus administrasi persuratan dan
diarahkan oleh pegawai dinas untuk masuk ke ruangan beliau. Setelah
diarahkan untuk masuk keruangan beliau, peneliti memberitahu maksud
dan tujuan kedatangan peneliti sekaligus meminta izin untuk
mewawancarai pak Manto selaku Kepala Dinas Transmigrasi. Setelah
mendapatkan izin dari beliau, peneliti memulai kegiatan wawancara
peneliti mengenai program transmigrasi pemerintah dan transmigrasi yang
ada di Kalimantan Barat khususnya di daerah Rasau Jaya.
Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan yaitu mengenai Program
transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut Pak Manto selaku
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan bahwa
“Program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah pada prinsipnya
adalah kewenangan tingkat nasional lintas provinsi , dari provinsi asal ke
daerah tujuan. Oleh karena itu kewenangan utamanya dari kepala pusat
dan dananya dari pusat. Ketika pusat sudah melaksanakan kebijakan
5
penempatan transmigrasi dan transmigrasi itu dibangunkan infrastruktur
seperti infrastruktur ekonominya, selama 2 tahun dibina transmigrannya
itu setelah 2 tahun kemudian pemerintah pusat melepaskan dan
menyerahkan ke daerah tujuannya kemudian menjadi diluar tanggung
jawab pemerintah pusat dan diserahkan ke kabupaten pembinaan”
Pada masa pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi
menunjukkan peningkatan besar-besaran. Perluasan daerah transmigrasi
tidak hanya selalu di Sumatera, pembukaan daerah transmigrasi diperluas
ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi bahkan
sampai ke Papua (Efendi, 2012: 23). Kalimantan sendiri merupakan pulau
yang hampir dikatakan masih sedikit penduduknya, baik pada masa
Kolonial maupun pasca kemerdekaan. Melihat potensi yang sangat besar
di Kalimantan, pemerintah akhirnya memutuskan membuka Kalimantan
sebagai objek transmigrasi pertama pada tahun 70-an. Sikap pemerintah
tersebut dapat dipahami karena Presiden Soeharto mengklaim bahwa era
pemerintahannya adalah era pembangunan. siring dengan pelaksanaan
otonomi daerah, banyak daerah yang mengalami perubahan terutama
dalam hal pemekaran wilayah. Pemekaran wilayah tersebut dapat dimulai
dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten sampai tingkat pemekaran
wilayah provinsi yang terjadi pemekaran wilayah di Provinsi Kalimantan
Barat (Laporan Intern Pemerintah Kabupaten Pontianak, 2008: I-1). Salah
satunya Kecamatan Rasau Jaya yang sebelumnya masuk dalam wilayah
Kabupaten Pontianak, semenjak tahun 2007 Kecamatan Rasau Jaya
menjadi wilayah Kabupaten Kubu Raya. Wilayah Kabupaten Kubu Raya
dilintasi oleh banyak sungai. Sungai-sungai yang ada umumnya berada
pada daerah dataran dengan kecepatan arus yang rendah. Sungai besar
yang mengalir di wilayah ini antara lain Sungai Rasau dan Sungai Kapuas.
Sungai Kapuas merupakan sungai yang sangat vital bagi kehidupan
masyarakat terutama untuk sarana transportasi. Kecamatan Rasau Jaya
mempunyai luas daratan 12.385 ha, terletak di tepi Sungai Kapuas. Sekitar
2.730 KK sejak 1974/1975 dimukimkan di lokasi ini, yang dapat
8
dijangkau dengan jalan darat maupun sungai, letaknya 5 km di sebelah
Tenggara Ibu Kota Provinsi Pontianak (Ismawan, 1986: 13). Berikut ini
data yang peneliti dapatkan yaitu data tabel penduduk awal transmigrasi
Rasau Jaya.
Tabel 1.1 Penduduk Transmigrasi Rasau Jaya Kecamatan
Sungai Kakap
7
Berdasarkan tabel diatas dan hasil wawancara peneliti bersama
kepala bidang transmigrasi yaitu bapak Ganif Prasetyo, beliau mengatakan
bahwa daerah Rasau Jaya III pada tahun 1975-1977 menjadi daerah tujuan
transmigrasi yang paling banyak karena memilki lahan yang luas maka
dari itu di Rasau Jaya III penduduk transmigran tebanyak yaitu jumlah KK
641 dengan jumlah 2.564 jiwa. Dan daerah asalnya berasal dari DKI
Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,dan DIY.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara bersama Pak Heri selaku
staff bidang transmigrasi Kalimantan Barat berpendapat bahwa “Sebagian
besar transmigrasi Rasau Jaya itu berasal dari Jawa Tengah dan Jawa
Timur, alasannya yaitu karena kepadatan penduduk dari dua provinsi itu
sangat tinggi dan juga Memang yang banyak calon transmigrannya rata-
rata dari dua provinsi itu. Peneliti dari daerah hanya mengusulkan untuk
penempatannya”.
Kemudian pertanyaan kedua yang peneliti ajukan yaitu
permasalahan mengenai program transmigrasi di Kalimantan Barat. Beliau
berpendapat bahwa “Pada zaman kepemimpinan gubernur Pak Cornelis
banyak sekali desakan dari masyarakat lokal yang menolak menerima
kedatangan dari transmigrasi. Sejak itulah program transmigrasi ini tidak
ada lagi,dan tidak ada lahan untuk transmigrasi khusunya di Rasau Jaya”
Beliau juga berpendapat bahwa “Alasan yang lebih pokok kenapa
tidak diberlakukan lagi transmigasi karena keluhan dari masyarakat maka
penyebabnya tentu masyarakat yang mengusulkannya. Ada beberapa
dimensi alasan yang mungkin tidak bisa divonis dari pendapat saya, ini
hanya dugaan saya. Alasan pertama soal keceburuan sosial, kita
bayangkan orang kampung disana masyarakat pedalaman mereka udah
turun temurun sejak zaman nenek moyangnya sudah menguasai semua
lahan disana baik lahanperumahannya maupun perkebunannya atau
lahan hutan tempat mereka mencar nafkah tidak pernah mampu
disertifikatkan. Pada masa itu untuk mengurus sertifikat tanah sangat
susah ketika telah masuk tarnsmigrasi tidak jauh dari mereka lalu bukan
8
hanya transmigrasi itu dibangunkan jala , dikasi sertifikat, dengan sangat
gampangnya tapi juga diberi bantuan biaya jatah hidup dan segala
macam.nah ini mungkin menjadi faktor pemicu kecemburuan sosial.
Sementara yang tadi yang tinggal di pedalaman minta dibetulkan jalan jak
susah, sementara orang yang datang mnta bantu buatkan jalan langsung
dibangun jalan baru dengan sarana prasarana yang lengkap.
Kemungkinan alasan kedua mungkin soal politis. Kalau transmigran yang
pendatang itu tidak mendukung calon tertentu di kabupaten itu maka si
calon yang merasa tidak didukung tentu akan resisten terhadap program
transmgrasi. Sebagai contoh : si A dan si B menjadi calon kepala desa,
ada pemilihan calon kepala desa di suatu kabupaten itu, calon A dan B
berbeda agama, berbeda etnis. Ketika datang transmigrasi ke wilayah itu
seharusnya yang menang adalah warga asli. Tapi karena soal agama
transmigran yang sama juga agamanya dengan penduduk transmigran.
Maka pendatang yang akan menang. Tentulah calon asli protes, hal-hal
seperti itu mungkin akan terjadi. Apalagi kalau pemilihannya cakupannya
wilayah luas. Seperti pemiihan bupati”
Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai untuk daerah di Kalimantan
Barat ini dimana saja lokasi yang menjadi tujuan transmigran? Pak Manto
menyatakan bahwa “Yang pertama dan yang tertua terletak di kabupaten
kuburaya. Setelah rasau jaya sukses dan kemudian bertebaran di seluruh
wilayah Kubu Raya khususnya Rasau Jaya. Kemudian yang tidak kalah
tuanya juga ada di kab sintang, kab melawi, bengkayang, sekarang ini
hampir di semua Kabupaten pernah dimasuki kedatangan transmigran
kecuali Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Salah satu yang paling
maju itu di teluk batang Kabupaten Kayong Utara tidak kalah senior
dengan di Rasau Jaya sampai membentuk Kecamatan baru”.
Peneliti bertanya mengenai karateristik daerah tujuan transmigran.
Kemudian Pak Heri selaku staff bidang transmigrasi menyatakan ”Jika
karakteristik tergantung bagaimana daerah tersebut terbuka untuk
menerima transmigran.”
9
Karakteristik daerah yang menjadi tujuan transmigrasi yaitu
tanahnya subur, sumber pengairan dan sistem pengairan baik, sarana
transportasi baik, kemungkinan pemasaran hasil produksi baik, tersedianya
sarana kesehatan dan pendidikan, dan terdapat tanaman yang dapat
dikembangkan.
Selanjutnya hal yang peneliti tanyakan adalah dari jawaban Pak
Manto sebelumnya yang menyatakan bahwa Rasau Jaya itu maju/ sukses
program transmigrasinya, Daerah Rasau Jaya itu dapat dikatakan daerah
itu sesuai atau berhasil menjadi wilayah trasmigrasi apa saja indikatornya?
kemudian beliau berpendapat bahwa “Dilhat dari perkembangan
wilayahnya dari berbagai dimensi sebetulnya dimensi yang paling bnyak
dan menjadi program kita adalah indeks desa mandiri (IDM). IDM berisi
52 variabel yang dipecah lagi menjadi ratusan indikator untuk mengukur
satu persatu indikator ada skornya mulai dari tingkat ekonomi masyarakat
keberadaan sekolah, tingkat partisipasi sekolah, tingkat penganguran, ada
atau idaknya asar desa, poskamling, kemudian masih banyak lagi”.
Ada 52 indikator Desa Mandiri yang harus dipenuhi oleh sebuah
Desa untuk menjadi Desa Mandiri. Untuk mencapai 52 indikator dalam
mewujudkan Desa Mandiri seperti yang dilakukan oleh Pemkab di
Kalimantan Barat menggunakan dana Desanya untuk program prioritas di
Desa guna mewujudkan Desa Mandiri.
Kemudian hal yang peneliti tanyakan selanjutnya yaitu tujuan
transmigrasi ke Rasau Jaya selain Indeks Desa Mandiri apakah ada lagi?
beliau berpendapat bahwa “Kalau bicara soal tujuan tentu bahasa
globalnya tujuannya yaitu untuk pemerataan pembangunan peningkatan
kesejahteraan. Namun kalau bicara soal indikatornya karena telah
ditetapkan oleh pemerintah ada 52 variabel dengan indikator-indikator
nya meskipun tidak menuntut peluang ada dimensi lain untuk mengukur
tingkat keberhasilannya. Ada juga diperguruan tinggi yang mungkin
tingkat ukurnnya pembangunan manusia. Dari UGM saja tidak terlalu
banyak indikator tidak sampai ratusan hanya 8 indikator saja. Kemudian
8
BPS juga memiliki indikator sendiri dengan variabelnya yang berbeda
dengan Indeks Desa Mandiri (IDM) yang saya sebutkan, semuanya untuk
digunakan dan nilai apakah transmigrasi itu berhasil atau tidak”.
Lalu untuk pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai daerah asal
transmigran yang ada di Rasau Jaya, kemudian beliau berpendapat bahwa
“Sebagian besar dari pulau jawa khususnya jawa tengah, jawa barat,
kemudian yang cukup besar juga dari jawa timur. Kemudian berikutnya
yaitu DKI Jakarta, selebihnya dari Sumatera namun tidak terlalu banyak.
Transmigran ini ditandatangani oleh masing-masing gubernur dari
Provinsi tersebut. Yogjakarta juga ada, namun tidak banyak”.
Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai alasan transmigrasi yang
khususnya ke Rasau Jaya itu banyaknya karena Program Pemerintah atau
hal lain seperti pandemi?, Kemudian beliau berpendapat bahwa “untuk
transmigrasi ke Rasau Jaya merupakan program dari pemerintah ada
direncanakan seja tahun 1970an, jadi masyarakat transmigran pada
dasarnya tidak dapat memilih lokasi penempatannya, dikarenakan sudah
pasti penempatannya di Rasau Jaya, memang daerah tujuan. Pemerintah
daerah telah menyiapkan lahan, ada pertimbangan teknisnya, tanahnya
tidak bermasalah, tidak ada permasalahan lain lain baru bisa diajukan
kepusat. Karena sekarang yang menyiapkan tempat bukan pemerintah
pusat, tetapi kabupaten daerah”.
Di Rasau Jaya, khususnya di Desa Rasau Jaya I merupakan desa
pertama kali masuknya transmigran di kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten
Kubu Raya, Kalimantan Barat. Tahun 1971 dimulai perencanaan
tranmigrasi yang diteliti oleh berbagai instansi dan tahun 1972 merupakan
pertama kalinya kedatangan para transmigran di desa Rasau Jaya I.
11
71/72 Jatim I 150 693 Rekapitulasi :
72/73 50 235 Jatim : 250 KK =
DIY 1215 Jiwa
50 265 Jateng : 100 KK =
I Jatim II 466 Jiwa
DIY : 94 KK = 372
73/74 Jatim III 50 257 Jiwa
S 74/75 DIY 44 137 Jumlah : 444 KK =
u Jateng 100 466 2053 Jiwa
m Jumlah 444 2053
ber : Monografi Rasau Jaya I
8
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB II
Gambar 2.1 Peta Lokasi Pengambilan Data Transmigrasi Asal DKI Jakarta
8
datang ke Kalimantan Barat Khususnya rasau Jaya pada tahun 1977 di
Rasau Jaya 3 bersama 75 keluarga lainnya setelah dikarantina di jakarta
selama 2 bulan.
15
Konsep adaptasi menurut Hans J. Daeng dapat di artikan sebagai
upaya manusia untuk bersatu dengan lingkungannya. Adaptasi juga di
artikan hubungan penyesuain anatara organisme dengan lingkungan
sebagai keselurusahn yang di dalamnnya organisme itu menjadi
bagiannya. Dalam beradaptasi dengan lingkungannya, seseorang
membawa serta norma – norma yang mengendalikan tingkah laku dan
peran yang di mainkannya. ( Daeng, 2008:4). Adaptasi dalam kamus besar
bahasa Indonesia adalah penyesuaiangan diri terhadap lingkungan yang
baru ( Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pada awal kedatangannya, masyarakat transmigrasi di Desa Rasau
Jaya tidak mungkin tidak pernah mengalami kesulitan beradaptasi. Apalagi
suhu cucara dan keadaan fisik Geografis yang mereka temukan di Desa
Rasau Jaya sangat berbeda dengan apa yang mereka rasakan ditempat
asalnya. Kalimantan Barat terutama di Pontianak adalah satu dari sekian
daerah di Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, jadi suhu cuaca
yang panas menjadi suatu yang utama. Adapun alam disekitar Desa Rasau
Jaya merupakan hutan gambut dan rawa – rawa serta dengan kenyataan
bahwa hanya melalui jalur air lah satu-satunya sarana transportasi yang
dapat membawa transmigran menuju kawasan di Kota Pontianak dan juga
banyaknya nyamuk malaria dari rawa-rawa. Para transmigrasi sendiri
dibekali kelambu sebagai penutup tempat tidur.
Pada saat pertama kalinya ibu Farida menginjakkan kakinya di
daerah penempatan transmigrasi ibu Farida mengatakan bahwa merasa
sangat sedih dan sampai menangis karena tidak kuat menjalani kehidupan
di tempat baru yang masih serba terbatas. Sempat ada keinginan untuk
pulang ke Jawa tetapi karena tidak memiliki uang dan mempunyai
kesabaran yang sangat luar biasa, maka ibu Farida memilih untuk tetap
bertahan sampai sekarang. Apalagi kenyataan yang Kasmini hadapi ketika
baru tiga bulan menempati rumah baru, rumah ibu farida mengalami
kebakaran sehingga dia bersama keluarganya menumpang terlebih dahulu
di rumah transmigran yang lain. Seiring berjalannya waktu dengan
kesabaran dan ketabahan Kasmini memutuskan untuk tetap bertahan hidup
di daerah transmigran sampai sekarang ini (Wawancara dengan Ibu Farida,
31 Maret 2021).
Usaha kerja keras transmigran dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru dilakukan secara bertahap yaitu adaptasi dengan
lingkungan alam dan penduduk asli. Pada awalnya penyesuaian diri
terhadap lingkungan alam yang masih hutan, rawa-rawa, suhu cuaca yang
panas dan lahan usaha yang terlebih dahulu harus membersihkan sisa
potongan kayu dari bekas membabat hutan. Sehingga transmigran harus
8
kuat bertahan hidup dengan lingkungan yang masih serba terbatas. Pada
lingkungan masyarakat terutama dengan penduduk asli, masyarakat
transmigran saling bertukar pikiran mengenai teknik bercocok tanam yaitu
dengan dibakar, adanya asimilasi dan kesenian. Kehidupan sosial diisi
dengan kegiatan gotong-royong, kegiatan olahraga dan keagamaan.
Kehidupan mereka lebih sejahtera karena dapat menyekolahkan anak-
anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat pada dasarnya
merupakan keadaan yang diidam-idamkan oleh setiap masyarakat. Dengan
keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan
saling mengisi. Sesuatu hal yang menyangkut perbedaan dapat diadakan
antara penyesuaian dari lembaga lembaga kemasyarakatan dan
penyesuaian dari individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal
pertama yang merujuk pada keadaan dimana masyarakat berhasil
menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang
mengalami perubahan sosial dan kebudayaan (Soekanto, 2002: 330-331).
Pengalaman pertama para transmigran beradaptasi bercocok tanam
di Desa Rasau Jaya, Ibu Siti mengatakan, saat pertama kali bercocok
tanam di Desa Rasau Jaya, sebelum lahan itu ditanami padi dia harus
terlebih dulu membersihkan lahan sawah dari sisa-sisa potongan kayu
bekas membabat hutan. Baru setelah itu dengan dibantu istrinya dan juga
teman-teman sesama transmigran ia menanam padi di lahan tersebut. Jauh
dari yang diperkirakan tanaman padi tersebut dapat tumbuh subur meski
tidak diberi pupuk. Ia mengakui bahwa di tahun pertamanya, sawahnya
telah menghasilkan 1 ton beras. Dari hasil panen tersebut 7 kuintal dia
simpan untuk kebutuhan makan sehari-hari, sementara sisanya ia jual
untuk membeli kayu buat menabung kebutuhan merenovasi rumahnya.
Keberhasilan dalam bercocok tanam bukan berarti tanpa kendala, Saniran
mengatakan bahwa tanaman padi di Desa Rasau Jaya rentan terkena hama
serangan babi hutan. Sekitar tahun 1978-1979 hama babi di Rasau Jaya
musnah dengan pembasmian memakai obat dan perburuan (Wawancara
dengan Ibu Siti, 31 Maret 2021).
17
sebagian kecil saja. Menurut hasil wawancara bersama ibu Farida, pada
tanggal 31 Maret 2021,bahwa transmigran yang pulang dan melarikan diri
kebanyakan tidak mau bekerja keras untuk mengerjakan sawahnya dan
hanya mengandalkan dari jatah hidup saja Kehidupan budaya Asal jakarta
pun tidak ada. Budaya di Rasau Jaya didominasi oleh kebudayaan Jawa
diantaranya terdapat kesenian wayang orang, ludruk, ketoprak,
samroh/kontulan, pencak silat dan sedekah bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Daeng, Hans J. 2008. Manusia, kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
8
Lampiran
Figure 1
Foto 22.2 gamabr keterangan
Dokumentasi Bersama Ibu Suyem
19
Foto 2 Dokumentasi Bersama Ibu Siti
8
BAB III
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pengambilan Data Transmigrasi Asal Provinsi Jawa
Tengah
21
Layang. Di asrama Batu Layang menjadi tempat tinggal sementara para
transmigran sebelum ditempatkan di desa Rasau Jaya.
a. Beras 10 kg
4. Bibit-bibit tanaman
8
Adapun kondisi rumah tinggal masyarakat transmigran saat itu
masih berupa atap daun nipah dan berlantai papan. Baru pada tahun 1979 ,
atap daun tersebut diganti menggunakan atap seng dengan bantuan dana
dari Presiden Soeharto. (Wawancara Sugianto, 30 Maret 2021).
Hal serupa juga dituturkan oleh Sugianto , dimana pada saat itu
Kabupaten Boyolali sedang mengalami masa paceklik (kekurangan bahan
makanan), sehingga keluarga Bapak Sugianto memutuskan untuk
mendaftar program transmigrasi dengan tujuan untuk memperbaiki
keadaan ekonomi.
23
pendidikannya. Baru pada sekitar tahun 1975 di desa Rasau Jaya sudah
terdapat sekolah SMP.
Hal serupa juga dikatakan oleh Mbah Mijan , dimana pada saat
datang ke Desa Rasau Jaya, beliau awalnya mengalami kesulitan untuk
beradaptasi baik dengan lingkungan Rasau Jaya yang dulunya masih
berupa hutan dan masyarakat asli Desa Rasau Jaya. Namun lama-
kelamaan dapat membaur dengan masyarakat asli maupun warga
transmigran yang lainnya.
8
Desa Rasau Jaya ini cukup berhasil (Wawancara Sugiantono, 30 Maret
2021).
Selain adat ronda jempitan, budaya dan kesenian Jawa yang masih
dilestarikan sampai sekarang yaitu kuda lumping wayang dan campursari.
Pada penyelenggaraan acara seperti pernikahan, masyarakat transmigran
juga masih menggunakan adat Jawa.
25
Flamboyan. Selain disuplai ke pasar-pasar di Pontianak ,hasil perkebunan
dan pertanian masyarakat juga disuplai ke Daerah Sintang, Sanggau dan
Sekadau.(Wawancara Sugiantono,30 Maret 2021)
8
BAB IV
27
Adapun desa yang dikembangkan dalam program Transmigrasi ini yaitu: Desa
Rasau Jaya I, Desa Rasau Jaya II, Desa Rasau Jaya III, Desa Bintang Mas, Desa
Pematang Tujuh dan Desa Sungai Bulan. Sedangkan Desa yang didiami oleh
penduduk asli yaitu Desa Rasau Jaya Umum. Pemukiman Transmigrasi di Desa
Rasau Jaya 1 merupakan program Transmigrasi yang ditanggung oleh pemerintah.
Dengan adanya program Transmigrasi di Desa Rasau Jaya 1, Desa ini memiliki
kemajuan yang cukup besar antara lain bertambahnya jumlah penduduk, semakin
padatnya pemukiman atau rumah penduduk, dan Jalan utama yang sudah berupa
aspal dimana sebelumnya masih berupa tanah yang apabila banjir akan menjadi
becek. Dengan masuknya program Transmigran di Desa Rasau Jaya
memunculkan berbagai budaya yang dibawa oleh masing-masing kelompok
Transmigran dari Pulau Jawa. Salah satu budaya yang berkembang seiring dengan
masuknya Program Transmigrasi yaitu Kesenian Kuda Lumping, pencak silat
serta Wayang Kulit.
Pada awal mulanya terjadinya proses tramigrasi di Rasau Jaya, tentunya
dengan adanya dorongan pemerintah yang menyebabkan merencanakan program
trasmigrasi. Jika kita liat Negara Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari
banyak pulau. Diantara pulau-pulau tesebut tentunya ada pulau-pulau kecil dan
besar dari sekian banyak pulau yaitu salah satunya pulau Kalimantan. Banyaknya
jumlah penduduk Indonesian sehingga mengharuskan pemerintah untuk membuat
program trasmigrasi guna untuk pemerataan persebran penduduk Indonesia. Pulau
Kalimantan merupakan salah satu pulau tujuan dari program trasmigrasi tepatnya
Keacamatan Rasau Jaya. Permasalahan pendudukan di Indonesia tidak hanya
cepat lajunya pertumbuhan tetapi juga penyebaran yang tidak merata. Menanggapi
masalah ini, maka Pemerintah telah menyelenggarakan program Transmigrasi.
Program Transmigrasi bertujuan untuk menyeimbangkan penyebaran penduduk
melalui pemindahan penduduk dari wilayah yang padat penduduknya ke wilayah
yang jarang penduduk, tetapi memiliki kerangka yang lebih luas dalam kerangka
Pembangunan Nasional.
Sebelum masuk ke Rasau Jaya para transmigran terlebih dulu ditempatkan
di Batulayang lebih tepatnya di Balai Transmigrasi Batulayang. Karena pada saat
8
itu untuk pembukaan lahan juga masih belum selesai. Sehingga pada awal
kedatangan masyarakat transmigran keadaan rasau jaya masih dikelilingi hutan
belantara, belum terdapat persawahan. Untuk mendapatkan jaduk atau jatah beras
dari ditempatkannya transmigran sampai ke dinas transmigrasi setengah hari baaru
sampai. Jika difikir tidak sampai 2km jaraknya hanya untuk mendapatkan beras.
Hal tersebut dikarenakan kondisi jalan yang rusak sehingga susah untuk diakses.
Masyarakat banyak mengeluh akan hal itu. Namun untuk masalah keamanan dan
makan tidak ada kekurangan. Masyarakat Transmigran yang datang ke Rasau Jaya
berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa tengah, dan Yogyakarta. Untuk
masyarakat transmigran dari Jawa Timur terbagi 3 angkatan yaitu pertama dari
Bojonegoro, Malang. Kedua, berasal dari Madiun, Ponorogo. Ketiga, berasal dari
Jember dan Surabaya. Sementara dari Jawa Tengah dan Yogyakarta berasal dari
Banyumas, Kebumen, Purwodadi, dan Bantul. Untuk fasilitas yang diterima para
transmigran saat pertama datang yaitu yang utama rumah kemudian jaduk
(makanan), untuk jaduk sendiri sudah komplit seperti ikan asin, beras, bumbu-
bumbu dll serta bibit-bibit tanaman. Pada saat itu atap rumah hanya terbuat dari
atap sehingga saat hujan seringkali bocor. Sementara untuk dinding rumah hanya
menggunakan triplek. Sehingga, masyarakat masih sering menumpang dirumah-
rumah warga yang tidak bocor. Sebenarnya untuk tanah mereka mendapat jatah
dari pemerintah seluas 2 ha untuk masing-masing Kepala Keluarga (KK) yang
terdiri dari lahan pekarangan 0,25 ha, lahan usaha I 0,75 ha, dan lahan usaha II 1
ha. Lahan pekarangan adalah hamparan yang berada disekitar rumah tinggal
warga transmigran, sedangkan lahan usaha adalah lahan yang harus digarap
sebagai modal untuk melakukan usaha tani sebagai mata pencarian yang tetap.
Lahan usaha 1 penyerahannya bersamaan dengan lahan pekarangan yaitu lokasi
pada saat transmigran tiba dilokasi, sedangkan lahan usaha II penyerahannya
dilakukan kemudian.
29
Sebagian besar transmigran mengikuti program ini karena ingin
mendapatkan kehidupan yang lebih layak daripada sebelumnya. Dengan
transmigrasi mereka mendapatkan tanah sebanyak 2 hektar dan tunjangan.
Tunjangan yang di dapatkan yaitu bahan-bahan sembako selama 1 sampai
2 tahun dan setelah itu transmigran di lepas untuk mandiri memenuhi
kebutuhannya. Modal dari pemerintah tersebut bisa dijadikan lahan
pertanian yang nantinya bisa meningkatkan pendapatan transmigran.
Transmigran mengatakan bahwa ia terdorong untuk mengikuti program
transmigrasi karena hanya mendapat sedikit tanah dipulau jawa. Walaupun
hanya sebagai petani ia sangat bersyukur hidupnya menjadi lebih baik saat
ini. Sementara mengenai pertanian persawahan, petani transmigran
menanam padi sekali dalam satu tahun, namun ada juga yang menanam
sampai dua kali dalam setahun. Rasau Jaya juga dikenal sebagai penghasil
jagung manis, jagung manis yang dihasilkan oleh masyarakat bahkan
dijual sampai ke Kota Pontianak. Dari berbagai hasil pertanian yang
beraneka ragam tersebut kehidupan para transmigran dapat menjadi jauh
lebih baik dan sejahtera. Selain pertanian dan perkebunan ada lagi sektor
peternakan yang diusahakan oleh para transmigran. Sektor pertanian, baik
itu bercocok tanam atau beternak pada dasarnya merupakan mata
pencarian para transmigran, tetapi seiring pertumbuhan ekonomi
berkembang banyak diantara mereka yang kemudian beralih profesi
menjadi pedagang, karyawan pabrik, pegawai negeri maupun pekerja jual
jasa lainnya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa transmigrasi yang
dilakukan di Desa Rasau Jaya telah berhasil mengangkat perekonomian
para transmigrasi.
2. Ingin merubah nasib
Karena di Pulau Jawa merupakan pulau yang paling padat. Maka
transmigrasi dibutuhkan agar kepadatan penduduk di pulau Jawa bisa
dikurangi dengan memindah sebagian penduduk ke Pulau Kalimantan,
yaitu salah satunya di Rasau Jaya. Dari transmigran yang di wawancarai
mengatakan bahwa pada saat sebelum melakukan transmigrasi untuk
8
makan 1 kali 1 hari pun susah. Dan tanah yang di miliki hanya petakan
rumah saja. Kemudian mengikuti program transmigrasi dari pemerintah
dan di berikan tanah 2 hektar dan rumah guna ingin memeiliki
penghidupan yang lebih baik kedepannya.
31
berperan untuk memperbaiki nasib kehidupan sosial ekonomi suatu kelompok
Masyarakat, selain itu juga pencapaian penduduk yang seimbang merupakan
tujuan utama baik bagi sebagian orang maupun penjabat pemerintahan dari
program transmigrasi itu sendiri.
Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, seiring perkembangan zaman yang ada tentulah kebutuhan terhadap
keberlangsungan hidup akan bertambah yang mengakibatkan adanya perubahan
dalam kearah yang lebih baik. Dengan adanya kegiatan ekonomi, konsumsi suatu
masyarakat juga meningkat hal ini dikarenakan konsumsi merupakan kegiatan
yang bertujuan menggunakan manfaat dari barang atau jasa dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidup, serta konsumsi dapat diartikan sebagai tindakan
manusia memakai dan menikmati guna barang ataupun jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Sejak periode kedatangan masyarakat transmigran sampai dengan saat ini,
telah terjadi perkembangan wilayah maupun ekonomi masyarakat transmigrasi itu
sendiri. Banyak dari mereka yang memiliki lahan untuk dikelolah sebagai lahan
pertanian dan juga untuk tempat tinggal. Keahlian yang dimiliki dalam bersawah
membuat mereka bertahan dan bahkan berkembang dalam kehidupannya. Jenis
mata pencaharian pun sudah beragam penduduk transmigran yang dulu nya rata-
rata bekerja sebagai buruh tani pun kini sebagian sudah merubah status sosial
mereka menjadi PNS, Pegawai Swasta, BUMN dan lainnya.
Kebanyakan dari mereka sudah memiliki mata pencaharian dengan
berbagai profesi yang bisa meningkatkan kehidupan ekonomi. Keadaan seperti
inilah yang menjadi impian masyarakat transmigran saat kedatangan pertama
mereka di Desa Rasau Jaya I. Kehidupan ekonomi mereka meningkat dan terus
berpengaruh terhadap jangkauan pendidikan. Jika dahulu mereka datang dengan
latar pendidikan sekolah dasar dan bahkan tidak tamat, maka sekarang ini
kebanyakan dari anak cucu mereka telah menikmati perkembangan pendidikan
yang ada. Satu demi satu keturunan mereka menamatkan sekolah bahkan sampai
pada tingkat perguruan tinggi.
8
BAB V
KE RASAU JAYA
Ditulis Oleh : Zulpian, Siti Ruqiyah, Miftahul Jannah
33
(2) pembangunan daerah; (3) keseimbangan penyebaran penduduk; (4)
pembangunan yang merata di seluruh Indonesia; (5) pemanfaatan sumber-
sumber alam dan tenaga manusia; (6) kesatuan dan persatuan bangsa; dan
(7) memperkuat pertahanan dan keamanan nasional. Diluar tujuan yang
telah disebutkan tersebut, ada penekanan pada produksi beras dalam kaitan
pencapaian swasembada pangan. Untuk itu pembukaan daerah
transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi dan bahkan sampai ke Papua.
8
sudah tersedia bangunan asrama yang kemudian dijadikan tempat tinggal
sementara transmigran sebelum ditempatkan di Desa Rasau Jaya. Alasan
yang menunda para transmigran untuk segera ditempatkan karena rumah
yang akan mereka tempati belum sepenuhnya selesai dibangun.
D. Budaya
35
budaya yang beraneka ragam. Dari budaya asli yogya yang ada, ada 7
budaya yogyakarta yang paling terkenal baik di dalam maupun luar negeri.
Kebudayaan yang ada berupa : Batik Yogya, Sekatenan, Sendratari
Ramayana, Seni Tari, Kerawitan, Wayang kulit, dan Upacara labuhan.
Meskipun ada begitu banyak budaya yang dimiliki, namun hampir semua
transmigran yogya yang peneliti wawancarai, bahwa mereka tidak banyak
membawa budaya dari daerah asal yang bisa mereka lestarikan untuk anak
cucunya, yang masih mereka gunakan hanyalah Bahasa daerah asal,
selebihnya beliau mengikuti kebudayaan masyarakat setempat.
8
kebudayaan masyarakat transmigran dari daerah lain dan budaya penduduk
asli Desa Rasau Jaya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2019. Awal Kehidupan Masyarakat Transmigrasi Di Rasau Jaya
1. MASA: Journal Of History, 01(02), 138-153.
Septiyani, D. 2014. Para Transmigran Di Desa Rasau Jaya 1 Kabupaten
Kuburaya Kalimantan Barat Tahun 1971-1979. Journal Of
Indonesian History. 3(1), 10-14.
Yulmardi. 2019. Transmigrasi Di Provinsi Jambi (Kesejahteraan Dan
Sebaran Permukiman Generasi Kedua Transmigran). Jawa Tengah:
CV. Pena Persada
37
BAB VI
Pada Hari Senin tanggal 29 Maret 2021 dengan cuaca di pagi hari yang hujan,
peneliti pergi ke desa Rasau Jaya 3. Peneliti berangkat menggunakan motor pada
pukul 10 pagi dikarenakan menunggu hujan reda. Butuh waktu sekitar 30 menit
penelitii menuju desa tersebut. Sebelum peneliti sampai di rumah rumah
narasumber yang ingin diwawancarai, peneliti datang ke kantor camat terlebih
dahulu untuk meminta izin terkait tugas kuliah geografi transmigrasi ini.
Alhamdulillah dari kecamatan sendiri menerima dengan baik kedatangan peneliti
sebagai mahasiswa yang ingin menjalankan tugas ini. Maka dari itu, untuk
selanjutnya peneliti di arahkan dan di izinkan oleh pak camat untuk turun ke
lapangan sesuai dengan siapa yang ingin peneliti cari sebaginarasumber.
Dan sampailah peneliti di suatu rumah yang dimiliki oleh Bapak Yayat yang
berusia 67 tahun dan bekerja sebagai petani. Bapak Yayat mengikuti transmigrasi
8
ini berdasarkan program dari pemerintah pada tahun 1977. Bapak Yayat
mengikuti program transmigrasi ini sendiri, tanpa adanya pihak keluarga yang ikut
serta. Bapak Yayat mengatakan bahwa proses perjalanan menghabiskan waktu 3
hari 3 malam dengan menggunakan transportasi kapal laut. Bapak Yayat bercerita
kesan yang pertama kali ketika sampai di Rasau Jaya cukup kaget karena kondisi
di daerah asal dengan daerah saat ini sangat berbeda, mengingat kebudayaan di
daerah asal dengan daerah tujuan yang berbeda.Awalnya keadaan susah harus di
hadapi baik secara geografis maupun sosial. Perbedaan tersedianya fasilitas antara
Jawa dan Kalimantan. Terlepas dari itu, bapak Yayat mampu beradaptasi dengan
baik di lingkungan barunya. Bapak Yayat mengaku mendaftar sendiri pada
program transmigrasi ini. Proses kebudayaan pada daerah sebelumnya tidak
begitu diterapkan di daerah yang sekarang. Setelah selesai berbincang bincang
mengenai sejarah keberangkatan bapak yayat pada masa itu, peneliti pun
melanjutkan berbincang bincang dengan sang istri yang kebetulan juga berasal
dari jawa barat. Ibu komariah merupakan seorang petani yang berumur 58 tahun,
beliau merupakan masyarakat yang tinggal di Desa Rasau Jaya 3 yang mengikuti
program transmigrasi. Sesuai dengan pengertian transmigrasi yang merupakan
perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan
untuk menetap di daerah kawasan transmigrasi yang diselenggaeakan oleh oleh
pemerintah. Begitupun dengan ibu komariah yang ikut program transmigrasi dari
pemerintah ini dengan sukarela.
Ibu Komariah merupakan istri dari bapak Yayat yang sebelumnya peneliti
ceritakan. Beliau mengikuti program transmigrasi karena ikut dengan orang
tuanya. Saat itu ibu Komariah masih remaja. Faktor yang mendorong ibu
Komariah mengikuti program transmigrasi karena saat itu beliau masih belum
dewasa sehingga mengikuti apa saja yang diperintahkan orang tuanya dan ikut
dalam program transmigrasi tersebut. Ibu Komariah berkata proses perjalanan dari
daerah asalnya sampai ke rasau 1 hari 1 malam, karena saat itu ibu Komariah
menggunakan pesawat terbang yaitu pesawat Hercules. Beliau merupakan
transmigrasi pada tahun 1977. Setelah tiba di lokasi Rasau Jaya, kebanyakan para
39
transmigran tidak siap dengan kondisi alam yang jauh berbeda dengan kondisi di
daerah asalnya. Dengan begitu, mau tidak mau mereka harus beradaptasi dengan
lingkungan dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Mereka harus bekerja
keras membuka lahan dengan peralatan yang sederhana, dengan gambut yang
begitu tebal. Belum lagi gigitan binatang hutan yang bisa membahayakan
keselamatan mereka. Itu semua mau tidak mau harus dihadapi para transmigran
yang ada di Rasau Jaya. Mereka yang mau bekerja keras dan tidak putus asa
akhirnya berhasil. Pada saat itu ibu Komariah berkata kebudayaan dari daerah
asalnya tetap diterapkan tetapi menyesuaikan dengan kebudayaan penduduk asal,
yaitu suku Melayu. Beliau sangat bersyukur akan program pemerintah mengenai
transmigrasi hal tersebut sangat baik bagi kehidupan beliau. karena pada saat itu
pemerintah juga menyediakan beras lahan dan sebagainya untuk bekal
transmigrasi yang ada di Rasau jaya3.
8
BAB VII
A. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan salah satu bentuk perpindahan penduduk yang
berlangsung di Indonesia. Pelaksanaan program transmigrasi telah berjalan
cukup lama, dimulai pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, dengan
nama kolonisasi sampai zaman reformasi pada saat iniPada masa
pemerintahan Hindia Belanda (1905-1941) sasaran utamanya selain untuk
mengurangi kepadatan penduduk Pulau Jawa, juga untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja di daerah-daerah luar Pulau Jawa. Di masa
Pemerintahan orde baru tujuan transmigrasi semakin berkembang ke
41
tujuan non demografis. Program transmigrasi tidak hanya bertujuan untuk
menyeimbangkan. Penyebaran penduduk melalui pemindahan dari wilayah
padatke wilayah jarang, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas dalam
rangka pembangunan nasional.
Tujuan Utama diadakannya Transmigrasi adalah terlaksananya
Transmigrasi Swakarsa (spontan) yang teratur dalam jumlah yang sebesar-
besarnya untuk mencapai (a) Peningkatan taraf hidup,(b) Pembangunan
daerah. (c) Keseimbangan penyebaran penduduk. (d) Pembangunan yang
merata seluruh Indonesia. (e) Pemanfaatan sumber-sumber daya alam dan
tenaga manusia. (f) Kesatuan dan persatuan bangsa. (g) Memperkuat
pertahanan dan keamanan nasional.
B. Rasau Jaya
Kecamatan Rasau Jaya memiliki wilayah daratan seluas 111,07 km2 dan
terletak disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sungai Kakap,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sungai Raya, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Kubu dan Kecamatan Teluk Pakedai,
sebelah utara berbatasan Kecamatan Sungai Raya.Pemerintahan Pada
Kecamatan Rasau Jaya pemerintahan dipimpin oleh seorang camat yang
memipin wilayah Kecamatan Rasau Jaya yang terdiri dari 6 desa dengan
jumlah dusun keseluruhan berjumlah 27 dusun.
8
Dalam bidang ekonomi mayakarakat memiliki hubungan yang baik.
Studing banding dalam hal ekonomi yaitu membandingkan wilayah
daeerah tersebut dengan daerah lain yang lain yang lebih maju agar
termotivasi dalam pembangunan wilayah daerah setempat. Pada dusun
Kapuas mata pencaharian masyakarat di daerah ini Cukup beragam yaitu
ada petani, PNS, buruh pelabuhan, dan nelayan yang hamper sma rata
banyaknya.
43
biasa atau bisa disebut dengan mudah membaur sehingga tidak terdapat
adanya kesenjangan.
Menurut Bu Nining mengenai penduduk pendatang yang dilakukan
pemerintah sangat bagus karena dengan adanya pendatang wilayah Rasau
Jaya menjadi ramai penduduk. Membuka lapangan pekerjaan baik untuk
penduduk lokal maupun pendatang sehingga dapat membangun
perekonomian. Pembagian lahan baik itu untuk lahan pertanian maupun
lahan perkebunan sudah terstruktur agar tidak memicu konflik. Selain itu
budaya yang dibawa dari masing-masing daerah asal transmigran diterima
dengan baik oleh penduduk lokal selama itu tidak mengganggu dan
berakulturasi dengan budaya setempat. Dan juga menurut bu Nining
transmigrasi di Rasau Jaya Umum sudah baik dan tidak perlu penambahan
lagi karena untuk sekarang desa Rasau Jaya Umum sudah mulai padat
penduduk..
Selanjutnya peneliti melanjutkan mewawancarai bapak sartoni
(Melayu) sebagai salah satu penduduk asli Rasau Jaya. Beliau lahir pada
tahun 1953 dan beliau merupakan penduduk pendatang yang tingga di
raaunjaya utama dan mendiriakan usaha kecil-kecian di dusun Kapuas
karena tempat oaring lalau lang ramai sehingga berpotensi untuk
berdangang. Pendapat Bapak satoni selaras dengan pendapat Bu Nining
yakni beliau tidak mengalami keberatan dengan adanya program
pemerintah yakni tranmigrasi di daerah ini. Beliau juga menyebutkan
adanya transmigran(pendatang daerah dalam kalbar) yang datang ke
daerah ini menjadikan Rasau Jaya tidak lagi homogen atau menjadikan
Rasau Jaya semakin kaya akan adat istiadatnya dan juga hubungan sosial
antar etnis di Rasau Jaya Umum terbilang baik yakni dicerminkan dengan
adanya toleransi adat istiadat, Hidup untuk mengharagai dan bertoleransi
juga dirasakan oleh Masyarakat atau penduduk asli Rasau Jaya Umum
yakni dapat melakukan kegiatan adat mereka secara nyaman begitu juga
dengan para pendatang
8
2. Kegiatan Ekonomi Penduduk Rasau Jaya Umum
Penduduk Rasau Jaya Umum dulunya mayoritas berprofesi sebagai
petani dan nelayan seperti yang dijelaskan oleh bapak yakni dengan
adanya para transmigran dapat membangun perekonomian di Rasau Jaya
Umum yang mana profesi penduduk tidak hanya sebagai nelayan dan
petani saja, namun juga ada yang berprofesi berdagang dan
membudidayakan ikan atau tambak.
Untuk kegiatan ekonomi masyarakat Desa Rasau Jaya Umum
khsusnya dusun Kapuas sendiri menurut untuk kesempatan dalam bekerja
tidak terdapat perbedaan kesempatan pekerjaan dan hal-hal yang berbau
ekonomi lainnya. Kebanyakan Penduduk di dususn Kapuas bekerja di
bidang jasa angkutan dan sisanya bekerja sebagai wirausaha dan
wiraswasta.
DAFTAR PUSTAKA
45
BAB VIII
8
Rasau Jaya Umum merupakan salah satu desa di Kecamatan Rasau
Jaya. Desa Rasau Jaya Umum ini merupakan pusatnya masyarakat yang
dominan atau asli penduduk setempat bukan Transmigran. Berhubung
Desa Rasau Jaya Umum merupakan desa yang dominan penduduk asli
atau berasal dari tanah Kalimantan. Sehingga menjadi patokan kami untuk
melakukan wawancara dengan masyarakat setempat yang merupakan
penduduk asli.
Desa Rasau Jaya Umum dikenal juga sebagai Kampoeng Melayu,
hal ini dikarenakan karena mayoritas penduduk yang ada di desa Rasau
Jaya Umum adalah suku Melayu. Namun, di desa Rasau Jaya Umum
terdapat juga pendatang seperti orang-orang Kapuas Hulu yang tinggal di
daerah pesisir Kapuas, untuk pendatang dari luar seperti suku Jawa dan
Madura berada di wilayah Rasau Tanjung. Umumnya mata pencaharian
penduduk di desa Rasau Jaya Umum yaitu sebagai petani baik itu
penduduk asli maupun pendatang.
47
Menurut penuturan Bu Nining mengenai program transmigrasi
yang dilakukan pemerintah sangat bagus karena dengan adanya
transmigrasi wilayah Rasau Jaya menjadi ramai penduduk. Membuka
lapangan pekerjaan baik untuk penduduk lokal maupun pendatang
sehingga dapat membangun perekonomian. Pembagian lahan baik itu
untuk lahan pertanian maupun lahan perkebunan sudah terstruktur agar
tidak memicu konflik. Selain itu budaya yang dibawa dari masing-masing
daerah asal transmigran diterima dengan baik oleh penduduk lokal selama
itu tidak mengganggu dan berakulturasi dengan budaya setempat. Dan
juga menurut bu Nining transmigrasi di Rasau Jaya Umum sudah baik dan
tidak perlu penambahan lagi karena untuk sekarang desa Rasau Jaya
Umum sudah mulai padat penduduk. Serta menghindari oknum-oknum
transmigran nakal yang dapat merusak kedamaian di desa Rasau Jaya
Umum.
Selanjutnya peneliti melanjutkan mewawancarai Ibu Hartini
(Melayu) sebagai salah satu penduduk asli Rasau Jaya. Beliau lahir pada
tahun 1974 dan beliau merupakan anak dari Kepala Kampung Rasau Jaya
Umum atau paman Bu Hartini yang merupakan pendiri dari Rasau Jaya.
Pendapat Bu Hartini selaras dengan pendapat Bu Nining yakni beliau tidak
mengalami keberatan dengan adanya program pemerintah yakni
tranmigrasi di daerah ini. Beliau juga menyebutkan adanya transmigran
yang datang ke daerah ini menjadikan Rasau Jaya tidak lagi homogen atau
menjadikan Rasau Jaya semakin kaya akan adat istiadatnya dan juga
hubungan sosial antar etnis di Rasau Jaya Umum terbilang baik yakni
dicerminkan dengan adanya toleransi adat istiadat, seperti masih
diadakannya Kuda Lumping, Tari Golek Campursari yang mana berasal
dari adat Jawa dan setiap tahunnya masih diadakannya Gawai pasca panen
yang berasal dari adat dayak. Namun semua acara adat tersebut mengalami
vakum sementara semenjak adanya pandemi virus COVID-19. Hidup
untuk mengharagai dan bertoleransi juga dirasakan oleh Masyarakat atau
8
penduduk asli Rasau Jaya Umum yakni dapat melakukan kegiatan adat
mereka secara nyaman begitu juga dengan para Transmigran.
DAFTAR PUSTAKA
49
DAFTAR NAMA KELOMPOK
Kelompok Bab 1
Kelompok Bab 2
1. Nurzanah /F1241181006
2. Seravina /F1241181037
3. Muhammad Irfan Maulana /F1241181019
4. Fransiskus Iwan Pratama /F1241181012
Kelompok Bab 3
Kelompok Bab 4
Kelompok Bab 5
1. Zulpian /F1241151020
2. Miftahul Jannah /F1241181028
3. Siti Ruqiyah /F1241181014
Kelompok Bab 6
8
Kelompok Bab 7
Kelompok Bab 8
51