Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA

KAIN TENUN CITRA LEGOWO TROSO JEPARA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

MUHAMMAD ALI RIDLO

NPM.151003622010351

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

2020
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA

KAIN TENUN CITRA LEGOWO TROSO JEPARA

Dipersembahkan dan disusun oleh

MUHAMMAD ALI RIDLO


NPM.151003622010351

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji


Pada Tanggal :
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Dra. Rr. Suprantiningrum, SE,MSi


Penguji 1

Dra. Sri Suyati, SE, MM


Pembimbing

Dra. Hj. Nurchayati,SE,MSi.Ak


Penguji 2

Semarang, 01 Oktober 2020


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Ubiversitas 17 Agustus 1945 Semarang
Dekan

Dra. Nurchayati, SE, MM, Akt.CA


Nrp.111357

ii-2
HALAMAN PENGEMBANGAN DAN MOTO
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

 Bapak, Ibu dan kedua Adikku

 Bapak dan ibu dosen, Dosen pembimbing Universitas 17 Agustus 1945

Semarang

 Almamaterku, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

 Sahabatku selama kuliah, Ali Musthofa, Maulana Satria Nugroho

 Teman-teman kosku, di Jalan Raya Klampisan No.1, Ngaliyan, Kec. Ngaliyan

Semarang

 Teman-temanku, Perusahaan Kain Troso Jepara

MOTTO

“Dan kami jadikan diantara mereka itu pimpinan-pimpinan yang memberi

petunjuk dengan perintah kami ketika mereka bersabar, dan mereka menyakini ayat-

ayat kami” (QS. As-Sajdah: 24)

iii-3
Judul : Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity
Based Costing (ABC) Pada Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara
Title : Analisis Of The Calculation Of The Cost Of Production With The Activity
Based costing Method On Troso Jepara Citra Legowo Waven Fabric
Nama : Muhammad Ali Ridlo
NPM : 151003622010351

ABTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji metode Activity Based Costing dalam
perhitungan harga pokok produksi kerajian tenun troso jepara, serta membandingkan
hasil antara metode yang digunakan perusahaan yaitu metode perusahaan dengan
metode yang peneliti bahas yaitu metode Activity based costing.
Penelitian ini di lakukan di usaha kain tenun citra legowo troso jepara yang
terletak di jalan bugel Km. 05 troso pecangaan jepara. Penelitian ini di fokuskan pada
suatu proses produksi per bulan dalam menentukan harga pokok produksi. Analisis data
yang digunakan yaitu jenis data kuantitatif deskriptif dengan analisis data dilakukan
melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perhitungan
harga pokok produksi yang dilakukan antara perusahaan dengan metode Activity Based
Costing. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa harga pokok produksi dilakukan
perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan metode Activity Based costing. perbedaan
tersebut dikarenakan perhitungan yang dilakukan perusahaan belum mengakui seluruh
biaya yang berkaitan dengan produksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perhitungan
harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan belum tepat, karena tidak
memasukkan biaya-biaya secara tepat ke dalam perhitungan harga pokok produksinya.
Metode Activity Based Costing lebih tepat untuk digunakan bagi perusahaan yang
memproduksi produk, sehingga dengan tepat membantu manajemen dalam keputusan
terhadap pengendalian aktifitas-aktifitas yang terdapat selama proses produksi yang
akan berdampak pada profitabilitas perusahaan.

Kata kunci : Activity Based Costing, Harga Pokok Produksi, Biaya Bahan Baku, Biaya
Tenaga Kerja.

iv-4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA KAIN TENUN CITRA LEGOWO

TROSO JEPARA”.

Tujuan penulis skripsi ini adalah guna memenuhi persyaratan untuk mencapai

derajad strata satu (S1) pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas atas bantuan berbagai pihak, untuk

itu kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth :

1. Dra. Nurchayati, SE, MM, Akt.,.CA, Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.

2. Dra. C. Sri Haryanti, SE, M.Si, Akt.,.CA, Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.

3. Dra. Sri Suyati, SE, MM., Dosen pembimbing yang telah sabar memberikan

petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu, selama penulis kuliah

pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.

v-5
5. Bapak pemilik usaha kain tenun troso jepara yang telah memberikan ijin

penelitian.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepadada

semua pihak tang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas. Akhirnya semoga

skripsi ini ada manfaatnya.

Semarang,01 Oktober 2020

Penulis,

Muhammad Ali Ridlo


NPM.151003622010351

vi-6
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i-1

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii-1
-3
-4
-5
-7
-9
-10
-11
BAB I
BAB II
BAB III

vii-7
BAB IV
BAB V

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii-8
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 perbedaan antara ABC dan tradisional Costing...................... II-38

Tabel 4.1 Pembelian bahan baku kain tenun bulan Juni 2020................ IV-47

Tabel 4.2 Biaya Tenaga Kerja................................................................. IV-48

Tabel 4.3 Biaya Overhead pabrik............................................................ IV-49

Tabel 4.4 Perhitungan harga pokok produksi dengan metode tradisional IV-51

Tabel 4.5 Perhitungan harga pokok produksi dengan metode

perusahaan Bulan Juni 2020................................................... IV-52

Tabel 4.6 Biaya bahan penolong............................................................. IV-53

Tabel 4.7 Jumlah pwmwliharaan mesin.................................................. IV-54

Tabel 4.8 Jumlah pemakaian mesin........................................................ IV-54

Tabel 4.9 Jumlah luas bangunan............................................................. IV-55

Tabel 4.10 Klarifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas....................... IV-55

Tabel 4.11 Data alokasi biaya setiap jenis produk.................................. IV-56

Tabel 4.12 Data tarif kelompok............................................................... IV-57

Tabel 4.13 Pembebanan BOP.................................................................. IV-58

Tabel 4.14 Perhitungan harga pokok produk kain tenun denganABC.... IV-58

Tabel 4.15 Perbandingan harga pokok produksi sistem

Tradisional dan ABC........................................................... IV-59

ix-9
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo

Troso Jepara......................................................................... II-9

Gambar 2.2 Formulasi Permasalahan Kasus........................................... II-14

Gambar 2.3 Konsep Dasar Activity Based Costing................................ II-30

Gambar 2.4 Keyakian dasar ABC System “biaya ada penyebabnya”.... II-31

Gambar 2.5 Pembebanan biaya ke aktivitas ke fitur produk/jasa........... II-37

Gambar 3.1 Teknik analisis..................................................................... II-42

x-10
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

Lampiran 1. Waktu Pengumpulan Data.................................................. 1

Lampiran 2. Transkrip Wawancara......................................................... 3

Lampiran 3. Transkrip Wawancara......................................................... 5

Lampiran 4. Data penelitian terdahulu.................................................... 7

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian...................................................... 15

Lampiran 6. Jadwal Bimbingan Proposal............................................... 19

Lampiran 5. Pelaksanaan ujian proposal skripsi..................................... 21

Lampiran 6. Pelaksanaan ujian proposal................................................. 22

Lampiran 7. Daftar Riwayar Hidup......................................................... 23

xi-11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan yang memproduksi suatu barang memerlukan informasi jumlah biaya

dikeluarkan untuk menghasilkan produk. Biaya produksi seperti bahan baku, tenaga

kerja, dan overhead pabrik lainnya digunakan sebagai dasar untuk menghitung harga

pokok produksi. Dengan persaingan usaha antar perusahaan yang menghasilkan produk

sejenis, perusahaan harus mampu menghasilkan tuntutan yang baik dari segi kuantitas

dan kualitasnya (Srikalimah, 2017).Perusahaan produksi biasanya sangat

memperhatikan pengalokasian biaya-biaya produksi yang digunakan. Hal ini bertujuan

agar usaha tersebut selalu stabil atau bahkan meningkat dalam laba yang diperoleh

(Maghfirah, 2016)

Harga pokok produksi berpengaruh dalam laba rugi perusahaan, apabila

perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan harga pokok produksi,

mengakibatkan kesalahan dalam penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan.

Mengingat arti pentingnya harga pokok produksi yang memerlukan ketelitian dan

ketepatan (Batubara, 2013).

Mulyadi (2015) menjelaskan bahwa, harga pokok produksi adalah harga pokok

produksi dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produk dan

biaya non produk. Biaya produk merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

pengelolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produk merupakan

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran

dan kegiatan administrasi umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi,

I-1
yang digunakan untuk menghitung harga pokok yang pada akhirnya periode akuntansi

masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk

menghitung total harga pokok produk. Manfaat harga pokok produksi adalah untuk

menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba

atau rugi periodik dan menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk

dalam proses yang disajikan dalam neraca (Mulyadi, 2005).

Para peneliti yang melakukan penelitian perhitungan harga pokok produksi

maupun harga pokok penjualan selama ini berdasarkan taksiran atau perkiraan saja.

Beberapa pendekatan dalam penentuan harga pokok produksi diantaranya metode

activity based costing dan metode prusahaan. Mulyadi (2014), Activity Based Costing

merupakan suatu sistem informasi yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap

tentang aktivitas untuk memungkinkan personal perusahaan melakukan pengolahan

terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan

biaya dan penenunan secara akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.

Metode Activity based costing digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan

efesiensi dari true cost suatu produk atau jasa. Keunggulan metode Activity Based

Costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan alokasi biaya. Metode Activity

Based Costing memberikan gambaran tentang bagaimana bauran dari beraneka ragam

produk, jasa dan aktivitas memberikan kontribusi kepada laba usaha dalam jangka

panjang. Manfaat utama meode Activity Based Costing adalah: pengukuran profitabilitas

yang lebih baik, Keputusan dan kendala yang lebih baik, informasi yang lebih baik

untuk biaya kapasitas, kemampuan metode ABC untuk mengungkapkan aktivitas yang

tidak memberikan nilai tambahan (non value adde activities) bagi produk atau jasa

yang dihasilkan.

I-2
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas untuk makalah judul

penelitian “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity

Based Costing (ABC) pada Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraian sebelumnya, maka dapat di

rumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan?

2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi kain tenun dengan menggunakan

metode activity based costing?

3. Bagaimana perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi perusahaan

dengan harga pokok produksi Activity Based Costing?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan.

2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode activity

based costing.

3. Untuk mengetahui perbandingan perhitungan harga pokok produksi perusahaan

dengan harga pokok produksi metode activity based costing.

1.4. Manfaat penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat. Adanya manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

I-3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak perusahaan

dalam menghitung harga pokok produksi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang

akurat sehingga dapat menentukan harga jual produk.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pemilik usaha kain

tenun troso jepara dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity

Based Costing(ABC).

I-4
BAB II

DESKRIPSI KASUS DAN TELAAH PUSTAKA

2.1. Deskripsi kasus

2.1.1. Kajian Kasus Umum

1. Sejarah Singkat Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

penelitian ini dilakukan di perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

adalah perusahaan perorangan, perusahaan ini didirikan pada tahun 1991.

Nama : Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

Beroperasi : Tahun 1991

Alamat: Jalan Bugel Km. 05 Troso Pecangaan Jepara

Perusahaan kain Tenun Citra Legowo Ttoso Jepara merupakan industri yang

memproduksi kain tenun. Batik yang di unggulkan di Kain Tenun Citra Legowo Troso

Jepara adalah Tenun Blanket. Perusahaan kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara selain

membuat kain tenun troso jepara sendiri, Perusahan Kain Tenun Citra Legowo Troso

Jepara juga bekerja sama dengan pengrajin kain tenun troso lainnya di daerah troso

kabupaten jepara.

Bapak Gianto mendirikan perusahaan ini bertujuan untuk mencari laba, untuk

meningkatkan tarif ekonomi dengan usahanya sendiri dan usaha untuk membuka

lapangan pekerjaan di daerah tempat usahannya berdiri. Sebagai pemilik usaha kain

Tenun Citra Legowo Troso Jepara sudah memiliki keterampilan dalam hal tenun sejak

1986 diawali dengan menjadi karyawan pada perusahaan yang sejenis. Gianto

berkeinginan untuk mengembangkan usahanya dan memperluas jangkauan pasarnya.

II-5
Perusahaan kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara memproduksi kain tenun troso

dengan bahan baku benang impor dan bahan penolong pewarna hydro dan pewarna

crostic. Macam-macam motif yang dimiliki Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

yang dipercayai untuk diproduksi di perusahaan. Adapun produk yang dihasilkan adalah

BLANKET. Kapasitas produk yang dihasilkan pada perusahaan ini sudah mencapai

kurang lebih 260 potong yang di produksi perbulan yang di impor perbulan 240 potong

ke daerah pemasarannya dalam negeri.

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara memiliki 10 orang karyawan.

Bagian produksi terdiri dari penyepulan, penali, pendesain, tukang bum, tukang

bongkar, tukang malet, tukang wenter dan penenun. Proses pembuatan kain tenun troso

jepara yang terdiri dari menghani, memasang benang lungsi pada bum benang lungsi,

pencucukan pada mata gun, pencucukan pada sisir, mengikat benang lunsi pada bum

kain, penyetelan, menenun, melepas tenun.

Visi dan misi Perusahaan kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara adalah sebagai

berikut:

Visi : “Menasionalkan dan Menginternasionalkan Tenun Troso”

Misi perusahaan adalah :

a. Tenun jepara menjadi perusahaan global yang beriorientasi pada pemenuhan

kebutuhan konsumen.

b. Tenun jepara memberikan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan

berkualitas.

c. Tenun jepara membangun kepercayaan dan hubungan kekerabatan dengan mitra

bisnis dan konsumen.

II-6
d. Tenun jepara memberikan kesempatan kepada siapa saja yang menginginkan

menjadi reseller tenun jepara.

e. Membangun masyarakat jepara yang sejahtera pada umumnya serta kesejahteraan

masyarakat troso pada khususnya.

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara selalu memperhatikan harga

pokok produksi. Harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak

langsung yang dikeluarkan Perusahaan Kain Troso Citra legowo Troso Jepara untuk

proses produksi sehingga barang atau jasa tersebut bisa terjual. Perusahaan Kain Tenun

Citra Legowo Troso Jepara harus menghitung harga pokok suatu barang karena sangat

penting untuk pelaporan keuangan perusahaan. Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo

Troso Jepara selalu menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masnyarakat

sudah mengetahui situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produk,

sehingga tidak ada tanggungan lain dari konsumen atau kurang puas.

Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat

penting ditentukan. Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang

tersebut perusahaan membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan

sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga

mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.

Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat

terjadi,jika pembeli dan penjual telah secara bersama-sama sepakat pada suatu tingkat

harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan

Kain Tenun Citra Legowo Troso jepara dalam hal ini melakukan kegiatan untuk

pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan

ditawarkan.

II-7
Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat

dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti produksi, pemesanan juga

pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara dalam menjalankan

aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam penetapan harga jual kepada

pelanggan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan

lain, daya beli masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintahan dan

lain pertimbangan tentang biaya produksinya.

Perusahaan kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara dalam menentukan harga

pokok produksi seharusnya dilakukan sebelum perusahaan menentukan harga jual.

Harga ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk membandingkan dengan

pendapatan dan disajikan dalam laporan laba rugi. Selain itu, perusahaan juga akan

lebih mudah melakukan pengontrolan produksi jika mengetahui harga pokoknya.

Banyak perusahaan yang salah dalam menentukan harga pokok produksi karena

mengira harga pokok produksi sama dengan harga jual. Sebenarnya keduanya berbeda,

karena harga jual telah ditambah dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan,

sedangkan harga pokok produksi tidak.

2. Struktur Organisasi Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

Citra Legowo mempunyai struktur organisasi untuk membagi tugas dan posisi.

Berikut struktur organisasi Citra Legowo.

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara

pemimpin

II-8
Wakil
penjualan keuangan
pemimpin

Promosi Produksi Tenaga Kerja

Seksi
Perlengkapan
produksi

Sumber : Perusahan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara, 2020

Tugas dari masing-masing bagian sebagai berikut :

1. Pemimpin

Memimpin perusahaan, mengontrol dan mengawasi kinerja bawahannya.

2. Wakil pemimpin

Mengontrol dan mengawasi kinerja bawahannya dan bertanggungjawab terhadap

kelangsungan hidup perusahaan.

3. Keuangan

Bertanggungjawab untuk membantu perencanaan bisnis dan pengambilan

keputusan dengan memberi nasihat keuangan yang sesuai.

4. Penjualan

Menerima orderan.

II-9
2.1.2 Kajian kasus khusus

Menghitung harga pokok produksi pada perusahaan Kain Tenun Citra legowo

Troso Jepara memiliki tujuan untuk mendapatkan nilai suatu barang dagang atau jasa.

Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk membantu evaluasi hasil kerja serta

pengawasan terhadap efisiensi biaya, khususnya biaya produksi. Oleh karena itu,

perusahaan sangat membutuhkan informasi tentang harga pokok produksi yang akurat,

untuk dapat menentukan harga jual yang bersaing.

Perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat

ditinggalkan, sebab apabila pimpinan kurang tepat di dalam menentukan harga pokok

produksi mengakibatkan harga jual yang sangat tinggi sehingga kemungkinan pesanan

akan berkurang. Akibatnya dari hal tersebut volume penjualan akan berkurang sehingga

tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Oleh karena itu kesalahan didalam perhitungan

harga pokok produksi harus dihindarkan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik

dan kelangsugan perusahaan lebih terjamin.

Perhitungan harga pokok produksi juga sebagai alat dalam peneraan harga jual,

untuk mengetahui efisien atau tidaknya perusahaan kain Tenun citra Legowo Troso

Jepara, mengetahui apakah suatu kebijakan dalam penjualan barang perlu diubah dan

untuk keperluan penyusunan laporan posisi keuangan. Perlakuan harga pokok yang baik

dan benar mutlak diperlukan oleh perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara,

hal ini disebabkan karna harga pokok mempengaruhi laporan perusahaan. Harga pokok

secara langsung mempengaruhi besarnya nilai aset yakni nilai persediaan di dalam

laporan posisi keuagan. Demikian pada perhitungan laba rugi yang dipengaruhi harga

pokok penjualan. Kesalahan terhadap penentuan harga pokok akan menimbulkan

informasi yang keliru dalam laporan keuangan yang dihasilkan.

II-10
Harga pokok produksi meliputi biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan

baku, barang setengah jadi sampai menjadi barang akhir untuk dijual. Unsur yang

menjadi barang dari harga pokok produksi ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, dan biaya overhead pabrik, seluruh biaya tersebut sangat penting diperhatikan

karena biaya ini akan menjadi unsur harga pokok produk.

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisional

dapat disebut juga dengan metode perhitungan berdasarkan unit. Alokasi biaya

overhead pabrik dalam metode tradisional didasarkan pada jam tenaga kerja langsung

atau jam mesin atau juga hanya didasarkan pada volume produksi barang. Dikarenakan

masing-masing produk menghasilkan biaya overhead pabrik yang berbeda-beda maka

saat menentukan harga pokok produksi barang biasanya akan tidak akurat, akan terjadi

distorsi atau kesalahan saat perusahaan menentukan harga pokok produksi per unit

barang.

2.1.3. Formulasi permasalahan kasus

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara merupakan perusahaan yang

memproduksi kain tenun dengan macam produk BLANKET dalam jumlah yang

lumayan besar berdasarkan pesanan. Siklus produksi pada Perusahaan kain Tenun Citra

Legowo Troso Jepara dimulai dari diterimanya order dari bayer yang kemudian

dilanjutkan pada proses perencanaan, pembelian bahan baku, pengecekan bahan baku,

proses produksi sampai proses pengemasan.

Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan kain Tenun

Citra Legowo Troso Jepara belum merinci seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi. Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan perusahaan pimpinan kain

tenun citra legowo troso jepara dalam memperhitungkan harga pokok produksi biaya-

II-11
biaya yang diakui adalah biaya pembelian bahan baku benang, biaya gaji karyawan dan

biaya pembelian wenter. Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

menghitung biaya produksi dengan menjumlahkan ketiga biaya yang disebutkan diatas.

Sedangkan menghitung harga pokok produksi per potong, membagi jumlah total harga

pokok produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Unsur pokok perhitungan harga pokok produksi terdiri dari hal-hal betikut:

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja langsung

c. Biaya overhead pabrik

Jadi dalam memperhitungkan harga pokok produksi harus memasukkan

perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

dalam menetapkan harga jual suatu produk atau jasa, sehingga biaya yang ditetapkan

sesuai dengan perhitungan yang sebenarnya. Perhitungan biaya suatu aktivitas produksi

produk. Jika perusahaan kain tenun citra legowo troso jepara ingin agar perhitungan

biaya produksi dihitung secara akurat agar tidak menimbulkan kerugian dan dapat

bersaing dengan perusahaan lainnya yang sama maka sebaiknya menggunakan metode

Activity Based costing (ABC) dibandingkan dengan metode tradisional yang masih

memungkinkan terjadinya kesalahan dalam perhitungan biaya.

II-12
Gambar 2.2
Formulasi Permasalahan Kasus

Pra Survey Masalah Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Tenun


Citra Legowo Troso Jepara

Harga pokok produksi menggunakan metode tradisional

Harga pokok produksi metode Activity Based Costing

Perhitungan harga pokok produksi perusahaan Kain Tenun Citra


Legowo Troso Jepara dengan harga pokok produksi Activity Based
Costing

Menganalisis harga pokok produksi perusahaan Kain Tenun Citra


legowo Troso Jepara dengan harga pokok produksi Activity Based
Costing

Membuat kesimpulan dan saran

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian, 2020.

2.2. Telaah pustaka

2.2.1. Harga pokok produksi

2.2.1.1. Pengertian harga pokok produksi

Mulyadi (2015) menjelaskan bahwa, harga pokok produksi adalah harga pokok

produksi dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produk dan

biaya non produk. Biaya produk merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

pengelolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produk merupakan

II-13
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran

dan kegiatan administrasi umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi,

yang digunakan untuk menghitung harga pokok yang pada akhirnya periode akuntansi

masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk

menghitung total harga pokok produk.

Berikut ini adalah rumus harga pokok produksi:

HPP = BBB + BTK + BOP


Keterangan:

HPP : Harga Pokok Produksi

BBB : Biaya Bahan Baku

BOP : Biaya Overhead Pabrik

2.2.1.2. Fungsi harga pokok produksi

Mulyadi (2015) menjelaskan bahwa, dalam perusahaan yang berproduksi massa,

informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat

bagi manjemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk

Perusahaan yang berproduksi mssa memproses produknya untuk memenuhi

persediaan di gudang, dengan demikian biaya produksi dijitung dalam jangka waktu

tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam

penentuan harga jual produksi, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang

dipertimbangkan disamping data biaya lain dan data non biaya.

II-14
2. Memantau realisasi biaya produksi.

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu akuntansi

biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi megkonsumsi total

biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungan oleh perusahaan sebelumnya.

3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu.

Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam

periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto,

manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan unruk

memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periode

diperlukan untuk mengetahui kotribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan

menghasilkan laba atau rugi.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang

disajikan dalam neraca.

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan

periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan

laba rugi. Dalam neraca,manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk

jadi dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

2.2.1.3. Komponen Harga Pokok Produksi

Mulyadi (2005) biaya produksi merupakan biaya yang diperoleh untuk

memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk

selesai yang dijual. Biaya produksi pada perusahaan pemanufakturan terdiri atas

elemen-elemen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik.

II-15
1. Biaya Bahan Baku (direct raw material).

Biaya bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai.

Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk

tersebut. Sebagai contoh adalah benang yang dibuat untuk kain troso.

Mulyadi (2015) menjelaskan bahwa,bahan baku merupakan bahan yang

membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan

manafaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengalahan sendiri.

Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya-biaya

pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain.

Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam

faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang keluar

untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan

sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan (order costs), biaya

penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi

bahan baku, merupakan unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga

pokok bahan baku yang dibeli.

II-16
2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor).

Tenaga kerja adalah tenaga yang langsung menangani proses produksi. Pembuat

kain troso adalah contoh tenaga kerja langsung. Mereka menangani secara langsung

proses produksi dan oleh karena itu dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau upah

tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi.

Mulyadi (2015) menjelaskan bahwa,tenaga kerja merupakan usaha fisik atau

mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengelola produk. Biaya tenaga kerja adalah

harga yang dibebankan untuk menggunakan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya

tenaga kerja dapat dibagi kedalam tiga golongan besar berikut:

1. Gaji dan upah

Gaji dan upah reguler yaitu jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan potongan-

potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua. Cara

perhitungan upah karyawan dalam perusahaan dengan mengalihkan tarif upah dengan

jam kerja karyawan. Dengan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu

dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode waktu tertentu.

2. Premi lembur

Perlakuan terhadap premi lembur tergantung atas alasan-alasan terjadinya lembur

tersebut. Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan

dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadinya lembur tersebut.

Perlakuan ini dapat dibebankan bila pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan

pelanggan/pesanan mau menerima beban tambahan karena lembur tersebut.

II-17
3. Biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja

1. Setup time

Sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai produksi.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula produksi

(set up costs). Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk

membuat rancangan bangunan, penyusunan mesin dan peralatan, latihan bagi karyawan,

dan kerugian-kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman.

2. Waktu menganggur (idle time)

Dalam mengelola produk, seringkali terjadinya hambatan-hambatan, kerusakan

mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan waktu menganggur bagi

karyawan. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama menganggur ini diperlukan sebagai

unsur biaya overhead pabrik.

3. Biaya overhead pabrik (pabrikasi overhead).

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain bahan baku dan tenaga kerja

langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang. Biaya-biaya produksi yang

termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan

berikut ini:

a. Biaya bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan

yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila

dibandingkan dengan harga pokok produksi misalnya, biaya pewarnaan wenter, biaya

penolong pewarnaan hydro, biaya pewarnaan costic, biaya pemutih dalam perusahaan

kain tenun.

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan

II-18
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya perawatan alat tenun, biaya

perawatan pallet, biaya perawatan teropong tenun, biaya perawatan sekir, biaya

perawatan bidang dan bak, biaya perawatan alat gobin, biaya perawatan kompor, biaya

perawatan tabung gas, biaya perawatan, drum pewarna, biaya perawatan solder, biaya

perawatan kuas, biaya perawatan etalase dan biaya perawatan menekin.

c. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat

diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga

kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penelitian terhadap aktiva tetap

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi bangunan

pabrik dan mesin, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebab akibat berlalunya waktu

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya asuransi gedung dan

emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan

karyawan.

f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang

tunai.

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan

kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebaginya.

2.2.1.4. Metode penentuan harga pokok produksi

Penentuan harga pokok produksi digunakan untuk perhitungan laba rugi

perusahaan yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Informasi

II-19
mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan

keputusan harga jual produk yang bersangkutan. Pada setiap perusahaan mempunyai

metode perhitungan harga pokok pada dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu:

1) Metode harga pokok pesanan.

Harga pokok pesanan merupakan cara perhitungan harga pokok produksi untuk

produk yang dijual berdasarkan pesanan. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan

mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya

overhead yang dibebankan ke setiap pesanan. Adapun ciri khusus dari pada harga

pokok pesanan, yaitu:

a) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan secara individual.

b) Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu, pertama, biaya langsung yang terdiri

dari biaya bahan baku langsung yaitu, biaya produksi diluar bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung.

c) Biaya langsung (bahan baku dan tenaga kerja langsung) diperhitungkan terhadap

masing-masing pesanan berdasarkan biaya yang sebenarnya, sedangkan biaya tidak

langsung dibebankan ke tiap-tiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di

awal.

d) Harga pokok per satuan untuk tiap pesanan dihitung pada waktu pesanan yang

bersangkutan selesai diproduksi.

e) Harga pokok per satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya satuan

pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.

f) Untuk pengumpulan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai “ kartu harga

pokok pesanan” yang terdiri dari, nomor pesanan, jenis produk, tanggal pesanan.

II-20
Metode harga pokok pesanan umumnya digunakan oleh perusahaan yang

sifatnya berdasarkan pesanan. Maka proses produksi atau berjalan setelah menerima

pesanan dari pembeli.

2) Metode harga pokok proses

Harga pokok proses merupakan cara perhitungan harga pokok produksi untuk

setiap satu waktu tertentu. Perhitungan biaya berdasarkan proses ialah bahan baku,

biaya tenaga kerja, dan overhead pabrik umumnya dibebankan ke departemen produksi.

Adapun karakteristik harga pokok proses, yaitu:

a) Perusahaan dengan hasil produk yang relatif besar dan umumnya berupa produk

standar dengan variasi produk yang relatif kecil.

b) Perusahaan yang proses produksinya berlangsung terus menerus dan tidak

tergantung pada pesanan karena tujuan perusahaan adalah untuk menghasilkan

produk yang siap jual sesuai dengan rencana produksi.

Metode harga pokok proses umumnya digunakan oleh perusahaan yang sifat

produksinya terus-menerus atau metode produksi massal. Contoh perusahaan kain troso.

Metode penentuan harga pokok atau penentuan biaya dapat dikelompokkan

menjadi dua metode, yaitu:

1) Metode full costing

Adalah metode penentuan biaya yang memasukkan semua biaya produk variabel

dan biaya produk tetap ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu, dalam metode

penentuan biaya penuh atau full costing, dalam metode ini elemen biaya produk

II-21
meliputi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel, dan

biaya overhead pabrik tetap.

2) Metode variable costing

Adalah metode penentuan biaya yang hanya memasukkan biaya produk variabel

ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu, dalam metode ini biaya produk meliputi,

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

2.2.2. Metode harga pokok produksi

2.2.2.1. Metode tradisional

2.2.2.1.1. Pengertian sistem biaya tradisional

Sistem tradisional merupakan sistem perhitungan biaya dimana perhitungan

biaya hanya disarankan pada tahap produksi barang dalam setiap unit barang. Sistem

perhitungan biaya secara tradisional dapat disebut juga dengan sistem perhitungan

berdasarkan unit. Sistem Tradisional biaya produknya terdiri dari tiga elemen yaitu

Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik. Sistem

Tradisional hanya menggunakan driver driver aktivitas berlevel unit untuk membuat

perhitungan Harga Pokok Produksi. Sistem Tradisional tidak mencerminkan penyebab

terjadinya biaya. Cost driver yang digunakan dalam Sistem Tradisional sebagai dasar

pembebanan dapat berupa jam kerja langsung, jam mesin, jam inspeksi dan sebagainya.

2.2.2.1.2. Kelebiahan dan kelemahan metode tradisional

Kelebihan dari metode tradisional dalam perhitungan harga pokok produksi,

yaitu:

II-22
1) Mudah diterapkan. Metode tradisional tidak banyak menggunakan pemicu biaya

(cost driver) dalam membebankan biaya overhead pabrik sehingga memudahkan

dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi.

2) Mudah di audit. Pemicu biaya (cost driver) yang tidak banyak akan memudahkan

auditor untuk melakukan audit.

Kelemahan dari metode tradisional dalam penentuan harga pokok produksi,

yaitu:

1) Untuk biaya nonproduksi, akuntansi biaya tradisional hanya membebankan ke

produk. Beban penjualan, umum dan administrasi diperlukan sebagai beban

periodik dan tidak dibebankan ke produk.

2) Untuk biaya produksi dan perhitungan biaya berdasarkan proses, akuntansi

tradisional membebankan semua biaya produk ke produk, bahkan biaya produksi

yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, sebagian upah untuk keamanan

pabrik akan dialokasikan ke produk meskipun upah penjagaan keamanan tersebut

sama sekali tidal terpengaruhi apakah perusahaan berproduksi atau tidak.

3) Untuk biaya kapasitas tak terpakai, akuntansi biaya tradisional menghitung tarif

overhead yang ditentukan di muka dihitung dengan membagikan anggaran biaya

overhead dengan ukuran aktivitas yang dianggarkan seperti jam kerja langsung.

2.2.2.1.3. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode tradisional

Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional terdiri dari tiga

elemen yaitu, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Pembebanan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk

II-23
dengan menggunakan penelusuran langsung. Di lain pihak, biaya overhead dibebankan

dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi (volume).

Pada Sistem Tradisional mengalokasikan Biaya Overhead Pabrik ditempuh

dengan dua tahap. Pertama, Biaya Overhead Pabrik dibebankan ke unit organisasi

(pabrik atau departemen). Kedua, Biaya Overhead Pabrik dibebankan ke masing-

masing produk. Elemen- elemen biaya dialokasikan secara proporsional dengan suatu

pembanding yang sesuai. Elemen-elemen biaya dialokasikan secara langsung sesuai

dengan perhitungannya. Elemen-elemen biaya tersebut dijumlahkan untuk memperoleh

nilai Harga Pokok Produksi kemudian dihitung Harga Pokok Produksi untuk setiap

produk yang dihasilkan.

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan Sistem Tradisional dapat dilakukan

dengan dua macam cara, yaitu:

II-24
1. Produk tunggal

Suatu perusahaan yang hanya memproduksi satu produk seluruh Biaya

Overhead Pabriknya dilacak pada produk itu sendiri. Ketepatan pembebanan Biaya

Overhead Pabriknya tidak menjadi masalah. Pembebanan ini tidak cocok diterapkan

untuk perusahaan yang memproduksi beberapa jenis produk. Biaya Overhead Pabrik

per unit adalah sebesar total Biaya Overhead Pabrik dibagi dengan jumlah unit yang

diproduksi. Perhitungan tarif tunggal berdasarkan unit produk dapat diajikan sebagai

berikut:

Tarif tunggal berdasar unit produk

BOP per unit=Biaya overhead pabrik

Tolal produk

2. Produk ganda dengan cost driver berdasarkan unit

Suatu perusahaan yang memproduksi beberapa macam produk seluruh Biaya

Overhead Pabriknya dibebankan secara bersama oleh seluruh produk. Dalam Sistem

Tradisional diasumsikan Biaya Overhead Pabrik berhubungan erat dengan jumlah unit

yang diproduksi yang diukur dalam jam kerja tenaga kerja langsung, jam mesin atau

harga bahan. Namun, masalah yang ditimbulkan adalah mengidentifikasi jumlah Biaya

Overhead Pabrik yang ditimbulkan atau dikonsumsi oleh masing-masing jenis produk.

Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari driver biayanya. Driver biaya atau Cost

Driver adalah faktor-faktor yang dapat menjelaskan penyebab konsumsi Biaya

II-25
Overhead Pabrik. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada produk dapat dihitung

menggunakan tarif tunggal atau tarif departemen.

1) Tarif tunggal

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan Biaya Overhead

Pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif tunggal dengan menggunakan Cost

Driver berdasar unit. Dalam pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan tarif tunggal

semua Biaya Overhead Pabrik diasumsikan oleh satu Cost Driver. Cost driver yang

digunakan sebagai dasar pembebanan dapat berupa jam kerja langsung, jam mesin, jam

inspeksi dan sebagainya. Jadi dalam pembebanan ini hanya terdapat Cost Driver

tunggal. Apabila Cost Driver tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tarif tunggal

berdasar jam mesin adalah total Biaya Overhead Pabrik dibagi dengan total jam mesin.

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan tarif tunggal terdiri dari dua tahap.

Pembebanan biaya tahap pertama yaitu Biaya Overhead Pabrik diakumulasi menjadi

satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Biaya Overhead Pabrik dibebankan secara

langsung ke kesatuan biaya tersebut dengan mengakumulasikan seluruh Biaya

Overhead Pabrik dalam satu tahun. Tarif tunggal dihitung dengan menggunakan dasar

pembebanan biaya berupa jam mesin, unit produk, jam kerja dan sebagainya.

Pembebanan biaya tahap kedua Biaya Overhead Pabrik dibebankan ke produk dengan

mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk.

2) Tarif departemen

Selain tarif tunggal juga dapat digunakan tarif departemen. Pembebanan biaya

dengan tarif departemen menggunakan tarif overhead yang ditentukan berdasarkan pada

volume untuk setiap departemen. Misalnya jam keja langsung untuk departemen A, unit

II-26
produk untuk departemen B, dan jam mesin untuk departemen C. oleh karena itu, biaya

yang dikonsumsi sudah mencerminkan pemakaian yang berbedabeda daripada tarif

tunggal.

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik berdasar tarif departemen lebih baik dari

pada tarif tunggal. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik berdasar tarif departemen

menggunakan tarif berdasarkan unit untuk setiap departemen. Tarif departemen

menggunakan Cost Driver yang sama untuk aktivitas yang berbeda dalam satu

departemen.

2.2.2.2. Metode activity based costing (ABC)

2.2.2.2.1. Pengertian Activity Based Costing System

Activity Based Costing System telah dikembangkan pada organisasi sebagai

suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh

sistem tradisional. Activity Based Costing Syistem ini merupakan hal yang baru sehingga

konsepnya masih terus berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan

tentang Activity Based Costing Syistem.

Selain itu Dunia dan Wasilah (2012) mendefinisikan ABC (Activity Based

Costing) sebagai “suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan

berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan”. Sedangkan Siregar dkk (2014)

mengemukakan bahwa Activity Based Costing (ABC) merupakan “metode penentuan

biaya produk yang pembebanan biaya overhead berdasarkan pada aktivitas-aktivitas

yang dilakukan dalam kaitannya dengan proses produksi.

Mulyadi (2014) menjelaskan bahwa,activity based costing yaitu sistem informasi

biaya berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas unuk

II-27
memungkinkan personel perusahaan melakukan pengolahan terhadap aktivitas. Sistem

informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan

penentuan secara akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.

Berdasarkan pendapat beberapa menurut para ahli tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa Activity Based Costing System merupakan perhitungan biaya yang

menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih

banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih

akurat dan dapat membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan

keputusan perusahaan. Sistem activity based costing system tidak hanya difokuskan

dalam perhitungan kos produksi secara akurat, namun dimanfaatkan untuk

mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi

penyebab timbulnya biaya.

2.2.2.2.2. Konsep dasar activity based costing

Activity based costing suatu sistem yang terfokuskan pada aktivitas-aktivitas

yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal

aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau

transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor

penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Dalam sistem ABC, biaya

ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. Serta mengansumsikan bahwa aktivitas-

aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan bukan produk.

II-28
Gambar 2.3
Konsep Dasar Activity Based Costing

Recoures

Cost Driver Activities


Performance
Cost object

Sumbsr : Mulyadi,2007

Mulyadi (2007:52) mengungkapkan dua filsafah atau keyakinan dasar yang

melandasi ABC system:

1. Cost is coused

Biaya ada penyebab dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,

pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya

akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC

system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan

untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus

dialokasikan.

2. The couse of cost can be managed

Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dialokasi. Melalui pengalokasian

terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personal perusahaan dapat

mempengaruhi biaya. Pengalokasian terhadap aktivitas memerlukan sebagai informasi

tentang aktivitas.

II-29
Gambar 2.4
Keyakian dasar ABC System”biaya ada penyebabnya”

Keyakian dasar ABC system “biaya ada penyebabnya”

titik pusat ABC system

Sumber cost
Aktivitas customer
daya object

“Dan penyebab biaya dapat dikelola”

(melalui Activity based costing)

Sumber : Mulyadi,2007

2.2.2.2.3. Kriteria penerapan activity based costing

Mulyadi (2007) mengatakan terdapat beberapa kriteria penerapan activity based

costing pada perusahaan, antara lain:

1) Perusahaan mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi. Sistem ABC menyaratkan

bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang di

proses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya

akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.

2) Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa perusahaan yang

menghasilkan produk yang sama atau sejenis, maka perusahaan akan semakain

meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat

II-30
persaingan maka semakin penting peran informasi harga pokok dalam mendukung

pengambilan keputusan manajemen.

3) Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung. Sistem

ABC akan kehilangan lebih dominan dibandingkan dengan biaya overhead, karena

penggunaan akuntansi biaya tradisional juga akan lebih akurat.

2.2.2.2.4. Manfaat penerapan sistem activity based costing

Manfaat penerapan sistem ABC menurut Dunia dan Wasilah (2012), yaitu:

1. Membantu mengidentifikasi ketidak efesienan yang terjadi dalam proses produksi,

baik per departemen, per produk ataupun per aktivitas. Hal ini mungkin dilakukan

dengan proses ABC harus dilakukan melalui analisis atas aktivitas yang terjadi di

seluruh perusahaan.

2. Membantu pengembalian keputusan dengan baik karena perhitungan biaya atas

suatu objek biaya menjadi lebih baik karena perhitungan biaya atas suatu objek

biaya menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih mengenal

perilaku biaya overhead pabrik dan saat membantu mengalokasikan sumber daya

yang memiliki perusahaan untuk objek yang lebih menguntungkan.

3. Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada level

individual dan level departemen. Hal ini dapat dilakukan mengingat ABC lebih

fokus pada baiaya per unit (unit cost) dibandingkan total biaya.

Sedangkan menurut mulyadi (2007:93), manfaat ABC adalah sebagi berikut:

1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunanakan oleh

perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi customer abc system

menjadikan aktivitas sebagai titik pusat perhatian personal organisasi.

II-31
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas

(activity based budget). ABC system menyediakan informasi berlimpah tentang

aktivitas yang memampukan personel untuk merencanakan improvement terhadap

aktivitas yang digunakan untuk memberikan layanan bagi customer.

3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana

pengurangan biaya.

4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan

oleh perusahaan.

2.2.2.2.5. Tahap-tahap dalam perencanaan metode activity based costing.

Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas

diklasifikasikan menjadi beberapa level aktivitas yaitu level unit, level batch, level

produk dan level fasilitas. Pengklasifikasikan aktivitas dalam beberapa level ini akan

memudahkan perhitingan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang

berbeda akan menggunakan jenis Cost Driver yang berbeda. Hierarki biaya merupakan

pengelompokkan biaya dalam berbagai kelompok biaya (cost pool) sebagai biaya dalam

Activity Based Costing System.

Penerapan sistem ABC akan relevan bila overhead pabrik merupakan biaya yang

dominan dan multiproduk. Dalam merancang sistem ABC. Mulyadi (2007) mengatakan

bahwa,penggolongan aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam

empat kelompok yaitu:

1. Unit level activity costs (Biaya aktiviyas berlevel unit)

Biaya ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, biaya energi, dan biaya angkutan adalah contoh biaya yang

II-32
termasuk dalam golongan ini. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah

unit produk yang dihasilkan.

2. Batch level activity costs (Biaya aktivitas berlevel batch)

Biaya ini berhubungan dengan jumlah produk yang diproduksi. Setup costs, yang

merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan mesin dan ekuipmen sebelum

suatu order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam perusahaan,biaya

inspeksi, biaya order pembelian adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini.

Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah dari

fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang di produksi

dalam setiap order produksi.

3. Product sustaining activity costs (Biaya aktivitas penopang produk)

Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan

biaya-biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang di produksi dan jumlah

batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya

desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini

dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan

dihasilkan selama umur produk tersebut (product life cycle).

4. Facility sustaining activity costs (Biaya aktivitas penopang fasilitas)

Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang

dimiliki oleh perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji

karyawan adalah jenis biaya yang termasuk dalam golongan facility sustaining activity

costs. Biaya ini di bebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang

dihasilkan pada kapasita normal divisi penjual.

II-33
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya tersebut akan

membentuk kelompok-kelompok biaya yang selanjutnya akan dihubungkan dengan

pemicu biaya masing-masing yang paling sesuai sehingga diperoleh pembebanan biaya

kepada objek biaya dengan jumlah yang tepat.

2.2.2.2.6. Perhitungan metode Activity Based Costing

Penentuan harga pokok produk adalah pembebanan unsur biaya produk terhadap

produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang

melekat pada produk jadi dan persediaan barang dalam proses (Mulyadi, 2010).

Activity Based Costing merupakan perhitungan biaya yang menekankan pada

aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih banyak sehingga dapat

mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat

membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan keputusan

perusahaan. Sistem activity based costing tidak hanya difokuskan dalam perhitungan

kos produk secara akurat, namun dimanfaatkan untuk mengendalikan biaya melalui

penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.

Pada activity based costing method meskipun pembenanan biaya –biaya

overhead pabrik dan produk juga menggunakan dua tahapan seperti akuntansi biaya,

tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan

dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda

dengan akuntansi biaya. ABC menggunakan lebh banyak cost driver bila dibandingan

dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya. Mulyadi (2007) menjelaskan

bahwa, prosedur pembebanan biaya overhead dengan activity based costing method

melalui dua tahap kegiatan:

1. Tahap pertama : Pembebanan sumber daya ke aktivitas.

II-34
Biaya dalam hubungan dengan aktivitas dapat digolongkan ke dalam dua

kelompok:

a. Biaya langsung aktivitas (direct expense) adalah biaya yang terjadi, yang

penyebabnya satu-satunya adalah karena adannya sesuatu yang dibiayai, yaitu

aktivitas. Jika sesuatu yang dibiayai tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan

dikeluarkan atau tidak terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah

didefinisikan dengan sesuatu yang dibiayai melalui penelusuran langsung (direct

tracing).

b. Biaya tidak langsung aktivitas (indirect expense) adalah biaya yang penyebab

terjadinya lebih dari satu aktivitas. Untuk membedakan biaya tidak langsung

aktivitas kepada aktivitas ditempuh salah satu aktivitas.

2. Tahap kedua: pembebanan activity cost ke produk/jasa.

Tahap kedua ini ditujukan untuk menghitung secara akurat kos fitur produk/jasa.

Akurasi perhitungan kos fitur produk/jasa dicapai dengan penggunaan berbagai macam

activity driver yang mencerminkan konsumsi aktivitas oleh setiap fitur produk/jasa.

Gambar 2.5
Pembebanan biaya ke aktivitas ke fitur produk/jasa

Unit level activity driver

Batch related activity driver

Product sustaining activity driverFITUR


AKTIVITAS
PRODUK/JASA
facility sustaining activity driver

II-35
Sumber: Mulyadi, 2007

Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk,

dengan menggunakan tarif kelompok yang telah dihitung. Pembebanan overhead dari

kelompok biaya dari produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Overhead dibebankan = tarif kelompok x unit driver yang dikonsumsi


2.2.3. Perbedaan antara activity based costing dan tradisional costing

Berbedaan penerapan activity based costing dan tradisional costing Dunia dan

Wasilah (2012) menjelaskan bahwa :

Pada cara pengalokasian biaya-biaya tidak langsung kepada objek biaya. Untuk

biaya langsung, dapat dilakukan dengan cara pembebanan langsung kepada masing-

masing objek biaya karena dapat dilakukan penelusuran secara mudah. Untuk biaya

tidak langsung, tidak mungkin dilakukan penelusuran langsung pada objek biaya,

karena banyak jenis biaya yang harus dibebankan tetapi tidak ditemukan hubungannya

dengan objek biayanya.

Pada ABC system, Dunia dan Wasilah (2012) menyatakan bahwa:

Seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam beberapa

pengelompokkan biaya (cost pool) sesuai dengan aktivitas masing-masing yang

berhubungan, kemudian masing-masing kelompok biaya tersebut dihubungkan dengan

masing-masing aktivitas tersebut dan dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-

masing. Pemilihan kelompok biaya biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan

hierarki biaya dan hampir sama kegiatannya. Sedangkan untuk pemilihan dasar alokasi

adalah jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya tersebut.

Perbedaan antara Activity Based Costing dan tradisional costing dapat dilihat

dari tabel:

II-36
Tabel 2.1

Sistem activity based costing sistem tradisional

menggunakan penggerak biaya


menggunakan penggerak berdasarkan aktivitas berdasarkan volume

membebankan biaya overhead pertama ke biaya membebankan biaya overhead pertama


aktivitas baru kemudian ke produk kedepartemen dan ke dua ke produk

fokus pada pengelolaan biaya


fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas departemen fungsional

perbedaan antara Activity Based Costing dan tradisional costing

Sumber : Dikembangkan untuk penelitian , 2020

II-37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah desain

penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang

informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian (Anwar. 2013).

Penelitian ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang penerapan

sistem activity based costing dalam menentukan harga pokok produksi dan

membandingkan penentuan harga pokok produksi menggunakan sistem activity based

costing dengan penentuan harga pokok produksi menggunakan sistem perusahaan pada

Kain Tenun Troso Jepara

sugiyono (2017), menyatakan bahwa data primer yaitu sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini

diperoleh secara langsung dari perusahaan melalui wawancara dan kuesioner dari

karyawan perusahaan Kain Tenun Troso Jepara.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sebuah usaha Kain Tenun Troso Jepara yang

beralamat di Jalan Bugel Km. 05 Troso Pecangaan Jepara. Kain tenun tersebut berdiri

sejak tahun 1991. Waktu penelitian pengumpulan data dilaksanakan pada 01 september

2020 sampai 08 september 2020.

III-38
3.3 Prosedur pengumpulan data

Sugiyono (2014) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Metode Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian, metode

yang digunakan adalah dengan kuesioner tertutup.

2. Teknik wawancara

Sugiyono (2014) wawancara merupakan teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan, dan apabila ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara resmi terstruktur. Artinya dalam

wawancara ini menggunakan pedoman wawancara tetapi ada umpan balik dari

responden yang dirasa perlu ditanyakan peneliti, sehingga penelitian bisa

menanyakan kepada informasi walaupun didalam pedoman wawancara tidak ada

pertanyaan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Bapak Gianto

pemilik perusahaan Kain Tenun citra legowo.

Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada

informal untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilakukan wawancara

mendalam, penelitian menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar

belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.

3. Teknik dokumentasi

III-39
Sugiono (2014) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam kualitatif. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan seperti dokumen, data

soft file, data ptentik, fpto dan arsip lainnya yang berkaintan dengan peelitian.

4. Validitas data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dicatat dalam kegiatan penelitian

harus dipastikan ketepatan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus

memiliki dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang diperoleh.

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sungguh terjadi pada obyek penelitian, Sugiono (2010).

Sugiyono (2016) trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi.

Trianggulasi dalam menguji kredibilitas sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber, cara, dan waktu. (sugiyono, 2016) menjelaskan bahwa, trianggulasi

dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:

1. Trianggulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Trianggulasi teknik, menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

III-40
3. Trianggulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Pengambilan data harus disesuaikan dengan narasumber.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan trianggulasi waktu, dengan arti peneliti

membandingkan informasi yang diperoleh dari waktu dengan waktu yang

berbeda(tepat).

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti yaitu mengumpulkan data

perusahaan untuk masalah yang diteliti dengan cara wawancara, membandingkan

data yang diperoleh dari wawancara dengan hasil observasi, menganalisis

langkah-langkah yang diambil perusahaan dalam penentuan harga pokok

produksi, dari hasil penelitian kemudian menarik kesimpulan dan memberikan

saran-saran pada perusahaan.

III-41
3.4 Teknik analisis

Gambar 3.1
Teknik Analisis Data

Data
collection
Data display

Data
reduction
Conclusions:

Drswing/verifying

Sumber: sugiyono, 2014

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (sugiyono, 2014).

Langkah-langkah analisis data interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi data,

display data dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk memperoleh

informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang

tidak teratur, sehinggan dieprlukan analisis agar data menjadi teratur.

III-42
2. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi dari daya mentah. Di penelitian ini mereduksi data berasal dari data-data

wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah dikumpulkan.

3. Sajian data

Sajian data merupakan kumpulan dari beberapa informasi memungkinkan menjadi

kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar

atau skema, jaringan kerja kegiatan dan tabel. Semua dirakit secara teratur guna

mempermudah pemahaman informasi.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan

data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat

dan mengecek kembali data mentah agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa

dipertanggungjawabkan.

Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses

analisis data satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana komponen

yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya, sehingga dapat

dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil salah satu komponen

saja. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari suatu proses penelitian yang tidak

dapat terpisahkan dari proses sebelumnya, karena merupakan satu kesatuan.

III-43
III-44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum obyek penelitian

Penelitian ini dilakukan di perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

yang beralamat di Jalan Bugel Km. 05 Troso Pecangaan Jepara. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan penelitian dari bulan 01 September 2020 sampai 08 September 2020

dimana peneliti melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk memproleh data

terkait dengan peneliti. Peneliti mendapatkan informasi atau data juga melalui informasi

dengan teknik wawancara. Adapun yang dijadikan informasi adalah bapak Gianto

selaku pemilik perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara.

Wawancara pertama kali dilakukan dengan pemilik perusahaan Kain Tenun Citra

legowo Troso Jepara bapak Gianto untuk mendapatkan ijin penelitian, melihat proses

pembuatan kain tenun dari awal hingga menjadi produk yang siap untuk dijual, selain

itu yang paling penting bertanya tentang perhitungan harga pokok produksi pada

perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara tersebut. Peneliti kebali datang

untuk wawancara dengan pemilik unduk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk

menghitung harga pokok produksi berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan

biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk memproduksi kain tenun.

4.2 Penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan

Penentuan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan Kain tenun citra

Legowo Troso jepara belum merinci seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Gianto selaku pemilik perusahaan

IV-45
kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara mengatakan, “Dalam memperoleh harga pokok

produksi biaya-biaya yang diakui adalah biaya pembelian bahan baku benang, biaya gaji

karyawan dan biaya overhead pabrik”.

Setiap minggu perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso jepara Bapak Gianto

memproduksi kurang lebih 10 potong kain tenun. Sedangkan setiap bulan perusahaan

Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara Bapak Gianto memproduksi kurang lebih 260

potong kain tenun. Dalam penelitian ini pemilik hanya menggunakan data dalam 1

bulan yaitu bulan juni 2020. Dari hal tersebut yang sudah dijelaskan diatas, penulis akan

membahas biaya-biaya tersebut:

4.2.1 Biaya bahan baku

Riwayadi (2014) menyatakan bahwa, bahan baku langsung adalah bahan yang

dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke produk. Sedangkan Mulyadi (2015)

mengungkapkan bahwa bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian

menyeluruh produk jadi. Berikut ini tabel pembelian bahan baku benang pada bulan juni

2020:

IV-46
Tabel 4.1
Pembelian bahan baku kain tenun
Juni 2020

Jumlah
Bahan baku harga BBB jumlah BBB
beli
Benang kain uk
4 press Rp 670.000 Rp 2.680.000
80
Benang katun
2 press Rp 570.000 Rp 1.140.000
uk 64

Total Rp 3.820.000
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara

Dalam memproduksi kain tenun di perusahaan Kain tenun Citra Legowo Troso

Jepara pada bulan juni adalah benang kain uk 80 dan benang katun uk 64. Dari data

pembelian bahan baku pada tabel 4.1 data pembelian bahan baku untuk pembelian

bahan baku untuk pembuatan kain tenun dalam 1 bulan sebanyak 4 press benang kain

80 dan 2 press benang katun uk 64 total keseluruhan benang sebanyak 6 press. Harga

benang kain uk 80 per press Rp.670.000 dan benang katun uk 64 per press Rp.570.000.

4.2.2 Biaya tenaga kerja langsung

Riwayadi (2014) menyatakan bahwa, tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja

yang terlibat langsung dalam pembuatan barang jadi dan pembayaran upahnya

berdasarkan unit yang dihasilkan atau berdasarkan jam kerja. Sedangkan Mulyadi

(2015) menyatakan bahwa, tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang

dikeluarkan karyawan untuk mengola produk.

Perusahaan Kain tenun Citra Legowo Troso Jepara memiliki 10 karyawan yang

berhubungan langsung dengan produk. Perhitungan biaya tenaga kerja langsung

berdasarkan mingguan. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Gianto yang

mengatakan bahwa, “Gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan dalam 1 minggu

IV-47
yaitu pembuat pola sebesar Rp.150.000 pewarnaan sebesar Rp.450.000 pemintalan

sebesar Rp.864.000 dan pengemasan sebesar Rp.96.000 per orang sehingga menjadi

Rp.2.260.000. sedangkan pemintalan ada 3 karyawan dan penenun ada 4 karyawan

sehingga menjadi Rp.6.252.00.

Tabel 4.2
Biaya Tenaga Kerja
Juni 2020

jumlah jumlah biaya Gaji biaya


bagian tenaga upah tenaga kerja tenaga kerja
kerja minggu setiap bulan
pembuatan
pola 1 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 600.000
pewarnaan 1 Rp 450.000 Rp 450.000 Rp 1.800.000
pemintalan 3 Rp 700.000 Rp 2.100.000 Rp 8.400.000
penenunan 4 Rp 864.000 Rp 3.456.000 Rp 13.824.000
pengemasan 1 Rp 96.000 Rp 96.000 Rp 384.000
  10 Rp 2.260.000 Rp 6.252.000 Rp 25.008.000
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara

4.2.3 Biaya bahan penolong (BOP)

Sinarwati (2013) biaya overhead pabrik adalah biaya produksi atas semua biaya

yang dikeluarkan di departemen pabrik selain bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Biaya overhead pabrik yang diakui oleh perusahaan Kain Tenun Citra

Legowo Troso jepara pada saat menghitung harga pokok produksi hanya biaya

overhead pabrik variabel yaitu biaya bahan penolong. Biaya bangunan Rp. 35.000.000. .

dengan umur ekonomis 30 tahun.

Biaya depresiasi = biaya bangunan/30 tahun

=Rp. 35.000.000/30 tahun

=Rp.1.166.666,67/tahun

IV-48
Biaya dalam perbulan = Rp, 1.166.666,67:12

= Rp.97.500

Tabel 4.3
Biaya overhead pabrik
Juni 2020

jenis biaya Total biaya(Rp)


biaya pewarnaan wenter Rp840.000  
biaya penolong pewarnaan hydro Rp240.000  
biaya penolong pewarnaan costic Rp280.000  
biaya pemutih benang Rp20.000  
biaya lilin tenun Rp30.000  
biaya rafia Rp200.000  
biaya tas dan kotak kemasan Rp500.000  
biaya pemasaran Rp150.000  
biaya plastik dan label Rp600.000  
biaya depresiasi bangunan Rp.97.500  
biaya gas Rp72.000  
biaya perawatan alat tenun Rp300.000  
biaya perawatan pallet Rp5.555  
biaya perawatan teropong tenun Rp27.000  
biaya perawatan alat pengkelos Rp6.555  
biaya perawatan sekir Rp15.000  
biaya perawatan bidang dan bak Rp32.000  
biaya perawatan alat gobin Rp2.500  
biaya perawatan kompor Rp9.000  
biaya perawatan tabung gas Rp25.000  
biaya perawatan drum pewarna Rp30.000  
biaya perawatan solder Rp17.500  
biaya perawatan kuas Rp45.000  
biaya perawatan etalase Rp30.000  
biaya perawatan menekin Rp3.000.000  
Jumlah biaya overhead pabrik Rp6.574.610
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

4.3 Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara dalam menghitung harga pokok

produksi dengan membagi jumlah produk yang dihasilkan. Penentuan harga pokok

IV-49
produksi yang dilakukan perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara masih

sangat sederhana. Biaya-biaya yang diakui pada perhitungan harga pokok produksi

adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Perusahaan

Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara tidak menghitung biaya overhead pabrik

dengan lengkap, seperti biaya listrik tidak diakui oleh perusahaan ketika menghitung

harga pokok produksi.

Cara yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik pada produk

adalah dengan menghitung tarif tunggal dengan menggunakan cost driver berdasarkan

unit. Perhitungan biaya overhead pabrik dengan tarif tunggal terdiri dari dua tahap.

Pembebanan biaya tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasi menjadi satu

kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Tarif tunggal dihitung dengan menggunakan dasar

pembebanan biaya berupa jam mesin, unit produk, jam kerja dan sebagainya.

Pembebanan biaya tahap kedua biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan

mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk

Berdasarkan biaya-biaya yang telah ditentukan diatas, maka dapat dihitung harga

pokok produksi menurut perusahaan per bulan 260 potong kain tenun. Perhitungan

tersebut yaitu sebagai berikut:

IV-50
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisional

1. Tahap pertama

Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasi menjadi satu

kesatuan untuk keseluruhan pabrik dengan menggunakan dasar pembebanan biaya

unit produk. Perhitungan tarif tunggal berdasarkan unit produk dapat disajikan

sebagai berikut:

Tarif tunggal berdasarkan unit produk

=Total BOP/Unit produk

= Rp6.574.610/260 unit

=Rp. 25.286,96/unit

2. Tahap kedua

Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan

mengalihkan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk.

Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional masing-masing

produk disajiakan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode tradisional


Bulan juni 2020
Elemen biaya biaya total (Rp) jumlah (unit) biaya per unit
Biaya bahan baku Rp3.820.000 260 Rp 14.692
Biaya tenaga kerja
Rp 250.008.000 260 Rp 961.569
langsung

biaya overhead pabrik:


Rp 6.574.610 260 Rp. 25.286,96
Rp. 25.286,96 x 260

jumlah Rp 1.001.547,96
Sumber : data sekunder yang diolah 2020

IV-51
Tabel 4.5

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan

jenis biaya Total biaya(Rp)


Biaya bahan baku   Rp 3.820.000
biaya tenaga kerja   Rp 25.008.000
biaya overhead pabrik:    
biaya pewarnaan wenter Rp840.000  
biaya penolong pewarnaan hydro Rp240.000  
biaya penolong pewarnaan costic Rp280.000  
biaya pemutih benang Rp20.000  
biaya lilin tenun Rp30.000  
biaya rafia Rp200.000  
biaya tas dan kotak kemasan Rp500.000  
biaya pemasaran Rp150.000  
biaya plastik dan label Rp600.000  
biaya depresiasi bangunan Rp97.500  
biaya gas Rp72.000  
biaya perawatan alat tenun Rp300.000  
biaya perawatan pallet Rp5.555  
biaya perawatan teropong tenun Rp27.000  
biaya perawatan alat pengkelos Rp6.555  
biaya perawatan sekir Rp15.000  
biaya perawatan bidang dan bak Rp32.000  
biaya perawatan alat gobin Rp2.500  
biaya perawatan kompor Rp9.000  
biaya perawatan tabung gas Rp25.000  
biaya perawatan drum pewarna Rp30.000  
biaya perawatan solder Rp17.500  
biaya perawatan kuas Rp45.000  
biaya perawatan etalase Rp30.000  
biaya perawatan menekin Rp3.000.000  
Jumlah biaya overhead pabrik Rp6.574.610 Rp6.574.610
jumlah harga pokok produksi   Rp35.402.510
jumlah produksi yang dihasilkan   260
Harga pokok produksi per potong   Rp136.163,88
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

IV-52
Berdasarkan tabel 4.5 harga pokok produksi dengan menggunakan metode

perusahaan pada perusahaan kain tenun citra legowo troso jepara yaitu sebesar

Rp136.163,88.

4.4 Perhitungan harga pokok produksi menurut metode activity based costing

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing

menekankan pada perhitungan berbasus aktivitas dalam produksi. Sistem perhitungan

ini didasari bahwa semua aktivitas dalam produksi adalah komponen yang

menimbulkan biaya. Semua komponen aktivitas yang menimbulkan biaya dalam

produksi harus dihitung dan diukur dengan satuan biaya, sehingga semua aktivitas yang

menimbulkan biaya dapat didefinisi dan dihitung besaran biayanya.

Berikut adalah proses perhitungan harga pokok Perusahaan kain Tenun Citra

Legowo Troso Jepara menggunakan Activity Based Costing :

4.4.1 Mengidentifikasikan biaya berdasarkan aktivitas

Tabel 4.6
Biaya bahan penolong
pewarnaan wenter Rp840.000
penolong pewarnaan
Rp240.000
hydro
penolong pewarnaan
Rp280.000
costic
pemutih benang Rp20.000
jumlah Rp1.380.000
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

IV-53
Tabel 4.7
Biaya pemeliharaan mesin
Gas Rp72.000
perawatan alat tenun Rp300.000
perawatan pallet Rp5.555
perawatan teropong
Rp27.000
tenun
perawatan alat pengkelos Rp6.555
perawatan sekir Rp15.000
perawatan bidang dan
Rp32.000
bak
perawatan alat gobin Rp2.500
perawatan kompor Rp9.000
perawatan tabung gas Rp25.000
perawatan drum pewarna Rp30.000
perawatan solder Rp17.500
perawatan kuas Rp45.000
perawatan etalase Rp30.000
perawatan menekin Rp3.000.000
jumlah Rp3.617.110
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

Tabel 4.8
Jumlah pemeliharaan mesin
No Jenis Produksi Tipe Jumlah
1 Kain tenun 173 jam 173 jam
 jumlah     173 jam
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

Jam kerja mesin= 2.080 jam/12 bulan

= 173 jam

IV-54
Tabel 4.9
Jumlah luas bangunan
No Jenis Produksi Tipe Jumlah
1 Kain tenun 8 x 12 cm 96meter
jumlah     96meter
Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

Luas bangunan= 8 x 12 cm

= 96 meter

Tabel 4.10
Klarifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas
Level Aktifitas komponen BOP jumlah (Rp)
unit Biaya bahan penolong Rp 1.610.000
Biaya pemeliharaan
batck mesin Rp 173
produk Biaya pemasaran Rp 1.250.000
fasilitas biaya bangunan Rp 96

Sumber : Perusahaan Kain Tenun Citra legowo Troso Jepara 2020

4.4.2 Menentukan kelompok biaya dan penyebab biaya

Aktivitas-aktivitas yang terkumpul kemudian dikelompokkan kedalam sebuah

kelompok biaya (cost pool) dan penyebab biaya (cost driver). Cost pool adalah

penggabungan dua atau lebih aktivitas yang memiliki cost driver yang sama untuk

dapat dibebankan secara bersama-sama kedalam produk/jasa dengan menggunakan satu

cost driver. Dalam menentukan aktivitas dapat dilihat dalam tabel berikut :

IV-55
Tabel 4.11
Data alokasi biaya setiap jenis produk
Elemen biaya cost driver Level activity
Biaya bahan penolong Jumlah produksi Level Unit
Biaya pemeliharaan mesin Jam inspeksi Level Batck
Biaya pemasaran Unit produk Level Produk
Biaya depresias bangunan Luas area Level Fasilitas

4.4.3 Menentukan tarif kelompok

Setelah menentukan cost pool yang homogen, kemudian menentukan tarif per

unit cost driver. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead pabrik per unit

cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung

dengan rumus total biaya overhead pabrik untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi

dengan dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut. Tarif per unit cost driver dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP per kelompok aktivitas =BOP kelompok aktivitas tertentu/Driver biaya

IV-56
Tabel 4.12
Data tarif kelompok
cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Pool 1 Biaya bahan penolong Rp 1.380.000
Jumlah
biaya Rp 1.380.000
Unit
produksi 260
pool rate 1   Rp 5.308
Pool 2 Biaya pemeliharaan mesin Rp 3.617.110
Jumlah
biaya Rp 3.617.110
Jam inspeksi 173
pool rate 2   Rp 20.908
Pool 3 Biaya pemasaran Rp 1.250.000
Jumlah
biaya Rp 1.250.000
Unit
produksi 260
pool rate 3   Rp 4.808
Pool 4 Biaya depresiasi bangunan Rp 97.500
Jumlah
biaya Rp 97.500
Luas area 96
pool rate 4   Rp. 1.015,625
Sumber : Data sekunder yang telah diolah

4.4.4 Menentukan harga pokok produksi

Setelah mengetahui biaya kelompok unit setiap kelompok, (pool rate) kemudian

akan dilakukan perhitungan harga pokok produksi harga pokok tersebut diperoleh dari

seluruh jumlah biaya yang dibebankan untuk setiap jenis biaya. Perhitungan harga

pokok produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

IV-57
Tabel 4.13
Pembebanan BOP
Juni 2020
Level Proses
Cost driver Hasil Jumlah
aktivitas pembebanan
unit Biaya bahan penolong 5.308x260 Rp1.380.000 Rp 1.380.000
Total Rp 1.380.000
Batch Biaya pemeliharaan mesin 20.908x173 Rp3.617.110 Rp 3.545.110
Total Rp 3.545.110
produk Biaya pemasaran 4.808 x 260 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000
Total Rp 1.250.000
fasilitas Biaya depresiasi bangunan 1.015,625 x96 Rp 97.500 Rp 97.500
Total Rp 97.500
Sumber : Data sekunder yang telah diolah

Dari hasil pembahasan biaya Overhead pabrik setiap produk dengan Activity

Based Costing, dapat diketahui harga pokok produksi per unit produk dengan cara

sebagai berikut :

Tabel 4.14
Perhitungan harga pokok produk kain tenun dengan activity Based Costing Sytem
Juni tahun 2020

keterangan metode ABC


BBB Rp 3.820.000
BTKL Rp 250.008.000
BOP Rp 6.272.610
HPP Rp 260.100.610
Unit produk 260 unit
HPP per unit Rp 1.000.386,96
Sumber : Data sekunder yang telah diolah

IV-58
Tabel 4.15
Perbandingan harga pokok produksi sistem Tradisional dan
Activity Based costing
Juni tahun 2020
Sistem Sistem Activity
Produk Selisih
Tradisional Based Costing
Kain tenun bulan Juni Rp1.001.547,96 Rp 1.000.386,96 Rp 1.161,96
Sumber : Data sekunder yang telah diolah

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa perhitungan harga pokok

produksi dengan activity Based Costing System Kain Tenun bulan Juni sebesar Rp

1.000.386,96 selisih Rp 1.161,96 lebih kecil dari perhitungan harga pokok produksi

menggunakan sistem Tradisional.

Dalam penentuan harga pokok produksi yang selama ini digunakan oleh

Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara adalah dengan menjumlahkan

semua biaya tetap dan biaya variable.

Berbeda dengan sistem Tradisional, penentuan harga pokok produksi

berdasarkan Activity Based Costing System menggunakan Cost driver yang lebih

banyak, oleh karena itu Activity Based Costing System mampu menentukan hasil yang

lebih akurat dan tidak menimbulkan distorsi biaya. Selain itu Activity Based Costing

System dapat meningkatkan mutu pengambilan keputusan sehingga dapat membantu

pihak manajemen memperbaiki perencanaan strateginya.

Perbedaan perhitungan harga pokok poduksi yang terjadi berdasarkan sistem

Tradisional dan Activity Based Costing System disebabkan karena pembebanan biaya

overhead pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver

saja yaitu unit produksi. Akibatnya terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead

IV-59
pabrik. Sedangkan Activity Based Costing System biaya overhead pabrik pada masing-

masing produk dibebankan pada beberapa cost driver yaitu biaya pemeliharaan

mesin,biaya pemasaran dan biaya bangunan, sehingga Activity Based Costing System

mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan

konsumsi masing-masing aktivitas.

IV-60
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan dari

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem yang digunakan oleh Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

dalam menentukan harga pokok produksi masih menggunakan metode

tradisional yang sederhana, yaitu membebankan semua elemen biaya tetap

maupun semua biaya produksi variable pabrik menggunakan tarif tunggal

berdasarkan jumlah unit produksi, yaitu total seluruh overhead pabrik dengan

jumlah unit produksi.

2. Penerapan perhitungan harga pokok produksi menggunakan Activity Based

Costing System pada Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan menentukan

biaya setiap aktivitas, tahap selanjutnya adalah dengan menentukan tarif biaya

Overhead pabrik (BOP) setiap aktivitas, tahap ketiga adalah dengan

membebankan BOP pada masing-masing aktivitas. Dan tahap terakhir adalah

dengan membagikan total BOP yang sudah didapatkan dengan total unit yang

diproduksi.

3. Perbandingan harga pokok produksi pada Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo

Troso Jepara dengan menggunakan sistem tradisional dan Activity Based

Costing System dengan selisih Rp 1.161,96.

V-61
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka terdapat beberapa

saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan antara

lain sebagai berikut :

1. Saran yang diberikan oleh penulis adalah Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo

Troso Jepara

a. Pada produk yang diteliti menunjukkan bahwa Activity Based Costing system

menampakkan hasil lebih rendah dari pada perhitungan harga pokok produksi

menggunakan sistem tradisional.

b. Agar Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara mengadopsi Activity

Based Costing System dalam penentuan harga pokok produksi diusahanya, tapi

tetap memperhatikan beberapa hal diantaranya pembebanan biaya overhead

pada aktivitas-aktivitas, harga pesaing.

2. Saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar menggunakan onjek penelitian hanya

pada perusahaan manufaktur tetapi juga pada perusahaan jasa. Selain itu pemilihan

lokasi penelitian juga sebaiknya pada usaha-usaha kecil menengah, sehingga hasil

penelitian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat berkembang lagi.

V-62
Daftar pustaka

Batubara, H. (2013). Penentuan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing
pada pembuatan etalase kaca dan alumunium di UD. Istana Alumunium
Manado. Jurnal EMBA, 1(3).
Darmayanti, D. (2015). Analisis Biaya produksi Pada Batik Gajah Oling Tatsaka.
Universitas Jember.
fachroji, A. (2015). Penentuan harga pokok produksi menggunakan metode ABC di PT
TMG. surabaya. teknik industri-FTI-UPN.
Gowardy, H. B. (2015). Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam menentukan
harga Pokok Produksi Karet PT. Sumber Djantin Sambas. Ekonomi Bisnis Dan
Kewirausahaan, 4(3), 355-371.
Gusti Ayu Purnamawati, G. a. (2017). Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan Harga
Pokok Penjualan Berdasarkan Metode Akunransi Pada Usaha Tenun. Seminar
Nasional Pengabdian Masyarakat.
Kamasih, J. (2020). Analisis Perhitungan harga pokok Produksi Dengan metode
Tradisional dan Activity Based Costing pada UD. Cella Cake dan bakery
Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kusuma, L. M. (2017). Penentuan Harga Pokok Produksi Kain Tenun Ikat Dengan
Menggunakan Activity Based Costing System Pada rizquna Joyo Club Kediri.
Universitas Nusantara PGRI Kediri, 01(03).
Maghfiroh, N. d. (2016). Analisis perhitungan harga pokok produksi dengan penentuan
metode full costing pada UMKM kota Banda aceh. Jurnal JIMEKA, 1(2).
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
muzakki, A. A. (2017). Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode
Activity Based Costing sebagai Dasar penentuan Harga Jual. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ni Made Ayu Galih Anom, W. C. (2014). Analisi Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Metode Konvensional Dan Activity Based costing System Pada Mario's
Handicraft. Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1).
ni putu ayu damatanti, g. a. (2017). analisis penentuan harga pokok produksi kain tenun
endek sutra warna alam untuk mengetahui harga jual produk pada usaha tenun
ikat swastika (tradisional weavers). universitas pendidikan ganesha.
Putu, G. A. (2017). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Kain Endek Sitra Warna
Untuk Mengetahui Harga Jual Produk Usaha tenun Ikat Swastika. Universitas
Pendidikan Ganesha, 7, 50-62.
Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Sarifillah, N. (2019). Analisis perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Usaha Mikro
Kecil dan menengah Tahu Bapak Paiman. Surakarta.
Lampiran 1

Waktu Pengumpulan Data


Tabel 3.1
Waktu Pengumpulan Data
   
Mei-20 Jun-20 Jul-20 Agust-20 Sep-20 Okt-20
KEGIATAN M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Mencari jurnal
                                         
terkait                  
Mengajukan
                                         
Judul Proposal                  
Mencari Jurnal
dan Literatur                                          
terkait                  
Menyusun
                                         
Proposal                  
Ujian Proposal                                          
                 
Melakukan
                                         
Koleksi data                  
Menganalisis
                                         
hasil penelitian                  
Menyusun
                                         
skripsi                  

1
Lampiran 2

Transkrip wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA

Informal : Bapak Gianto (Pemilik)

Lokasi : Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

Waktu : 01 September 2020

1. Kapan berdirinya Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso jepara ?

Jawab : berdirinya Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo ini sejak 1991 dan

didirikan oleh Bapak Gianto.

2. Bagaimana proses produksi kain tenun disini ?

Jawab : proses pembuatan kain tenun seerti ini:

a. Menyediakan bahan dasar yaitu benang

b. Pengetengan benang. Benang ditata berjajar dengan rapi yang lebarnya

sekitar 180 CM.

c. Design motif

d. Pengikatan benang dengan tali plastik rafia. Maksud mengikatan ini agar

terbentuk motif.

e. Setelah itu ikatan benang tersebut dicelupkan pada cairan yang disebut

wenter.

f. Setelah selesai baru dikeringkan dengan diangin-anginkan, tak boleh

terkena langsung matahari.

g. Setelah kering baru dipasangkan ke mesin penenun.

3
3. Berapa banyak dalam memproduksi kain tenun untuk setiap bulannya ?

Jawab : Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara memproduksi kain

tenun membutuhkan benang yang diantaranya adalah benang kain uk 80

sebanyak 4 press dan benang katun uk 64 sebanyak 2 press, setiap bulan

menghasilkan 260 potong kain tenun sedangkan setiap harinya mendapatkan 10

potong kain tenun.

4. Bagaimana penetapan harga di Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso

Jepara ?

Jawab : saya menetapkan harga tahu sesuai biaya yang sudah saya keluarkan

seperti biaya untuk membeli benang, membayar gaji karyawan dan biaya

overhead pabrik.

5. Apakah hanya itu saja yang diperhitungkan? Biaya listrik, biaya transporrtasi

dan lain-lain?

Jawab : saya hanya memperhitungkan biaya yang terlihat besar dan mudah

diketahui dalam produksi kain tenun troso saja mas, mungkin pengeluaran-

pengeluaran lainnya ada dilaba dan saya tidak perhitungkan.

6. Hanya memperhitungkan pembelian bahan baku, gaji pegawai dan overhead

pabrik saja pak belum memperhitungkan biaya pengeluaran yang lain ?

Jawab : iya mas karena alhamdulillah tidak pernah mengalami kerugian, selalu

ada keuntungan meskipun sedikit.

4
Lampiran 3

Transkrip wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA

Informasi : Bapak Gianto (Pemilik)

Lokasi : Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso Jepara

Waktu : 08 September 2020

1. Berapa harga per press benang ?

Jawab : untuk harga benang disini per press yaitu untuk benang kain uk 80

adalah Rp. 670.000 dan untuk benang katun 64 adalah Rp. 570.000

2. Ada berapa karyawan pada Perusahaan Kain Tenun Citra Legowo Troso

Jepara ?

Jawab : karyawan yang ada di Perusahaan Kain tenun Citra Legowo Troso

Jepara ini ada 10 karyawan mas.

3. Apa tugas 10 karyawan itu sama ?

Jawab : tugasnya berbeda-beda mas, dibagian pembuatan pola 1 karyawan,

pewarnaan 1 karyawan, pemintalan 3 karyawan, penenunan 4 karyawan dan

pengemasan 1 karyawan.

4. Bearapa gaji karyawan dan apakah digaji setiap bulan/mingguan/harian ?

Jawab : gaji karyawan disini setiap minggunya dihitung per orang dengan

berbeda-beda gajinya. Untuk gaji pembuatan pola per orang Rp. 150.000 dan

gaji setiap bulannya sebesar Rp. 600.000, pewarnaan Rp. 450.000 perminggu

dan untuk perbulan Rp.1.800.000, pemintalan Rp. 700.000 per minggu dan

5
untuk perbulan Rp. 2.800.000, penenunan Rp. 864.000 per minggu dan perbulan

Rp. Rp. 3.456.000, pengemasan Rp. 96.000 per minggu dan per bulan Rp. 384.000.

5. Apa saja biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi selain biaya bahan

baku dan gaji karyawan ?

Jawab : biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi selain biaya bahan baku

dan gaji karyawan adalah biaya bahan penolong seperti biaya penolong pewarna

hydro, biaya penolong pewarna costic, biaya pewarnaan wenter, biaya pemutih

benang, biaya lilin tenun, biaya plastik rafia, biaya tas dan kotak kemasan, biaya

plastik dan label dan biaya gas.

6. Adakah ada biaya perawatan mesin dan perbaikan barang rusak ?

Jawab : ada mas, biaya perawatan mesin yaitu alat tenun, pallet, teropong tenun,

alat pengkelos, sekir, bidang dan bak, alat gobin, kompor, tabung gas, drum

pewarna, solder, kuas, etalase dan menekin semua sebesar Rp. 3.545.110. untuk

perbaikan barang rusak alhamdulillah selama ini belum ada mas.

6
Lampiran 4

Tabel penelitian terdahulu

No Penelitian variabel Alat Hasil


(penelitian, tahun analisis
judul)
1 Ni made ayu Dependen : Deskriptif Hasil penelitian
galih anom Harga pokok kuantitatif terdapat adanya
(2014),Analisis produksi distorsi biaya yang
perhitungan Independen: tidak sesuai karena
harga pokok Activity based pembebanan biaya
produksi dengan costing overhead pabrik yang
metode digunakan lebih besar
konvensional dan dibandingkan dengan
activity based biaya overhead pabrik
costing system menggunakan
pada mario’s pendekatan ABC.
handicraft

2 Anang fachroji Dependen : Deskriptif Hasil penelitian


(2015),Penentuan Harga pokok kualitatif terdapat hasil
harga pokok produksi perhitungan harga
produksi Independen: pokok produksi
menggunakan Activity based menggunakan activity
metode ABC di costing based costing system
PT TMG. memberikan hasil yang
surabaya lebih mahal dari sistem
tradisional adalah pada
Roti Pizza Ayam, Roti
Sosis dan Donat.
Sistem tradisional
memberikan
perhitungan laba yang
lebih besar
dibandingkan dengan
sistem activity based
costing
3 Dwi darmayanti Dependen : Deskriptif Dari selisih antara
(2015),Analisis Harga pokok kualitatif harga pokok produksi
biaya produk produksi per unit dengan harga
pada batik gajah Independen: jual per unit, didapat
oling tatsaka Targed hasil bahwa
costing perhitungan oleh
perusahaan memiliki
selisih yang tinggi.
Sedangkan dengan

7
metode target costing
memiliki selisih yang
rendah.
4 Gowardy Dependen : Deskrptif Hasil penelitian
(2015),Penerapan Harga pokok kuantitatif terdapat proses
metode activity produksi perhitungan harga
based costing Independen: pokok produksi dengan
dalam Activity based menggunakan ABC
menentukan costing memerlukan data yang
harga pokok lengkap. Data-data
produksi karet tersebut juga perlu
PT. Sumber diolah sedemikian rupa
djantin sambas dan dikumpulkan
secara terperinci guna
mendapatkan hasil
yang akurat.
5 Anang fachroji Dependen : Deskriptif Hasil penelitian
(2015), Harga pokok kuantitatif terdapat hasil
Penentuan harga produksi perhitungan harga
pokok produksi Independen: pokok produksi
menggunakan Activity based menggunakan activity
metode ABC di costing based costing system
PT TMG. memberikan hasil yang
surabaya lebih mahal dari sistem
tradisional adalah pada
Roti Pizza Ayam, Roti
Sosis dan Donat.
Sistem tradisional
memberikan
perhitungan laba yang
lebih besar
dibandingkan dengan
sistem activity based
costing
6 Gusti ayu Dependen : Praktik Hasil penelitian,
purnawati Harga pokok langsung peneliti mengakui
(2017), Pelatihan penjualan pengerajin memiliki
dan Independen: kemampuan dan
pendampingan Ful costing keterampilan yang
penyusunan memadai dalam
harga pokok membuat pembukuan
penjualan yang sederhana.
berdasarkan
metode akuntansi
pada usaha tenun
7 Lia mara’atus Dependen : Deskrptif Hasil penelitian
kusuma (2017), Harga pokok kualitatif terdapat hasil
Penentuan harga produksi perhitungan harga

8
pokok produksi Independen: pokok penjualan oleh
kain tenun ikat Activity based pemilik usaha dengan
(ATBM) dengan costing metode full costing.
menggunakan Perhitungan harga
activity based pokok penjualan kain
costing sytem batik tenun ikat
pada rizquna menurut full costing
clube kediri adalah sebesar Rp.
11.401.610,1.
Sedangkan menurut
metode activity based
costing 11.401.611,1.
Sedangkan untuk
produksi kain batik
tenun ikat memperoleh
hasil perhitungan harga
pokok produksi sebesar
Rp. 13.490.611,14,
sedangkan menurut
metode activity based
costing adalah sebesar
Rp. 12.973.026,61.
8 Analisis Dependen : Deskriptif Hasil penelitian
penentuan harga Harga pokok kualitatif terdapat perbedaan
pokok produksi produksi hasil perhitungan harga
kain tenun endek Independen: pokok produk yang
sutra warna alam Tradisional dilakukan oleh pemilik
untuk usaha dengan
mengetahui perhitungan
harga jual produk perusahaan itu sendiri.
pada usaha tenun Perhitungan harga
ikat swastika pokok produksi
tradisional menurut perusahaan
weavers adalah sebesar Rp.
281.667 per produk.
Sedangkan menurut
metode full costing
perhitungan. Harga
pokok produksi adalah
sebesar Rp. 291.454
per produk.

9
Lampiran 5

Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Tempat pengetengan benang

Gambar 2. Tempat pembuatan boom

10
Gambar 3. Proses pembuatan design motif

11
Gambar 4. Pengikatan benang dengan tali plastik rafia

12
Gambar 5. Proses penenunan

13
Lampiran 6

Jadwal bimbingan

14
15
Lampiran 7

Pelaksanaan ujian proposal skripsi

16
Lampiran 8

Pelaksanaan ujian proposal

17
Lampiran 9

Daftar Riwayar Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Ali Ridlo

Tempat Tgl Lahir : Jepara, 01 Mei 1998

Alamat asal : Rajekwesi RT 01/05, Mayong, Jepara

No. Telepon : 085826260690

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Latar belakang pendidikan

Nama Sekolah kabupaten


SD N 02 RAJEKWESI JEPARA
SMP N 02 MAYONG JEPARA
SMA N 01 MAYONG JEPARA
UNTAG SEMARANG SEMARANG

18

Anda mungkin juga menyukai