Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat danrahmat-Nya yang memberikan
kesehatan dan nikmat kepada saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yangdirencanakan

Makalah berjudul “Ajaran Sosial Gereja” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Katolik. Saya telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini, namun
penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasanya. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL


............................................................................................. i

KATA PENGANTAR

.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI

........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II. AJARAN SOSIAL GEREJA .................................................................. 3

A. Pengertian dan Tujuan Ajaran Sosial Gereja ............................................ 3

B. Ensiklik-Ensiklik Magisterium Gereja ..................................................... 5

C. Prinsip Dasar Ajaran Sosial Gereja ......................................................... 12

D. Nilai-Nilai Moral Dasar Dalam ASG ...................................................... 19

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam seluruh bentangan sejarahnya, dan khususnya selama 100 tahun belakangan ini, Gereja tidak
pernah lalai, mengutip kata-kata Paus Leo XIII,untuk mengangkat bicara sebagaimana "patut" baginya
berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut kehidupan di tengah masyarakat. Dengantujuan
melanjutkan pembabaran serta pemutakhiran warisan kaya ajaran sosialGereja, Yohanes Paulus II dari
pihaknya telah menerbitkan tiga Ensiklik akbar Laborem Exercens, Sollicitudo Rei Socialis dan
Centesimus Annu yangmenyajikan tahap-tahap fundamental pemikiran Katolik dalam bidang
ini.Sejumlah uskup di setiap penjuru dunia ini, dari pihaknya masing-masing, telahmemberi andil selama
tahun-tahun belakangan ini bagi suatu pemahaman yanglebih mendalam tentang ajaran sosial Gereja.
Sejumlah cendekiawan padasetiap benua juga telah melakukan hal yang serupa.Gereja adalah pakar
perihal kemanusiaan dan, seraya berharap dengankeyakinan dan dengan keterlibatan yang aktif, ia
senantiasa menantikan "langit baru" dan "bumi baru" (2 Ptr.3:13), yang ia tunjukkan kepada setiap
orangagar membantu mereka menghayati kehidupan mereka dalam matra maknayang sejati. "Gloria Dei
vivens homo": pribadi manusia yang menghayatisepenuhnya martabatnya memberi kemuliaan bagi
Allah yang telahmengaruniakan martabat ini kepada manusia.Warta keselamatan Kristus melalui
kehadiran Gereja menuntut terjadinya perubahan nyata tatanan dunia sesuai dengan yang dikehendaki
Kristus. Cintakasih Kristus, yang menjadi perintah utama dan syarat utama sebagaimurid.Tuhan (Yoh
13:35), harus diterapkan kepada sesama dalam relasi sehari-hari. Perwujudan cinta kasih itu bukan
sekedar menyapa orang lain, memberisenyum, dan membantu dengan mengulurkan tangan. Perintah
kasihdiwujudkan dalam konteks membuat dunia ini menjadi tempat yang sesuaidengan kehendak Allah
dan membangun KerajaanNya. Maka, membangun

5keadilan sosial, menebarkan perdamaian, mengutamakan kepentingan merekayang paling


membutuhkan, mempromosikan hormat terhadap martabatmanusia merupakan bentuk nyata dari
aplikasi perintah kasih. Ajaran SosialGereja berkaitan langsung dengan bagaimana hukum cinta kasih
Kristusdilaksanakan oleh Gereja dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat dandunia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan tujuannya?

2.Apa saja bentuk-bentuk ASG?

3. Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip ASG?

C. Tujuan Penulisan

1.Menambah wawasan pembaca tentang ASG.


2.Mengetahui perjuangan atau tanggapan-tanggapan gereja terhadap masalah-masalah sosial yang ada
di masyarakat.

BAB II

AJARAN SOSIAL GEREJA

A. Pengertian dan Tujuan Ajaran Sosial Gereja

Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang permasalahan keadilan di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.Secara sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka
dokumen (umumnyadisebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan berbicaratentang
persoalan-persoalan sosial. Dokumen-dokumen tersebut antara lainRerum Novarum (tentang kondisi
buruh, dikeluarkan oleh Paus Leo XIII tahun1891), Quadragessimo Anno (tentang pembaharuan tatanan
sosial oleh PausPius XI tahun 1931), Mater et Magistra (tentang umat kristiani dan persoalan- persoalan
sosial di dunia oleh Paus Yohanes XXIII tahun 1961), hingga yangterakhir untuk sementara ini, yakni
Centesimus Annus (1991). Ensiklik terakhirini berisi penegasan Paus Yohanes Paulus II bahwa Ajaran
Sosial Gerejatermasuk dalam ajaran resmi iman dan tergolong dalam antropologi teologis.Antropologi
teologis dimengerti sebagai teologi tentang manusia yang telahditebus dan dirahmati oleh
Kristus.Ajaran sosial Gereja sebenarnya adalah ajaran Gereja yangdiperuntukkan bagi kebaikan bersama
(common good) dalam masyarakat,untuk mengarahkan masyarakat kepada kebahagiaan. Banyak
orangmenghubungkan surat ensiklik Bapa Paus Leo XIII, Rerum Novarum, tahun1891, sebagai tanggapan
Gereja Katolik yang nyata terhadap keadaan krisissosial dunia. Namun sebenarnya, keberadaan ajaran
sosial Gereja telah adasejak lama, bahkan sejak jaman Perjanjian Lama.Maka sumber ajaran sosial
Gereja Katolik adalah: (disarikan dari bukukarangan Arthur Hippler, Citizens of the Heavenly City, A
Catechism ofCatholic Social Teaching, (Rockford Illinois: Borromeo Books, 2003) p. 1-11:

1. Kitab Suci, terutama ke-sepuluh perintah Allah yang menjadi dasar pengajaran moral dalam Gereja
Katolik (lih. KGK 264-2068). Melaluihukum-hukum Musa di Perjanjian Lama, sesungguhnya kita dapat

7mengetahui bahwa Allah memberikan hukum tidak hanya untuk mengatur penyembahan kepada Allah,
tapi juga untuk mengatur kehidupan yang benarantara sesama keluarga dan masyarakat. Hukum ini
yang kemudian disarikan menjadi “Kasihilah Tuhanmu dengan segenap hatimu dan kekuatanmu… dan
kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri”

(lih. Mat 22:37-39).

2. Pengajaran para Bapa Gereja dan para Pujangga Gereja (Doctors of theChurch), terutama St.
Agustinus (354-430) melalui bukunya The City ofGod, yang mengatur pengajaran tentang manusia dan
masyarakat; dan St.Thomas Aquinas (1225-1274), dengan bukunya, Summa Theologiae, dimana bagian
yang terbesar dari Summa adalah Teologi moral/ MoralTheology.3.

Pengajaran dari Bapa Paus, yaitu dari surat-surat ensiklik dan pengajaranlisan/ dalam homili/ sermon/
pidato. Pengajaran dari Bapa Paus inimerangkum Kitab Suci dan pengajaran dari para Bapa Gereja dan
PujanggaGereja. Bapa Paus yang mengajarkannya ajaran sosial ini kepada duniaadalah merupakan tanda
bahwa Kristus tak meninggalkan umat manusia bagai yatim piatu, namun terus menyertainya dengan
ajaran-Nya yangditujukan bagi semua orang, demi kebaikan bersama.Memang banyak orang sukar
melihat bahwa ajaran dari Bapa Pausmerupakan ajaran bagi semua orang, sebab mereka berpikir bahwa
Paus hanyamengajar umat Katolik. Namun sebagai the Vicar of Christ, wakil Kristus didunia, sebenarnya,
Paus mempunyai tugas untuk mengajar semua orang.Otoritas Paus dalam mengajarkan doktrin sosial
Gereja sifatnya tetap, tidakterpengaruh„masa jabatan‟. Maka artinya:

1. Paus yang sekarang ini mengajarkan sesuatu yang telah menjadi pengajaran

Gereja sepanjang sejarah, dan tidak mengajarkan hal yang baru/ „inovasi‟

yang dibuatnya sendiri.

2. Demikian pula, ajaran para Paus di masa lampau tetap berlaku. Contohnya,surat ensiklikal Centesimus
Annus dari Paus Yohanes Paulus II ditulis berdasarkan Rerum Novarum dari Paus Leo XIII dan
Quadragesimo anno dari Paus Pius XII. Dan yang baru-baru ini surat ensiklik Caritatis inVeritate dari
Paus Benediktus XVI merupakan pengembangan/ kelanjutandari surat-surat ensiklik dari para Paus
pendahulunya tersebut. Dalam suratensikliknya, khususnya Rerum Novarum dan Centesimus Annus,
Pausmendorong dibentuknya kegiatan dan lembaga sosial dalam masyarakatyang sifatnya untuk
mendukung masyarakat itu sendiri, namun harus dilihatdasarnya, bahwa semua itu adalah untuk
menerapkan hukum kasih dalammasyarakat.Memang dalam hal ini Gereja tidak mengajarkan penemuan
suatu sistem bisnis/pengaturan masyarakat, namun Gereja mengajarkan prinsip-prinsipdasarnya demi
mengarahkan umat manusia kepada kekudusan, sehinggamanusia dapat mencapai tujuan akhirnya,
yaitu surga. Semua perkembangan didunia tidak boleh menghalangi manusia untuk mencapai tujuan
akhir ini.Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagirealitas sekular dan
menerangi serta membimbing manusia dalam membangundunia seturut rencana Tuhan.

B. Ensiklik-Ensiklik Magisterium Gereja

Secara sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen(umumnya disebut ensiklik) yang
dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan berbicara tentang persoalan-persoalan sosial.Berikut ini
ulasan dokumen-dokumen Gereja Katolik yang mengajarkantentang ajaran sosial gereja.

1. Rerum Novarum

(Paus Leo XIII, 1891)Rerum Novarum (RN Tentang Kondisi Pekerja) merupakan ensiklik pertama ajaran
sosial gereja. Menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu saja juga nasib
para buruhnya. Tampilnyamasyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama hidup bersama,
pertanian.Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas. Jatuh dalamkemiskinan
struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat keadilan dalamupah dan perlakuan

9Ensiklik ini merupakan ensiklik yang menanggapi masalah sosial akhirabad 19 yaitu masalah kaum
buruh. Masalah yang dibicarakan adalahsemacam tanggapan terhadap pandangan dan gerakan
sosialisme-marxismedari satu pihak dan lain pihak pandangan liberalisme yang menguasai
duniaekonomi. Ensiklik ini tidak langsung dialamatkan kepada kaum buruh,tetapi menguraikan masalah-
masalah kaum buruh kepada para pemimpinGereja dan masyarakat. Kaum buruh dan para pengusaha
yang dimaksudkanensiklik ini pada prinsipnya adalah orang-orang Katolik, oleh karena itumasalah sosial
menjadi masalah Gereja juga. Ensiklik Rerum Novarum inidibagi menjadi tiga tema pokok. Pertama;
situasi rakyat miskin dan kaum buruh, kedua; penolakan atas pemecahan sosialis terhadap
kemiskinan,ketiga; usulan Sri Paus untuk memecahkan permasalahan terhadapkemiskinan.

2. Quadragesimo Anno(Paus Pius XI, 1931)Quadragesimo Anno (QA) memiliki

maksud “Rekonstruksi Keteraturan Sosial.” Nama Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk
memperingati Ensiklik Rerum Novarum. Tetapi pada zaman ini memang ada kebutuhansangat hebat
untuk menata kehidupan sosial bangsa manusia. Diperkenalkandan ditekankan terminologi yang sangat
penting dalam Ajaran Sosial

Gereja, yaitu “subsidiaritas” (maksudnya, apa yang bisa dikerjakan oleh

tingkat bawah, otoritas di atasnya tidak perlu ikut campur). Dalam banyakhal Quadragesimo Anno masih
melanjutkan Rerum Novarun mengenai soal-

soal “dialog”-nya dengan perkembangan masyarakat. Menolak solusikomunisme yang menghilangkan


hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligusmengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang akan
menghancurkandirinya sendiri. Fungsi dari penguasa Negara adalah untuk mengawasimasyarakat dan
bagian-bagiannya, tetapi dalam melindungi individu-individu pribadi di hak-hak mereka, pertimbangan
utama harus diberikankepada yang lemah dan miskin.Quadragesimo Anno bermaksud menggugat
kebijakan-kebijakanekonomi zaman itu; membeberkan akar-akar kekacauannya sekaligus

10menawarkan solusi pembenahan tata sosial hidup bersama, sambilmengenang Ensklik Rerum
Novarum; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan kerja; prinsip-prinsip bagi hasil
yang adil; upahadil; prinsip-prinsip pemulihan ekonomi dan tatanan sosial; pembahasansosialisme dan
tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalammengatasi kemiskinan struktural.

3. Mater et Magistra

(Paus Yohanes XXIII, 1961)Masalah-masalah sosial yang diprihatinkan oleh Ensiklik ini khas padazaman
ini. Soal jurang kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar urusan pengusaha dan pekerja, atau
pemilik modal dan kaum buruh, melainkansudah menyentuh masalah internasional. Untuk pertama
kalinya isu
“internasional” dalam hal keadilan menjadi tema ajaran sosial Gereja. Ada

jurang sangat hebat antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin.Kemiskinan di Asia, Afrika,
dan Latin Amerika adalah produk dari sistemtata dunia yang tidak adil. Di lain pihak, persoalan menjadi
makin rumitmenyusul perlombaan senjata nuklir, persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya
ideologi-ideologi. Dalam Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge, and act
. Gereja Katolik didesakuntuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil.Ensiklik
ini masih berkaitan dengan peringatan RN, maka pada bagianawal Mater et Magistra diingat sekali lagi
semangat RN dan QA. Disadariisu-isu baru dalam perkembangan terakhir di bidang sosial, politik
danekonomi; peranan negara dalam kemajuan ekonomi; partisipasi kaum buruh;soal kaum petani;
bagaimana ekonomi ditata seimbang; kerjasamaantarnegara; bantuan internasional; soal pertambahan
penduduk; kerjasamainternasional; ajaran sosial Gereja dan kepentingannya.

4. Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII, 1963)Pacem in Terris (Damai di Bumi) menggagas perdamaian,
yang menjadiisu sentral pada dekade enam puluhan. Perdamaian terjadi bila ada rinciantatanan yang
adil dengan mengedepankan hak-hak manusiawi dan keluhuran martabatnya. Yang dimaksud dengan
tatanan hidup ialah tatanan relasi

11(1) antarmasyarakat, (2) antara masyarakat dan negara, (3) antarnegara, (4)antara masyarakat dan
negara-negara dalam level komunitas dunia. Ensiklikmenyerukan dihentikannya perang dan perlombaan
senjata serta pentingnyamemperkokoh hubungan internasional lewat lembaga yang sudah
dibentuk:PBB. Ensiklik ini memiliki muatan ajaran yang ditujukan tidak hanya bagikalangan Gereja
Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya.Tentang Menegakkan Perdamaian yang Universal
berdasarkan Kebenaran,Keadilan, Kemurahan, dan Kebebasan adalah sebuah ensiklik kepausanyang
dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 April 1963. Ensiklik inihingga kini tetap merupakan ensiklik
yang paling terkenal dari abad ke-20dan menetapkan prinsip-prinsip yang kelak muncul dalam
sejumlahdokumen dari Konsili Vatikan II dan paus-paus yang kemudian. Ini adalahensiklik terakhir yang
dirancang oleh Yohanes XXIII.

5. Gaudium et Spes

(Konsili Vatikan II, 1965)Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup GerejaKatolik secara
menyeluruh. Gaudium et Spes (GS – Gereja di DuniaModern) menaruh keprihatinan secara luas pada
tema hubungan Gereja danDunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah
seiringdengan perubahan kehidupan manusia modern. Soal-soal yang disentuh olehGS dengan demikian
berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern.Di lain pihak tetap diangkat ke permukaan soal
jurang yang tetap lebarantara si kaya dan si miskin. Relasi antara Gereja dan sejarah
perkembanganmanusia di dunia modern dibahas dalam suatu cara yang lebih gamblang,menyentuh nilai
perkawinan, keluarga, dan tata hidup masyarakat pada umumnya. Judul dokumen ini mengatakan suatu
“perubahan eksternal” dari kebijakan hidup Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasanmanusia-manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita,adalah kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal Joseph Suenens dari Belgia berkata
bahwa pembaharuanKonsili Vatikan II tidak hanya mencakup bidang liturgis saja, melainkan juga hidup
Gereja di dunia modern secara kurang lebih menyeluruh.

C. Prinsip Dasar Ajaran Sosial Gereja

Yang dimaksudkan dengan prinsip-prinsip dasar ASG adalah sejumlahkonsep atau gagasan pokok yang
menjadi dasar dan acuan bagi upaya penataansystem dan struktur serta pola-laku sosial manusia dalam
suatu masyarakatsehingga yang dihasilkannya adalah suatu system, struktur dan pola-laku
yangmenyokong serta memudahkan terwujudnya kesejahteraan umum.Prinsip-prinsip ini menegaskan
kebenaran tentang suatu masyarakat yang menantang setiap pribadi, setiap suara hati, untuk peduli dan
terlibat dalam

Anda mungkin juga menyukai