NIM: 190210402123
A. Rangkuman
1. Pendekatan Objektif
Mama
Burung dara yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan sarang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
Kritik sastra terhadap puisi ini dilakukan oleh salah satu dosen FKIP Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Terdapat beberapa point yang di bahas dalam jurnal tersebut yakni:
1. Tipografi (penyusunan baris dan bait dalam puisi)
Dalam point ini penulis mengatakan bahwa puisi diatas memiliki jenis tipografi teratur dengan
jumlah baris dan bait tidak sama. Penulis juga menjelaskan bahwa pengarang dlam puisi diatas
menggunakan persamaan bunyi dan rima, jumlah kata dan penyusunan kata.
Sedangkan asonansi atau persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi pada puisi diatas terdapat
pada bagian berikut
Mama yang tersayang
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
Yang ternama dan perkasa
5. Imaji (citra atau bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi)
Penulis menjelaskan beberapa Imaji dalam puisi diatas yakni:
Imaji penglihatan yang diperlihatkan pada bait berikut
2. Pendekatan Ekspresif
Didalam skripsinya, penulis mencantumkan 7 data ekspresi pengarang dalam cerpen yang
dianalisis. 7 data tersebut adalah:
1. Dengan wajah yang menyala, ia kepalkan tangan ke udara. Kakinya di entak-entak ketanah.
Kaki, kaki! Lantas, suara-suara bergemuruh… (Keberanian)
2. “Gadis-gadis negeri ini harus diberdayakan! Tahukah kalian, hidup-mati sebuah negeri
ditentukan oleh kaum hawa. Janganberpangku tangan! Jangan menyimpan kaki! Hayo,
melangkah, melangkah, kaki, kaki. Kalian tak akan beranjak kemana-mana kalau kaki tidak
dipergunakan. Mulai sekarang, kalau kalian ingin terpandang, negeri ini tersohor, ya
pergunakan kaki. Kaki, kaki.” (Keteguhan Prinsip)
3. Perempuan separuh baya yang sepasang kakinya selalu tertutup itu disambut gempita
gadis-gadis kami. Mereka serempak dalam anggukan, sepakat dalam berpendapat:
perempuan separuh baya ini adalah penipu sangkakala perubahan! (Senang)
4. Sebenarnya, sudah sejak lama gadisgadis kami memintal kegelisahan dan menjuraikannya
di jendela kamar-kamar mereka: kehidupan seperti ini terasa menjenuhkan? Ah, menurut
gemerisik bisik-bisik, kehidupan mereka datar-datar saja, tapi tak tahu bagaimana cara
mengubahnya. (Sedih)_
5. Seperti itulah, gadis-gadis kami pun mulai senang menimang-nimang kaki mereka. Sejak
saat itu, sontak gadis-gadis di kota kami berlombalomba merawat kaki mereka. Gadisgadis
kami begitu bangga dengan kaki mereka. Berpamer-pamer kaki di luar rumah. (Percaya
Diri)
6. Para lelaki terperangah! Sampaisampai untuk membunuh rasa tak percaya, mereka
tempeleng wajah mereka sendiri. Mereka tidak sedang bermimpi. Maka lelaki-lelaki itu pun
mabuk rupawan. Sedang gadis-gadis di negeri kami, girang-gemilang menerima beragam
cindera mata uluran para lelaki. Gadis-gadis di negeri kami jadi gemar mengoleksi cindera
mata. (Terkejut)
7. Tak terbayangkan, bagaimana rasanya hidup hanya dengan kaki. Kaki, kaki. Tanpa tubuh
yang utuh. Tanpa perut. Tanpa dada. Tiada berbahu. Sepasang tangan ditanggalkan.
Rambut disingkirkan. Wajah mereka? Entah ditaruh dimana.(Jijik)
Selanjutnya penulis menjelaskan gaya kepenulisan Hasan al Banna yang puitis. Hal ini
dibuktikan dengan kutipan-kutipan cerpen yang dianalisis ditiap paragraph dari awal sampai
akhir cerita. Penulis menjelaskan bahwa Hasan Al Banna mampu menjaga kemampuan
bahasanya yang puitis.
Selanjutnya adalah proses kreatif Hasan AL Banna dalam menulis cerpen yang dianalisis ini.
pada bab ini, penulis skripsi mencantumkan hasil wawancaranya dengan sang penulis cerpen
yang ia analisis yakni Hasan AL Banna. Pertanyaan yang dilontarkan seputar munculnya ide dan
menciptakan karakter dalam cerita. Hasan AL Banna mengatakan bahwa karakter-karakter
maupun ide cerita dalam cerpen yang dianalisis ia dapat tidak jauh dari apa yang ia lihat
disekitarnya. Selain proses sebelum menulis cerpen, penulis juga melontarkan pertanyaan seputar
proses penulisan dan setelah menulis karya. Hasan AL Banna juga menjelaskan bahwa ide dari
cerita tersebut ia dapat saat melihat banyak wanita memakai celana dan rok pendek.
3. Pendekatan Pragmatik
Analisis Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Pragmatik Pada Antologi Cerpen Karya
Hasan Al Banna
(Oleh
Ramadhan Saleh Lubis, Yolandita Octavianty Sipahutar, Jesika Anasthasia Siregar,
Asni Sumarni Saragih, Gugun Kristina Silalahi
Universitas Prima Indonesia
Diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/22044&ved=
2ahUKEwihtcuNl4vzAhV38HMBHc8kBeEQFnoECAcQAg&usg=AOvVaw2z-cNLseCneB-KhYAlI-73
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa terdapat 2 efek yang akan didapat pembaca
saat membaca karya sastra yang dianalisis tersebut.
1. Efek Estetis
Penulis menjelaskan bahwa salah satu aspek keindahan terdapat pada kutipan cerpen berikut:
“Abit godang seperti teko berkarat yang mengguyurkan kopi pahit ke gelas kemenangan.”
(Hasan Al Banna; parompa sadun kiriman ibu. 2006; parg.10)
Kutipan tersebut mengandung majas asosiasi yakni membandingkan dua objek yang berbeda
namun dianggap sama dengan menambahkan kata sambung.
2. Efek Kebermanfaatan
penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud efek kebermanfaatan disini adalah nilai-nilai yang
dapat diambil pembaca. Penulis menjelaskan ada 4 nilai disana. 4 nilai tersebut adalah Nilai
Agama, Sosial, Budaya, dan nilai moral. Penulis mengambil kesimpulan mengenai 4 nilai yang
terkandung tersebut menurut kutipan-kutipan cerpen yang merepresentasikan nilai-nilai tersebut.
4. Pendekatan Mimetik
Pada penelitian ini, penulis menjelaskan representasi sajak-sajak dalam puisi terhadap kehidupan
nyata. Contohnya adalah sebagai berikut:
Pada bagian ini, penulis jurnal menerangkan bahwa bait diatas merepresentasikan waktu terus
berlanjut dan menakutkan baik saat kita bekerja maupun bermimpi tanpa jeda.
Pada bait ini mengungkapkan bahwa penyair akan abadi dengan tulisannya walaupun jasadnya
telah lepas dari dunia. Bait-baitnya akan selalu menemani orang yang dicintainya.
Penulis menganalisis karya sastra dengan cara seperti ini, yakni mencantumkan kutipan puisi
kemudian menyambungkannya dengan kehidupan nyata.
B. Perbandingan