Anda di halaman 1dari 8

Nama: Dina Rohmawati

NIM: 190210402123

A. Rangkuman
1. Pendekatan Objektif

Analisis Kritik Sastra Surat Kepada


Bunda : Tentang Calon Menantunya”
Karya W.S. Rendra

(diambil dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Surabaya

Analisis Kritik Sastra

“Surat Kepada Bunda : Tentang Calon Menantunya” Karya W.S. Rendra

Oleh R. Panji Hermoyo. Jurnal diakses dari https://www.google.com/url?


sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/229571849.pdf&ved=2ahUKEwi7_p6G-
4rzAhWpIbcAHYIRAGkQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw21-O-LTKJCwXax6smM2b-c

Surat Kepada Bunda:


Tentang Calon Menantunya

Mama yang tersayang


Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku


Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku
Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tenteram, jinak, sederhana

Mama
Burung dara yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan sarang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi

Begitu kata alam, begitu kau mengerti


Bagai dulu bundamu melepas kau
Kawin dengan ayahku.
Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentu sangatlah berat
Tapi itu harus, mama!
Dan akhirnya tak kan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata ;’anakku!’

Bila malam telah datang


Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur disampingmu
Iapun anakmu
Sekali waktu nanti Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka sehat-sehat dan lucu-lucu
Dan kepada mereka
Ibunya akan bercerita
Riwayat yang baik tentang nenek mereka
Bunda bapak mereka
Ciuman abadi
Dari anak lelakimu yang jauh

Kritik sastra terhadap puisi ini dilakukan oleh salah satu dosen FKIP Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Terdapat beberapa point yang di bahas dalam jurnal tersebut yakni:
1. Tipografi (penyusunan baris dan bait dalam puisi)
Dalam point ini penulis mengatakan bahwa puisi diatas memiliki jenis tipografi teratur dengan
jumlah baris dan bait tidak sama. Penulis juga menjelaskan bahwa pengarang dlam puisi diatas
menggunakan persamaan bunyi dan rima, jumlah kata dan penyusunan kata.

2. Kata dan diksi


di point ini penulis memberi tahu bahwa pengarang lenih banyak menggunakan kata yang
familiar daripada kata defamiliar sehingga pebaca menjadi mudah memahami maksud tulisan
pengarang tersebut. sementara untuk diksinya, pengarang lebih sering memakai diksi dengan
makna konotatif.
3. Bahasa kiasan dan bahasa retorik
Di point ketiga ini penulis memberitahukan bahwa terdapat lima bahasa kiasan dalam puisi
tersebut yakni perbandingan (Seseorang yang bagai kau), metafora (Burung dara yang nakal),
personifikasi (Terpupuslah sudah masa-masa sepiku Hendaknya berhenti gemetar rusuh),
hiperbola (Kini terbang dan telah menemui jodohnya), dan repetisi (Begitu kata alam, begitu kau
mengerti).
4. Rima, Aliterasi, Asonansi
Berikutnya penulis menjelaskan bahwa rima yang ada pada puisi diatas kebanyakan berupa rima
akhir. Contohnya pada bait pertama puisi diatas menggunakan rima abbab. Pada bait-bait
berikutnya juga menggunakan rima akhir. Selanjutnya aliterasi yakni persamaan bunyi konsonan
pada satu baris puisi dapat diliat pada puisi diatas tepatnya pada bagian berikut

Terpupulah sudah masa-masa sepiku


Telah berlabuh dan ditambatkan

Sedangkan asonansi atau persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi pada puisi diatas terdapat
pada bagian berikut
Mama yang tersayang
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
Yang ternama dan perkasa

5. Imaji (citra atau bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi)
Penulis menjelaskan beberapa Imaji dalam puisi diatas yakni:
 Imaji penglihatan yang diperlihatkan pada bait berikut

Karena kapal yang berlayar


Telah berlabuh dan ditambatkan
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Kini terbang menemui jodohnya
Bila malam telah datang

 Imaji Pendengaran yang diperlihatkan pada bait berikut


Dan panggillah ia dengan kata ; ’anakku!’
Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita.

2. Pendekatan Ekspresif

ANALISIS CERPEN KAKI YANG AJAIB KARYA HASAN AL BANNA


DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF
(diambil dari skripsi berjudul ANALISIS CERPEN KAKI YANG AJAIB KARYA HASAN
AL BANNA DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF oleh Arie Armanda. Diakses dari
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/225827584.pdf&ved=2ahUKEwjLuavylov
zAhU2_XMBHbsKAakQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw1HOyPVGxGZHvkW2z9nE4db

Didalam skripsinya, penulis mencantumkan 7 data ekspresi pengarang dalam cerpen yang
dianalisis. 7 data tersebut adalah:
1. Dengan wajah yang menyala, ia kepalkan tangan ke udara. Kakinya di entak-entak ketanah.
Kaki, kaki! Lantas, suara-suara bergemuruh… (Keberanian)
2. “Gadis-gadis negeri ini harus diberdayakan! Tahukah kalian, hidup-mati sebuah negeri
ditentukan oleh kaum hawa. Janganberpangku tangan! Jangan menyimpan kaki! Hayo,
melangkah, melangkah, kaki, kaki. Kalian tak akan beranjak kemana-mana kalau kaki tidak
dipergunakan. Mulai sekarang, kalau kalian ingin terpandang, negeri ini tersohor, ya
pergunakan kaki. Kaki, kaki.” (Keteguhan Prinsip)
3. Perempuan separuh baya yang sepasang kakinya selalu tertutup itu disambut gempita
gadis-gadis kami. Mereka serempak dalam anggukan, sepakat dalam berpendapat:
perempuan separuh baya ini adalah penipu sangkakala perubahan! (Senang)
4. Sebenarnya, sudah sejak lama gadisgadis kami memintal kegelisahan dan menjuraikannya
di jendela kamar-kamar mereka: kehidupan seperti ini terasa menjenuhkan? Ah, menurut
gemerisik bisik-bisik, kehidupan mereka datar-datar saja, tapi tak tahu bagaimana cara
mengubahnya. (Sedih)_
5. Seperti itulah, gadis-gadis kami pun mulai senang menimang-nimang kaki mereka. Sejak
saat itu, sontak gadis-gadis di kota kami berlombalomba merawat kaki mereka. Gadisgadis
kami begitu bangga dengan kaki mereka. Berpamer-pamer kaki di luar rumah. (Percaya
Diri)
6. Para lelaki terperangah! Sampaisampai untuk membunuh rasa tak percaya, mereka
tempeleng wajah mereka sendiri. Mereka tidak sedang bermimpi. Maka lelaki-lelaki itu pun
mabuk rupawan. Sedang gadis-gadis di negeri kami, girang-gemilang menerima beragam
cindera mata uluran para lelaki. Gadis-gadis di negeri kami jadi gemar mengoleksi cindera
mata. (Terkejut)
7. Tak terbayangkan, bagaimana rasanya hidup hanya dengan kaki. Kaki, kaki. Tanpa tubuh
yang utuh. Tanpa perut. Tanpa dada. Tiada berbahu. Sepasang tangan ditanggalkan.
Rambut disingkirkan. Wajah mereka? Entah ditaruh dimana.(Jijik)

Selanjutnya penulis menjelaskan gaya kepenulisan Hasan al Banna yang puitis. Hal ini
dibuktikan dengan kutipan-kutipan cerpen yang dianalisis ditiap paragraph dari awal sampai
akhir cerita. Penulis menjelaskan bahwa Hasan Al Banna mampu menjaga kemampuan
bahasanya yang puitis.
Selanjutnya adalah proses kreatif Hasan AL Banna dalam menulis cerpen yang dianalisis ini.
pada bab ini, penulis skripsi mencantumkan hasil wawancaranya dengan sang penulis cerpen
yang ia analisis yakni Hasan AL Banna. Pertanyaan yang dilontarkan seputar munculnya ide dan
menciptakan karakter dalam cerita. Hasan AL Banna mengatakan bahwa karakter-karakter
maupun ide cerita dalam cerpen yang dianalisis ia dapat tidak jauh dari apa yang ia lihat
disekitarnya. Selain proses sebelum menulis cerpen, penulis juga melontarkan pertanyaan seputar
proses penulisan dan setelah menulis karya. Hasan AL Banna juga menjelaskan bahwa ide dari
cerita tersebut ia dapat saat melihat banyak wanita memakai celana dan rok pendek.
3. Pendekatan Pragmatik
Analisis Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Pragmatik Pada Antologi Cerpen Karya
Hasan Al Banna
(Oleh
Ramadhan Saleh Lubis, Yolandita Octavianty Sipahutar, Jesika Anasthasia Siregar,
Asni Sumarni Saragih, Gugun Kristina Silalahi
Universitas Prima Indonesia
Diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/22044&ved=
2ahUKEwihtcuNl4vzAhV38HMBHc8kBeEQFnoECAcQAg&usg=AOvVaw2z-cNLseCneB-KhYAlI-73

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa terdapat 2 efek yang akan didapat pembaca
saat membaca karya sastra yang dianalisis tersebut.
1. Efek Estetis
Penulis menjelaskan bahwa salah satu aspek keindahan terdapat pada kutipan cerpen berikut:
“Abit godang seperti teko berkarat yang mengguyurkan kopi pahit ke gelas kemenangan.”
(Hasan Al Banna; parompa sadun kiriman ibu. 2006; parg.10)
Kutipan tersebut mengandung majas asosiasi yakni membandingkan dua objek yang berbeda
namun dianggap sama dengan menambahkan kata sambung.
2. Efek Kebermanfaatan
penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud efek kebermanfaatan disini adalah nilai-nilai yang
dapat diambil pembaca. Penulis menjelaskan ada 4 nilai disana. 4 nilai tersebut adalah Nilai
Agama, Sosial, Budaya, dan nilai moral. Penulis mengambil kesimpulan mengenai 4 nilai yang
terkandung tersebut menurut kutipan-kutipan cerpen yang merepresentasikan nilai-nilai tersebut.

4. Pendekatan Mimetik

HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO:


KRITIK SASTRA MIMETIK
(jurnal Universitas Majalengka oleh Ayum Yayah Sefia, Aji Septiaji.
Diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/228884771.pdf&ved=2ahUKEwiMvvfJi4v
zAhVZXSsKHb_2Dq4QFnoECDsQAQ&usg=AOvVaw31lNdhqHp1ZBqxW4BkU570

Pada penelitian ini, penulis menjelaskan representasi sajak-sajak dalam puisi terhadap kehidupan
nyata. Contohnya adalah sebagai berikut:

Puisi Tangan Waktu


Selalu terulur ia lewat jendela
Yang panjang dan menakutkan
Selagi engkau bekerja, atau mimpi pun
Tanpa berkata suatu apa

Pada bagian ini, penulis jurnal menerangkan bahwa bait diatas merepresentasikan waktu terus
berlanjut dan menakutkan baik saat kita bekerja maupun bermimpi tanpa jeda.

Puisi Pada Suatu Hari Nanti


Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada bait ini mengungkapkan bahwa penyair akan abadi dengan tulisannya walaupun jasadnya
telah lepas dari dunia. Bait-baitnya akan selalu menemani orang yang dicintainya.

Penulis menganalisis karya sastra dengan cara seperti ini, yakni mencantumkan kutipan puisi
kemudian menyambungkannya dengan kehidupan nyata.
B. Perbandingan

N Jenis Pendekatan Perbandingan


O
1. Pendekatan Objektif 1. Fokus pendekatan hanya pada karya sastra.
2. Yang dianalisis adalah unsur-unsur intrinsik karya sastra.
3. Kritikus hanya akan menilai karya sastra dari karya sastra itu
sendiri (tanpa peduli siapa pengarangnya, bagaimana latar
belakangnya dan apa efek yang ditimbulkan karya sastra
tersebut pada pembaca)
4. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai objek yang
mandiri.
2. Pendekatan Ekspresif 1. Fokus pendekatan adalah pada pengarang yang menciptakan
karya sastra.
2. Yang dianalisis adalah ungkapan, curahan maupun
pengalaman pengarang yang tercermin dalam karya sastra
yang ia ciptakan.
3. Kritikus haruslah memahami secara mendalam detail
mengenai pengarang yang didapat dari data-data yang
diperlukan (biografi, wawancara pengarang dengan media
maupun mewawancarai pengarang secara langsung)
4. Kritikus nantinya akan menghubungkan kecocokan karya
sastra dengan pengarangnya (bisa latar belakang sosial
maupun budaya pengarang)
3. Pendekatan Pragmatik 1. Fokus pendekatan adalah pada pembaca sebagai penangkap
dan pemberi makna pada karya sastra
2. Yang dianalisis umumnya adalah efek-efek yang akan
diterima pembaca dari karya sastra yang dibaca.
3. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu pada pembaca.
4. Kritikus nantinya menganalisis pemakaian bahasa dalam
karya sastra dan memadankan kalimat dengan konteks yang
tepat sehingga dapat diketahui apakah kalimat dalma karya
sastra terdeput dapat menimbulkan efek pada pembaca atau
tidak.
4. Pendekatan Mimetik 1. Fokus pendekatan adalah pada hubungan karya sastra
dengan realitas kehidupan.
2. Yang dianalisis umumnya adalah ungkapan-ungkapan
dalam karya sastra yang mencerminkan kehidupan nyata
3. Kritikus nantinya akan menghubungkan karya sastra
dengan yang terjadi di dunia nyata
4. Pendekatan ini menitik beratkan kajiannya terhadap
hubungan karya sastra dengan kenyataan diluar karya
sastra.

Anda mungkin juga menyukai