Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH STRES PADA KESEHATAN JARINGAN PERIODONTAL

Ratih Larasati
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Surabaya
rlbaratajaya@gmail.com

Abstract. Stress is a psycho-physiological reactions to various stimuli emotionally


or physically interfere with homeostasis, and can exacerbate diseases result from
bacterial and viral infections in animals and humans. Psychological stress or
psychosomatic conditions encourage the immunological changes. Namely stress
hormone CRH, ACTH and glucocorticoids can affect the immune response
resulting in bone loss, tissue damage, loss of attachment, and can inhibit wound
healing. One of the periodontal pathogenic bacterial species is Porphyromonas
gingivalis. Porphyromonas gingivalis bacteria found in dental plaque and bacteria
that cause periodontal tissue pathological changes with the activation of the
immune and inflammatory response of the host, and directly affects the cells of the
periodontium. The high level of stress is accompanied by a lack of oral health can
lead to more severe periodontal conditions.
Keywords: stress; periodontal; Porphyromonas gingivalis

Abstrak. Stres adalah reaksi psiko-fisiologis terhadap berbagai rangsangan


emosional atau fisik yang mengganggu homeostasis, dan dapat memperburuk
penyakit akibat dari infeksi bakteri dan virus pada hewan dan manusia. Stres
psikologis atau kondisi psikosomatik mendorong perubahan imunologi. Hormon
stres yaitu CRH, adeno cortiko tropin hormone (ACTH) dan glukokortikoid dapat
mempengaruhi respon imun yang mengakibatkan hilangnya tulang, kerusakan
jaringan, hilangnya perlekatan, dan dapat menghambat penyembuhan luka. Salah
satu spesies bakteri periodontal yang patogen yaitu Porphyromonas gingivalis.
Bakteri Porphyromonas gingivalis banyak ditemukan dalam plak gigi. Bakteri
tersebut menyebabkan perubahan patologik jaringan periodontal dengan
pengaktifan respons imun dan inflamasi inang, dan secara langsung mempengaruhi
sel-sel periodonsium. Tingkat stres yang tinggi disertai dengan kurangnya
kesehatan mulut dapat menyebabkan kondisi periodontal yang lebih parah.
Kata kunci: stres; periodontal; Porphyromonas gingivalis

Pendahuluan berbagai rangsangan emosional atau


Tak seorangpun terbebas dari fisik yang mengganggu homeostasis,
stres. Stres adalah suatu keadaan dan dapat mengeksaserbasi penyakit
tekanan mental atau kecemasan yang hasil dari infeksi bakteri dan virus
disebabkan oleh masalah hidup, pada hewan dan manusia.2 Menurut
pekerjaan, dan lain-lain.1 Stres adalah WHO (2003) dalam Sriati (2008),
reaksi psiko-fisiologis tubuh terhadap stres adalah reaksi atau respon tubuh

81
Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016 : 81 - 89

terhadap stresor psikososial (tekanan berdiri di tempat. Tanda-tanda


mental atau beban kehidupan). Stres visceral adalah tangan berkeringat,
adalah respon manusia yang bersifat banyak berkeringat, jantung berdebar,
nonspesifik terhadap setiap tuntunan perut terganggu, mulut kering, suara
kebutuhan yang ada dalam dirinya berdering dalam telinga.5
(Pusdiknakes Depkes. RI dalam
Pembahasan
Sunaryo 2004).3
Konsep stres
Berdasarkan jenisnya, stres
Menurut Elliot dan Eisdorfer
dibagi menjadi dua yaitu stres negatif
(1982) taksonomi stres ada lima
(distress) dan stres positif (eustress).
kategori stresor: a) Acute time-limited
Stres positif adalah kondisi seseorang
stressors melibat-kan tantangan di
yang mampu mereduksi ketegangan
dalam laboratorium seperti berbicara
pada dirinya karena adanya motivasi
di depan umum atau aritmatika
atau dorongan-dorongan, baik bersifat
mental; b) Brief naturalistic stressors,
internal atau eksternal. Misalnya stres
seperti ujian akademis, melibatkan
yang dirasakan ketika akan
orang yang sedang menghadapi
menghadapi ujian akademik. Stres
tantangan jangka pendek dalam
negatif adalah seseorang tidak
kehidupan nyatanya; c) Stressful
mampu mereduksi ketegangannya
event sequences, contoh kehilangan
yang akhirnya timbul dampak negatif,
pasangan atau bencana alam besar,
yaitu penyakit.4
menimbulkan serangkaian tantangan
Menurut Everly dan Girdano
terkait. Meskipun individu yang
(1980), stress akan mempunyai
terkena biasanya tidak mengetahui
dampak pada suasana hati (mood),
persis kapan tantangan ini akan
otot kerangka (musculo skeletal), dan
mereda, mereka yakin bahwa di masa
organ dalam tubuh (visceral). Tanda-
depan mereka akan mampu, d)
tanda suasana hati (mood) adalah
Chronic stressors, biasanya tentang
cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur
hidup seseorang, memaksa dia untuk
pada malam hari, suka lupa, dan
merestrukturisasi atau identitasnya
gugup. Tanda-tanda muskuloskeletal
atau peran sosial. Pada stresor kronis,
adalah jari-jari dan tangan gemetar,
individu yang mengalami tidak
kepala mulai sakit, leher kaku atau
mengetahui kapan tantangan akan

82
Ratih Larasati (Pengaruh Stres … )

berakhir atau malah meyakini itu predisposisi genetik, stresor, tingkat


tidak akan pernah berakhir. Contoh dukungan sosial, dan faktor gaya
stres kronis adalah cedera traumatis hidup lainnya. Stresor adalah
yang mengarah ke cacat fisik, stimulus, situasi, atau keadaan dengan
memberikan perawatan untuk potensi menyebabkan reaksi stres.
pasangan dengan demensia parah, Efek potensial respon stres yang
atau menjadi pengungsi dipaksa dapat diobservasi atau diukur
keluar dari negara asal seseorang oleh termasuk kecemasan, depresi, kognisi
perang; e) Distant stressors, stres yang terganggu, dan kepercayaan diri
karena pengalaman traumatis yang terganggu. Definisi fisiologis stres
terjadi di masa lalu belum memiliki adalah stres dapat menyebabkan
potensi untuk terus memodifikasi deregulasi sistem imun, dimediasi
fungsi sistem kekebalan tubuh karena oleh HPA axis dan sympathetic-
kognitif tahan lama dan gejala sisa adrenal-medullary axis. Sebagai
emosional. Contoh stres jauh adalah respon terhadap berbagai stimuli
kekerasan seksual pada anak, setelah stres, terjadi inisiasi sekuens kejadian.
menyaksikan kematian seorang teman Ketika situasi tertentu diinter-
seperjuangan selama pertempuran, pretasikan sebagai keadaan stres, hal
dan telah menjadi tawanan perang.5 ini akan memicu aktivasi hypotha-
lamic-pituitary-adrenal (HPA) axis
Respon tubuh terhadap stres
melepaskan hormon corticotropin-
Stres didefinisikan sebagai
releasing hormone (CRH).
stimulus eksternal yang kuat baik
Pelepasan CRH memicu sekresi
fisiologis dan psikologis yang
dan pelepasan hormon lain, yaitu
menyebabkan respon fisiologis dalam
adrenocorticotropin hormone(ACTH)
tubuh seseorang. Oleh karena itu,
dari kelenjar pituitary, yang juga
stres dapat digambarkan sebagai
terletak di otak. Ketika ACTH
proses dengan komponen fisiologis
disekresi oleh kelenjar pituitary,
dan psikologis. Definisi psikologis
hormon ini mengikuti aliran darah
dari stres dilihat dari cara seseorang
dan mencapai kelenjar adrenal, yang
merespon stres pada sejumlah faktor,
berada di atas ginjal, dan memicu
termasuk kemampuan untuk
sekresi hormon stres. Ada dua macam
menghadapi stres (coping),

83
Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016 : 81 - 89

hormon stres utama, yaitu terganggu. Di sisi lain, aktivasi HPA


glukokortikoid (kortisol pada axis menekan fungsi imun, dan dalam
manusia) dan katekolamin (adrenalin keadaan kronis berbahaya bagi
dan nor adrenalin). organisme karena berhubungan
Sekresi akut glukokortikoid dan dengan peningkatan risiko terjadinya
katekolamin sebagai respon terhadap infeksi.6
adanya stresor merupakan mediator Stres memiliki efek pada respon
primer dalam rantai hormonal yang imun dan kerentanan terhadap infeksi.
dipicu respon terhadap stres. Kedua Sel inang (host), T limfosit dan
hormon yang disekresi sebagai respon makrofag merupakan sel-sel yang
terhadap stres ini bertindak dalam penting dalam pengaturan proses
tubuh untuk memberikan respon imun-inflamasi. Respon psikologis
fight-or-flight menyebabkan pening- terhadap pemicu stres dapat
katan detak jantung dan tekanan mengubah sistem imun melalui
darah. Glukokortikoid memiliki efek sistem neural dan endokrin, respon
yang berbeda-beda pada sistem target, akibat stres dihantarkan melalui tiga
bertujuan untuk meningkatkan jalur yaitu ke aksis hyphotalamo-
keberadaan substrat energi pada pituitary-adrenal (HPA) ke sistem
bagian tubuh yang berbeda, dan saraf simpatik dan ke saraf sensonic
memberikan adaptasi optimal untuk peptidergic. Sebaliknya stres juga
menghadapi tuntutan lingkungan. dapat menyebabkan aktivasi imun
Sedangkan aktivasi HPA axis melalui berbagai jalur. CRF sendiri
dianggap sebagai mekanisme adaptasi dapat merangsang pelepasan
dasar terhadap adanya perubahan, norepinefrin melalui reseptor CRF
aktivasi berkepanjangan memberikan yang terletak di locus cereleus yang
risiko pada kesehatan organisme. mengaktifkan sistem saraf simpatis,
Katabolik glukokortikoid yang baik sentral maupun perifer, serta
tinggi melawan insulin dan meningkatkan pelepasan epinefrin
meningkatkan tekanan darah sehingga dari medulla adrenal. Di samping itu,
meningkatkan risiko diabetes, terdapat hubungan langsung neuron
hipertensi, dan penyakit arterial. norepinefrin yang bersinaps pada sel
Pertumbuhan dan perbaikan jaringan target imun. Dengan demikian, di

84
Ratih Larasati (Pengaruh Stres … )

dalam menghadapi stresor, juga epinefrin dapat mengganggu


terdapat aktivasi imun yang dalam homeostasis dan meningkatkan
termasuk pelepasan faktor imun kerentanan terhadap penyakit melalui
humoral (sitokin) seperti IL-1 dan IL- berbagai mekanisme. Kortisol
6. Sitokin dapat menyebabkan menyebabkan efek ant-inflamasi yang
pelepasan CRF lebih lanjut, yang di poten dan imunosupresif. Hal ini
dalam teori berfungsi untuk dibuktikan dengan administrasi
meningkatkan efek glukokortikoid kortisol dalam jumlah banyak
sehingga membatasi sendiri aktivasi mengurangi respon inflamasi
imun.2,5,10 terhadap infeksi. Mekanisme biologis
Sel-sel sistem imun didistribusi stres mereduksi fungsi sistem imun,
di seluruh tubuh ketika infeksi terjadi, dan terjadinya inflamasi kronis
respon inflamasi yang menyusun dimediasi oleh produksi hormon
elemen sistem imun pada area kortisol yang mengurangi
spesifik. Setelah proses infeksi kemampuan imun dengan
menjadi kronis, inflamasi secara menghambat IgA dan IgG dan fungsi
klinis terjadi, meningkatkan sitokin neutrofil, sehingga terjadi
dan mediator inflamasi lain yang peningkatan kolonisasi biofilm dan
berhubungan dengan aktivasi dari berkurangnya kemampuan untuk
sistem stres. Apabila reaksi mencegah invasi bakteri pada
inflamasinya bermakna dan bertahan jaringan ikat.
lama, terjadi manifestasi berupa Setelah terjadi peningkatan
penyakit sistemik seperti rheumatoid kortisol yang kronis, kortisol akan
arthritis dan penyakit periodontal.3,6 kehilangan kemampuannya untuk
menghambat respon inflamasi yang
Respon jaringan periodontal diinisiasi oleh reaksi imun, sehingga
terhadap stres destruksi inflamasi terjadi terus
Banyak hasil penelitian telah menerus pada jaringan periodontal
menunjukkan bahwa stres psikologis mengakibatkan resorpsi tulang,
atau kondisi psikosomatik mendorong kerusakan jaringan, kehilangan
terjadinya perubahan imunologis. perlekatan, serta dapat menghambat
Peningkatan kadar kortisol dan penyembuhan luka.3,6 Hubungan

85
Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016 : 81 - 89

antara penyakit periodontal dan faktor roidales, klas Bacteroides, dan


predisposisi psikososial dapat dilihat phylum Bacteroidates.
pada kasus acute necrotizing Bakteri yang sering ditemukan
ulcerative gingivitis (ANUG).6,7,12 dalam poket periodontal yang dalam
ini asaccharolytic dan sangat
Bakteri Porphyromonas gingivalis
proteolitik. Pertumbuhan asaccharo-
Salah satu spesies bakteri
lytic tidak dipengaruhi oleh
periodontal yang patogen yaitu
karbohidrat tapi sangat ditingkatkan
Porphyromonas gingivalis. Porphyro-
oleh protein hydrolysates, seperti
monas gingivalis merupakan bakteri
pepton atau yeast extract. Produk
melanogenik, nonsakarolitik, dan
fermentasi mayornya berupa n-
bagian dari koloni bakteri Black-
butyric dan acetic acid, sedangkan
pigmented Gram-negative anaerobes.
produk minornya terdiri dari
Bakteri Porphyromonas gingivalis
propionic, isobutyric, isovaleric, dan
banyak ditemukan dalam plak gigi
kadang phenilacetic acids.
yang menyebabkan perubahan
Temperatur maksimal untuk pertum-
patologik jaringan periodontal dengan
buhan adalah 370C. pertumbuhan
pengaktifan respons imun dan
yang signifikan dapat dipengaruhi
inflamatori inang, dan secara
oleh adanya karbohidrat. Substrat
langsung mempengaruhi sel-sel
nitrogenous seperti proteose peptone,
periodonsium. Porphyromonas
trypticase dan ekstrak yeast dengan
gingivalis memproduksi berbagai
nyata dapat meningkatkan pertum-
faktor virulensi patogenik, seperti
buhan Porphyromonas gingivalis
lipopolisakarida dan hidrogen sulfida,
(Leslie, C., et al., 1998).8,9
yang dapat menginduksi inang untuk
melepaskan Interleukin-1 (IL-1) dan
Patogenesis bakteri Porphyromonas
TNF-α.8 Porphyromonas gingivalis
gingivalis
(sebelumnya disebut Bacteroides
Sebuah penelitian yang dilaku-
gingivalis) adalah bakteri Gram-
kan Noril et al. (1997) mengatakan
negatif anaerob yang diklasifikasikan
bahwa Porphyromonas gingivalis
dalam genus Porphyromonas, famili
merusak jaringan dengan interaksi
Porphyromo-nadaceae, order Bacte-
langsung antara bakteri dan sel inang.

86
Ratih Larasati (Pengaruh Stres … )

Ketika kontak langsung dengan epitel adalah kebutuhan mutlak bagi


di sulkus periodontal, Porphyro- kehidupan mahluk hidup, terutama
monas gingivalis mampu menyerang manusia; oleh karena itu jadwal tidur
berbagai jaringan host termasuk hendaknya teratur. Lamanya tidur
tulang alveolar. Faktor-faktor yang baik adalah antara 7-8 jam
virulensi yang terlibat dalam dalam semalam, c) Untuk
kolonisasi jaringan akan dapat meningkatkan daya tahan dan
mengubah pertahanan jaringan kekebalan baik fisik maupun mental,
9,11
host. olah raga adalah salah satu caranya,
Porphyromonas gingivalis meru- d) Tidak merokok adalah kebiasaan
pakan stimulator poten dari mediator hidup yang baik bagi kesehatan dan
inflamasi seperti Interleukin-1 (IL-1) ketahanan serta kekebalan tubuh, e)
dan Prostaglandin E2 yang akhirnya Menjaga kebersihan gigi dan mulut
dapat menyebabkan resorbsi tulang dengan cara menyikat gigi minimal
(Cutler et al,1995). Porphyromonas dua kali sehari yaitu pagi setelah
gingivalis dapat memetabolisme asam sarapan dan sebelum tidur malam, f)
amino dan menghasilkan sejumlah Tidak meminum keras (minuman
metabolit atau produk akhir yang yang mengandung alcohol) adalah
bersifat toksik terhadap jaringan kebiasaan hidup yang baik bagi
gingival pada manusia, juga kesehatan dan ketahanan serta
berpengaruh terhadap perkembangan kekebalan tubuh.4
penyakit periodontal.8
Simpulan dan Saran
Upaya peningkatan kekebalan stres Saat stres muncul, kadar
a) Makan dan minum hendaknya hormon kortisol akan meningkat, dan
yang baik serta tidak berlebihan. sistem kekebalan terganggu sehingga
Jadwal makan hendaknya teratur bakteri atau virus leluasa menyerang
pagi, siang dan malam, dan gingiva (gusi) atau mulut penderita.
diusahakan jangan sampai telat, b) Stres bisa memicu seseorang untuk
Tidur merupakan kegiatan alamiah lebih banyak melakukan kebiasaan-
yang dapat memulihkan segala kebiasaan yang merugikan rongga
keletihan fisik dan mental. Tidur mulut, bahkan mungkin mengabaikan

87
Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016 : 81 - 89

kesehatan mulutnya. Tingginya level http://digilib.unimus.ac.id/files/dis


k1/132/jtptunimus-gdl-yulikistan-
stres disertai dengan kurangnya
6567-3-babii.pdf (diakses 20
kesehatan rongga mulut dapat Januari 2016)
4. Sitoresmi, D., 2011, Stres dan
menimbulkan kondisi periodontal
Mekanisme Adaptasi,
yang lebih parah. Hal ini ditandai http://www.berbagimanfaat.com/2
011/09/mekanisme-dan-respon-
dengan peningkatan kehilangan
tubuh-terhadap.html (diakses 4
perlekatan, kehilangan tulang alveolar Januari 2016)
5. Segerstrom, S.C., dan Miller,
yang parah dan pendarahan pada
G.E., 2004, Psychological Stress
gingiva yang meningkat. Stres and the Human Immune System:
A Meta-Analytic Study of 30
psikologis juga dapat mempengaruhi
Years of Inquiry, NIH Public
keberhasilan dan jalannya perawatan Access, Psychol Bull, 130(4):
601–630.
penyakit periodontal.
6. Hokardi, C.A., 2013, Pengaruh
Berdasarkan pembahasan di Stres Akademik Terhadap Kondisi
Jaringan Periodontal dan Kadar
atas, maka disarankan agar stress
Hormon Kortisol Dalam Cairan
dapat diatasi dengan cara yang tepat, Krevikular Gingiva, Tesis,
https://www.google.co.id/search?
dan tidak mengabaikan kebersihan
newwindow=1&q=Pengaruh+Stre
gigi dan mulut, seperti menyikat gigi s+Akademik+Terhadap+Kondisi+
Jaringan+Periodontal+dan+Kadar
dengan baik dan teratur agar dapat
+Hormon+Kortisol+Dalam+Caira
mencegah terjadinya penyakit n+Krevikular+Gingiva&oq=Peng
aruh+Stres+Akademik+Terhadap
periodontal.
+Kondisi+Jaringan+Periodontal+
dan+Kadar+Hormon+Kortisol+D
alam+Cairan+Krevikular+Gingiv
Daftar Pustaka
a&gs_l=serp.12...1781315.18169
1. Hansen, F., 2014, How Does 36.0.1818927.28.22.2.4.4.0.232.2
Stress Affect Your Immune 038.12j6j1.19.0....0...1c.1.64.serp.
System ?, .3.24.2000.Ea7u5o0HaMg
http://adrenalinefatiguesolution.co (diakses 8 Desember 2015)
m/stress-immune-system/ 7. Dondy, 2009, Pengaruh Stres
(diakses 22 Desember 2015) Terhadap Kesehatan Gigi dan
2. Daliemunthe,S.H., Hubungan Mulut,
Stress Dengan Penyakit Dan http://drgdondy.blogspot.co.id/20
Perawatan Periodontal, 09/06/pengaruh-stress-terhadap-
http://www.researchgate.net/publi kesehatan-gigi.html (diakses 22
cation/42349686_Hubungan_Stre Desember 2015)
ss_Dengan_Penyakit_Dan_Peraw 8. Kusumawardani, B., Pujiastuti, P.,
atan_Periodontal [accessed Dec 8, dan Sari, D.S., 2010, Uji
2015] Biokimia Sistem API 20 A
3. Yulikistan, tt, Bab II, Mendeteksi Porphyromonas

88
Ratih Larasati (Pengaruh Stres … )

gingivalis Isolat Klinik dari Plak


Subgingiva Pasien Periodontitis
Kronis, Jurnal PDGI,
http://journal.pbpdgi.or.id/index.p
hp/jpdgi/article/download/13/9
(diakses 27 Januari 2015)
9. NN, 2008, Porphyromonas
gingivalis,
https://mikrobia2.files.wordpress.
com/2008/05/blog-mikro1.pdf
(diakses 27 Januari 2015)
10. Elisa, tt, Sitokin Bab 7,
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive
/download/24233/52040c128ab18
31760f6b4299f3b2d78 (diakses
27 Januari 2015)

11. Felisa, tt, Patogenesis Penyakit


Periodontal,
https://www.google.co.id/url?sa=t
&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=7&ved=0ahUKEwj2_fzBm8
vJAhUCHY4KHSvlDF8QFghC
MAY&url=http%3A%2F%2Felis
a.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive
%2Fdownload%2F38187%2Fe86
d1c32899e85908c9aac9155d8fe2
2&usg=AFQjCNHCa17o0mJmq
Oggz4tOPz0cK-7A6w (diakses 8
Desember 2015)
12. Iacopino, A.M., 2009,
Relationship Between Stress,
Depression and Periodontal
Disease, JCDA • June 2009, Vol.
75, No. 5, www.cda-adc.ca/jcda

89

Anda mungkin juga menyukai