Anda di halaman 1dari 29

1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BUKU SAKU PUG


‘ PENGARU SU TAM A A N G EN DER’

REAL TREASURER
RESPONSIF GENDER
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

REAL TREASURER
RESPONSIF GENDER
3
4 5

D A F TA R I S I

Konsep Gender 6

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender 14

Pengarusutamaan Gender 22

Data Terpilah 34

Analisis Gender 40

Anggaran Responsif Gender 46


B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Penutup 52
6 7

Apakah Gender Itu?


Konsep gender merupakan hasil dari suatu konstruksi
sosial budaya yang menetapkan peran dan status
sebagai perempuan dan sebagai laki-laki. Perbedaan
peran, status tersebut dipengaruhi dan ditentukan
oleh struktur masyarakat budaya yang lebih luas
(misalnya suku bangsa; pendidikan; umur; status
sosial-ekonomi; urban-rural). Sebagai hasil suatu
konstruksi sosial budaya maka peran dan status
gender dapat berubah sesuai perkembangan
zaman, dapat beragam dan berbeda antar kelompok
KONSEP GENDER etnis, umur, pendidikan, dan tingkat pendapatan.
(Kementerian Keuangan, 2010)
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin


Gender: menjelaskan perbedaan peran dan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan, dapat dipertukarkan
dan merupakan bentukan manusia (dibentuk dan
dikonstruksikan oleh masyarakat).

Jenis Kelamin: mengacu pada ciri-ciri biologis, tidak


dapat dipertukarkan karena sifatnya kodrati yang
8 9

didapat bersamaan dengan kelahiran, seperti ciri-ciri kesenjangan laki-laki dan perempuan atau
yang berkaitan dengan fungsi reproduksi, menyusui, ketimpangan gender, yaitu adanya kesenjangan
dan melahirkan bagi wanita. antara kondisi sebagaimana yang dicita-citakan
(kondisi normatif) dengan kondisi gender
sebagaimana mestinya (kondisi subyektif).
JENIS KELAMIN (SEX) GENDER

Perbedaan organ biologis Perbedaan peran dan


perempuan dan laki-laki tanggung jawab perempuan
khususnya pada bagian dan laki-laki yang dibuat/ Gender Responsif
reproduksi. dikonstruksikan oleh
Adalah suatu kondisi yang memberikan perhatian
• Ciptaan tuhan masyarakat
• Bersifat kodrat • Buatan manusia yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-
• Tidak dapat berubah • Tidak bersifat kodrat
perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam
• Tidak dapat ditukar • Dapat berubah
• Berlaku sepanjang • Dapat ditukar masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan
zaman dan dimana saja
kepada keterbatasan-keterbatasan dari keadilan.

Perempuan : Menstruasi, Hamil, Melahirkan, Menyusui


B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Laki-laki : Membuahi (Spermatozoa) Gender Sensitif


Adalah kemampuan memahami ketimpangan gender
terutama dalam pembagian kerja dan pembuatan
keputusan yang telah mengakibatkan kurangnya
Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender kesempatan dan rendahnya status sosial perempuan
Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dibandingkan laki-laki.
dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia. Kondisi ini menunjukkan
10 11

Penyebab Terjadinya Kesenjangan sebagai manusia terhadap akses dan manfaat dari

Gender usaha pembangunan dan mampu berperan dan

Faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi.

gender antara lain: Sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional

1. Nilai sosial dan budaya patriarki serta kesamaan dalam penguasaan sumberdaya

2. Produk dan peraturan perundang-undangan pembangunan (pengetahuan, informasi, keterampilan)

yang masih bias gender


3. Pemahaman ajaran agama yang tidak
komprehensif dan cenderung parsial Keadilan Gender
4. Kelemahan, kurang percaya diri, tekad, dan Keadilan gender adalah suatau keadaan dimana

inkonsistensi kaum perempuan sendiri dalam tercipta perlakuan yang adil terhadap laki-laki dan

memperjuangkan nasibnya perempuan dengan mempertimbangkan pengalaman,

5. Kekeliruan persepsi dan pemahaman para kebutuhan, kesulitan, kepedulian sebagai perempuan

pengambil keputusan, tokoh masyarakat, tokoh dan juga sebagai laki-laki.

agama terhadap arti dan makna Kesetaraan dan


B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Kesenjangan Gender (KKG)


Peran Gender
Peran gender tercermin dalam kegaitan yang

Kesetaraan Gender diberikan kepada laki-laki dan perempuan

Kesetaraan gender adalah hasil dari perlakuan berdasarkan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku.

adil gender yang terukur dari kesamaan/ Peran gender tersebut mempengaruhi pembagian

kesetaraan kondisi bagi laki-laki dan perempuan kerja, relasi kuasa, akses terhadap sumber daya,

dalam memperoleh kesempatan dan hak-haknya penerima manfaat, akses terhadap informasi,
12 13

dan pengambilan keputusan antara laki-laki dan melakukan pekerjaab yang lebih nyata terlihat
perempuan. oleh masyarakat seperti pekerjaan ekonomi
maupun politik.

Implikasi Pembagian Kerja Gender


Implikasi pembagian kerja gender dalam masyarakat Pembagian Kerja Gender
dapat berupa: Pembagian kerja gender tercermin pada perbedaan
1. Perempuan menajalankan pekerjaan yang pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dan
beragam dan pergantian peran yang lebih banyak perempuan akibat penerimaan masyarakat terhadap
dan lebih cepat dari pada laki-laki. perbedaan peran, kegiatan, dan tanggung jawab
2. Pekerjaan perempuan lebih banyak yang laki-laki dan perempuan yang lazim berlaku dalam
berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga masyarakat tersebut. Perbedaan pekerjaan laki-laki
dan pengasuhan anak (reproduktif), sementara dan perempuan tersebut mengacu pada peran gender
laki-laki lebih bertanggung jawab untuk laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R
14 15

Subordinasi
Subordinasi adalah sebuah posisi atau peran yang
dinilai lebih rendah dari peran yang lain. Ketidakadilan
gender melihat bahwa ada penilaian posisi atau peran
perempuan dalam masyarakat yang dianggap lebih
rendah dari posisi atau peran laki-laki.
Contoh:
• Pendidikan laki-laki lebih didahulukan daripada
anak perempuan karena perempuan dianggap
tidak produktif
• Sedikitnya jumlah perempuan yang duduk
BENTUK-BENTUK sebagai pengambil kebijakan/keputusan dalam
KETIDAKADILAN GENDER ruang publik, baik dalam pemerintahan maupun
dalam kegiatan politik
• Dalam pendapatan per kapita negara, pekerjaan
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

perempuan tidak dihitung atau dinilai rendah

Marjinalisasi
Marjinalisasi adalah peminggiran peran ekonomi
perempuan dengan asumsi bahwa perempuan adalah
pencari nafkah tambahan serta peminggiran peran
politik perempuan dengan asumsi bahwa perempuan
16 17

tidak bisa menjadi pemimpin yang berakibat pada hanya menjadi tanggung jawab perempuan, sehingga
proses pemiskinan terhadap terhadap peran kaum dalam rumah tangga yang mengharuskan perempuan
perempuan. untuk bekerja mencari nafkah di luar rumah tetap
Contoh: mewajibkan mereka bertanggung jawab terhadap
• Komandan di lingkungan militer peluangnya lebih pekerjaan rumah tangganya.
besar untuk kaum laki-laki Contoh:
• Profesi sebagai guru TK, perawat, sekretaris, • Pekerjaan dalam rumah tangga, 90% dikerjakan
pekerja konveksi dan pembantu rumah tangga oleh perempuan
(PRT) dianggap sebagai pekerjaan rendah • Di tempat kerja perempuan menjalankan
sehingga berpengaruh terhadap penggajian peran produksi/publik, sedangkan di rumah
• Revolusi hijau (modernisasi) meminggirkan menjalankan peran reproduksi/domestik
perempuan di bidang pertanian dan perkebunan
membuat perempuan miskin
• Perempuan sebagai pencari nafkah tambahan Kekerasan
di sektor produksi/publik seringkali lebih kecil Kekerasan terhadap perempuan merupakan salah
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

pendapatannya dibanding laki-laki satu bentuk ketidakadilan gender karena peran


gender telah membedakan karakter perempuan dan
laki-laki dimana pembedaan ini sering memunculkan
Beban Ganda (Double Burden) tindakan kekerasan. Anggapan bahwa perempuan
Beban ganda dapat diartikan bahwa masuknya adalah makhluk yang feminin dan lemah acapkali
perempuan di sektor publik tidak senantiasa diiringi disalah artikan sebagai alasan untuk memperlakukan
dengan berkurangnya beban mereka di dalam rumah perempuan secara semena-mena dalam bentuk
tangga. Peran reproduktif perempuan dianggap tindakan kekerasan fisik maupun nonfisik. Kekerasan
18 19

terhadap perempuan dalam pembangunan seringkali Stereotype (Pelabelan)


berwujud pengabdian hak-hak mereka sebagai akibat Stereotype adalah pemberian label atau cap yang
pelaksanaan pembangunan yang bias gender. dikenakan kepada seseorang sehingga menimbulkan
Contoh: anggapan yang salah.
• Perempuan menjadi korban trafficking dan Contoh:
pelecehan seksual • Perempuan dibayar lebih rendah dari laki-laki,
• Perempuan menjadi korban kekerasan dalam karena produktivitasnya dianggap lebih rendah
rumah tangga, baik kekerasan fisik maupun dari laki-laki
psikologis yang dilakukan suami atau ayah • Perempuan dianggap emosional, tidak rasional,
• Pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi dan tidak cerdas sehingga sering tidak dipercaya
terhadap perempuan dan dianggap tidak mampu menduduki jabatan
dan posisi pengambil keputusan
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R
20 21

D
esa Sumbersekar terletak kira-kira 20 km dari kota Kabupaten T. Tempat Penitipan Anak (TPA) dan memang

Sebagian penduduk desa bekerja di sejumlah pabrik di sekitar desa lebih menyukai tenaga kerja wanita lajang

itu. Seiring dengan pertumbuhan industri di kabupaten T bertambah pula yang berusia muda atas dasar pertimbangan

pencari kerja di industri elektronika, garmen, dan sepatu di Kabupaten produktivitas kerja mereka lebih tinggi. Cuti

T adalah wanita. Mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan hamil merupakan momok bagi perusahaan,

dibandingkan pria karena dianggap lebih rajin, bertanggung jawab serta dan tenaga kerja wanita yang melahirkan akan

patuh dan tidak terlalu menuntut. dikeluarkan dari perusahaan.

Namun demikian para pengawas (supervisor) dari pekerja wanita ini Karena kedudukan mereka yang lebih tinggi,

adalah pria. Demikian pula para manajer dan pimpinan perusahaan serta pengaruh para pengawas dan pengurus SPSI

para pengurus SPSI di pabrik-pabrik disana. Wanita dianggap kurang terhadap para tenaga kerja wanita cukup besar.

tegas dan kurang mampu memimpin. Mereka menggerakkan pekerja wanita itu

untuk melakukan unjuk rasa guna menuntut

Upah pekerja wanita umumnya lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan upah dan peningkatan kesejahteraan

pekerja pria, walaupun tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang tenaga kerja. Tidak jarang pula di perusahaan
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

dilakukan adalah sama. Perusahaan memberikan tunjangan kerja bagi tersebut banyak pimpinan pria yang berani

tenaga kerja pria karena mereka adalah kepala keluarga dan pencari melakukan tindakan pelecehan terhadap

nafkah utama. Sedangkan wanita adalah pencari nafkah tambahan wanita pekerja. Walaupun wanita pekerja

belaka. sering membuat pengaduan tetapi tidak ada

tindakan tegas yang dilakukan. (KPP&PA,2002)

Sebagian dari tenaga kerja wanita berusia muda berstatus lajang.

Mereka yang menikah dan mempunyai anak terpaksa berhenti bekerja

karena harus mengurus rumah tangga. Perusahaan tidak menyediakan


22 23

Konsep Pengarusutamaan Gender


Pengarusutamaan gender adalah strategi yang
dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi
satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional.
Dengan menyelenggarakan pengarusutamaan
gender, maka dapat diidentifikasikan apakah laki-laki
dan perempuan:
1. Memperoleh akses yang sama terhadap sumber
daya pembangunan
PENGARUSUTAMAAN 2. Memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam
GENDER proses pembangunan, terutama dalam proses
pengambilan keputusan
3. Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

pembangunan
4. Memperoleh manfaat yang sama atas hasil
pembangunan
24 25

Tujuan Pengarusutamaan Gender Prasyarat dan Komponen Kunci Implementasi


Tujuan Pengarusutamaan Gender adalah sebagai PUG dalam Pelaksanaan Pembangunan
berikut:
1. Mempersempit dan bahkan meniadakan No Prasyarat yang Diperlukan Komponen Kunci
kesenjangan gender yang mengantarkan pada 1 Komitmen politik (political Peraturan Perundang-
pencapaian kesetaraan dan keadilan gender will) dan kepemimpinan undangan, misalnya:
(leadership) dari lembaga- • UUD 1945
2. Melalui Pengarusutamaan Gender diharapkan
lembaga eksekutif, • Undang-Undang
transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam yudikatif, dan legislatif • Peraturan Pemerintah
• Keputusan/Instruksi
pembangunan yang berperspektif terhadap
Presiden
rakyatnya akan lebih meningkat, khususnya • SK/SE Menteri/Kepala LPND
• Peraturan Daerah
dalam mempertanggungjawabkan hasil
2 Adanya kerangka • Kebijakan
kinerjanya
kebijakan (policy • Strategi
framework) sebagai wujud • Program
komitmen pemerintah • Proyek
nasional, provinsi, dan • Kegiatan
Sasaran Pengarusutamaan Gender kabupaten/kota yang • Kerangka kerja akuntabilitas
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Sasaran utama PUG adalah lembaga pemerintah ditujukan bagi perwujudan • Kerangka pemantauan dan
kesetaraan dan keadilan evaluasi
yang bertugas sebagai pelaksanaan pemerintahan gender di berbagai bidang
dari pusat hingga daerah, berperan dalam membuat pembangunan

kebijakan, program, dan kegiatan serta perencanaan


program. Sasaran lain adalah organisasi profesi,
organisasi swasta, organisasi keagamaan, tokoh, dan
keluarga.
26 27

No Prasyarat yang Diperlukan Komponen Kunci No Prasyarat yang Diperlukan Komponen Kunci

3 Struktur dan mekanisme • Struktur organisasi 4 Sumber daya yang • Sumber daya manusia
pemerintah nasional, pemerintah nasional, memadai yang memiliki kesadaran,
propinsi, kabupaten/ propinsi, kabupaten/ kepekaan, respons,
kota yang mendukung kota yang mempunyai keterampilan, dan
pelaksanaan tugas dan fungsi yang motivasi yang kuat
pengarusutamaan gender mendukung pelaksanaan dalam melaksanakan
pengarusutamaan gender, pengarusutamaan gender
misalnya dalam bentuk unit di unitnya
kerja struktural, seperti: • Sumber dana dan
Badan/Biro/Bagian/ sarana yang memadai
Subbagian; dan dalam untuk melaksanakan
bentuk unit kerja fungsional pengarusutamaan gender
seperti: focal point,
kelompok kerja, forum
5 Sistem informasi dan data Data dan statistik yang terpilah
• Mekanisme pelaksanaan
terpilah menurut jenis menurut jenis kelamin
pengarusutamaan
kelamin
gender diintegrasikan
pada setiap tahapan 6 Alat analisis Alat analisis gender untuk:
pembangunan, mulai • Perencanaan
• Penganggaran
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

dari tahap perencanaan,


penganggaran, pelaksanaan, • Pemantauan dan evaluasi
pemantauan, dan evaluasi; 7 Dorongan dari masyarakat Partisipasi masyarakat
dengan mengefektifkan madani kepada madani yang dilakukan dalam
struktur organisasi yang pemerintah mekanisme-mekanisme dialog
telah dibentuk dan diskusi dalam proses
perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi
28 29

Hambatan dalam Pelaksanaan PUG 11. PUG dianggap sebagai pengaruh dari budaya

Beberapa hambatan yang sering dihadapi dalam barat

implementsi PUG antara lain: 12. Adanya stereotype bahwa PUG identik dengan

1. Hambatan perempuan

Pembangunan masih sangat terkungkung


dalam budaya patriarki, secara tidak disadari
tindakan-tindakan yang lahir masih bias gender. Upaya yang Mendukung Pelaksanaan
Pengotakan-pengotakan peran berdasarkan Pengarusutamaan Gender
relasi sosial bahwa perempuan merupakan 1. Advokasi kepada para pengambil kebijakan

“pekerja domestik” di lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan

2. Lemahnya sosialisasi yudikatif

3. Belum banyak menjangkau tingkat kecamatan/ 2. Pemampuan pelaksana pengarusutamaan

desa gender

4. Hambatan kelembagaan 3. Penyusunan perangkat pengarusutamaan

5. SDM terbatas pada institusi yang marginal, gender


B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

lemahnya aliansi sektor perempuan, dan 4. Fasilitasi dan mediasi mekanisme pelaksanaan

advokasi PUG di pemerintahan pengarusutamaan gender

6. Perbedaan paradigma 5. Membuat kebijakan yang ditujukan untuk

7. Belum tuntasnya pemahaman PUG meningkatkan komitmen segenap jajaran

intraeksekutif maupun legislatif. pemerintah dalam upaya pengarusutamaan

8. Kebijakan anggaran masih netral (buta) gender gender

9. Kurangnya komitmen pimpinan 6. Pembentukan kelembagaan dan penguatan

10. Minimnya ketersediaan data terpilah kapasitas kelembagaan pengarusutamaan


30 31

gender untuk pemerintah 2. Evaluasi pelaksanaan PUG dilakukan untuk


7. Pengembangan mekanisme yang mendorong mengetahui keberhasilan pelaksanaan PUG
terlaksananya proses konsultasi dan berjejaring serta untuk mendapatkan umpan balik bagi
penyusunan perencanaan selanjutnya dengan
tetap mengacu pada prinsip tepat waktu, dapat
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan dipertanggungjawabkan, sederhana, transparan,
Pengarusutamaan Gender dapat dipercaya dengan data yang mempunyai
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG dilakukan validitas tinggi, dan menggunakan data terpilah
oleh setiap petugas yang bertanggungjawab menurut jenis kelamin
atas kegiatan pengarusutamaan gender di setiap
unit dan dilakukan secara terus menerus serta
disesuaikan dengan tahapan proses pelaksanaan
pengarusutamaan gender.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Mengapa Harus Dilakukan Pemantauan


dan Evaluasi Pelaksanaan PUG
1. Sebagai pengendalian terhadap kebijakan,
program, proyek, dan kegiatan pembangunan
yang responsif gender yang telah direncanakan
sebelumnya, sehingga dapat dilakukan koreksi
apabila diperlukan atau menyimpang dari
perencanaan sebelumnya
32 33

A
ustralia adalah salah satu negara pelopor mengintegrasikan isu-isu perempuan ke dalam
yang melakukan gender mainstreaming dalam pengarusutamaan penyusunan kebijakan, dan telah
pembangunannya. Diawali dengan terpilihnya mempraktikannya ke seluruh departemen. Semua
Elizabeth Reid tahun 1972 sebagai penasihat departemen telah mempertimbangkan perempuan
perempuan bagi Perdana Menteri saat itu, Gough di semua program pengarusutamaan, kebijakan
Whitlam. Posisi tersebut mengarahkan ia mendirikan pembangunan, serta evaluasi, dan pelaporan.
Office for the Status of Women (OSW) pada tahun 1974. Pendekatan ini sudah disahkan oleh Perdana Menteri
OSW mengembangkan alat-alat pengarusutamaan, John Howard. (Office for the Status of Women, 2000).
termasuk konsep pernyataan dampak kebijakan
perempuan, pengembangan anggaran gender, atau Dalam rangka mengukur implementasi
yang dikenal di Australia sebagai Womens Budget pengarusutamaan gender, Australia mengidentifikasi
Statements (WBS). tujuh bidang untuk dianalisis, yaitu struktur
penyusunan kebijakan, konsultasi, political will,
Australia merupakan salah satu negara yang sumber daya, capacity building, serta monitoring, dan
menandatangani Beijing Platform for Action. Sejalan statistic gender. (Donaghy,2003)
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

dengan hal tersebut, Australia menyatakan bahwa


pemerintah telah menyusun strategi dalam
34 35

Pengertian Data Terpilah


Dalam melakukan analisis gender untuk membuat
kebijakan dan menyusun program, kegiatan yang
responsif gender, harus didasarkan pada data dan
informasi yang benar dan akurat. Data terpilah dalam
analisis gender adalah data terpilah menurut jenis
kelamin, status, serta kondisi perempuan dan laki-
laki di seluruh bidang pembangunan yang meliputi
kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan,
bidang politik dan pengambilan keputusan, bidang
hukum, dan sosial budaya. Semakin banyak
DATA TERPILAH pemilahan yang dilakukan, maka semakin tepat
diperoleh suatu identifikasi permasalahan.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Pengertian Data Terpilah Menurut Jenis


Kelamin dan Gender Statistik
Data terpilah menurut jenis kelamin adalah data yang
dipilah dalam kelompok laki-laki dan perempuan.
Sedangkan gender statistik adalah data terpilah
menurut jenis kelamin yang mengandung isu gender
(isu yang muncul karena status, peran, kondisi,
pengalaman menurut jenis kelaminnya, seseorang/
36 37

kelompok orang tidak/berbeda dalam mendapat dengan tujuan, jenis data dari variabel data yang
akses, manfaat, partisipasi, serta penguasaan sumber relevan dan dibutuhkan serta tepat waktu.
daya pembangunan).
Alur pengumpulan data terpilah secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pentingnya Data Terpilah 1. Pusat data dan informasi K/L mengumpulkan
Dari perspektif gender, data yang diperlukan data terpilah dan informasi dari unit pelaksana
khususnya untuk analisis adalah data terpilah (Direktorat) yang ada, dan Kantor Vertikal sesuai
menurut jenis kelamin dan gender statistik yang dengan data yang dibutuhkan dan ada rincian
dapat memberi gambaran tentang posisi, kondisi, dan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
kebutuhan kelompok perempuan dan laki-laki dalam 2. Unit pelaksana (Direktorat) yang ada dalam
berbagai bidang pembangunan dan permasalahan institusi tersebut, serta Kantor vertikal
yang dihadapi dalam upaya mengurangi kesenjangan. mengirimkan data atau informasi sesuai dengan
Pemetaan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki jenis data yang ada di institusinya, kepada pusat
penting dalam perumusan perencanaan program dan data dan informasi K/L Pusat.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

fokus kegiatan, akan dapat lebih mudah menentukan 3. Penghimpunan data dari unit pengumpul data
intervensi yang tepat pada masing-masing dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, secara
kebutuhan. langsung dengan melakukan kunjungan atau
menagihnya dalam pertemuan koordinasi. Kedua,
Teknik Analisis dan Penyajian Data pengumpulan data dapat pula dilakukan secara
Terpilah tidak langsung dengan menggunakan media
Tahap awal penyediaan data terpilah adalah elektronik email atau internet.
menentukan berbagai data yang dibutuhkan sesuai 4. Batas waktu pengumpulan data dilakukan
38 39

secara teratur dan periodik, misalnya bulanan,


semesteran, atau setahun sekali. Untuk
kemudian dilakukan pemutakhiran data untuk
periode selanjutnya.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R
40 41

Definisi Analisis Gender


Analisis gender adalah suatu penelaahan untuk
mengidentifikasi isu gender yang disebabkan oleh
adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam:
1. Memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber
daya
2. Berparisipasi dalam pembangunan, khususnya
dalam pengambilan keputusan
3. Memperoleh mandaat langsung maupun tidak
langsung dari kebijakan, program maupun
ANALISIS GENDER kegiatan pembangunan

Mengapa Analisis Gender


B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Analisis gender merupakan langkah penting dalam


melaksanakan pengarusutamaan gender yaitu
dengan mengintegrasikan isu gender ke dalam
keseluruhan proses perencanaan pembangunan.
Salah satu alat analisis gender yang dikembangkan
dan dipakai luas di Indonesia adalah Gender Analysis
Pathway (GAP) dan Policy Outlook for Plan of Action
(POP).
42 43

responsif gender
Model Gender Analysis Pathway (GAP) b. Metodologi sederhana
dan Policy for Plan of Action (POP) c. Menggunakan data kuantitatif dan kualitatif
1. Model Gender Analysis Pathway (GAP) merupakan secara bersamaan
model yang dikembangkan oleh Bappenas d. Setiap langkah dapat dimonitor dan
dengan bekerjasama dengan Canadian dievaluasi
International Development Agency (CIDA). GAP e. Cocok untuk rencana pembangunan baik di
dikembangkan dengan menggunakan metodologi tingkat pusat maupun daerah
yang sederhana dan mudah dipahami. 5. Kelemahan model GAP:
2. GAP adalah suatu alat analisis gender yang dapat a. Ketergantungan pada data terpilah menurut
digunakan untuk membantu para perencana jenis kelamin
dalam melakukan pengarusutamaan gender b. Umumnya hanya dapat digunakan pada
dalam perencanaan kebijakan/program/proyek/ kebijakan yang dibiayai pemerintah
kegiatan pembangunan. c. Lebih membatasi pada perencanaannya
3. Dengan menggunakan GAP, para perencana
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

kebijakan/program pembangunan dapat


mengidentifikasi kesenjangan gender dan Analisis Gender dalam
permasalahan gender serta sekaligus menyusun Pengarusutamaan Gender
rencana kebijakan pembangunan yang Pelaksanaan pengarusutamaan gender
bertujuan untuk memperkecil atau menghapus membutuhkan seperangkat komponen kunci, salah
kesenjangan gender tersebut satunya adalah melakukan analisis gender.
4. Keunggulan Model GAP:
a. Menghasilkan program/kegiatan yang Ada banyak kerancuan dalam memahami analisis
44 45

gender dan pengarusutamaan gender. Banyak


orang berpikiran analisis gender sama dengan
pengausutamaan gender.

Untuk dapat melaksanakan pengarusutamaan


gender perlu dilakukan berbagai upaya yang
mendukung dan mengefeektifkan SDM, struktur
organisasi, dan mekanisme yang telah dibangun,
serta mengembangkan jaringan kerja dengan
stakeholder terkait, antara lain:
1. Advokasi kepada pengambil kebijakan di
lembaga-lembaga pemerintah
2. Pemampuan pelaksana pengarusutamaan
gender
3. Penyusunan perangkat pengarusutaman
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

gender
4. Membuat kebijakan yang ditujukan untuk
meningkatkan komitmen segenap jajaran
pemerintah dalam upaya pengarusutamaan
gender
5. Pembentukan kelembagaan dan penguatan
kapasitas kelembagaan pengarusutamaan
gender untuk pemerintah
46 47

Definisi Anggaran Responsif Gender


(ARG)
Penganggaran responsif gender merupakan
alokasi dana sebagai bentuk keberpihakan
terhadap salah satu jenis kelamin yang tertinggal
atau kurang beruntung, melalui pengintegrasian
permasalahan gender ke dalam proses
penganggaran, yang didahului dengan kegiatan
analisis gender untuk mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan.
ANGGARAN
RESPONSIF GENDER
Tujuan Anggaran Responsif Gender
Tujuan dari penganggaran yang responsif gender
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

adalah:
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman
para pengambil keputusan tentang berbagai
isu-isu gender dan pengintegrasiannya
2. Memberikan solusi kegiatan afirmatif
terhadap kebutuhan praktis gender
3. Menyerasikan kebijakan penganggaran
yang lebih responsif gender untuk
48 49

mengakomodasi permasalahan gender menjembatani kesenjangan status, peran,


4. Memastikan bahwa kelebihan, kesulitan, dan tanggungjawab antara laki-laki dan
tantangan sebagai perempuan dan laki-laki perempuan
yang menjadi penerima manfaat terdeteksi 3. ARG bukanlah dasar yang valid untuk
dalam analisis dan ditujukan dalam kegiatan meminta tambahan alokasi anggaran
5. Memastikan untuk mengurangi/ 4. Adanya ARG tidak berarti adanya
menghilangkan kesenjangan gender dalam penambahan dana yang dikhususkan untuk
menikmati manfaat, berpartisipasi, dan program perempuan
mendapatkan akses terhadap sumber daya 5. Bukan berarti bahwa alokasi ARG
berkaitan dengan pembangunan hanya berada dalam program khusus
6. Memperlebar kesempatan dan pilihan- pemberdayaan perempuan
pilihan yang sama bagi perempuan dan 6. ARG bukan berarti ada alokasi dana 50%
laki-laki laki-laki, 50% perempuan untuk setiap
7. ARG mempunyai sasaran untuk kegiatan
mewujudkan keadilan dan kesetaraan 7. Tidak harus semua program dan kegiatan
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

gender perlu mendapat koreksi agar menjadi


responsif gender

Prinsip-Prinsip Dasar Anggaran


Responsif Gender Gender Budget Statement (GBS)
1. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk GBS adalah dokumen yang menginfomasikan
laki-laki dan perempuan suatu kegiatan telah responsif terhadap isu
2. ARG sebagai pola anggaran yang akan gender. Komponen yang harus ada dalam GBS
50 51

adalah; nama progam, nama kegiatan dengan


indikator kinerja kegiatannya, output kegiatan,
analisis situasi, suboutput dan tujuan suboutput
jika ada, besaran alokasi anggaran untuk
mencapai output, serta dampak/hasil output
secara luas.

Isu gender dapat dilihat pada bagian analisis


situasi, pada analisis situasi berisikan kondisi
riil yang terjadi dalam masyarakat yaitu yang
berkenaan dengan adanya kesenjangan atau
ketidakadilan gender, faktor kesenjangan, dan
penyebab adanya faktor kesenjangan, solusi/cara
mengeliminasi kesenjangan atau ketidakadilan
gender.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R
52 53

Buku Saku ini merupakan pedoman dan petunjuk


praktis bagi pejabat/pegawai pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagai langkah
awal dalam memahami secara singkat tentang
Pengarusutamaan Gender. Selain dengan buku
saku ini, untuk lebih memperdalam pemahaman
dalam hal Pengarusutamaan Gender, dapat
dilakukan penggalian pengetahuan melalui
buku-buku tentang gender, maupun dengan
PENUTUP
memanfaatkan media informasi yang sudah
semakin baik. Selanjutnya diharapkan akan
diperoleh pemahaman yang baik tentang
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

pengarusutamaan gender sehingga dapat


mempercepat implementasi pengarusutamaan
gender di Direkorat Jenderal Perbendaharaan
dan dapat melahirkan produk dan layanan Ditjen
Perbendaharaan yang responsif terhadap gender.
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

54
55
56

Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Gedung Prijadi Praptosuhardjo I, Lantai 1


Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4, Jakarta 10710
Telepon: 021-344 9230 (20 Saluran) 5206-5207
Faks: 021-381 6402
Situs: www.djpbn.kemenkeu.go.id
B U K U S A K U P E N G A R U S U TA M A A N G E N D E R

Anda mungkin juga menyukai