TRANSSHIPMENT
Dalam bab 5 telah dibahas masalah transportasi, yaitu cara pengiriman sejumlah barang dari
sumber ke tujuan agar total biayanya minimum. Dalam bab ini dibahas masalah transshipment,
yaitu pengiriman barang dari sumber ke tujuan melalui perantara (junction).
Transportasi
Contoh 6.1
Misalkan 10 unit barang ada di Jakarta dan 10 unit lainnya di Malang, hendak dikirimkan ke
Semarang dan Jogjakarta, yang masing-masing membutuhkan 10 unit barang. Pengiriman dapat
dilakukan secara langsung, atau melewati cabangnya di kota Surabaya. Biaya pengiriman satu
unit barang dari sumber ke tujuan maupun perantara tampak pada label garis dalam gambar 6.1.
Dalam gambar 6.1, titik yang bertanda (+) menunjukkan titik sumber dan titik yang bertanda (-)
menunjukkan titik tujuan.
224 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
4 3
2 Surabaya 6
1 2
Gambar 6.1
Baik titik sumber maupun titik tujuan dapat bertindak pula sebagai perantara. Sebagai contoh,
barang bisa dikirimkan dari Malang ke Semarang secara langsung atau melewati Surabaya yang
merupakan titik perantara.
(5)
+10 1 5 -10 +10 1 3 5 -10
(10) (5)
(5) 3
2 3 6 2 3
(10) (5)
1 2
(10)
-10 2 4 +10 -10 2 4 +10
(a) (b)
(5)
+10 1 3 5 -10 +10 1 5 -10
(5) 4 (10) 4 3
(10)
3 6 3
(c) (d)
Gambar 6.2
Beberapa penyelesaian yang mungkin tampak dalam gambar 6.2 a – d (titik 1, 2, 3, 4, dan 5
masing-masing menyatakan kota Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Malang dan Semarang). Angka
dalam kurung di sisi garis menyatakan jumlah barang yang dikirim Masing-masing penyelesaian
TRANSSHIPMENT 225
memiliki total biaya pengiriman yang berbeda-beda. Pengiriman seperti gambar 6.2 a
membutuhkan biaya = 10 (2) + 10 (6) = 80, sedangkan biaya pengiriman sesuai gambar 6.2 b – d
masing-masing adalah 65, 85, dan 100. Disamping beberapa penyelesaian yang tampak dalam
gambar 6.1 a - d tersebut, masih banyak lagi kemungkinan penyelesaian yang bisa dilakukan.
1. Menyeimbangkan tabel. Telitilah apakah jumlah persediaan barang (node bertanda (+)) sama
dengan jumlah permintaan (node bertanda (-)). Jika belum sama, maka tabel harus
diseimbangkan dengan menambahkan sumber/tujuan semu.
2. Tentukan titik yang merupakan titik sumber, titik tujuan dan titik perantara. Titik sumber
adalah titik yang hanya bisa mengirimkan barang dan tidak bisa menerima barang.
Sebaliknya, titik tujuan adalah titik yang hanya bisa menerima barang dan tidak bisa
mengirimkan barang. Titik perantara adalah titik yang bisa mengirimkan sekaligus menerima
barang.
Dalam gambar, titik sumber ditandai dengan adanya garis keluar dari titik tersebut tanpa
adanya garis masuk. Sebaliknya, titik tujuan ditandai dengan adanya garis masuk tanpa ada
garis keluar dari titik tersebut. Jika ada garis yang masuk dan keluar dari suatu titik, maka
titik tersebut merupakan titik perantara.
Sumber dalam masalah transportasi yang sesuai adalah gabungan dari sumber dan titik
perantara, sedangkan tujuan merupakan gabungan dari tujuan dan titik perantara dalam
masalah transshipment
226 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
Misalkan dalam masalah transshipment mula-mula, Si adalah persediaan titik-i dan Dj adalah
permintaan titik-j. T = Si = D j . Maka dalam masalah transportasinya, titik sumber
i j
memiliki persediaan sebesar S’i = Si dan titik tujuan memiliki kebutuhan sebesar D’j = Dj.
Titik perantara memiliki persediaan sebesar P’i = Si + T (atau permintaan sebesar Dj + T).
Contoh 6.2
Penyelesaian
Tampak dari gambar 6.1 bahwa titik yang menjadi sumber adalah Jakarta (titik – 1) dan yang
menjadi tujuan adalah Semarang (titik – 5). Titik-titik lain merupakan titik perantara karena ada
garis yang masuk dan sekaligus keluar dari titik-titik tersebut. Jadi masalah transportasi yang
sesuai memiliki 4 sumber (masing-masing titik 1, 2, 3, dan 4) serta memiliki 4 tujuan (masing-
masing titik 2, 3, 4 dan 5). Perhatikan disini bahwa titik 2, 3 dan 4 menjadi sumber sekaligus
tujuan.
Jumlah persediaan titik – 1 = 10 karena merupakan titik sumber. Persediaan titik – 2 = 0 (karena
titik-2 tidak menghasilkan barang) + 20 (karena titik-2 merupakan titik perantara) = 20.
Persediaan titik – 3 = 0 + 20 = 20 dan persediaan titik – 4 = 10 (awalnya titik-4 memang
memiliki 10 unit barang) + 20 (karena titik-4 merupakan perantara) = 30.
TRANSSHIPMENT 227
Tabel 6.1 a menunjukkan tabel transportasi yang sesuai untuk masalah transshipment contoh 6.1.
Baris S2 berarti titik – 2 berfungsi sebagai sumber dan kolom D2 berarti titik – 2 sebagai tujuan.
Tujuan
D2 D3 D4 D5 Persediaan
S1 10
Sumber
S2 0+20 = 20
S3 0+20 = 20
S4 10+20 = 30
Tabel 6.1 a
Tujuan
D2 D3 D4 D5 Persediaan
2 4 M 3
S1 10
Sumber
0 M 5 M
S2 20
1 0 M 3
S3 20
M 2 0 6
S4 30
Permintaan 30 20 20 10
Tabel 6.1 b
228 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
Masalah berikutnya adalah menentukan biaya transportasi masing-masing sel. Untuk jalur
langsung yang ada (misal dari S2 ke D3), biaya transportasi adalah biaya yang tertera pada
gambar 6.1. Jika tidak ada jalur langsung (misal dari S1 ke D4) maka biaya transportasinya = M
(M = bilangan positip besar). Biaya transportasi ke titik itu sendiri (misal dari S2 ke D2) = 0.
Tabel lengkap masalah transportasinya tampak pada tabel 6.1 b.
Tabel 6.2 menunjukkan penyelesaian fisibel awal dan sekaligus uji optimalitasnya dengan
mengambil u4 = 0. Tampak bahwa tabel 6.2 belum optimal dan sel x14 harus diisi dengan
kuantitas sebesar 10 unit sesuai dengan loop x14 – x44 – x42 – x32 – x31 – x11 – x14.
Tujuan
D2 D3 D4 D5 Persediaan Ui
2 4 3 M M+1 3 -2
S1 10 -1
10 - +
Sumber
0 M M+1 5 8 M M-3
S2 20 -3
20
1 0 M M+2 3 -1
S3 20 -2
0 +
20 -
M M-3 2 0 6
S4 30 0
0 +
20 10 -
Permintaan 30 20 20 10
Vj 3 2 0 6
Tabel 6.2
Hasil revisi dan sekaligus uji optimalitasnya (dengan v1 = 0) tampak pada tabel 6.3, yang
merupakan tabel optimal.
TRANSSHIPMENT 229
Tujuan
D2 D3 D4 D5 Ui
2 4 3 M M+1 3
S1 2
0 10
Sumber 0 M M+1 5 8 M M-1
S2 0
20
1 0 M M+2 3 1
S3 1
10 10
M M-3 2 0 6 2
S4 3
10 20
Vj 0 -1 -3 1
Tabel 6.3
Jika dikembalikan ke masalah semula, maka supaya biaya pengirimannya optimal, maka
dilakukan pengiriman barang dari S1 – D5 = 10, S3 – D2 = 10, dan S4 – D3 = 10 (lihat gambar
6.3). Biaya totalnya = 10 (3) + 10 (1) + 10 (2) = 60.
(10)
+10 1 3 5 -10
1 (10) 2
(10)
-10 2 4 +10
Gambar 6.3
Contoh 6.3
Suatu perusahaan akan mengirimkan 70 unit produk dari lokasi – 1 ke lokasi – 2 (membutuhkan
45 unit) dan ke lokasi – 3 (membutuhkan 25 unit). Pengiriman bisa dilakukan secara langsung
atau melalui lokasi lain terlebih dahulu. Biaya pengiriman per unit produk antar 2 lokasi tampak
dalam tabel 6.4 .
230 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
KE LOKASI
DARI 1 2 3 4
1 - 38 56 34
2 38 - 27 -
3 56 27 - 19
4 34 - 19 -
Tabel 6.4
Tentukan cara pengiriman yang akan meminimumkan total biaya pengiriman !
Penyelesaian
Pengiriman dapat digambarkan dalam gambar 6.4 a. Jumlah sumber = 70 dan jumlah permintaan
= 45 + 25 = 70. Jadi masalahnya sudah seimbang
Tampak dalam gambar 6.4 a bahwa satu-satunya sumber adalah titik – 1 sehingga biaya
pengiriman tidak akan optimal apabila barang yang keluar dari titik-1 kembali lagi ke titik – 1.
Dengan kata lain, semua garis menuju titik-1 dapat dihilangkan.
38
+70 1 2 -45
38
56
34 34 27 27
56
19
4 3 -25
19
Gambar 6.4 a
Gambar 6.4 b menunjukkan revisi model transshipment setelah semua garis menuju titik-1
dihilangkan.
Dalam gambar 6.4 b tampak bahwa titik yang menjadi sumber adalah titik-1, dan tidak ada titik
yang menjadi tujuan. Titik 2, 3 dan 4 semuanya merupakan titik perantara. Jadi dalam tabel
transportasi yang sesuai, ada 4 sumber (baris) masing-masing titik – 1, 2, 3 dan 4 dan ada 3
tujuan (kolom) yaitu titik 2, 3 dan 4.
TRANSSHIPMENT 231
+70 1 38 2 -45
34 56 27 27
19
4 3 -25
19
Gambar 6.4 b
Jumlah persediaan titik-1 adalah 70 unit. Jumlah persediaan titik 2, 3 dan 4 semuanya = 0 + 70 =
70 (karena ketiganya titik perantara sehingga harus ditambah dengan total barang). Jumlah
permintaan titik – 2 = 45 + 70 = 115, titik – 3 = 25 + 70 = 95, dan permintaan titik – 4 = 0 + 70 =
70. Perhatikan disini bahwa sesudah dijadikan masalah transportasi, tabel harus tetap seimbang
(jumlah permintaan = jumlah persediaan).
Biaya pengiriman disesuaikan dengan tabel 6.4. Biaya pengiriman antara 2 titik yang tidak
berhubungan langsung = M (M = bilangan positip besar) dan biaya pengiriman antara 2 titik
yang sama = 0.
Tujuan
D2 D3 D4 Persediaan Ui
38 56 34 -3
S1 70 56
45 25 - +
Sumber
0 27 9 M M+1
S2 70 18
70
27 45 0 19 38
S3 70 0
70
M M-1 19 0
S4 70 19
0 +
70 -
Permintaan 115 95 70
Vj -18 0 -19
Tabel 6.5 a
Tabel 6.5 a menunjukkan tabel awal transportasi, sekaligus penyelesaian awal dengan metode
biaya terendah, dan hasil uji optimalitasnya. Pada pengisian variabel basis, berturut-turut diisikan
x21 = 70 (dipilih sembarang antara x21, x32 atau x43), x32 = 70 (dipilih sembarang antara x32 atau
232 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
x43), x43 = 70 dan sekaligus x42 = 0 (karena kekurangan basis), x11 = 45 dan terakhir x12 = 25.
Hasil pengujian optimalitas (dengan mengambil v2 = 0) menunjukkan bahwa tabel 6.5 a belum
optimal dan sel x13 perlu diisi dengan kuantitas sebesar 25 unit sesuai dengan loop x13 – x43 – x42
– x12 – x13.
Tabel 6.5 b menunjukkan hasil revisi tabel 6.5 a dengan mengambil u1 = 0. Tampak bahwa tabel
6.5 b sudah optimal. Jika dikembalikan ke masalah semula, maka didapatkan gambar 6.5. Biaya
pengiriman minimumnya = 45 (38) + 25 (34) + 25 (19) = 3035
Tujuan
D2 D3 D4 Ui
38 56 3 34
S1 0
45 25
Sumber
0 27 12 M M+4
S2 -38
70
27 42 0 19 38
S3 -53
70
M M-4 19 0
S4 -34
25 45
Vj 38 53 34
Tabel 6.5 b
+70 1 38 2 -45
(45)
(25)
34
(25)
4 19 3 -25
Gambar 6.5
TRANSSHIPMENT 233
Sama seperti penyelesaian masalah transportasi, kasus tidak seimbang dalam masalah
transshipment diselesaikan dengan cara menambahkan sumber/tujuan semu. Biaya pengiriman
dari sumber semu (atau ke tujuan semu) = 0.
Contoh 6.4
Tentukan cara pengiriman barang pada keadaan yang digambarkan pada gambar 6.6 supaya
memenuhi semua permintaan tapi dengan total biaya se minimum mungkin.
8
+95 -30
+15
1 3 3 4 5
2 3 4
+70 -45
-30
2 7 4 2 6
Gambar 6.6
Penyelesaian
Dari gambar 6.6, tampak bahwa titik yang merupakan sumber adalah titik – 1 dan 2, tujuan
adalah titik – 5, 6 serta 7 (semu). Titik 3 dan 4 adalah titik perantara. Maka dalam tabel
transportasinya ada 4 baris (S1, S2, S3, dan S4) dan 5 kolom (D3, D4, D5, D6 dan D7).
Jumlah persediaan S1 dan S2 masing-masing adalah 95 dan 70. Persediaan titik perantara S3 = 15
+ 180 = 195, dan S4 = 0 + 180 = 180. Jumlah permintaan D3 = 0 + 180 = 180, D4 = 30 + 180 =
210. Permintaan titik tujuan D5, D6 dan D7 masing-masing adalah 30, 45 dan 75 unit.
Biaya pengiriman antar 2 titik ditentukan seperti pada contoh 6.2 dan 6.3 dengan biaya
pengiriman ke tujuan semu = 0. Tabel 6.6 menunjukkan tabel awal transportasi dan
penyelesaian awal dengan metode Vogel (cara pengisian dengan metode Vogel dapat dilihat
234 Riset Operasi : Suatu Tinjauan Algoritmis
kembali pada bab 5.2.3). Tanda (*) pada selisih 2 baris/kolom menunjukkan baris/kolom dengan
selisih terbesar. Pada iterasi – 1, diambil x33 = 30. Pada iterasi – 2, diambil x42 = 180 (dipilih
sembarang antara kolom-2 atau baris-1). Berikutnya berturut-turut diambil x34 = 45, x32 = 30, x15
= 75. Setelah hanya tersisa kolom-1, diambil x31 = 90, x21 = 70 dan terakhir x11 = 20.
Tujuan
D3 D4 D5 D6 D7 Persediaan ui
3 M M-6 8 1 M M-7 0
S1 95 3
20 75
Sumber
2 7 2 M M-6 M M-6 0 1
S2 70 2
70
0 3 4 4 0 3
S3 195 0
90 30 30 45
M M+3 0 M M-1 2 1 0 6
S4 180 -3
180
180 210 30 45 75
vj 0 3 4 4 -3
Tabel 6.6
Tujuan
D3 D4 D5 D6 D7 Persediaan Selisih 2 baris
3 M 8 M 0
S1 95 3 3 3 3 3*
20 75
Sumber
2 7 M M 0
S2 70 2 2 2 2 2
70
0 3 4 4 0
15+180 =
S3 0 0 0 0 0
90 30 30 45 195
M 0 M 2 0
0+180 =
S4 0 0 - - -
180 180
Permin- 0+180 30+180
30 45 75
taan = 180 = 210
2 3 4* 2 0
Selisih 2 kolom
2 3* - 2 0
2 4 - M-4* 0
2 4* - - 0
2 - - - 0
Tabel 6.7
TRANSSHIPMENT 235
Tabel 6.7 menunjukkan uji optimalitas tabel 6.6 dengan mengambil u3 = 0. Ternyata
penyelesaian awal sudah optimal sehingga tidak perlu direvisi lagi. Jika dikembalikan ke
masalah semula, maka didapatkan distribusi pengiriman barang seperti pada gambar 6.7. Di titik
– 1 barang tersisa 75 unit (dikirim ke tujuan semu).
Gambar 6.7
Pada prinsipnya setelah masalah transshipment dijadikan tabel transportasi, maka semua kasus
khusus yang terjadi pada masalah transportasi juga berlaku pada masalah transshipment.
Alternatif penyelesaian terjadi jika pada tabel optimalnya ada sel dengan nilai cij – ui – vj =
0. Alternatif didapatkan dengan cara “memaksa” sel tersebut menjadi basis (diisi dengan
kuantitas).
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Diketahui masalah pengangkutan yang mengirimkan 10 dan 15 unit barang pada titik 1
dan 3, serta permintaan sebesar 15 dan 10 unit pada titik 2 dan 4. Diagram
pengirimannya tampak pada gambar di bawah ini. Selesaikan masalah pengangkutan
tersebut melalui penyelesaian masalah transportasi.
3
1 3
6 4
3 5 3
2 1
3
2 4
2
2. Diketahui masalah pengangkutan yang mengirimkan 8 unit barang di titik 1 dan 6 unit di
titik 3 dan 4, serta permintaan sebesar 7 unit di titik 5 dan 6 unit di titik 7. Diagram
pengirimannya tampak pada gambar di bawah ini. Selesaikan masalah pengangkutan
tersebut melalui penyelesaian masalah transportasi.
4
1 5
5 2
3 3
4
1
4 3
2
3 6
5 6
4 7
12
+20
3
3 14
10
5
+20 1 2 -25
3 3
4 4
6 8
+30 5 6 -35
15
Biaya produksi per body adalah 533 (ribu) di lokasi 1 dan 550 (ribu) di lokasi 2. Perakitan
di lokasi 3 dan 4 masing-masing membutuhkan biaya 2256 dan 2239 (ribu). Biaya
pengiriman diantara lokasi adalah sebagai berikut :
LOKASI 3 4 LOKASI 5 6 7
1 45 59 3 72 65 79
2 65 52 4 81 74 63
Kapasitas produksi di lokasi 1 dan 2 masing-masing adalah 150 dan 170 body. Lokasi 3
dan 4 dapat merakit berapapun mobil yang masuk ke lokasinya. Tentukan pengaturan
produksi dan pengangkutan yang memenuhi semua permintaan dengan biaya minimum.