Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU “

Disusun Oleh :
TEDI JONATAN ( 12170311648 )
TIARA DEWI ( 12170325051 )
VINDA ADELIA PUTRI ( 12170321969 )

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
2021 / 1443 H

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kesabaran, ketabahan, serta kekuatan kepada kami. Hanya karena izin dan ridha-Nya , kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU”. Shalawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Juga
kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada seluruh pengikutnya yang senantiasa patuh atas
ajaran-ajarannya sampai akhir zaman. Kami sadar bahwa tersusunnya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan do’a, dorongan dan semangat serta
dukungan kepada penulis baik secara moril maupun material.

2. Bu Hikmah Mahda, S.H., M.H. selaku Dosen Mata Kuliah Pancasila yang telah
memberikan kepercayaan kepada kelompok kami untuk mengerjakan penyusunan
makalah ini.

3. Teman -teman yang selalu membantu penyusun dalam proses penyelesaian makalah ini.

kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan, pembendaharaan
ilmu di masa mendatang, dan menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Pekanbaru , September 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….iii
BAB I……………………………………………………………………………………………....1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………...............1
1.2.TUJUAN………………………………………………………………………………1
1.3 RUMUSAN MASALAH………………………………………………….......………1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………2
2.1 DESKRIPSI MATERI………………………………………………………………...2
2.1.1 Problema etika ilmu..……………………………………………………….2
2.1.2 Pancasila dijadikan sebagai dasar Nilai Pengembangan
ilmu………………………………………………………………………………….3
2.1.3 Cara Pengimplementasian Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu………………………………………………………….......6
2.1.4 Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan…………………………..8
2.1.5 Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan
Ilmu pengetahuan dan Teknologi………………………………………...........10
2.1.6 Sikap ilmuwan yang harus dimiliki
ilmuwan……………………………………………………………………….……14
BAB III……………………………………………………………………………………………...15
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………........15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………15
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….........15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG

Latar Belakang Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia relatif masih sederhana dan
belum berkembang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ilmu pengetahuan mengalami perkembangan
yang pesat karena ditemukannya banyak teori dan teknologi. Perkembangan pesat ilmu pada saat ini
berbanding lurus dengan sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya.
Namun, perkembangan pesat ilmu pada saat ini justru menimbulkan gejala penurunan derajat manusia.
Produk yang dihasilkan oleh manusia, baik teori maupun materi, menjadi lebih bernilai daripada
penggagasnya. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu yang semakin
jauh dari nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan penyusun membuat makalah ini adalah:

 Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pancasila.

 Memberikan iformasi mengenai Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Manfaat Manfaat dari membaca dan memahami isi makalah ini adalah pembaca diharapkan dapat
Memahami pengertian Pancasila, Memahami pengertian ilmu , Memahami hubungan nilai Pancasila dengan
ilmu , Memahami implementasi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut:


- Apa Problema Etika ilmu?
- Apa alasan nilai setiap sila Pancasila yang berhubungan dengan perkembangan ilmu?
- sikap apa yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Problema Etika Ilmu

Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensietis sebagai


pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan
maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam
mengembang ilmu pengetahuan dan teknologi harus memerhatikan kodrat dan martabat manusia,
menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, dan generasi
mendatang, serta bersifat universal. karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan
eksistensi manusia.

Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-
hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lalu, sekarang
maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam kegiatannya.
Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat
mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab
untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan
perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun
bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh. (Achmad Charris Zubair, 2002).

Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat
bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia. Tetapi juga merupakan hasil
perkembangan dan kreatifitas manusia itu sendiri.

Ilmu: Bebas Nilai Atau Tidak Bebas Nilai


Rasionalitas ilmu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes bersikap skeptik sebagai metode yang
meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-ragu (cogito ergo sum). Sikap ini
berlanjut pada masa aufklarung, suatu era yang merupakan usaha mansia untuk mencapai
pemahaman rasional tentang dirinya dan alam.

Persoalannya adalah ilmu-ilmu berkembang dengan pesat bebas nilai atau justru tidak bebas nilai.
Bebas nilai yang dimaksudkan sebagaimana Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas
nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan factor eksternal yang tidak
secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Minimal terdapat tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu:
 ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti fokus politis, ideologis, agama, budaya, dan
unsur kemasyarakatan lainnya;

 perlunya kebebasan ilmiah, yang mendorong terjadinya otonomi ilmu pengetahuan.


Kebebaasan itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan diri sendiri;

 penelitian ilmiah tidak luput dari perkembangan etis ( yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.

Habermas menegaskan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan alam terbentuk berdasarkan
kepentingan praktis. Ilmu pengetahuan alam tidaklah netral, karena isinya tidak lepas sama sekali
dari kepentingan praktis. Ilmu sejarah dan hermeneutika juga ditentukan praktis kendati dengan
cara yang berbeda. Kepentingan ialah memelihara serta memperluas bidang aling pengertian
antarmanusia dan perbaikan komunikasi. Setiap kegiatan teoretis yang melibatkan pola subjek
selalu mengandung kepentingan tertentu . kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan,
bahasa, dan otoritas. Pekerjaan merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa merupakan
kepentingan ilmu sejarah dan hermeneutika, sedangkan otoritas merupakan kepentingan ilmu
sosial.

2.1.2 Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa
segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Negara dalam rangka
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan seluruh warganya harus
meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga, aspek individu, aspek
makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pancasila telah memberikan
dasar nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan iptek
sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil
dan beradab. Oleh karena itu, pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai,
kerangka pikir, serta basis moralitas bagi pengembangan iptek.
Menurut Kaelan (2000) bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam
pembangunan iptek. Sebelumnya pengertian Pancasila merupakan ideologi nasional bangsa Indonesia.
Secara umum, ideologi merupakaan kumpulan gagasan, ide, kenyakinan, dan kepercayaan yang menyeluruh
serta sistematis, menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang
kehidupan politik, pertahanan-keamanan, sosial, kebudayaan, keagaaman, dan IPTEK. Pancasila sebagai
ideologi negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan bagian dari UUD 1945. Meskipun
UUD 1945 sudah mengalami beberapa kali amandemen, Pancasila tetap menduduki posisi sebagi ideologi
nasional dalam kehidupan bernegara. Itulah salah satu keistimewaan Pancasila. Keeksisan Pancasila sebagai
ideologi negara berkaitan erat dengan sifat Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, setiap masyarakat tentu
melandasi segala aspek kehidupannya dengan dasar-dasar nilai Pancasila. Begitu pula dalam upaya
pengembangan IPTEK, Pancasila dijadikan sebagai kerangka pikir dalam pelaksanaannya.

Setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari suatu penemuan.
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pancasila memiliki banyak fungsi dan salah satu fungsinya
adalah sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Ini artinya, segala upaya pengembangan ilmu di Indonesia
harus diorientasikan pada nilai yang termaktub dalam Pancasila. Kompleksitas ilmu yang tidak dibentengi
dengan pegangan-pegangan moral dapat membawa pada kebebasan berilmu. Pancasila hadir sebagai pedoman
untuk membatasi gerak-gerik keilmuwan agar sesuai kaidah kebenaran. Pengembangan ilmu yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat.

2.1.3 implementasi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
bagian dari UUD 1945. Pancasila sebagai ideologi negara berkaitan erat dengan sifat
ideologi Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, tentulah setiapmasyarakat melandasi segala aspek
kehidupannya dengan dasar-dasar nilai Pancasila. Begitu pula dalam upaya perkembangan Ilmu
Pengetahuan , menjadikan Pancasila sebagai kerangka berpikir dalam pelaksanaannya.Dalam
setiap perkembangan ilmu Pengetahuan harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai
berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan Ilmu Pengetahuan,
menciptakan, perimbangan antara rasional dan irrasional antara akal, rasa dan
kehendak. Berdasarkan sila pertama ini Ilmu Pengetahuan tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan tetapi juga mempertimbangkan
maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan
diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama menempatkan manusia di
alam semesta bukan sebagai sentral melainkan sebagai bagian yang sistematika dari
alam yang diolahnya.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar


moralitas bahwa manusia dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan haruslah secara beradab. Ilmu
Pengetahuan adalah bagian dari proses budaya manusia yang beradab
dan bermoral. Oleh karena itu, perkembangan Ilmu Pengetahuan harus berdasarkan kepada usaha-
usaha mencapai kesejahteraan umat manusia.

3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia


bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan
pesahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari factor kemajuan ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu, Ilmu Pengetahuan harus dapat dikembangkan untuk memperkuat
rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat Internasional.

4. Sila Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan, mendasari Ilmu Pengetahuan secara demokratis. Artinya, setiap
ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan ilmunya. Selain itu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain dan harus memilki sikap yang tebuka artinya terbuka untuk dikritikatau dikaji
ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya
.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengimplementasikan


pengembangan Ilmu Pengetahuan haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Berdasar dari pemikiran tersebut, maka Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitashidup dan kehidupan
masyarakat.Sehingga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak akan
terjerumus kepada hal yang dapat membuatnya menjauh dari
nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila.

2.1.4 Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

1. Prinsip-prinsip berpikir ilmiah

a. Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari


faktor-faktor subjektif (misal: perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan,
otoritas).
b. Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima
oleh orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan
dan otorita.
c. Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten,
implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap
pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis.
d. Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas
dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis,
hermeneutik, intuitif).
e. Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah
prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah
tujuan yang jelas.
2.1.5 Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu pengetahuan dan
Teknologi

Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia
maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar
pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan
manusia.Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan
ilmu. Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia
untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an unfinished
journey”.Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk.
Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode
berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung nilai-nilai
imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu
keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis,
maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.

2.1.6 Sikap yang harus dimilki ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka
oleh lapisan masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan
ilmu adalah bersifat sosial. Kreativitas individu yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang
bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan secara efektif. Seorang ilmuwan
mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang
kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan
tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab
agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Suriasumantri Jujun S,
2007:237).
Ilmu akan menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi
dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi diperhatikan sebaik-
baiknya. Ilmuwan tidak berhenti pada penelahan dan keilmuan secara individual namun ikut
bertanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
(Suriasumantri,2007). Ilmu sebagai karya tertinggi mnusia (ilmuwan) adalah sesuatu yang terus dan
akan mengikuti pola dan model si pemilikrnya (ilmuwan), ilmu bisa saja menjadi momok yang
menakutkan bila disalahgunakan. Di sinilah keharusan bagi ilmuwan untuk mampu menilai mana
yang baik dan mana yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan
mempunyai landasan yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan merupakan seorang hantu atau
serigala yang menakutkan bagi manusia lainnya. Seperti yang terjadi di Irak, Bali, Afganistan dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu, ilmuwan memiliki tanggungjawab besar, bukan saja karena ia
adalah warga masyarakat, tetapi karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalamsuatu masyarakat.
Fungsinya sebagai ilmuwan, tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi
bertanggungjawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat,
bertanggungjawab dalam mengawal hasil penelitiannya supaya tidak disalahgunakan

Etika keilmuan merupakan etika normative yang merumuskan prinsip-prrinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan.
Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu
yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam perilaku keilmuannya, sehingga dapat
menjadi ilmuwan yang mempertanggungjawabkan perilaku ilmiahnya. Etika normative menetapkan
kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatanperbuatan apa yang
seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan
dengan yang seharusnya terjadi. Etika keilmuan selalu mengacu kepada “elemen-elemen” kaidah
moral, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggungjawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik
(kegunaan). Maka, bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadin
penentu,apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.

Dengan demikian, penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan,
apakah itu berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu,
mestilah memperhatikan nilai-nilai kemanusian, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini artinya,
bahwa ilmu sudah tidak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas
dan masyarakat akan mengujinya. Proses ilmu pengetahuan menjadi teknologi yang dimanfaatkan
oleh masyarakat tidakterlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada
kepentingankepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan
etika keilmuwan serta masalah bebas nilai.

Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuwan secara individual namun
juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuwannya sampai dan dapat dimanfaatkan
masyarakat. Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam
bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif
dapat dimungkinkan. Maka, ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa
merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan (Suriasumantri,2007).

Di bidang etika, tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi
namun memberi contoh. Dia harus tampil didepan bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka,
menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan
berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini beserta sifat-sifat lainnya, merupakan implikasi etis dari
berbagai proses penemuan ilmiah. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil penelitiannya
sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metodologis yang tepat. Seorang ilmuwan secara
moral tidak PROSIDING COMNEWS 2019 e-ISSN 2656-730X 421 akan membiarkan hasil
penelitian atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lainnya meskipun yang
mempergunakanadalah bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat para ilmuwan bangkit dan juga
bersikap terhadap politik pemerintahnya yang menurut anggapan mereka melanggar asas-asas
kemanusiaan.

Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Ilmuwan di Indonesia Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan
terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun
selain itu juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan
yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat
disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar.

Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat
manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan, masalah moral dan
akhlak amat diperlukan. Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan
berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya
bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian
alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan
alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa
merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam
ada hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak.

Oleh sebab itulah, maka manusia harus senantiasa menjaga kelestarian alam dalam
keseimbangannya yang bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja
sebagai manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak. Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam
bidang keilmuan sudah barang tentu perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan.
Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Tim Dosen Filsafat Ilmu
Fakultas Filsafat UGM, 1996) Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan
oleh karena sikap lmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan
ilmiah yang bersifat obyektif.

Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu,
melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta
dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan
kehendak Tuhan.

Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996)
sedikitnya ada enam , yaitu : 1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang
diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi. 2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan
mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang
beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau , cara
penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya. 3.
Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alatalat indera serta
budi (mind). 4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. 5.
Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian
yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang
menonjol dalam hidupnya. 6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu
berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia,
lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.
Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif
tersebut berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh
terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak
menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara
universal dan komunal. Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya
masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu.
Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis,, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara
normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-
norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta
ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan
semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya
sebagai manusia.

Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali
pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan. Di dalam perkembangan
pembangunan bangsa Indonesia, moral Pancasila seyogyanya dipertimbangkan sebagai landasan
moral bagi para ilmuwan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena ilmuwan Indonesia itu
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membangun bangsa dan negara.

Para ilmuwan khususnya di Indonesia adalah sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR
RI Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, khususnya etika keilmuan dijelaskan
bahwa etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak
kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan
budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang
tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca,
belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Etika keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan
memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri
untuk mencapai hasil yang terbaik. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan
menghadapi hambatan, rintangan, dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan
menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan
uji serta pantang menyerah.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
.
1. Pancasila penggunaannya sangat vital bagi pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Karena Pancasila menjadi sebuah acuan untuk memfilter pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Di Indonesia penggunaan Pancasila sebagai
pengembangan Ilmu dan Pengetahuan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
meliputi dari aspek sosial,budaya,hingga ekonomi. Ketika Pancasila berperan sebagai
aspek sosial,Pancasila berperan sebagai upaya untuk menyelaraskan kearifan lokal.
Dari segi budaya, Pancasila berperan untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan
IPTEK yang berpengaruh Pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung
pragmatis. Dari segi ekonomi, Pancasila berperan sebagai upaya untuk
menyejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia.

2. Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu masih


banyak penyimpangan dan tidak digunakan dengan selayaknya. Salah satu contohnya
yaitu penyalahgunaan media sosial.

3. Tujuan pengembangan Pancasila di bidang IPTEK itu untuk mensejahterakan


kehidupan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kesadaran tersebut
maka akan tertanam di hati setiap orang untuk senantiasa memperhatikan etika dalam
bergaul di media sosial. Jika hal tersebut tidak dijiwai dengan penerapan nilai-nilai
pancasila, maka kasus ini akan selalu terulang kembali, karena ini berkaitan dengan
kesadaran pribadi.

3.2 SARAN

1. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik kita harus bisa memilih mana yang baik
dan mana yang tidak baik. Kita juga harus bisa menerapkan nilai nilai Pancasila di
kehidupan sehari hari khususnya dalam perkembangan ilmu, dimana hal tersebut harus
digunakan sebijak-bijaknya. Dan kita harus bisa mengamalkan nilai Pancasila dimana
pun kita berada seperti kata Presiden Soeharto “Pancasila sama sekali bukan sekedar
semboyan untuk dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar
dikeramatkan dalam naskah UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan.”

2. Tindakan Pemerintah terhadap Penyalahgunaan teknologi seperti media sosail


diharapkan untuk lebih tegas lagi dalam mengatur tata perundang-undangan yang
berlaku. Contohnya membuat Undang-Undang tentang Sanksi yang diberikan untuk
pengguna media sosial yang berkata kasar, menghina, baik itu antar sesama teman,
atau pun terhadap suatu tempat. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan efek jera
bagi para pelaku.
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/makalah-pancasila-sebagai-dasar-nilai-pengembangan-ilmu-4-pdf-free.html
Pendidikan Pancasila. Paradigma : Modul Materi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
http://septianludy.blogspot.co.id/2014/07/
PengertianPancasila http://Pancasila2013.weebly.com/pengertian-Pancasila.html,)
Ebta.2012.Kamus Besar Bahasa Indonesia..(http://kbbi.web.id/ilmu),
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu https://www.academia.edu/983089
Sikap ilmuan https://www.fisika.co.id/2020/07/sikap-ilmiah-ilmuwan.html

Anda mungkin juga menyukai