Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens
Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens
Oleh
Ika Rahmawati Caesarina
H1A 008 040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
1
DATA JURNAL
ISI JURNAL
LATAR BELAKANG :
Uveitis yang terjadi pada masa anak-anak telah dilaporkan memiliki insidensi
yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Persentase kejadian
uveitis pada anak-anak adalah sekitar 2,2% hingga 10,6% dari total jumlah pasien
uveitis yang diperiksa di klinik.
Pengamatan pada etiologi dari uveitis pada populasi umum, telah ditemukan
variabilitas pada insidensi dan / atau prevalensi dari entitas yang berbeda.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengenalan entitas klinis
baru, pengenalan alat diagnostik yang lebih baru dan lebih canggih, dan
pemberantasan penyakit menular tertentu. Faktor lingkungan dan faktor genetik
juga memainkan peran penting dalam insiden yang dilaporkan penyakit tertentu di
berbagai negara. Pada anak-anak, juvenile idiopathic arthritis (JIA) telah
dilaporkan sebagai manifestasi sistemik yang ditemukan pada 81% anak dengan
uveitis dan 95% anak dengan uveitis anterior . Baru-baru ini, JIA ditemukan
sebagai manifestasi sistemik pada 41,5% dari 130 anak dengan uveitis. Perbedaan
insidensi dari etiologi uveitis yang paling umum pada anak dan dewasa memiliki
kaitan terhadap “perubahan pola uveitis”.
TUJUAN :
Untuk mengetahui tentang pola dan etiologi uveitis yang paling umum terjadi
pada anak dan remaja.
2
METODOLOGI :
Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan pasien pada periode Maret 1989 hingga Febuari
1999. Pada periode tersebut terdapat 821 consecutive pasien dengan uveitis di
klinik immuno-oftalmologi dan uveitis Rumah Sakit Universitas Hebrew,
Jerusalam Israil. Jarak follow up dilakukan antara 1 dan 10 tahun dengan mean 51
bulan untuk seluruh grup.
Prosedur Penelitian
Pasien dibagi dalam kategori berdasarkan jenis kelamin dan umur. Semua
pasien menjalani pemeriksaan okular dan tes laboratorium. Manifestasi
intraokular dibagi berdasarkan letak inflamasi sesuai anatomi mata dan etiologi
uveitis yang paling mungkin. Diagnosis uveitis ditegakkan berdasarkan hasil
laboratorium yang spesifik serta gejala dan tanda yang ditemukan pada okular dan
intraokular pasien.
3
pasien dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, laju endap darah, dan C
reactive protein (CRP).
HASIL :
Dari 821 pasien dengan uveitis, didapatkan dalam beberapa kelompok umur
yaitu 276 pasien (33,1%) berusia 18 tahun atau lebih muda. Dari 276 pasien
tersebut terdiri dari 27 pasien berusia 16-18 tahun dan 249 pasien berusia lebih
muda dari 16 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan adalah satu berbanding satu
(anak laki-laki sebesar 49,6% dan anak perempuan sebesar 50,4%). Uveitis
bilateral terdeteksi pada 70,3% kasus dan uveitis unilateral terdeteksi pada 29,7%.
Dengan demikian, jumlah total 470 pasien dengan inflamasi intraokular dievaluasi
dalam penelitian ini.
4
Sedangkan diagnosis panuveitis diamati pada 30,8% kasus . Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
5
atau suatu penyakit sistemik . Data mengenai etiologi uveitis pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut :
Insidensi etiologi infeksi yang spesifik meliputi berbagai agen infeksi seperti
bakteri, parasit, dan virus. Bakteri adalah penyebab langsung dan tidak langsung
inflamasi intraokular yang terjadi pada 18 kasus, yaitu sebesar 19,6% dari kasus
infeksi dan sebesar 6,5% dari semua kasus. Virus adalah penyebab dari uveitis
pada 28 kasus.
6
Dari 184 anak-anak dan remaja dengan uveitis non-infeksi terdiri dari 74 kasus
(40,2%) yang berhubungan dengan penyakit sistemik dan 110 kasus (59,8%)
merupakan proses inflamasi yang terbatas pada mata.
Dari 110 kasus dengan etiologi uveitis non-infeksi dan manifestasi inflamasi
terbatas pada mata, terdapat berbagai diagnosis meliputi idiopatik, trauma tumpul,
sympathetic ophthalmia , fuchs iridocylclitis, koroiditis multifokal, multiple
evanescent white dot syndrome, presumed ocular histoplasmosis-like
manifestation, acute posterior multifocal placoid pigment epitheliopathy dan
punctate inner choroidopathy .
Dari 74 kasus dengan penyakit sistemik , JRA didiagnosis pada 41 kasus ( 22,3%
dari seluruh kasus). Selain itu terdapat beberapa diagnosa lain yang berhubungan
penyakit sistemik yang dapat diliaht pada tabel berikut :
7
DISKUSI :
Di penelitian ini , 33,1% pasien ( 276 dari 821 pasien) dengan uveitis
merupakan pasien dengan usia 18 tahun atau lebih muda. Dari 276 pasien ini
terdiri dari 137 anak laki-laki dan 139 anak perempuan.
Selama periode follow up, terdapat 29.% kasus dengan unilateral inflamasi
intraokular dan 70,3% bilateral inflamasi intraokular. Uveitis anterior didapatkan
pada 13,4% kasus. Temuan ini menujukkan angka yang lebih rendah
dibandingkan angka kejadian pada dewasa dan perkiraan angka kejadian pada
anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh definisi uveitis anterior yang terbatas
sesuai klasifikasi uveitis berdasarkan letak anatomi . Sedangkan panuveitis
ditemukan sebanyak 30,8% kasus, yang sebanding dengan temuan yang pernah
diamati sebelumnya oleh orang lain.
Pada penelitian ini, dapat dibuat diagnosis kerja pada 74,6% dari
keseluruhan kasus uveitis pada anak dan remaja dapat ditemukan diagnosis kerja,
sedangkan 25,4% kasus didiagnosis sebagai idiopatik. Insidensi diagnosis
idiopatik yang sedikit ini disebabakn pendekatan diagnosis individual yang
dilakukan dalam penelitian.
8
Juvenile idiopathic arthritis sebagai etiologi yang terkait dengan uveitis
ditemukan pada 14,9% dari 276 kasus uveitis pada anak dan remaja. Agka
pravalensi ini terlihat lebih realistik dibandingkan temuan sebesar 40% dan 95%
yang pernah dilaporkan orang lain sebelumnya. Namun laporan ini memeiliki
kesamaan dengan laporan sebelumnya yang menunjukan bahwa lebih banyak
ditemukan komplikasi okular dan morbiditas yang tinggi pada perempuan.
SIMPULAN :
9
RANGKUMAN PEMBACA :
Uveitis yang terjadi pada masa anak-anak telah dilaporkan memiliki insidensi
yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Persentase kejadian
uveitis pada anak-anak adalah sekitar 2,2% hingga 10,6% dari total jumlah pasien
uveitis yang diperiksa di klinik. Pengamatan pada etiologi dari uveitis pada
populasi umum, telah ditemukan variabilitas pada insidensi dan / atau prevalensi
dari entitas yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pengenalan entitas klinis baru, pengenalan alat diagnostik yang lebih baru dan
lebih canggih, dan pemberantasan penyakit menular tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui tentang pola dan etiologi yang
paling umum terjadi pada anak dan remaja. Penelitian dilakukan dengan
metodologi penelitian cohort dengan subyek penelitian sebesar 276 anak dan
remaja. Pasien dengan uveitis diperiksa dan diikuti dalam periode 10 tahun .
Pasien dibagi dalam kategori berdasarkan jenis kelamin dan umur. Semua pasein
menjalani pemeriksaan okular dan tes laboratorium. Manifestasi intraokular dibagi
berdasarkan letak anatomi dari inflamasi dan etiologi yang paling mungkin.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium yang spesifik serta gejala
dan tanda yang ditemukan pada okular dan intraokular.
10
PELAJARAN YANG DAPAT DIPEROLEH :
Di penelitian ini menunjukkan angka kejadian uveitis pada anak dan remaja
yang lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Uveitis diklasifikasikan
berdasarkan letak anatomi meliputi uveitis anterior, uveitis intermediate, uveitis
posterior dan panuveitis. Pada penelitian ini, sebagian kasus uveitis pada anak
tidak menunjukkan suatu gejala atau tanda tertentu. Namun beberapa pada
beberapa kasus menunjukan ada gejala seperti mata berair, fotofobia, mata merah,
gangguan tajam pengelihatan, strabismus, dan leukokoria. Berbagai etiologi
uveitis dapat ditemukan pada anak dan remaja meliputi etiologi non-infeksi,
infeksi dan idiopatik. Pada etiologi uveitis akibat infeksi dapat disebabkan
berbagai agen spesifik sepeti bakteri, virus, dan parasit. Pada penelitian ini, parasit
merupakan infeksi yang paling umum menyebabkan uveitis pada anak dan remaja.
Pada etiologi uveitis akibat non-infeksi terdiri dari uveitis yang berhubungan
dengan penyakit sistemik dan uveitis yang disebabkan proses inflamasi hanya
terbatas pada mata. JIA merupakan penyakit sistemik yang paling banyak
ditemukan pada anak yang memeliki keterkaitan dengan uveitis pada anak dan
remaja.
11
LAPORAN ANALISA JURNAL READING
12
hipotesis yang diajukan.
Metodelogi penelitian
Populasi 4 Menjelaskan bagaimana Ya, pada halaman
populasi ditentukan pertama disampaikan
bahwa populasi
penelitian diambil
secara consecutive
meliputi semua pasisen
yang didiagnosis uveitis
dari periode Maret 1989
hingga Febuari 1999 di
Rumah Sakit Univesitas
Hebrew, Jerusalem
Israil.
Subyek penelitian 5 Kriteria subyek penelitian Tidak. Pada penelitian
tidak disampaikan
secara rinci mengenai
kriteria inklusi dan
eksklusi dari subyek
penelitian. Pada
penelitian hanya
disampaikan kriteria
usia dari diambil
sebagai subyek
penelitian.
Besar sampel 6 Menjelaskan kriteria Tidak, tidak dijabarkan
penentuan sampel minimal secara jelas mengenai
yang diperlukan untuk kriteria penentuan besar
menghasilkan kekuatan sampel, metode smpling,
penelitian dan kriteria
pengambilan sampel.
Pada penelitian ini
dijelaskan bahwa
sampel diambil pasien
yang berumur 18 tahun
atau kurang dari seluruh
13
pasien dengan uveitis
pada populasi.
Prosedur penelitian 7 Menjelaskan secara rinci Ya. Pada penelitian
dan sistematik prosedur dijabarkan prosedur
penelitian (teknik penelitian yang meliputi
pengambilan data) pemeriksaan klinis dan
tes laboratorium.
Namun tidak dijelaskan
secara rinci pemeriksaan
yang dilakukan selama
follow up pasien pada
periode 10 tahun.
Rancangan 8 Menjelaskan rancangan Tidak, tidak ada
penelitian penelitian penjelasan mengenai
rancangan penelitian
yang dilakukan. Pada
penelitian hanya
dijelaskan bahwa
sampel penelitian akan
di follow up dalam
periode 10 tahun.
Teknik analisa data 9 Teknik analisa data yang Tidak dijabarkan pada
digunakan untuk penelitian. Pada hasil
membandingkan hasil penelitian terlihat bahwa
penelitian hasil penelitian
dijabarkan secara
deskriptif dalam bentuk
persentase.
Hasil
Alur penelitian 10 Menjelaskan waktu Waktu penelitian waktu
penelitian penelitian dilakukan.
Pada penelitian hanya
disampaikan bahwa
populasi penelitian
adalah pasien dari
periode maret 1989
hingga febuari 1999.
14
kemudian dilakukan
follow up selama 10
tahun.
Outcome dan 11 Untuk outcome hasil Hasil penelitian hanya
estimasi penelitian penelitian dijabarkan secara
deskriptif dalam bentuk
persentase dan
dilampirkan dalam
bentuk tabel.
Diskusi
Interpretasi 12 Interpretasi hasil Interpretasi hasil hanya
dibandingkan hasil
penelitian dengan
penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya
serta hal yang dapat
menyebabkan adanya
perbedaan angka pada
penelitian tentang
uveitis pada anak dan
remaja. Selain itu, juga
dibahas mengenai
beberapa etiologi uvetis
pada anak dan remaja
yang ditemukan di
penelitian ini.
Generalizability 13 Apa hasil bisa Beberapa etiologi
digeneralisasikan di uveitis yang ditemukan
masyarakat pada anak dan remaja di
penelitian ini dapat
digeneralisasikan pada
masyarakt. Namun ada
juga beberapa etiologi
yang tidak dapat
digeneralisasikan. Untuk
angka kejadian uveitis
15
pada anak dan remaja
tidak dapat
digeneralisasikam ke
masyarakat, karena
setiap negara memiliki
karakteristik demografi
yang berbeda-beda.
Overall evidence 14 Interpretasi umum terhadap Penelitian ini
hasil dalam konteks menggunakan literatur
penelitian dan data penelitian yang
telah dilakukan
sebelumnya sebagai
bukti yang menguatkan
adanya berbagai etiologi
uveitis pada anak dan
remaja.
KELEBIHAN PENELITIAN :
3. Penelitian ini dilakukan dengan follow up dalam waktu yang relatif lama
yaitu 10 tahun sehingga perkembangan uveitis dapat dinilai dengan baik.
7. Data dalam penelitian ini merupakan data primer jadi hasil penelitian
lebih akurat.
16
KEKURANGAN PENELITIAN :
17