Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN MUSEUM SEBAGAI


WISATA EDUKATIF PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
Nama: NIM: Nomor Absen:
Masita Febriani Madjid (1902016073) 18

1
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK (B) 2019
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Definisi Museum..................................................................................5

2.2 Definisi Pariwisata...............................................................................6

2.3 Definisi Wisata.....................................................................................7

2.4 Definisi Edukasi...................................................................................7

2.5 Jenis-jenis Wisata Edukasi...................................................................9

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................10

3.1 Permasalahan Ditinjau Dari Sisi 6 Dimensi Strategis Administrasi Publik


Terkait COVID 19...................................................................................10

3.2 Strategi Penangananan.......................................................................15

BAB IV PENUTUP................................................................................................22

2
4.1 Kesimpulan........................................................................................22

4.2 Saran...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang melanda dunia di
tahun 2020 pada awalnya disikapi berbeda oleh pemerintah Indonesia, keyakinan bahwa
COVID-19 tidak akan menyebar ke Indonesia memunculkan gagasan dari pemerintah
Indonesia untuk memberikan insentif bagi sektor pariwisata agar mampu meningkatkan
kunjungan wisatawan asing ke Indonesia meskipun negara-negara ASEAN yang lainnya
mulai menerapkan pembatasan kunjungan wisatawan ke negaranya (Sugianto, 2020).
Seluruh dunia telah sibuk dengan upaya menyelesaikan pandemi COVID-19 yang telah
berdampak ke seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Selain sekolah-sekolah melaksanakan program Belajar di Rumah, tempat-
tempat wisata budaya sebagai wahana wisata edukatif pun ditutup.
Dengan dikeluarkan nya instruksi mengenai “New Normal” yang dianggap sebagai
salah satu langkah dalam menghadapi COVID-19, yang akan berpengaruh terhadap aspek
pendidikan dan kebudayaan, begitu pula museum. Tentunya dengan protokol kesehatan
yang harus dilakukan guna pencegahan COVID-19 yang sesuai dengan Surat Edaran
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang
Protokol Pencegahan Penularan Corona Disease (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa
dan Perdagangan (Area Publik) Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha.
Indonesia memiliki banyak museum yang sangat berpotensi sebagai objek wisata
edukatif, bahkan jumlah museum terus berkembang hingga di penghujung tahun 2019.
Museum adalah pengawal warisan budaya, hal ini mengandung makna bahwa warisan

3
budaya itu juga dapat dipamerkan kepada masyarakat. Sebuah sajian wisata yang edukatif
sangat kental melekat pada sebuah museum. Para pengunjung ditawarkan untuk berwisata
sekaligus memperoleh banyak ilmu pengetahuan tentang budaya dan sejarah yang ada
pada museum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 menjadi payung
hukum dalam pengembangan museum di Indonesia. Peraturan Pemerintah ini sekaligus
sebagai pelaksanaan dari pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya. Disebutkan secara jelas bahwa museum sebagai lembaga yang berfungsi
melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya
kepada masyarakat. Hal ini membawa dampak agar museum tidak hanya sebagai tempat
menyimpan barang kuno semata. Tetapi museum juga harus dijadikan tempat untuk
mengkomunikasikan koleksi museum kepada masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja permasalahan yang dapat ditinjau dari sisi 6 dimensi strategis
Administrasi Publik terkait COVID-19?
2. Bagaimana strategi penanganan terhadap permasalahan tersebut?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Museum


Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar Baru – Van Houve,
1984. Menjelaskan pengertian Museum sebagai berikut:
Museum adalah bangunan tempat orang, memelihara, menelaah, dan memamerkan
barang–barang yang mempunyai nilai lestari, misalnya peninggalan sejarah, seni, ilmu dan
barang-barang kuno. Sedangkan pengertian yang telah dirumuskan oleh ICOM
(International Council of Museums, 1974), bahwa Museum adalah:
Sebuah lembaga yang bersifat tetap dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dan perkembangannya, tidak mencuri keuntungan, terbuka untuk umum, yang
memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan untuk tujuan–tujuan studi,
pendidikan, kesenangan, benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya.
Selain pengertian diatas, Kata Museum Secara etimologis dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Berdasarkan kamus Oxford, kata museum berasal dari kata “Mouse” yang
mempunyai arti ruang atau merupakan suatu tempat untuk menyimpan barang-
barang yang bersifat seni dan pengetahuan.
b. Sedangkan pengertian museum berdasarkan rumusan para cendekiawan bahwa
museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada
nama kuil pemujaan terhadap Muses, dewa yang berhubungan dengan kegiatan
seni.

5
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa museum
memiliki persamaan arti yaitu tempat untuk merawat, memelihara, dan memamerkan
barang-barang peninggalan sejarah, seni, ilmu dan barang-barang kuno, bersifat tetap,
terbuka untuk umum, serta tidak mencuri keuntungan. Berguna untuk tujuan–tujuan
studi, pendidikan, kesenangan, benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya.
Selain itu, museum merupakan suatu tempat untuk menyelamatkan dan memelihara
warisan budaya berikut sejarahnya, juga sebagai tempat segala kegiatanya meliputi
mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan menerbitkan hasil-hasil penelitian
dan pengetahuan mengenai benda-benda koleksi bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena aspek edukasi
lebih ditonjolkan dibanding rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestari
kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible) seperti artefak, fosil, dan benda-
benda etnografi maupun tak benda (intangible) seperti nilai, tradisi, dan norma.
Museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan
dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas
yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum harus tetap
memberikan nuansa rekreatif dan edukatif bagi pengunjungnya. Kurator perlu
melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan koleksi serta menyusun tulisan yang
bersifat ilmiah dan populer. Hasil penelitian dan tulisan tersebut dipublikasikan kepada
masyarakat, dalam kegiatan ini kurator bekerjasama dengan bagian publikasi. Sebagai
lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap
masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap museum.

2.2 Definisi Pariwisata


Terminologi pariwisata terdiri dari dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak
atau berkali-kali dan “wisata” yang berarti berpergian (Suwantoro, 2001). Soekadijo
(2000) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan di dalam suatu masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan, sedangkan Wahab (2003) mengemukakan bahwa
pariwisata merupakan aktivitas perpindahan sementara yang mempunyai pola hidup
berbeda, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,

6
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Didasarkan kepada pemahaman pariwisata tersebut di atas, Yoeti (2008)
mengemukakan bahwa pariwisata harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu: Pertama,
perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedua, tujuan untuk
bersenang-senang. Ketiga, adanya uang yang dibelanjakan. Keempat, waktu
perjalanan setidaknya 24 (dua puluh empat) jam.
Kegiatan pariwisata tidak luput dari dua elemen penting yaitu wisatawan dan
daya tarik wisata. Wisatawan menurut Cohen (1974) diartikan sebagai pelancong
yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu untuk mendapatkan
kebahagiaan atau kenikmatan, sejalan dengan pemahaman tersebut Fandefi (1995)
mengungkapkan bahwa wisatawan merupakan seseorang yang terdorong sesuatu
sehingga melakukan berpergian dengan maksud bukan mencari nafkah. Sedangkan
pengertian daya tarik wisata sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka pariwisata merupakan aktivitas
mencari kesenangan/kebahagiaan dari suatu tempat baru yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu, dengan begitu perjalanan tersebut merupakan aktivitas
temporer/sementara yang bukan ditujukan untuk mencari keuntungan, adapun
manfaat dari pariwisata antara lain yaitu: memberikan pemasukan secara ekonomi,
membuka kesempatan kerja, mendorong pelestarian budaya asli serta menambah
devisa negara (Spillane, 1987)

2.3 Definisi Wisata


Menurut Soetomo (1994), yang didasarkan pada ketentuan WATA (World
Association of Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari,
yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain
melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik didalam maupun luar negeri.
Sehingga pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian wisata lebih
menekankan pada kegiatan yang dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Dalam suatu perjalanan wisata, wisatawan mengunjungi suatu tempat wisata sejarah, maka
wisatawan tersebut dapat dikatakan melakukan kegiatan wisata sejarah. Dalam artian

7
kegiatan yang dilakukan adalah untuk menikmati objek-objek bersejarah. Hal tersebut
merupakan gambaran dari pengertian wisata itu sendiri, apabila dijelaskan secara singkat
wisata adalah suatu kegiatan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Dimana kegiatan dalam pariwisata ini sangat ditentukan oleh minat dari wisatawan itu
sendiri. Tidak hanya ditentukan oleh minat wisatawan melainkan berdasarkan sumber
daya pariwisata yang tersedia. Oleh karena itu banyak muncul istilah wisata sejarah,
wisata budaya, wisata alam, wisata edukasi dan jenis wisata lainnya.

2.4 Definisi Edukasi


Secara Etimologis, edukasi berasal dari kata latin yaitu educare yang artinya
“memunculkan”, “membawa”, “melahirkan” Dalam pengertian secara luas edukasi adalah
setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek formatif pada karakter, pikiran atau
kemampuan fisik dalam individu.
Pendidikan dan edukasi memiliki pengertian yang berbeda, pendidikan adalah
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara
mendidik (KBBI. 1990). Sedangkan pengertian edukasi adalah upaya dari subyek terhadap
objek untuk mengubah cara memperolah dan mengembangkan pengetahuan menuju cara
tertentu yang diinginkan oleh subyek. (Suroso, Rendra. 2004)
Pada kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan lebih
terarah kepada kelompok manusia akan tetapi pengertian pendidikan lebih dikerucutkan
kepada individu itu sendiri.
Edukasi memiliki konsep dasar dimana telah dibuat dan diakui oleh beberapa
yurisdiksi yaitu sebuah konsep yang mengacu pada proses dimana siswa dapat belajar
sesuatu:
1. Instruction: fasilitas pembelajaran terhadap sasaran yang di identifikasi, baik
yang disampaikan oleh pengajar atau bentuk lainnya;
2. Teaching: tindakan seorang pengajar secara nyata dirancang untuk memberikan
pembelajaran kepada terajar; dan
3. Learning: pembelajaran dengan pandangan ke arah persiapan serta pendidikan
dengan pengetahuan khusus, keterampilan, atau kemampuan yang dapat
diterapkan segera setelah selesai.

8
Berdasarkan muatan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
sarat dengan pengajaran inquiry dan berdasarkan pengalaman terajar. Konsep dasar
edukasi menjadi sebuah singkatan dimana merujuk kepada sebuah sistem pembelajaran
yang efektif, yaitu:
1. E = Eksplorasi
2. D = Demonstrasi
3. U = Uraian (Konsep)
4. K = Kontemplasi
5. ASI = Aplikasi

2.5 Jenis-jenis Wisata Edukasi


Di Indonesia, terdapat 4 jenis Wisata Edukas yang diantaranya adalah:
a. Wisata Edukasi Science / Ilmu Pengetahuan
Wisata Edukasi Science atau Ilmu Pengetahuan adalah wisata edukasi yang
berbasis kepada pendidikan ilmu pengetahuan.
b. Wisata Edukasi Sport / Olahraga
Adalah wisata edukasi yang berbasis kepada pendidikan secara fisik atau olah
raga.
c. Wisata Edukasi Culture / Kebudayaan
Wisata Edukasi Culture atau disebut juga Wisata Edukasi Kebudayaan banyak
terdapat di Indonesia. Diantaranya pendidikan kebudayaan dalam bidang seni,
adat istiadat dan lain-lain yang berhubungan dengan kebudayaan.
d. Wisata Edukasi Agrobisnis
Merupakan wisata edukasi yang berbasis kepada pendidikan agro atau pertanian
dan peternakan yang juga merupakan bisnis dari suatu perusahaan maupun
perseorangan.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Ditinjau Dari Sisi 6 Dimensi Strategis Administrasi Publik


Terkait COVID-19

A. Ditinjau Dari Dimensi Kebijakan


Di lihat dari dimensi kebijakan dalam dimensi strategis Administrasi Publik dapat
diketahui bahwa pemerintah dalam menghadapi COVID-19 ini telah berupaya dalam
memulihkan kembali sektor pariwisata, khususnya wisata edukasi seperti museum yang
sangat berdampak besar. Seluruh aspek pariwisata tak terkecuali wisata edukasi museum
menjadi korban yang paling terpukul, hal ini pun mendorong para pemerintah diberbagai
daerah untuk menyusun kebijakan-kebijakan demi mengembangkan sector pariwisata di
masa pandemic ini. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
diberlakukan di beberapa daerah kota besar berimplikasi langsung kepada pariwisata
berupa berhentinya aktivitas pariwisata. Kondisi tersebut memberikan kerugian baik
kepada pelaku usaha pariwisata, pekerja di bidang pariwisata dan masyarakat pada
umumnya.
Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk melakukan inovasi dan perbaikan di
sektor pariwisata. Sehingga dengan adanya perubahan tren di pariwisata global saat ini
diharapkan Indonesia mampu beradaptasi. Dalam hal ini perubahan tren di pariwisata akan

10
bergeser ke alternatif liburan yang tidak banyak orang seperti solo travel tour, virtual
tourism, serta staycation dimana isu health, hygiene, dan safety akan menjadi
pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin berwisata. Kemudian bagi para pelaku
industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus betul-betul mengantisipasi dan tidak tergesa-
gesa untuk membuka destinasi wisata agar tak ada lagi imported case yang dapat
berdampak buruk pada citra pariwisata.

B. Ditinjau Dari Dimensi Manajemen dan Dimensi Kinerja


Di lihat dari dimensi manajemen dan dimensi kinerja dalam dimensi strategis
Administrasi Publik dapat diketahui bahwa pencapaian hasil dalam suatu upaya demi
meningkatkan dan memulihkan kembali wisata edukatif meliputi berbagai macam
kontribusi dari para pelaku pariwisata, ekonomi kreatif, dan masyarakat yang terdampak
COVID-19. Dengan adanya kegiatan program oleh pemerintah diharapkan dapat
meningkatkan sector pariwisata selama pandemic COVID-19 yang telah memasuki era
new normal. Perwujudan dan komitmen yang nyata dalam penerapan dari program
pemerintah dalam menghadapi masa pandemic ini para pelaku sector pariwisata yang
terlibat di dalamnya sangat mengikuti arahan dengan baik dan saling bergotong-royong
serta bersinergi bersama dalam beradaptasi dan memajukan kembali tempat-tempat wisata
yang terkena dampak besar dari COVID-19 demi mengembalikan eksistensi pariwisata
khususnya museum-museum di Indonesia.
Hal ini pun dapat terus berlangsung dan terlaksana dengan baik karena komunikasi
dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah pada sector-sektor
pariwisata diberbagai daerah. Koordinasi merupakan yang terpenting dalam mewujudkan
komitmen dari pemerintah dalam berupaya mengembalikan kondisi pariwisata di
Indonesia, pandemic ini pun diharapkan akan dapat terminimalisir dengan adanya usaha
dan kerja sama dengan masyarakat yang terdampak didalamnya. Terkait pencapaian hasil
terhadap program kerja pemerintah yang telah dilaksanakan diberbagai daerah atas arahan
pemerintah pusat masyarakat mulai memperhatikan kebersihan diberbagai tempat-tempat
wisata dengan menyediakan tempat cuci tangan lengkap dengan perlengkapannya seperti
sabun, tisu dan tempat sampah serta menyediakan pengukur suhu. COVID-19 ini pun
masih tidak dapat diprediksi sampai kapan akan mulai mereda atau bahkan menghilang hal
ini mendorong pemerintah untuk tetap berupaya dalam mengembangkan sector pariwisata
dan ekonomi kreatif serta masyarakat lainnya.

11
C. Ditinjau Dari Dimensi Organisasi
Di lihat dari dimensi organisasi dalam dimensi strategis Administrasi Publik dapat
diketahui bahwa pemerintah bersama para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif saling
berupaya dalam membangun kembali sector pariwisata dengan memberikan sebuah arahan
agar para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dapat mengimplementasikan program
kegiatan yang diberikan oleh pemerintah demi meningkatkan kemajuan ekonomi dalam
bidang pariwisata khususnya wisata edukasi pada masa pandemic COVID-19 ini.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela
Tanoesoedibjo mewakili Indonesia dalam pertemuan para menteri pariwisata negara-
negara ASEAN dalam “Special Meeting of the ASEAN Tourism Ministers (M-ATM) on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)” pada Rabu, 29 April 2020 memuat tujuh point
hasil kesepakatan bersama seluruh menteri pariwisata dari negara-negara ASEAN untuk
memperkuat kerja sama pariwisata, salah satu sektor ekonomi yang paling terpukul dalam
pandemi.
Pertama, para menteri sepakat untuk membina koordinasi ASEAN dalam
mempercepat pertukaran informasi tentang perjalanan, terutama terkait standar kesehatan
dan langkah-langkah lain yang diperlukan negara-negara anggota ASEAN dalam
mengendalikan penyebaran wabah COVID-19 melalui peningkatan operasi Tim
Komunikasi Krisis Pariwisata ASEAN (ATCCT).
Kedua, mengintensifkan kolaborasi Organisasi Pariwisata Nasional (NTOs) ASEAN
dengan sektor-sektor ASEAN lain yang relevan, terutama di bidang kesehatan, informasi,
transportasi, dan imigrasi serta dengan mitra eksternal ASEAN, untuk bersama-sama
mengimplementasikan langkah-langkah yang komprehensif, transparan dan respons yang
cepat dalam mitigasi dan mengurangi dampak COVID-19 serta krisis lain di masa depan.
Ketiga, para menteri juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang lebih erat
dalam berbagi informasi dan praktik terbaik di antara negara-negara anggota ASEAN serta
dengan mitra dialog ASEAN dalam mendukung sektor pariwisata.
Keempat, kerja sama ini juga mencakup penerapan kebijakan dan langkah-langkah
yang tepat untuk meningkatkan kepercayaan antara pengunjung domestik dan
internasional ke Asia Tenggara, termasuk pengembangan standar dan pedoman dalam
meningkatkan faktor keamanan dan kesehatan guna melindungi para pekerja dan
masyarakat di industri perhotelan dan industri lainnya terkait pariwisata.

12
Kelima, para menteri pariwisata juga sepakat untuk mendukung pengembangan dan
implementasi rencana pemulihan krisis pasca COVID-19 serta membangun kemampuan
pariwisata ASEAN serta upaya promosi dan pemasaran pariwisata bersama dengan tujuan
memajukan ASEAN sebagai single tourism destination.
Keenam, para menteri sepakat untuk mempercepat penerapan kebijakan mikro dan
makro ekonomi, memberikan dukungan teknis dan stimulus keuangan, pengurangan pajak,
peningkatan kapasitas dan kemampuan, terutama keterampilan digital bagi para
stakeholder industri perjalanan dan pariwisata.
Ketujuh, mempercepat kerja sama dengan mitra dialog ASEAN, organisasi
internasional dan industri yang relevan untuk membangun Asia Tenggara yang tangguh
dan siap untuk secara efektif menerapkan dan mengelola pariwisata yang berkelanjutan
dan inklusif setelah krisis.

D. Ditinjau Dari Dimensi Etika


Di lihat dari dimensi etika dalam dimensi strategis Administrasi Publik dapat
diketahui bahwa COVID-19 yang berdampak besar bagi perekonomian di Indonesia ini
disebabkan oleh rendahnya kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke tempat-tempat
wisata. Terkait pelaksanaannya pemerintah sangat memperhatikan kondisi dan dampak
yang ditimbulkan akibat dari COVID-19 dengan berupaya mengembangkan inovasi dan
ide-ide baru agar dapat mengembalikan kepercayaan dari wisatawan yang ingin
berkunjung. Sikap pemerintah yang peduli dan berempati kepada sector-sektor pariwisata
mendorong untuk menyediakan solusi dari permasalahan yang dihadapai saat ini.
Berkurangnya kepercayaan para wisatawan ini disampaikan oleh disampaikan Deputi
Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia
Niscaya. Ia mengatakan bahwa Indonesia mengalami lack of trust dari wisatawan
mancanegara maupun domestik, sehingga pemerintah perlu berupaya bersama
meningkatkan kepercayaan terhadap wisatawan. Nia Niscaya menyampaikan hal itu dalam
kegiatan bincang bisnis online Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia ( ASITA)
bertajuk Sinergi ASITA dan Pemerintah Menyikapi Kebijakan New Normal Pariwisata
Indonesia, pada Sabtu 27 Juni 2020. Kegiatan itu dihadiri pula oleh Asisten Deputi
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi Kosmas Harefa, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBPP) RI

13
untuk Singapura Ngurah Swajaya, dan Duta Besar LBPP Indonesia untuk Laos Pratito
Soeharyo.

E. Ditinjau Dari Dimensi Lingkungan


Di lihat dari dimensi lingkungan dalam dimensi strategis Administrasi Publik dapat
diketahui bahwa permasalahan yang terdapat pada sector pariwisata akibat dari COVID-19
ini sangat berdampak besar bagi perekonomian, social dan lingkungan di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 terkontraksi cukup dalam
hingga -5,32%. Jika kuartal III pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi, maka
Indonesia dipastikan masuk jurang resesi. Sejumlah sektor industri pun alami kerugian
akibat pandemi virus SARS-CoV-2 yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, akhir
tahun lalu ini, tak terkecuali industri pariwisata.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus menyebutkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya,
pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada
periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang melemah ini turut pula berdampak
pada situasi ketenagakerjaan di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa
munculnya kasus virus corona berdampak pada sektor pariwisata. Berdasarkan data
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) jumlah kunjungan wisatawan di seluruh dunia
menurun 44 persen selama pandemi jika dibandingkan tahun lalu. Dalam sebuah diskusi
online awal bulan Agustus, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrasturktur
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Santosa Sungkari,
memprediksi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mentok di angka
4 juta orang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama menyebutkan bahwa dampak
virus corona berpengaruh terhadap turunnya jumlah wisatawan asal China. Di sejumlah
daerah wisatawan China merupakan penyumbang wisatawan terbesar. Dengan demikian,
menurut Wishnutama, jika berbicara angka per tahun, maka potensi kerugian atas
berkurangnya wisatawan China itu berjumlah 4 juta dollar AS.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat, hingga April 2020, total
kerugian industri pariwisata Indonesia mencapai Rp 85,7 trilun. Ribuan hotel dan restoran

14
terpaksa tutup, begitu pula dengan sejumlah maskapai penerbangan dan tour
operator yang ikut alami kerugian.
Pariwisata berkelanjutan didefinisikan UNWTO sebagai pariwisata yang
memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan,
memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat.
Kerugian ekonomi dari berhentinya aktivitas pariwisata berimplikasi kepada aspek
lainnya dikarenakan meskipun tidak mendapatkan penerimaan dari jasa pariwisata tetapi
aktivitas pengelolaan pariwisata tetap berjalan seperti pemeliharaan fasilitas pariwisata,
pembayaan iuran air dan listrik, pengajihan karyawan baik yang masih bekerja maupun
yang dirumahkan dan lain sebagainya. Kondisi tersebut membuat ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran bagi para pelaku usaha pariwisata, sehingga tidak
menutup kemungkinan bagi para pengusaha yang mengalami kerugian besar, memiliki
beban untuk mengembalikan kegiatan pariwisata.

3.2 Strategi Penangananan


Ada berbagai macam strategi penanganan dari pemerintah dalam menghadapi
permasalahan yang ditimbulkan terhadapt sector pariwisata khususnya museum di
Indonesia pada masa pandemic ini. Berbagai inovasi, ide dan kebijakan-kebijakan yang
diterapkan diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dialami diberbagai
daerah yang sector pariwisatanya mengalami penurunan atau pengurangan dari berbagai
aspek. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menyusun program CHS
(Cleanliness, Health and Safety) sebagai strategi pemulihan destinasi wisata di tatanan
new normal dengan melibatkan para pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang
nantinya diharapkan pariwisata dapat produktif dan aman dari COVID-19. Dikutip dari
CNN Indonesia "Protokol ini akan melalui beberapa tahapan, mulai dari melakukan
simulasi, lalu sosialisasi dan publikasi kepada publik, dan yang terakhir melakukan uji
coba. Pelaksanaan tahapan-tahapan ini harus diawasi dengan ketat dan disiplin serta
mempertimbangkan kesiapan daerah.

A. Memanfaatkan Teknologi Media Informasi Digital (Virtual Museum)


Menghadapi “New Normal” akibat dari COVID-19, tentunya diperlukan penyesuaian
dalam menyampaikan value yang ada di museum untuk masyarakat luas. Perlu adanya
strategi yang baik agar museum tetap eksis dalam “New Normal”. Selain dengan standar

15
kesehatan yang ketat, tentunya bisa tetap memanfaatkan media sosial di era digital dalam
hal promosi museum.
Promosi museum lokal menggunakan media sosial harus ditingkatkan oleh Dinas
Kebudayaan atau Dinas Pariwisata setempat. Eksistensi museum untuk dapat menjadi
salah satu pilihan kunjungan wisata edukatif untuk masyarakat harus terus didorong.
Melalui koleksi museum masyarakat dapat banyak belajar. Karena sejatinya bahwa
pemanfaatan museum adalah pendayagunaan koleksi untuk kepentingan sebesar-besarnya
untuk masyarakat.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menuturkan bahwa pandemi
memberi dampak yang sangat serius bagi museum di dunia. “Ada survei dari UNESCO,
memang lebih dari 90.000 museum di dunia, 90 persen tutup karena pandemi. Sekitar 10
persen dari 90.000 sudah menyatakan tidak akan buka lagi,” kata Hilmar dalam webinar
bertajuk “Prospect of Reopening of Museums in the New Normal”. Menurutnya, pandemi
memberi dampak yang sangat signifikan terhadap museum-museum yang mengandalkan
pendapatan publik. Tidak adanya pemasukan membuat mereka terpaksa menutup
operasional. Namun, Hilmar menuturkan, sebagian yang masih beroperasi sudah
mengambil langkah antisipasi melalui teknologi digital. Menurutnya, teknologi digital
membantu museum melakukan inovasi dalam pelayananannya. Tidak hanya untuk
mengelola data, juga menampilkan koleksi museum kepada masyarakat luas.
Perwakilan dari Museum Nasional, Dyah Sulistiyani, menuturkan, selama pandemi
pihaknya beralih ke digital untuk tetap menghibur masyarakat yang rindu dengan museum.
“Program bersifat online seperti tantangan untuk bikin pameran dari rumah. Tantangan
membuat infografis koleksi museum,” kata Dyah dalam kesempatan yang sama. Tidak
hanya itu, untuk menjaga interaksi antara museum dengan masyarakat, pihaknya juga
mengadakan webinar mengenai pandemi dalam lintasan sejarah umat manusia. “Ada juga
pemanduan daring yang dilakukan dengan menggunakan tur virtual museum, dan kelas
tari secara daring yang bisa diakses di YouTube Museum Nasional,”
Dalam diskusi terpumpun bertema  “Inovasi Teknologi Digital dalam Layanan
Museum di Masa Pandemi COVID-19” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan
Perbukuan), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)  Museolog
Universitas Indonesia, Kresno Yulianto berpendapat, beberapa pengelola museum sudah
beradaptasi menjalankan strategi digital, misalnya dengan membuat kunjungan

16
virtual, blog, dan interaksi di internet. Namun, ia meyakini museum harus membuat tim
manajemen krisis yang lebih integratif. Ia juga mencontohkan bahwa museum dapat
menjalankan fungsi sosial (charity) dengan berbagai komunitas nonprofit sebagai bentuk
tanggung jawab sosial atau menggandeng seniman-seniman untuk membuat masker dan
dijual. “Buat yang unik-unik, dan pegang basis data pengunjung. Promosikan terus bahwa
museum aman dikunjungi dengan protokol kesehatan. Atau, seperti Museum Macan yang
selalu promosi museum bisa dikunjungi secara digital. Jadi, publik juga tidak merasa hak
berkunjung ke museum dikurangi,” ucapnya. Diskusi itupun dihadiri oleh pakar dari
universitas dan sejumlah pengelola museum di Jakarta.  Sekretaris Balitbang dan
Perbukuan, Kemendikbud, Suhadi mengatakan, di masa krisis seperti saat ini, seluruh
lapisan masyarakat harus saling memotivasi dan menguatkan supaya kreativitas dan
inovasi di museum tetap berjalan meski di tengah berbagai tantangan. Adapun bentuk
kreativitas yang marak dilakukan adalah layanan digital.  
Strategi online and social media marketing dengan menggunakan virtual museum
merupakan salah satu cara untuk mencari perhatian dari konsumen agar tertarik kepada
jenis wisata museum untuk kemudian menimbulkan minat berkunjung. Peng, Yang & Kan
(2015) mengungkapkan bahwa keaslian prototipe virtual dan dapat dipercaya dari layanan
virtual dalam dunia maya 3D merupakan faktor penting yang mempengaruhi niat beli
konsumen pada objek dunia sebenarnya. Demikian pula Cameron & Lynch (2008)
menyatakan bahwa koleksi digital dan pameran online menawarkan cara baru untuk
menarik orang ke museum dan membangun hubungan yang lebih kuat antara museum dan
pengunjung museum. Pendapat tersebut diperkuat oleh Thomas & Carey (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara virtual museum atau museum online
terhadap minat berkunjung ke museum yaitu menemukan bahwa 70% pengunjung
museum secara khusus mencari informasi online sebelum mengunjungi museum, dan 57%
mengatakan bahwa informasi yang mereka temukan secara online meningkatkan
keinginan mereka untuk mengunjungi museum secara langsung.
Terdapat pengaruh antara virtual museum terhadap minat berkunjung adalah rendah
hanya 30-31%. Hal tersebut telah didukung dengan penelitian terdahulu yang mengatakan
terdapat pengaruh antara kedua variabel tersebut dan juga hipotesis yang mengatakan
terdapat pengaruh antara virtual museum dengan minat berkunjung dapat diterima.

B. Program Kegiatan Padat Karya BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman)

17
Dalam rangka menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia untuk
melaksanakan program padat karya sebagai upaya mitigasi dampak COVID-19 pada
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) dan mitra kerja Komisi X DPR-RI menyelenggarakan kegiatan BISA
(Bersih, Indah, Sehat, Aman) di Museum Fosil Sangiran, Sragen, pada Senin (3/8) hingga
(4/8).
Kegiatan ini sebagai upaya menyiapkan destinasi wisata serta para pelaku pariwisata
dan ekonomi kreatif di sekitar lokasi untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru menuju
masyarakat yang produktif dan aman COVID-19.
Pembukaan kegiatan Gerakan BISA dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi X DPR-RI
Agustina Wilujeng Pramestuti, Tenaga Ahli Menteri Bidang Hubungan Antarlembaga
Kemenparekraf/Baparekraf Arief Budiman, Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno, Ketua
DPRD Kabupaten Sragen Suparno, Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Untung
Wibowo Sukowati, Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Sragen I
Yusep Wahyudi serta Kepala BPSMP Sangiran, Sukronedi.
Sekitar 100 pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dibekali peralatan penunjang
kebersihan, keindahan, kesehatan dan keamanan, untuk kemudian menerapkan protokol
kesehatan di era adaptasi kebiasaan baru.
Gerakan BISA merupakan kegiatan padat karya yang melibatkan pelaku pariwisata,
ekonomi kreatif, hingga masyarakat yang terdampak COVID-19 dalam menunjang
kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Indonesia.
Direktur Manajemen Strategis Kemenparekraf/Bapareraf, Harwan Ekon Cahyo
Wirasto dalam sambutannya mengatakan Gerakan BISA yang diselenggarakan di Museum
Sangiran diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing pariwisata, khususnya pada
indikator Health and Hygiene serta Safety and Security di lingkungan Museum Sangiran,
Kabupaten Sragen.
“Gerakan BISA bertujuan untuk mendorong pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif
untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman
COVID-19. Serta mendukung destinasi pariwisata untuk mengantisipasi tatanan
kehidupan baru pascapandemi COVID-19 sesuai prinsip higiene dan sanitasi yang baik,”
ujar Harwan.
Dirinya juga menyampaikan sesuai instruksi Presiden terkait adanya peningkatan
kualitas industri pariwisata. Sehingga perlu melibatkan masyarakat sekitar atau padat

18
karya. Sangiran menjadi salah satu destinasi pariwisata yang ditetapkan sebagai kawasan
strategis pariwisata nasional. Di Jawa Tengah yang ditetapkan ada empat destinasi. Antara
lain Candi Borobudur, Kepulauan Karimunjawa, Pegunungan dieng dan Kawasan
Museum Sangiran.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan
Sangiran merupakan destinasi yang punya sisi edukasi dan sejarah. Dimasa pandemi
COVID-19 ini, dikatakan Agustina bahwa salah satu langkah untuk mengembalikan
pariwisata yang terdampak pandemi dengan mengembangkan potensi yang ada sekitar
obyek wisata.

C. Menerapkan Potongan Harga Untuk Penerbangan ke Daerah Tertentu


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama menyebutkan, beberapa tempat
wisata di Tanah Air sudah terasa dampak potensi kerugian akibat ketiadaan wisatawan
China. Namun, pemerintah berupaya untuk mendorong wisatawan domestik untuk berlibur
di dalam negeri dalam rangka menjaga industri pariwisatanya. "Jadi memang di beberapa
tempat sudah terasa dampaknya, tapi usaha meningkatkan wisatawan nusantara berlibur di
Indonesia adalah salah satu upaya kami menjaga industri pariwisata secara umum," kata
Wishnutama seusai rapat koordinasi tingkat menteri yang digelar di Kantor Staf Presiden,
Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Selain mendorong wisatawan domestik datang
ke lokasi-lokasi wisata Tanah Air, pihaknya juga akan meningkatkan tempat untuk
menggelar meeting, incentives, conference, and exhibitions (MICE) dengan siginfikan.
Pemerintah pun memberikan diskon khusus untuk penerbangan ke Bali, Sulawesi
Utara, dan Bintan bagi para wisatawan domestik. Kebijakan ini dibuat karena ketiga
destinasi tersebut mengalami penurunan wisatawan setelah wabah virus Corona membuat
pemerintah menutup masuk wisatawan asal China. "Pemerintah mengambil langkah dari
Kementerian Perhubungan, dengan memberikan diskon khusus untuk penerbangan
domestik destinasi ke Bali, Sulut dan Bintan," ujar Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko
saat rapat koordinasi tingkat menteri di Kantor Staf Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara,
Jakarta Pusat. Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perhubungan Adita Irawati
mengatakan, pihaknya sudah membicarakan terkait diskon khusus ini dengan banyak
maskapai. Namun berapa persen diskon yang akan diberikan, kata dia, akan dikembalikan
kepada kebijakan masing-masing maskapai. "Kementerian Perhubungan memberi
instruksi, aplikasinya nanti maskapai akan melakukan sendiri-sendiri," kata Adita.

19
Menurut Adita, pemberian diskon tersebut bertujuan agar pariwisata Indonesia tetap
berjalan walau ada penutupan penerbangan.

D. Membangun Brand Image Demi Mengembalikan Kepercayaan Bagi Para


Wisatawan
Brand image dalam pariwisata merupakan aspek yang penting dikarenakan adanya
citra yang baik selain akan memunculkan kesan positif juga akan meningkatkan keinginan
berkunjung dari para wisatawan. Brand image dilakukan oleh berbagai jenis usaha
pariwisata yang salah satunya melalui berbagai promosi seperti adanya potongan harga,
adanya peningkatan fasilitas yang dapat dinikmati wisatawan dan lain sebagainya. Dengan
berhentinya aktivitas pariwisata dan tidak adanya promosi pariwisata maka akan
menurunkan citra pariwisata di kalangan wisatawan, apabila hal ini terjadi maka
memberikan peluang menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung ke berbagai jenis
pariwisata setelah wabah COVID-19 berakhir. Kondisi tersebut pada akhirnya berakibat
kepada pemasaran jenis pariwisata yang telah dilakukan menjadi minim respons yang baik
dari para wisatawan.
Penurunan kepercayaan wisatawan akibat COVID-19 sebenarnya terjadi di seluruh
negara di dunia. Namun seiring penanganan COVID-19 oleh pemerintah, sentimen dari
sejumlah negara terhadap pasar Indonesia sudah mengalami pertumbuhan positif.
Sebelumnya, Indonesia berada di zona merah atau di bawah 0 persen. Data tersebut
didapatkan oleh Sprinklr Analytic (social listening tools) pada periode 9-16 Juni 2020
yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif ( Kemenparekraf) Nia Niscaya.
Demi meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan dan pariwisata nasional,
Kemenparekraf telah menyusun protokol Cleanliness, Health and Safety (CHS). Protokol
itu berupa video edukasi dan handbook yang ditujukan kepada para pelaku usaha
pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf). Kemenparekraf juga melakukan simulasi
penerapan protokol sekaligus mendokumentasikan sebagai bahan untuk soft campaign dan
panduan. Akan ada pula sosialiasi, pelatihan, dan publikasi kepada para pelaku dan
masyarakat domestik-internasional melalui berbagai kanal. Strategi tersebut akan
dijalankan Kemenparekraf dengan kampanye #DiIndonesiaAja dengan segmentasi pasar
keluarga, pasangan, wisatawan perorangan (FIT), dan pemerintah.

20
Sementara itu, Kemenparekraf menyiapkan strategi kampanye
#DreamNowTravelTomorrow sebagai branding protokol CHS untuk pasar wisatawan
mancanegara (wisman). Kampanye tersebut akan menghadirkan konten inspiratif
sekaligus menyampaikan pesan terkait protokol kesehatan kepada wisman. Kemenparekraf
akan tetap menjaga komunikasi dengan partner di destinasi wisata untuk tetap hadir dan
memberikan inspirasi di pasar. Duta Besar RI untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos
Pratito Soeharyo menambahkan, pihaknya juga telah memiliki rencana program family
trip untuk Key Opinion Leaders (KOL) dan jurnalis dari Laos. Asisten Deputi Bidang
Pariwisata Kemenko Maritim dan Investasi, Kosmas Harefa mengatakan bahwa pihaknya
memiliki 13 program dalam mendukung sektor pariwisata di masa normal baru atau
pascapandemi COVID-19. Adapun salah satu program tersebut, ungkap Kosmas, adalah
sinkronisasi anggaran belanja terkait pariwisata yang tersebar di berbagai kementerian dan
lembaga. “Kami juga mendorong anggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri seluruh
kementerian dan lembaga agar dialokasikan ke daerah yang bergantung pada sektor
pariwisata, termasuk kegiatan MICE,” jelasnya. Kosmas menambahkan, jumlah anggaran
tersebut tidaklah sedikit, sehingga diharapkan dapat menjadi kekuatan perekonomian di
destinasi wisata Indonesia.

E. Menyiapkan Dana Hibah Pariwisata


Berdasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) jumlah kunjungan
wisatawan di seluruh dunia menurun 44 persen selama pandemi jika dibandingkan tahun
lalu. Dalam sebuah diskusi online awal bulan lalu, Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrasturktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf), Hari Santosa Sungkari, memprediksi kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) ke Indonesia mentok di angka 4 juta orang. "Menurut perkiraan
kami situasi pariwisata yang kalau harusnya sebelum ada COVID-19 adalah18 juta itu
dulu, sekarang tahun ini sekitar 2,8-4 juta wisatawan, yang harusnya 18 juta," ujar Hari.
Bahkan Bali yang merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan domestik maupun
mancanegara, masih harus menutup pintu untuk wisman hingga akhir tahun sebagai upaya
menahan laju penyebaran virus corona di Tanah Air. Pulau Dewata pun mencatat kerugian
pariwisata Rp 9,7 triliun setiap bulan.
Anjloknya kunjungan ini berimbas kepada pemasukan pelaku-pelaku pariwisata di
daerah. Namun, terus meningkatnya kasus positif COVID-19 dinilai juga menjadi

21
tantangan dalam pemulihan sektor pariwisata Indonesia. Maka dai itu, demi membantu
mereka yang “menderita”, Kemenparekraf siapkan berbagai kebijakan, salah satunya lewat
dana hibah pariwisata. Pakar kreatif strategi pariwisata, Taufan Rahmadi, berpendapat
bahwa partisipasi masyarakat menjadi penting dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
yang ada. Hal ini agar kebijakan-kebijakan yang diberikan nantinya tepat sasaran. Deputi
Bidang Industri dan Investasi Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),
Fadjar Hutomo, menjelaskan bahwa dalam mendorong suatu destinasi wisata diperlukan
ekosistem pariwisata yang ramah.“Mendorong pembangunan industri pariwisata di
destinasi wisata tentunya melalui upaya menghadirkan ekosistem pariwisata - 3A
(Amenitas, Atraksi, Aksesibilitas) di destinasi wisata tersebut.“

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak dari wabah
COVID-19 yang ada di seluruh dunia. Kondisi ini pun memberikan kerugian baik
kepada pelaku usaha pariwisata, pekerja di bidang pariwisata dan masyarakat pada
umumnya, tak terkecuali museum-museum yang berada di Indonesia. Meskipun wabah
COVID-19 masih berlangsung, akan tetapi harus ada sesuatu yang dapat direncanakan
sedari awal mengenai proses penyusunan kebijakan pemulihan pariwisata agar nantinya
pariwisata di seluruh dunia khususnya, di Indonesia dapat kembali seperti sebelum
wabah COVID-19.
Perencanaan kebijakan pemulihan pariwisata yang direkomendasikan terdiri
dari optimalisasi peran kedua sektor utama pariwisata, yaitu pemerintah kota di berbagai
daerah sebagai pemilik hak untuk menyusun kebijakan dan para pelaku usaha sebagai
pihak penyelenggara kegiatan pariwisata. Kebijakan-kebijakan yang disusun pun
setidaknya harus memiliki dampak yang baik bagi pariwisata seperti penyusunan kembali
kebijakan pengembangan pariwisata sebagai dampak wabah COVID-19. Pemerintah kota

22
yang berada diberbagai daerah pun perlu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
para pelaku usaha pariwisata, pemerhati pariwisata dan akademisi dalam rangka
penyusunan instrumen kebijakan pemulihan pariwisata pasca COVID-19 yang
bersifat partisipatif, kolaboratif dan sinergis.

4.2 Saran
Upaya pemulihan pariwisata pasca wabah COVID-19 tidak hanya melalui
penyusunan indikator kebijakan semata, tetapi juga harus diimbangi dengan adanya
perbaikan secara internal dalam organisasi Pemerintah Kota guna memastikan bahwa
pemulihan pariwisata tidak hanya ditujukan secara eksternal bagi para pelaku usaha
pariwisata, tetapi juga meliputi upaya perbaikan secara internal.
Reorientasi kebijakan pengembangan pariwisata merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh Pemerintah. Reorientasi kebijakan pembangunan pariwisata ditujukan
untuk memetakan kembali program dan anggaran pariwisata serta potensi pariwisata
dalam lingkup pengembangan pariwisata pasca wabah COVID-19, sehingga berbagai
program yang akan dilaksanakan beserta anggaranya akan disesuaikan dengan kondisi
pada saat ini. Dalam upayanya lebih ndic dalam melakukan upaya reorientasi kebijakan
pengembangan pariwisata maka pembentukan tim internal yang secara khusus ditugaskan
untuk melakukan kajian menyeluruh baik dampak maupun potensi pariwisata di Indonesia
perlu untuk dilakukan.
Upaya pemulihan pariwisata pasca wabah COVID-19 tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah, tetapi para pelaku usaha sebagai pihak yang langsung mengelola
berbagai jenis usaha pariwisata memiliki peran yang penting. Kontribusi para pelaku
usaha dalam pemulihan pariwisata akan dapat menjadi ndicator keberlangsungan usaha
pariwisata pasca wabah COVID-19.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal:

1. Herdiana, Dian. 2020. Rekomendasi Kebijakan Pemulihan Pariwisata Pasca Wabah


Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Bandung. 7(1) Bandung: JUMPA
2. Achyarsyah, Mochamad, dkk. 2020. Strategi Peningkatan Kunjungan Museum Di Era
Covid19 Melalui Virtual Museum Nasional Indonesia. 9(1) Bandung: Journal IMAGE

Sumber Website:
1. Kajian Pustaka Pariwisata, Wisata, Edukasi, dan Jenis-jenis Wisata Edukasi [Internet]
[diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3824/Bab
%202.pdf?sequence=4
2. Kajian Pustaka Museum [Internet] [diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
http://etheses.uin-malang.ac.id/1414/4/04560011_Bab_2.pdf
3. Kemendikbud. 2020. Museum Virtual Jadi Pilihan di Masa Pandemi [Internet] [diunduh
2020 Nov 27]; Tersedia pada:

24
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/museum-virtual-jadi-pilihan-di-masa-
pandemi
4. Diskominfo. 2020. Gerakan Bisa Awali Museum Sangiran Masuki Masa Adaptasi Baru
[Internet] [diunduh 2020 Nov 25]; Tersedia pada: http://www.sragenkab.go.id/berita-
2131.html
5. Siedoo. 2020. Eksistensi Museum Sebagai Wisata Edukatif Masyarakat Dalam “New
Normal”[Internet] [diunduh 2020 Nov 25]; Tersedia pada: https://siedoo.com/berita-
30723-eksistensi-museum-sebagai-wisata-edukatif-masyarakat-dalam-new-normal/
6. DW. 2020. Bagaimana Sektor Pariwisata Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Corona
[Internet] [diunduh 2020 Nov 26]; Tersedia pada: https://www.dw.com/id/bagaimana-
pariwisata-indonesia-bertahan-di-tengah-pandemi/a-54818132
7. Nabilla Ramadhian. 2020. Pengaruh Pandemi Terhadap Museum di Dunia, Interaksi
Beralih ke Digital [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 25]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/07/09/201100827/pengaruh-pandemi-terhadap-
museum-di-dunia-interaksi-beralih-ke-digital?page=all
8. Nabilla Ramadhian. 2020. Bagaimana Teknologi Digital Bantu Museum pada Masa
Pandemi? [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 25]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/07/09/093100627/bagaimana-teknologi-digital-
bantu-museum-pada-masa-pandemi?page=all#page3
9. Aditya Mulyawan. 2020. Upaya Memulihkan Sektor Pariwisata Indonesia Pascapandemi
Covid-19 [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://travel.kompas.com/read/2020/06/28/161137527/upaya-memulihkan-sektor-
pariwisata-indonesia-pascapandemi-covid-19?page=all
10. Deti Mega Purnamasari. 2020. Strategi Pemerintah Tingkatkan Pariwisata yang
Terdampak Wabah Virus Corona [Internet] [diunduh pada 2020 Nov 26]; Tersedia pada:
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/07/07505111/strategi-pemerintah-tingkatkan-
pariwisata-yang-terdampak-wabah-virus-corona?page=all

25

Anda mungkin juga menyukai