SEJARAH MULTIKULTURALISME
GAGASAN DASAR DAN PEMIKIRAN MULTIKULTURALISME
Oleh:
DIAN ANIS NGATIKOH
NIM 210101162
Assalamu’alaikum,Wr.Wb
Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
3
A. Munculnya Pendidikan Multikultural..........................................................
3
B. Pendidikan Multikultural di Negara Luar....................................................
7
C. Pendidikan Multikultural di Indonesia .......................................................
8
D. Apa Gagasan Konsep Multikultural.............................................................
10
iii
A. Kesimpulan..................................................................................................
14
B. Saran.............................................................................................................
15
DAFTARPUSTAKA....................................................................................................
16
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Amrin, Tatang M. 2012. Implementasi Pendekatan Pendidikan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 1 (1). 1-16
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Pada tahun 1800-an Bahan etnografi tadi sudah di susun menjadi
karya sekaligus karangan bedasarkan cara berfikir evoluasi
masyarakat pada masa itu. Masyarakat dan kebudayaan pun secara
perlahan-lahan berevolusi dalam jangka waktu yang sangat lama.3
3
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1). 1-19
4
Ibid,hal.3
4
Perjuangan untuk mendapatkan hak pendidikannya dari kelompok yang
tersisihkan adalah usaha yang besar dalam melawan opresi penjajahan. Operasi
tersebut terjadi di negara demokrasi maupun totaliter yang mana di dalamnya
terdapat perbedaan perlakuan kepada kelompok masyarakat tertentu. Hal itu
disebabkan adanya perbedaan ideologi, ras, suku, etnik dan yang lainnya.
Contohnya peristiwa yang dulu terjadi di Afrika Selatan yang mengasingkan
antara kelompok berkulit putih dari kulit hitam dengan hak-hak istimewanya
diantaranya pendidikan sehingga kelompok tersebut pun selalu disepelekan.
Oleh karena itulah, Pendidikan Multikulturalisme berjalan bebarengan dan
selalu bergandengan dengan proses demokratisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat.5
Proses tersebut tersebut dijadikan pemantik untuk memperoleh pengakuan
hak asasi manusia, lalu tidak membedakan bedakannya baik atas, agama, gender
dan warna kulitnya. Semua manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kedudukan,
martabat dan posisi yang sama tanpa membandingkan dan mempertimbngkan itu
semua.
1. Pembangunan Kembali Sesudah Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia ke II, perubahan yang besarpun terjadi di dalam
tata kelola kehidupan antar bangsa.yang mendambakan akan
pembangunan kembali puing-puing sudah hancur berkeping-keping di
Eropa. Secara bersamaan dengan adanya pembangunan kembali di
Eropa itulah yang pada akhirnya menjadi tanda bahwa kolonialisme itu
telah tiada, maka lahirlah negara-negara baru, terkhusus yang paling
banyak di Afrika. Sedangkan penduduk eks koloni malah masuk ke
negara Perancis dan Inggris dan menjadi pegawai-pegawai perusahaan
yang dibutuhkan di sana. Migrasi penduduk inilah, dan khususnya
migrasi pekerja, seiring berjalannya waktu meminta perlakuan yang adil
lagi berimbang untuk generasi mudanya dan menuntut pendidikan yang
baik untuk mereka semua. Migrasi penduduk negara negara besar dunia
bisa lebih cepat dan mudah disebabkan oleh kemajuan teknologi, dan
transportasi udara, laut maupun darat.
5
Ibrahim, Ruslan. 2008. Pendidikan Multikultural : Upaya Meminimalisir Konflik dalam Era
Pluralitas Agama. El-tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam. 1 (1). 115-1
5
2. Lahirnya Paham Nasionalisme Kultural
Munculnya berbagai grup serta kelompok dari bangsa yang satu untuk
berpindah dan bermukim di negara-negara lain yang maju lagi pesat,
sehingga lama kelamaan mampu membentuk sesuatu kekuasaaan dan
kekuatan tersendiri untuk menuntut hak-haknya selaku “warga negara”
yang baru. Dari sinilah, kemudian lahir kelompok-kelompok sekaligus
etnis baru yang mana mereka memiliki kebudayaannya masing-masing,
sehingga bisa memberikan warna baru dalam kebudayaan tuan rumah
yang sebelumnya lebih banyak bersifat homogen.6
6
Ibid,hal.4
6
B. Pendidikan Multikultural di Negara-Negara Luar
Dari banyaknya gelombang perubahan tersebutlah hingga bisa melahirkan
pendidikan multikultural di berbagai negara dengan berbagai coraknya masing-
masing :
1. Seperti di Amerika Serikat, perkembangan pendidikan multikultural
yang bermula dari penghapusan satu generasi masyarakat dari warga
negara Amerika yang statusnya berasal dari Afrika (American Afrika)
sehingga ditolak dengan sangat keras oleh Gerakan Civil Rights yang
dipelopori oleh Dr. Martin Luther King. Gerakan Civil Rights ini
menjadi stimulus bagi lahirnya pendidikan multikultural lainnya selama
dekade 70-an hingga abad ke-20.
2. Gerakan demokratisasi pendidikan lainnya yang diimplementasikan
dalam pendidikan multicultural Amerika akhirnya juga berimbas di
negara sebelahnya yakni Kanada. pendidikan multikultural di negara
Kanada mempunyai postur dan wajah yang berbeda karena sejak awal
sebagian dari Kanada sudah mengenal budaya yang belainan, yaitu
budaya dari Prancis di negara bagian Quebec sehingga dengan hal
tersebut pendidikan disini lebih progresif ketimbang negara sebelah
sekaligus tetangganya.
3. Pendidikan multikultural di Negara Jerman dan Inggris muncul
disebabkan adanya migrasi penduduk yang berbondong-bondong akibat
pembangunan kembali Jerman setelah runtuhnya. Dari sinilah
kebutuhan terhadap paradigma baru akan lahirnya pendidikan
multicultural terhadap kelompok-kelompok etnis baru.
4. Lalu ada juga pendidikan multikultural di Australia yang memperoleh
momentum tepatnya dengan perubahan politik luar negri. Seperti
diketahui bahwa Australia merupakan suatu negara yang relatif sangat
tertutup bagi kelompok dan grup kulit berwarna lain. Pemerintah
Australia-lah yang menyebabkan migrasi dari kelompok-kelompok
suku dan etnis lain yang bukan hanya Eropa namun juga dari Asia
seperti China, Vietnam, India, dan juga dari Indonesia.7
7
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1). 1-19
7
C. Pendidikan Multikultural di Indonesia
8
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1).1-19
8
Salah satunya yang penting dan mesti ditinjau ialah kurikulum dari semua
tingkat dan jenis di sekolah, apakah sudah standar untuk mencapai sarana
pengembangan multikultural. Selain problem tersebut, yang mesti juga ditinjau
adalah tentang otonomisasi pendidikan yang diberikan secara khusus kepada
daerah agar pendidikan bisa menjadi tempat bagi perkembangan keberagaman
budaya Indonesia.9
Ketika itu pendidikan multikultural bagi negara Indonesia memang sesuatu
hal yang baru dimulai, dan masih belum memiliki pengalaman. Sementara itu
otonomi daerahnya juga baru disampaikan. Sehingga diperlukanlah persiapan dan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan suatu bentuk yang sesuai dan
pendekatan yang pas bagi pendidikan multikultural di Indonesia. Bentuk dan
sistem yang pas dan sesuai untuk Indonesia bukan hanya memerlukan pemikiran
intelektual akademik dan analisis budaya atas masyarakat Indonesia yang
beragam dan pluralis, tetapi juga diperlukan adanya kerja keras dan tahan banting
untuk melaksanakannya.10
Untuk mewujudkan hal penting tersebut, pendidikan multikultural di
Indonesia perlu memakai kombinasi dan kolaborasi model yang ada, sebagaimana
yang diajukan Gorski yang mencakup tiga hal yaitu :
1. Transformasi diri
Pada kegiatan ini, pendidikan multicultural mestinya dapat
mengarahkan peserta didik untuk mengubah pikiran dan mindset
mereka terhadap pandangan etnosentrisme yang begitu sempit menjadi
pandangan multikultralisme sebagai sebuah keniscayaan yang menjadi
anugerah dan kasih sayang dari Tuhan Yang Maha Esa
2. Transformasi sekolah dan proses belajar mengajar,
Pada kegiatan ini, pendidikan multicultural seharusnya menjadi
prioritas utama dalam membangun sekaligus mengokohkan
kebersamaan diantara berbagai macam perbedaan.
9
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta : DepDikNas
10
Ibid,h.7
9
Guru sebagai fasilitator dituntut untuk dapat mengarahkan lalu
mendidik peserta didik kedalam bentuk pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya hubungan dialogis yang harmonis dalam
mensikapi adanya perbedaan agama, budaya dan kultur.
3. Transformasi masyarakat.
Pada kegiatan ini, seharusnya mampu menciptakan tatanan Kelola
masyarakat yang mengutamakan sebuah interaksi yang lurus lagi
selaras dan seimbang dalam mensikapi adanya perbedaan. Masyarakat
haruslah ikut mencair dan melebur ke dalam sebuah masyarakat
kosmopolitan yang tidak terlalu memandang akan sikap antipati ketika
berinteraksi dengan kelompok lain, saling menghargai akan adanya
keanekaragaman dalam stuktur sosial masyarakat dan dominansi suatu
kelompok terhadap kelompok lainnya.11
11
Ibid,h.7
10
Mengutip komentar Parekh, Sani (2017) menulis bahwa perbedaan
interpretasi dan tren perkembangan konsep dan praktik multikulturalisme yang
diungkapkan oleh para ahli membuat seorang bernama Parekh membedakan lima
jenis multikulturalisme:
12
Agustianty, E., F. (2001). Multikulturalisme di Indonesia
11
Kelima, multikulturalisme kosmik berusaha untuk menghapuskan batas-
batas budaya sepenuhnya untuk menciptakan masyarakat di mana setiap
individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu, tetapi bebas untuk
berpartisipasi dalam pengalaman antarbudaya, sambil mengembangkan
kehidupan budaya mereka sendiri.13
12
Ketiga, feminisme dan postfeminis.Gerakan feminis yang semula mencari
kesejahteraan bagi perempuan dan laki-laki, kini berkembang menjadi
kemitraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan juga menuntut
untuk menjadi mitra paralel dalam tugas dan kinerja mereka di
masyarakat.
15
Ibid,h.10
16
Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta. Erlangga
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Gagasan konsep multikulturalisme memiliki tiga komponen. Jadi,
pertama- tama, konsep ini terkait dengan budaya. Kedua, konsep ini terkait
dengan pluralisme budaya. Dan ketiga, konsep tersebut mencakup cara khusus
untuk menghadapi keragaman ini. Oleh karena itu, multikulturalisme bukanlah
doktrin politik praktis, melainkan suatu cara pandang atau semacam idealisme
dalam kehidupan manusia.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16