Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH MULTIKULTURALISME
GAGASAN DASAR DAN PEMIKIRAN MULTIKULTURALISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural


Dosen Pengampu:
Ahmad Atho’ul Karim, M.Pd

Oleh:
DIAN ANIS NGATIKOH
NIM 210101162

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH


TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
MIFTAHUL’ ULUM MUKOMUKO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah,


rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen dengan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan
kepada junjungan kita nabiyullah Muhammad SAW. Yang membebaskan umat
manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang cerah.
Saya sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah ini,
karena dengan tugas ini dapat menambah wawasan kami. Adapun isi dari
makalah kami yang dikutip dari beberapa buku dan situs-situs internet yang
berhubugan dengan pembahasan materi makalah kami. Namun kami sangat
menyadari ,materi makalah kami memiliki banyak kekurangan sehingga kami
memerlukan kritik dan saran dari pembaca guna untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas dari makalah kami. Mudah-mudahan makalah kami
bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.

Penarik, 06 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
3
A. Munculnya Pendidikan Multikultural..........................................................
3
B. Pendidikan Multikultural di Negara Luar....................................................
7
C. Pendidikan Multikultural di Indonesia .......................................................
8
D. Apa Gagasan Konsep Multikultural.............................................................
10

BAB III PENUTUP......................................................................................................


14

iii
A. Kesimpulan..................................................................................................
14
B. Saran.............................................................................................................
15

DAFTARPUSTAKA....................................................................................................
16

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang sangat


menghargai adanya keberagaman dan perbedaan. Pendidikan ini selalu
menciptakan proses yang tersetruktur dimana tiap-tiap kebudayaan bisa
mengeluarkan ekspresinya. Namun untuk mendesain hal ini secara praktik, itu
tidaklah mudah. Setidaknya kita berusaha mencoba mengambil ijtihad untuk
memolakan sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip didalamnya. Gagasan
pemolaan sekaligus pengembangan pendidikan multikultural ini sendiri
sebenarnya sudah ada sejak dahulu di kawasan Eropa, Amerika dan Negara-
negara maju lainnya. Seiring berjalannya waktu, pendidikan ini menjadi sebuah
studi tersendiri dan khusus tentang keberagaman yang pada mulanya bertujuan
supaya populasi mayoritas dapat bersikap toleran dan tenggang rasa terhadap para
imigran baru. Pengalaman pendidikan multikultural dari eropa tersebut akhirnya
juga sampai di Indonesia yang saat itu masih bernuansa kerajaan-kerajaan, bahkan
berlangsung hingga saat ini. 1

1
Amrin, Tatang M. 2012. Implementasi Pendekatan Pendidikan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 1 (1). 1-16

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pendidikan Multikultural?


2. Bagaimana Pendidikan Multikultural di Negara Luar?
3. Bagaimana Pendidikan Multikultural di Negara Indonesia?
4. Bagaimana Pemikiran Dasar dan Gagasan Kosep Multikulturalisme ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar


pembaca maupun pembuat makalah ini dapat memahami arti dan maksud dari
sejarah multikultural, gagasan dasar dan pemikiran multikulturalisme, pembaca
diharapkan dapat memahami fungsi dari seorang pemimpin, fungsi dari
Pendidikan serta jika dalam penugasan kita semua bisa bekerja sama dengan
pimpinan secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan yang diharapkan bersama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Munculnya Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah tema yang sangat baru dalam dunia


pendidikan. Sebelum peristiwa Perang Dunia ke II, bisa dikatakan pendidikan
tersebut belum banyak diketahui orang. Bahkan pendidikan ini digunakan sebagai
alat politik untuk memberlangsungkan kekuasaan yang tengah memonopoli
sistem pendidikan untuk kelompok tertentu karena selalu menyangkut HAM,
kemerdekaan dari penjajahan, diskriminasi rasial dan lain-lain. Jadi bisa dikatakan
pendidikan multikultural ialah gejala yang sangat baru dalam pergaulan umat
manusia ketika meraka mendambakan persamaan hak, salah satunya adalah hak
untuk memperoleh pendidikan yang sama bagi semua orang. 2
Menurut koentjaraningrat, pendidikan multicultural merupakan sebuah
ilmu pengetahuan sehingga mengalami metamorfosa tahapan yang berkembang
dan terdiri dari empat fase, yaitu :

1. Sebelum tahun 1800-an yakni Sekitar abad ke 15-16, banyak sekali


bangsa eropa yang mulai berlomba untuk menjelajahi luasnya dunia.
Mulai dari benua australi, asia, amerika, hingga afrika. Dalam
perjalananya yang jauh tersebut, mereka banyak mendapati dan
menemukan hal-hal yang baru. Mereka juga banyak sekali menjumpai
para suku yang begitu asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan,
penjelajahan dan penemuan mereka di catat sekaligus ditulis ke dalam
buku harian ataupun jurnal kehidupan. Merekapun mencatat ciri-ciri
kebudayaan, fisik, bahasa, dan susunan masyarakat dari suku tersebut
yang biasa disebut dengan bahan etnopografi karena Pada abad ke 19
ketertarikan bangsa eropa dengan etnografi sangat banyak dan
meningkat.
2
Ibid,h.1

3
2. Pada tahun 1800-an Bahan etnografi tadi sudah di susun menjadi
karya sekaligus karangan bedasarkan cara berfikir evoluasi
masyarakat pada masa itu. Masyarakat dan kebudayaan pun secara
perlahan-lahan berevolusi dalam jangka waktu yang sangat lama.3

3. Di awal abad ke 20 Eropa mulai berkembang dengan membangun


kerja sama koloni di amerika, afrika dan asia. Dalam rangka hal
tersebut eropa jadi mau mempelajari bahanbahan etnografi yang berisi
tentang kebiasaan, kebudayaan dari sukubangsa lainya demi
kepentingan pemerintah kolonial.

4. Setelah tahun 1930-an, Ilmu Multikulturalpun jadi berkembang sangat


cepat, sehingga membuat seolah-olah suku bangsa asli hilang dari
penerapan budaya bumi eropa.4 Sementara itu, H.A.R. Tilaar
menyebutkan setidaknya ada beberapa elemen kekuasaan di dunia ini
yang telah melahirkan pendidikan Multikultural, diantaranya :

1. Proses Demokratisasi dalam Masyarakat


Sekalipun paham demokrasi sudah seumuran dengan kehidupan
manusia di dunia ini, tapi implementasinya masih suka terhambat,
dan juga tidak merata ke dalam kehidupan manusia. Kehidupan
manusia di dalamnya itu terdapat kelompok yang menganggap
dirinya memiliki hak lebih istimewa termasuk hak untuk
mendapatkan pendidikan berbeda yang tidak bisa di nikmati
kelompok lainnya. Sehingga dengan demikian akan ada kelompok
dalam masyarakat yang tersisihkan dalam pendidikannya.

3
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1). 1-19
4
Ibid,hal.3

4
Perjuangan untuk mendapatkan hak pendidikannya dari kelompok yang
tersisihkan adalah usaha yang besar dalam melawan opresi penjajahan. Operasi
tersebut terjadi di negara demokrasi maupun totaliter yang mana di dalamnya
terdapat perbedaan perlakuan kepada kelompok masyarakat tertentu. Hal itu
disebabkan adanya perbedaan ideologi, ras, suku, etnik dan yang lainnya.
Contohnya peristiwa yang dulu terjadi di Afrika Selatan yang mengasingkan
antara kelompok berkulit putih dari kulit hitam dengan hak-hak istimewanya
diantaranya pendidikan sehingga kelompok tersebut pun selalu disepelekan.
Oleh karena itulah, Pendidikan Multikulturalisme berjalan bebarengan dan
selalu bergandengan dengan proses demokratisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat.5
Proses tersebut tersebut dijadikan pemantik untuk memperoleh pengakuan
hak asasi manusia, lalu tidak membedakan bedakannya baik atas, agama, gender
dan warna kulitnya. Semua manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kedudukan,
martabat dan posisi yang sama tanpa membandingkan dan mempertimbngkan itu
semua.
1. Pembangunan Kembali Sesudah Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia ke II, perubahan yang besarpun terjadi di dalam
tata kelola kehidupan antar bangsa.yang mendambakan akan
pembangunan kembali puing-puing sudah hancur berkeping-keping di
Eropa. Secara bersamaan dengan adanya pembangunan kembali di
Eropa itulah yang pada akhirnya menjadi tanda bahwa kolonialisme itu
telah tiada, maka lahirlah negara-negara baru, terkhusus yang paling
banyak di Afrika. Sedangkan penduduk eks koloni malah masuk ke
negara Perancis dan Inggris dan menjadi pegawai-pegawai perusahaan
yang dibutuhkan di sana. Migrasi penduduk inilah, dan khususnya
migrasi pekerja, seiring berjalannya waktu meminta perlakuan yang adil
lagi berimbang untuk generasi mudanya dan menuntut pendidikan yang
baik untuk mereka semua. Migrasi penduduk negara negara besar dunia
bisa lebih cepat dan mudah disebabkan oleh kemajuan teknologi, dan
transportasi udara, laut maupun darat.
5
Ibrahim, Ruslan. 2008. Pendidikan Multikultural : Upaya Meminimalisir Konflik dalam Era
Pluralitas Agama. El-tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam. 1 (1). 115-1

5
2. Lahirnya Paham Nasionalisme Kultural
Munculnya berbagai grup serta kelompok dari bangsa yang satu untuk
berpindah dan bermukim di negara-negara lain yang maju lagi pesat,
sehingga lama kelamaan mampu membentuk sesuatu kekuasaaan dan
kekuatan tersendiri untuk menuntut hak-haknya selaku “warga negara”
yang baru. Dari sinilah, kemudian lahir kelompok-kelompok sekaligus
etnis baru yang mana mereka memiliki kebudayaannya masing-masing,
sehingga bisa memberikan warna baru dalam kebudayaan tuan rumah
yang sebelumnya lebih banyak bersifat homogen.6

6
Ibid,hal.4

6
B. Pendidikan Multikultural di Negara-Negara Luar
Dari banyaknya gelombang perubahan tersebutlah hingga bisa melahirkan
pendidikan multikultural di berbagai negara dengan berbagai coraknya masing-
masing :
1. Seperti di Amerika Serikat, perkembangan pendidikan multikultural
yang bermula dari penghapusan satu generasi masyarakat dari warga
negara Amerika yang statusnya berasal dari Afrika (American Afrika)
sehingga ditolak dengan sangat keras oleh Gerakan Civil Rights yang
dipelopori oleh Dr. Martin Luther King. Gerakan Civil Rights ini
menjadi stimulus bagi lahirnya pendidikan multikultural lainnya selama
dekade 70-an hingga abad ke-20.
2. Gerakan demokratisasi pendidikan lainnya yang diimplementasikan
dalam pendidikan multicultural Amerika akhirnya juga berimbas di
negara sebelahnya yakni Kanada. pendidikan multikultural di negara
Kanada mempunyai postur dan wajah yang berbeda karena sejak awal
sebagian dari Kanada sudah mengenal budaya yang belainan, yaitu
budaya dari Prancis di negara bagian Quebec sehingga dengan hal
tersebut pendidikan disini lebih progresif ketimbang negara sebelah
sekaligus tetangganya.
3. Pendidikan multikultural di Negara Jerman dan Inggris muncul
disebabkan adanya migrasi penduduk yang berbondong-bondong akibat
pembangunan kembali Jerman setelah runtuhnya. Dari sinilah
kebutuhan terhadap paradigma baru akan lahirnya pendidikan
multicultural terhadap kelompok-kelompok etnis baru.
4. Lalu ada juga pendidikan multikultural di Australia yang memperoleh
momentum tepatnya dengan perubahan politik luar negri. Seperti
diketahui bahwa Australia merupakan suatu negara yang relatif sangat
tertutup bagi kelompok dan grup kulit berwarna lain. Pemerintah
Australia-lah yang menyebabkan migrasi dari kelompok-kelompok
suku dan etnis lain yang bukan hanya Eropa namun juga dari Asia
seperti China, Vietnam, India, dan juga dari Indonesia.7
7
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1). 1-19

7
C. Pendidikan Multikultural di Indonesia

Implementasi pendidikan multikultural di negara luar sebagaimana yang


tersebut diatas sangat bertentangan dengan budaya homogen, tetapi di Indonesia
pendidikan multikultural bisa diterapkan dalam perspektif luas bangsa Indonesia
yang pluralitas. Pandangan multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia sendiri
dalam praktik berbangsa dan bernegara belum dijalankan secara maksimal.
Lambang Bhinheka Tunggal Ika, yang mempunyai makna keanekaragamaan
dalam persatuan yang nyata ternyata hanya ditekankan pada kesatuan nya saja dan
mengabaikan adanya keaneka ragaman budaya dan masyarakat yang ada. Pada
masa Orde Baru terlihat bagaiman hubungan masyarakat terhadap praktek hidup
kenegaraan tersebut. Hasilnya masyarakat berkeinginan menampilkan
identitasnya sebagai masyarakat berbhineka yang selama Orde Baru telah dipaksa
dan ditindas dengan berbagai cara hanya untuk menggerogoti persatuan bangsa.
Disamping itu praktik pendidikan sejak kemerdekaan sampai era Orde
Baru sudah menyepelekan dan mengabaikan kekayaan kebhinhekaan budaya
Indonesia yang hakekatnya merupakan kekuatan dan tenaga dalam suatu
kehidupan demokrasi.8
Ketika presiden Suharto jatuh dari kekuasaannya, lalu diiringi dengan
masa yang disebut era Reformasi, Indonesia telah mengalami krisis, moneter,
ekonomi, politik, agama, disintregasi yang mengakibatkan terjadinya krisis
kultural sangat dalam pada kehidupan bangsa dan negara. Pada era inilah
pendidikan digunakan sebagai alat politik untuk memberlangsungkan kekuasaan
yang memonopoli sistem pendidikan untuk kelompok tertentu. Namun saat itu
pendidikan multikultural dirasa masih belum terlalu penting walaupun realitas
agama dan kultur yang sangat bermacam-macam. Era reformasi berhembus
sehingga angin demokrasipun mampu menghidupkan Kembali semangat wacana
pendidikan multikultural sebagai tenaga dan kekuatan dari bangsa Indonesia.
Dalam era ini, pastinya banyak sekali hal yang harus ditinjau kembali.

8
Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia. Ijtimaiyah. 2
(1).1-19

8
Salah satunya yang penting dan mesti ditinjau ialah kurikulum dari semua
tingkat dan jenis di sekolah, apakah sudah standar untuk mencapai sarana
pengembangan multikultural. Selain problem tersebut, yang mesti juga ditinjau
adalah tentang otonomisasi pendidikan yang diberikan secara khusus kepada
daerah agar pendidikan bisa menjadi tempat bagi perkembangan keberagaman
budaya Indonesia.9
Ketika itu pendidikan multikultural bagi negara Indonesia memang sesuatu
hal yang baru dimulai, dan masih belum memiliki pengalaman. Sementara itu
otonomi daerahnya juga baru disampaikan. Sehingga diperlukanlah persiapan dan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan suatu bentuk yang sesuai dan
pendekatan yang pas bagi pendidikan multikultural di Indonesia. Bentuk dan
sistem yang pas dan sesuai untuk Indonesia bukan hanya memerlukan pemikiran
intelektual akademik dan analisis budaya atas masyarakat Indonesia yang
beragam dan pluralis, tetapi juga diperlukan adanya kerja keras dan tahan banting
untuk melaksanakannya.10
Untuk mewujudkan hal penting tersebut, pendidikan multikultural di
Indonesia perlu memakai kombinasi dan kolaborasi model yang ada, sebagaimana
yang diajukan Gorski yang mencakup tiga hal yaitu :
1. Transformasi diri
Pada kegiatan ini, pendidikan multicultural mestinya dapat
mengarahkan peserta didik untuk mengubah pikiran dan mindset
mereka terhadap pandangan etnosentrisme yang begitu sempit menjadi
pandangan multikultralisme sebagai sebuah keniscayaan yang menjadi
anugerah dan kasih sayang dari Tuhan Yang Maha Esa
2. Transformasi sekolah dan proses belajar mengajar,
Pada kegiatan ini, pendidikan multicultural seharusnya menjadi
prioritas utama dalam membangun sekaligus mengokohkan
kebersamaan diantara berbagai macam perbedaan.

9
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta : DepDikNas
10
Ibid,h.7

9
Guru sebagai fasilitator dituntut untuk dapat mengarahkan lalu
mendidik peserta didik kedalam bentuk pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya hubungan dialogis yang harmonis dalam
mensikapi adanya perbedaan agama, budaya dan kultur.
3. Transformasi masyarakat.
Pada kegiatan ini, seharusnya mampu menciptakan tatanan Kelola
masyarakat yang mengutamakan sebuah interaksi yang lurus lagi
selaras dan seimbang dalam mensikapi adanya perbedaan. Masyarakat
haruslah ikut mencair dan melebur ke dalam sebuah masyarakat
kosmopolitan yang tidak terlalu memandang akan sikap antipati ketika
berinteraksi dengan kelompok lain, saling menghargai akan adanya
keanekaragaman dalam stuktur sosial masyarakat dan dominansi suatu
kelompok terhadap kelompok lainnya.11

D. Gagasan Dasar dan Pemikiran Multikulturalisme

Gagasan konsep multikulturalisme memiliki tiga komponen. Pertama


terkait dengan budaya; Kedua, konsep ini terkait dengan pluralisme budaya; Dan
ketiga, konsep tersebut mencakup cara khusus untuk menghadapi keragaman ini.
Oleh karena itu, multikulturalisme bukanlah doktrin politik praktis, melainkan
suatu cara pandang atau semacam idealisme dalam kehidupan manusia.
Multikulturalisme mulai menjadi kebijakan resmi di negaranegara
berbahasa Inggris, dimulai dengan Afrika pada tahun 1999 dan diadopsi oleh
sebagian besar Negara Eropa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, beberapa
negara Eropa, terutama Inggris dan Prancis, mulai mereorientasi kebijakan
mereka ke arah multikulturalisme. Perubahan kebijakan ini juga mulai
diperdebatkan di Inggris dan Jerman, di antara negara-negara lain.

11
Ibid,h.7

10
Mengutip komentar Parekh, Sani (2017) menulis bahwa perbedaan
interpretasi dan tren perkembangan konsep dan praktik multikulturalisme yang
diungkapkan oleh para ahli membuat seorang bernama Parekh membedakan lima
jenis multikulturalisme:

Pertama, multikulturalisme isolasi mengacu pada kehidupan masyarakat


budaya yang berbeda hidup secara mandiri dan mengurangi berinteraksi
satu sama lain.

Kedua, multikulturalisme kompatibel adalah masyarakat dengan budaya


dominan yang melakukan penyesuaian dan adaptasi tertentu dengan
kebutuhan budaya kelompok minoritas.

Ketiga, multikulturalisme otonom, masyarakat pluralistik dimana


kelompok budaya utama berusaha mencapai kesetaraan dengan budaya
dominan dan menginginkan kehidupan yang mandiri dalam kerangka
politik yang diterima dan dibagikan. Perhatian utama dari budaya-budaya
ini adalah untuk melindungi cara hidup mereka, yang memiliki hak yang
sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan
dan berusaha menciptakan masyarakat dimana semua kelompok dapat
hidup sebagai mitra yang setara.12

Keempat, multikulturalisme interaktif atau kritis, yaitu masyarakat


pluralistik di mana kelompok budaya tidak terlalu mementingkan
kehidupan budaya yang otonom; melainkan untuk membentuk kreasi
kolektif yang mencerminkan dan menegaskan sudut pandang mereka yang
berbeda.

12
Agustianty, E., F. (2001). Multikulturalisme di Indonesia

11
Kelima, multikulturalisme kosmik berusaha untuk menghapuskan batas-
batas budaya sepenuhnya untuk menciptakan masyarakat di mana setiap
individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu, tetapi bebas untuk
berpartisipasi dalam pengalaman antarbudaya, sambil mengembangkan
kehidupan budaya mereka sendiri.13

Dalam realitas sosial, strategi antarbudaya juga membutuhkan citra positif


tetapi tidak menyediakan kondisi untuk asimilasi. Namun, kelompok etnis akan
memiliki status yang sama dan akan memiliki hak untuk melestarikan warisan
budaya mereka. Cris Barker menjelaskan bahwa multikulturalisme adalah tentang
"Merayakan Perbedaan".Cris Barker (2006) memperkenalkan berbagai macam
gagasan baru dalam tingkat perkembangan pemahaman multikultural yaitu:

Pertama, pengaruh studi budaya. Cultural Studies mengkritisi isu-isu


esensial budaya modern, seperti identitas kelompok, distribusi kekuasaan
dalam masyarakat yang diskriminatif, peran kelompok masyarakat yang
terpinggirkan, feminisme, dan isuisu kontemporer seperti toleransi antar
kelompok dan agama.

Kedua, postkolonialisme. Pemikiran postkolonial melihat kembali


hubungan antara bekas penjajah dan koloninya. Hal ini biasanya
meninggalkan banyak stigma yang mempermalukan orang-orang terjajah.
Pandangan pascakolonial termasuk menemukan kembali nilainilai pribumi
dalam budaya seseorang dan berusaha menumbuhkan kembali kebanggaan
terhadap budaya asing.

Kedua, globalisasi. Globalisasi telah menciptakan budaya global yang


menggerogoti potensi budaya asli. Revitalisasi budaya lokal merupakan
salah satu upaya untuk melawan globalisasi yang mengarah pada
monokultur. 14
13
Ibid,h.9
14
Ahida, R. (2008). Keadilan Multikultural. Jakarta. Ciputat Press

12
Ketiga, feminisme dan postfeminis.Gerakan feminis yang semula mencari
kesejahteraan bagi perempuan dan laki-laki, kini berkembang menjadi
kemitraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan juga menuntut
untuk menjadi mitra paralel dalam tugas dan kinerja mereka di
masyarakat.

Keempat, teori ekonomi politik Neo-Marxis. Teori ini berfokus terutama


pada struktur kekuasaan masyarakat yang didominasi oleh kelompok-
kelompok kuat. Teori Neo-Marxis Antonio Gramsci mengklaim hegemoni
yang dapat dijalankan tanpa revolusi oleh intelektual organik yang dapat
mengubah masyarakat.

Kelima, post-strukturalisme. Pandangan ini berpendapat perlunya


membangun kembali dan membangun kembali masyarakat yang telah
membentuk struktur penggunaan bebas, yang pada prinsipnya hanya
membantu mempertahankan struktur kekuasaan yang ada.15

Secara filosofis multikulturalisme pada hakikatnya adalah sebuah visi


yang mengupayakan penghormatan terhadap kebenaran hidup yang beragam dan
pluralistik dan sekaligus agama, ras, etnis dan udaya. Meskipun bentuk
multikulturalisme yang sebenarnya masih belum jelas ini adalah pemberdayaan
yang setara dari semua kelompok budaya di ruang publik dan privat. Kesamaan
ini mencakup kesempatan yang sama di bidang sosial ekonomi dan politik bagi
semua kelompok budaya untuk berkembang secara merata.16

15
Ibid,h.10
16
Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta. Erlangga

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan multicultural adalah tema yang sangat baru dalam dunia


pendidikan. Sebelum peristiwa Perang Dunia ke II, bisa dikatakan pendidikan
tersebut belum banyak diketahui orang. Menurut Koentjaraningrat, ada empat
tahapan yang membuatnya menjadi ilmu pengetahuan, yaitu
1. Sekitar abad ke 15-16, bangsa Eropa melakukan perjalanan dan
menemukan berbagai macam suku dan kebudayaan lain sehinggan
menuliskannya pada catatan untuk bahan.
2. Pada tahun 1800-an Bahan Setnografi sudah jadi karya tapi masih butuh
waktu untuk mempelajarinya
3. Di awal abad ke-20 Eropa terpaksa belajar demi pemerintahan koloni
4. Setelah tahun 1930-an, Jadi berkembang sangat cepat dan melebur
Sementara itu, H.A.R. Tilaar menyebutkan munculnya pendidikan
tersebut karena tiga proses yaitu: Proses Demokratisasi dalam
Masyarakat, Pembangunan Kembali Sesudah Perang Dunia II, dan
Lahirnya Paham Nasionalisme Kultural. Proses-proses tadi berkaitan
dengan interestpolitik, ekonomi, sosial dan intelektual. Bahkan selain
itu juga menyangkut HAM, merdeka dari kebebasan, dan kepentingan
lain-nya.

Multikulturalisme mengakui bahwa suatu negara atau masyarakat adalah


beragam dan plural, bahwa keragaman ini diterima. Kohesi komunitas ditandai
dengan kombinasi berbagai bentuk perbedaan sehingga kita dapat hidup bersama.
Koeksistensi yang terencana diharapkan dapat mengatasi dampak dari fenomena
sosial seperti konflik yang masih terjadi di masyarakat.

14
Gagasan konsep multikulturalisme memiliki tiga komponen. Jadi,
pertama- tama, konsep ini terkait dengan budaya. Kedua, konsep ini terkait
dengan pluralisme budaya. Dan ketiga, konsep tersebut mencakup cara khusus
untuk menghadapi keragaman ini. Oleh karena itu, multikulturalisme bukanlah
doktrin politik praktis, melainkan suatu cara pandang atau semacam idealisme
dalam kehidupan manusia.

B. Saran

Saya sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam


menyusun makalah ini.diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
bagi orang yang membacanya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki penyusunan makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amrin, Tatang M. 2012. Implementasi Pendekatan Pendidikan Kontekstual


berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi.
1 (1). 1-16

Ibrahim, Ruslan. 2008. Pendidikan Multikultural : Upaya Meminimalisir Konflik


dalam Era Pluralitas Agama. El-tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam. 1 (1). 115-127

Khairuddin, Ahmad. 2018. Epistemologi Pendidikan Multikultural Di Indonesia.


Ijtimaiyah. 2 (1). 1-19

Nurcahyono, Okta Hadi. 2018. Pendidikan Multikultural Di Indonesia: Analisis


Sinkronis Dan Diakronis. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan
AntropologiVol. 2 (1). 105-115

Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta : DepDikNas Agustianty, E., F.


(2001). Multikulturalisme di Indonesia Ahida, R. (2008). Keadilan Multikultural.
Jakarta. Ciputat Press

Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta


Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai