Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata pelajaran Bahasa Indonesia

Guru Mata Pelajaran:


Agus Surur, S.Pd.

Disusun oleh:

AYU NAZARINA – XI MIPA 1

SYAFIQATUL UMMAH – XI MIPA 1

MA MAMBAUL FALAH

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan oleh kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat-Nya dan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad Saw, Nabi sebagai rahmatan lil alamin di alam semesta,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “Pendidikan Multikultural” disusun untuk memenuhi tugas mata
pelajaran bahasa indonesia yang dibina oleh bapak Agus Surur, S.Pd.

Makalah ini berisikan tentang pendidikan multikultural. Meski telah


disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran sekiranya di dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari adanya makalah ini.

Bawean, 11 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................ Error! Bookmark not defined.

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Karakteristik Pendidikan Multikultural Di Berbagai Negara....................... 3

B. Karakteristik Indonesia Sebagai Masyarakat Multikultural ......................... 7

C. Wawasan Multikultural Di Lokal, Nasional, Maupun Universal ................ 9

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia
agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan
manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain,
alam dan lingkungan budayanya . Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari
budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu
mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai
tantangan sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi
dan memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan
bersikap toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain
pendidikan yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi
dalam pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat
dan toleran terhadap budaya lain.
Pertautan antara Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas
realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh
potensi yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekwensi
keragaman budaya, etnis, suku dan aliran atau agama. Pluralitas budaya,
sebagaimana terdapat di Indonesia, menempatkan pendidikan Multikultural
menjadi sangat urgen. Keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan
historis dan sosial yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Keunikan budaya
yang beragam tersebut memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan
karakter pribadi masing– masing sebagai sebuah tradisi yang hidup dalam
masyarakat dan daerah. Tradisi yang terbentuk akan berlainan dari satu suku/
daerah dengan suku/daerah yang lain. Pergumulan antar budaya memberikan
peluang konflik manakala tidak terjadi saling memahami dan menghormati satu
sama lain. Proses untuk meminimalisir konflik inilah memerlukan upaya
pendidikan yang berwawasan Multikultural dalam rangka pemberdayaan
1
masyarakat yang majemuk dan heterogen agar saling memahami dan
menghormati serta membentuk karakter yang terbuka terhadap perbedaan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan
multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang multikultural. Pengertian
pendidikan multikultural menunjukkan adanya keragaman dalam pengertian
istilah tersebut. Melalui makalah ini, akan dijabarkan mengenai karakteristik
problematika pendidikan multikultural, konsep pendidikan multikultural beserta
implementasi yang dapat diterapkan di Indonesia sebagai upaya untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai multikulturalisme.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat di rumuskan
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pendidikan multikultural di berbagai negara?
2. Apa saja karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur?
3. Bagaimana wawasan multikultural di lokal, nasional, maupun universal?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pendidikan multikultural di berbagai negara.
2. Untuk mengetahui karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur.
3. Untuk mengetahui wawasan multikultural di lokal, nasional, maupun
universal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pendidikan Multikultural Di Berbagai Negara


1. Pendidikan multikultural di Amerika Serikat
Pendidikan di AS mulanya dibatasi pada imigran berkulit putih, sejak
didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya
Universitas Harvard di Cambrige, Boston tahun 1636. Tahun 1934
dikeluarkannya undang-undang Indian Reservation Act di daerah reservasi suk
Indian. Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah populasi manusia yang
anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya berdasarkan
keturunan Smith (Dalam Sutarno, 2000). Berikut ini karakteristik pendidikan
multikultural adalah sebagai berikut.
a. White Anglo Saxon Protestan (WASP)
Pendidikan di Amerika Serikat didominasi oleh budaya WASP artinya
dikhususkan untuk kelompok kulit putih (White) yang kebanyakan berasal dari
Inggris, dan beragama protestan. WASP adalah tradisi tentang siapa yang harus
jadi penguasa di Amerika Serikat. Tradisi ini dikenalkan dan dipertahankan oleh
orang Inggris yang merasa superior karena merekalah yang membangun Amerika
Serikat dengan pengetahuan dan keterampilan mereka (Sutarno:2000).
b. Orang Amerika keturunan penduduk asli Amerika (Native Americans)
Native Americans adalah penduduk asli Amerika yang kini populasinya
diperkirakan setengah juta orang. Bangsa ini disebut penduduk asli karena telah
ada di benua Amerika sebelum terjadi gelombang dari kelompok etnis dari Eropa,
Afrika maupun Asia selama lima ratus tahun. Sejarah mencatat bahwa seluruh
migran tidak memperlakukan mereka dengan adil secara fisik. Tahun 1924 terjadi
hubungan antara white dan black America dengan Native Americans
(Sutarno:2000).
c. Orang Amerika keturunan Afrika (Africa Americans)
Orang Afrika Amerika merupakan kelompok etnis dari benua Afrika
yang pertama yang dijadikan budak oleh orang Spanyol dalam eksplorasi dunia
baru. Amerika sejak 1619 samapai dengan abad 18 kedatangan orang kulit hitam

3
ini jumlahnya semakin membesar hal ini mendorong pemerintah untuk mengakui
kehadiran mereka sebagai budak di dalam The Thirteentfi Amandiment to the
Contitution, yang mengatur perbudakan secara hukum di tahun 1865
(Sutarno:2000).
d. Orang Amerika keturunan Asia
Kelompok ini adalah sekitar 4 persen dari penduduk Amerika Serikat
dengan mayoritas berasal dari Cina dan Jepang. Disamping imigran dari Filipina,
Korea, disusul orang Vietnam yang msuk ke Amerika Serikat beberapa tahun
terakhir ini. Tiga kelompok terakhir ini sebagai Recent Asian Immigrants. Orang
Amerika (Chinese Americans) merupakan bagian dari Asian Americans yang
tercatat memasuki Amerika Serikat ketika terjadi depresi ekonomi dunia tahun
1860-an (Sutarno:2000).
e. Orang Amerika berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)
Secara etimologi Hispanis atau Hispano berasal dari bahasa latin
hispanus, yang merupakan kata sifat dari Hispanila, nama yang diberikan oleh
orang rowawi selama periode republic rowawi pada seluruh Iberian Peninsula.
Untuk jaman modern Iberian Peninsula mencangkup Spanyol dan Portugal, orang-
orang dan budayanya, sedangkan Portugal dan orang-orangnya (meliputi Brazil
dan orang Brazil yang berbahasa Portugis) secara umum disebut Luso atau
Lusitania. Dalam bahasa Spanyol kata “Hispano” juga digunakan sebagai elemen
pertama yang menunjuk pada Inggris dan bahasa Inggris. Jadi Spanyol dan
Amerika adalah Hispano-Amerika (Sutarno:2000).
f. White Ethnic Americans
White Ethnic Americans merupakan kelompok orang amerika berkulit
putih yang menyatakan dirinya “tidak terikat” dengan WASP. Jadi mereka
digolongkan dalam kelompok etnik non-WASP. Mereka yang termasuk golongan
ini adalah orang Jerman, Irlandia, Italia dan Polandia. Memang pernah terjadi di
Amerika Serikat untuk membatasi kuota imigran yang berasal dari empat negara
ini antara 1921 dan 1968 namun tidak berhasil (Sutarno:2000).
2. Pendidikan mulikultural di Inggris
Pendidikan multikultural di Inggris terkait dengan perkembangan
revolusi industri pada tahun 1650-an. Pada awalnya Inggris terkanal sebagai

4
masyarakat yang monokultur dan baru sesudah perang dunia II menjadi
multikultural ketika kedatangan tenaga kerja untuk membangun perbaikan taraf
kehidupan kelompok kulit putih berwarna ini, ternyata didalam ”Sekalipun
demikian kaum wanita tidak diizinkan memberikan suara, dan sebagian besar
mempunyai akses terbatas pada pendidikan” (Sutarno:2000).
Pada tahun 1968 didirikannya Select Community on Rase Relation and
Immgration (SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigran. Kesempatan ini
digunakan oleh kaum imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk
mengetengahkan permasalahannya. Pada tahun 1973 laporan SCRRI
berkontribusi terhadap pendidikan kelompok imigran adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
b. Pengantian istilah imigran dengan masyarkat multirasia (multiracial
socicty).

c. Menuntut pendidikan yang lebih baik.

d. Meminta untuk memenuhi tuntutan Nations Union of Teachers (NUT)


akan adanya pendidikan yang dibutuhkan masyarakat multirasia.
e. Merumuskan bahwa pengertian seperti imigran asimilasi, pluralisme dapat
digunakan untuk menggambarkan hal yang sama (Sutarno:2000).
3. Pendidikan mutikultural di Kanada
Di Kanada ada konsep dan kebijakan multikultural yang harus
memajukan bangsa dengan membandingkan dengan negara lain. Negara ini
berusaha keras untuk tidak terlalu menggantungkan ekonominya pada Amerika
Serikat dan mencoba mempersatukan multikulturalnya demi kemajuan bangsa.
Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat didefinisikan atas empat kelompok:
a. Etnis asli ada 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup secara nomaden
sebagai pemburu dan petani.
b. Abad 16 sampai tahun 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan
pedagang bulu binatang. Pencampuran etnis Perancis dengan penduduk
asli Indian melahirkan penduduk Metis.
c. Kedatangan Inggis setelah Treaty of Paris 1763 yang ditambahkan etnis
Perancis yang terlibat perang Kemerdekaan Amerika 1776.

5
d. Imigran dari Eropa (terutama Belanda Ukrains dan Jerman) dan Asia
(Jepang, India, Cina) dilatarbelakangi kebutuhan pekerjaan di propinsi
tengah dan barat (Sutarno:2000).
Pada tahun 1972 didirikan Direktorat Multikultural didalam lingkungan
Departemen Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multikultural integrasi sosial,
dan hubungan positif antar ras. Upaya tersebut melahirkan Canaddian
Multiculturalism tahun 1988 yang isinya antara lain :
a. Alokasi dana untuk memajukan hubungan aharmonis antar ras.
b. Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda.
c. Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
d. Pengembangan kebijakan multikultural di semua kantor pemerintah
federal (Sutarno:2000).
4. Pendidikan multikultural di Australia
Australia tidak dapat menahan masuknya orang asing sehingga dia tidak
dapat menutup ekonominya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik. Karena imigran
dari kedua benua itu masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat.
Akibatnya Australia mengunakan kebijakannya dari white Australia polley in
multicultural policy. Dampak dari perubahan itu membuat orang Aborigin
meningkatkan kepercayaan dirinya (Sutarno:2000).
Aborigin penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyusul
imigran dari Eropa yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten
Arthur Phillip. Pada mulanya imigran pertama yang memasuki Australia berasal
dari para pidana serta pembangkang politik Irlandia, kemudian kedatangan orang
Jerman yang terusir dari negerinya karena masalah agama. Menyusul orang India
dan Cina sebagai pekerja keras. Ketika ditemukan emas di New South Wales dan
Victoria mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa (Sutarno:2000).

5. Pendidikan multikultural di beberapa negara Asia


Cina menerapkan kebijakan khusus untuk melindungi kaum minoritas.
Cina menempuh kebijakan itu karena tidak bisa mengelak dari praktek
multikultural di negeri ini. Lalu bagaimana dengan Malaysia ? Malaysia
merupakan tipikal bangsa dengan multietnik di Asia. Malaysia telah mengadopsi
kebijakan asimilasi melalui kebijakan “Bumiputera Policy”. Jadi ada pembagian
6
fasilitas kepada kaum bumi putera. Tetapi sejak perkembangan ekonomi
internasional berubah makin cepat, lahir kecenderungan baru ke arah pluralisme
budaya (cultural pluralization).

B. Karakteristik Indonesia Sebagai Masyarakat Multikultural


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita
mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan
multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.

1. Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam
segenap segi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa
dalam bentuk :
a. Jumlah penduduk yang besar dengan keterampilan yang rendah.
b. Wilayah yang luas.
c. Kekayaan alam dan daerah tropis.
d. Jumlah pulau yang banyak.
e. Persebaran pulau.
f. Kualitas hidup yang tidak seimbang.
g. Perbedaan dan kekayaan etnis (Hafizah:2014).
2. Etnis sebagai identitas sosial budaya
Berikut ini akan disajikan beberapa etnis yang ada di Indonesia yang
mana memberi tau akan adanya berbagai karakteristik masyarakat :
a. Konsep budaya Cina
Budaya Cina tidak lepas dari kepercayaan orang Cina tentang Feng Shui
sebagai seni hidup dalam keharmonisan dengan alam sehingga seseorang
mendapatkan paling banyak keuntungan, ketenangan, dan kemakmuran dari
keseimbangan yang sempurna dengan alam. Budaya Cina berkaitan erat dengan
pandangan hidup orang Cina yang mengutamakan :

7
1) Nilai kemakmuran dan kelimpahan harta.
2) Kedamaian dan ketentraman.
3) Kesehatan.
4) Umur panjang (Hafizah:2014).
b. Konsep budaya Jawa
Ada beberapa konsep budaya Jawa yang akan diuraikan di bawah ini :

1) Religi Jawa: animisme, dinamisme, sinkretisme dan agama Jawa

Masyarakat Jawa telah mengenal Tuhan dengan segala konsep dan


bentuknya yang khas. Pengenalan Tuhan yang tertua dilakukan dengan pemujaan
roh dan kekuatan benda. Pemujaan pada roh disebut animisme dan pemujaan pada
kekuatan benda-benda disebut dinamisme. Religi semacam ini masih berlangsung
dan mewarnai kehidupan sampai sekarang yaitu dengan adanya ritual dan sesaji.
Ritual dan sesaji adalah bentuk penyalarasan dengan lingkungan metafisik agar
kekuatan itu selaras.

Ada penyatuan ajaran antara animisme dan dinamisme yang berbaur


dengan agama Hindu dan Budha bahkan Kristen dan Islam sehingga terjadilah
sinkretisme. Wujud sinkretisme yang paling menonjol adalah perilaku mistik
kejawen. Tampaknya mistik kejawen menjadi simbol sinkretisme masa lalu
sampai sekarang. Di Jawa konsep mistik lebih dikenal dengan paham painteisme
atau manunggaling kawula dengan gusti (Hafizah:2014).

2) Slametan (selamatan)
Slametan adalah sebuah ritual yabg dimaksudkan untuk memohon
keselamatan Endrasana (Dalam Hafizah:2014). Selamatan yang diadakan secara
turun temurun dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan lahir dan batin dari
gangguan makhluk halus. Fungsi utama dari selamatan yang diadakan adalah
untuk menetralisir bencana yang datangnya dari luar kekuasaan manusia. Dalam
tradisi Jawa muncul berbagai macam selamatan yaitu selamatan sebelum
kelahiran bayi, perkawinan, kematian, dll Triyoga (Dalam Hafizah:2014).
3) Tata krama
Tata krama adalah adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap,
dan bertingkah laku yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya jawa.
8
Dalam berbahasa mereka membedakan dengan kategori ngoko, krama madya, dan
krama inggil (Hafizah:2014).

C. Wawasan Multikultural Di Lokal, Nasional, Maupun Universal


Multikultural di Indonesia bersifat normatif. Multikultural normatif adalah
petunjuk tentang berbagai kepentingan yang membimbing pada pengakuan
yang lebih tinggi mengenai kebangsaan dan identitas kelompok yang berada di
dalam masyarakat.

1. Identifikasi Budaya Lokal


Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat
langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini biasanya
dikenalkan oleh keuarga dan kerabat dekat. Biasanya berwujud perilaku
pembudayaan. Perilaku sebenarnya ditentukan oleh pembiasaan dan pembudayaan
yang ada dan berlaku pada lokal tertentu. Disadari atau tidak kita dibesarkan
dengan menggunakan budaya lokal yang ada di sekitar kita (Hafizah:2014).
Seorang anak yang memiliki identifikasi budaya lokal tertentu tidak lepas
dari lingkungan yang langsung, dekat dan paling mempengaruhi dirinya.
Lingkungan tersebut adalah:
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal tertentu. Suatu
masyarakat yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai dan karena
seringnya air sungai meninggi membentuk budaya berupa rumah yang lantai
rumahnya lebih tinggi dari permukaan tanah. Misalnya rumah Palimasan Joglo,
Sungai Jingah Kalimantan Selatan.
Karena lingkungan fisik di daerah Kalimantan Selatan sangat kaya
dengan jenis-jenis kayu maka berbagai kebutuhan sehari-hari dibuat dengan
menggunakan jenis kayu seperti: Palimasan Kandangrasi desa Kuin Utara
Kalimantan Selatan (Hafizah:2014).
b. Lingkungan sosial
Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap
dan berperilaku seseorang. Orang yang dibesarkan dalam lingkungan komunitas
Naudlatul Ulama (NU) akan bersikap dan berperilaku sesuai dengan tradisi warga
warga (NU) yang berbeda dengan warga Muhammadiyah sekalipun keduanya

9
berada di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, tahlil menjadi ciri khas
kelompok NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan sosialnya
(Hafizah:2014).
c. Lingkungan metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam arti
mesti tinggal di daerah itu. Lingkungan metafisik memang mewarnai budaya yang
ada di lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga dapat mengenai
orang-orang yang “merasa memiliki” (sense of belonging) budaya itu. Biasanya
mereka yang merasa memiliki itu dulunya berasal dari daerah itu dan sudah
pindah tempat tinggal dari daerah itu, atau keturunan dari warga daerah itu. Pada
prinsipnya orang yang termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang
yang mengikatkan diri dengan tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu
(Hafizah:2014).
2. Identifikasi Budaya Nasional
Sebagai warga Pancasila dan tinggal bersama dalam wadah negara
memerlukan ide yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu
dalam bentuk identitas budaya nasional. Ada dua ide yang perlu dimiliki setiap
warga negara Indonesia yaitu persatuan dalam perbedaan (wawasan kebangsaan
atau nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka Tunggal Ika).
Kita memiliki simbol identifikasi budaya nasional antara lain seperti:
batik, keris, candi borobudur, Bali dengan segala atribut yang menyertainya.
Identifikasi budaya nasional ini berasal dari identifikasi budaya lokal yang sudah
banyak dikenal secara nasional bahkan internasional. Identitas budaya nasional ini
sudah dijadikan simbol kenegaraan dan menjadi ciri khas Indonesia. Dengan
mengenal identitas budaya ini seluruh dunia akan tahu bahwa budaya ini adalah
ciri khas budaya Indonesia (Hafizah:2014).
3. Identifikasi budaya universal
Perkembangan identifikasi global memberi kesempatan pada pelajar
untuk melihat bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan
masyarakat dunia. Yang memungkinkan pelajar memahami lebih baik bahwa
tindakan suatu negara tidak hanya harus dilihat kaitannya dengan pengaruhnya
pada negara ini namun juga apa pengaruhnya pada dunia keseluruhan. Siswa yang

10
telah mengembangkan identitas nasional dan etnis yang kuat seharusnya memiliki
perspektif untuk mengembangkan juga identifikasi global yang membuat mereka
menjadi warga masyarakat dunia yang lebih baik. Pada saat ini penting untuk
menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di atas bersifat hierarkhis. Dengan
kata lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang berproses dengan mengenalkan
identitas budaya lokal, kemudian nasional dan akhirnya global atau universal.
Perkembangan yang belakangan tergantung pada perkembangan sebelumnya
(Hafizah:2014).

11
BAB III

KESIMPULAN

Karakteristik pendidikan multikultural di berbagai negara terdapat di


negara Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan di beberapa negara asia.
Pendidikan multikultural di beberapa negara meliputi Cina dan Malaysia.
Selanjutnya, karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultural
dilatarbelakangi oleh karakteristik Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
yang besar dengan keterampilan yang rendah, wilayah yang luas, kekayaan alam
dan daerah tropis, jumlah pulau yang banyak, persebaran pulau, dan kualitas
hidup yang tidak seimbang.
Selain itu, karakteristik etnis sebagai indentitas budaya juga akan
mempengaruhi karakteristik budaya masyarakat. Melalui konsep-konsep budaya
yang beragam akan menimbulkan karakteristik etnis sebagai identitas budaya
seperti konsep budaya Cina dan konsep budaya Jawa.
Adapun wawasan identifikasi lokal yaitu identifikasi budaya yang
bersifat langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini biasanya
dikenalkan oleh keuarga dan kerabat dekat. Seperti lingkungan fisik, lingkungan
sosial, dan lingkungan metafisik. Selanjutnya, wawasan identifikasi nasional yaitu
sebagai warga Pancasila dan tinggal bersama dalam wadah negara memerlukan
ide yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu dalam bentuk
identitas budaya nasional. Kemudian, wawasan identifikasi universal yaitu
perkembangan identifikasi global memberi kesempatan pada pelajar untuk melihat
bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sutarno. 2000. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi.

Hafizah, nurul. 2014. Makalah Pendidikan Multikultural : Karakteristik


Pendidikan Multikultural. Tersedia online: http://hapis-
punya.blogspot.com/2014/06/makalah-pendidikan-
multikultural.html?m=1. Diakses pada tanggal 28 Juni 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai