PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Disusun oleh:
MA MAMBAUL FALAH
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan oleh kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat-Nya dan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad Saw, Nabi sebagai rahmatan lil alamin di alam semesta,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “Pendidikan Multikultural” disusun untuk memenuhi tugas mata
pelajaran bahasa indonesia yang dibina oleh bapak Agus Surur, S.Pd.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia
agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan
manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain,
alam dan lingkungan budayanya . Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari
budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu
mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai
tantangan sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi
dan memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan
bersikap toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain
pendidikan yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi
dalam pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat
dan toleran terhadap budaya lain.
Pertautan antara Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas
realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh
potensi yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekwensi
keragaman budaya, etnis, suku dan aliran atau agama. Pluralitas budaya,
sebagaimana terdapat di Indonesia, menempatkan pendidikan Multikultural
menjadi sangat urgen. Keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan
historis dan sosial yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Keunikan budaya
yang beragam tersebut memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan
karakter pribadi masing– masing sebagai sebuah tradisi yang hidup dalam
masyarakat dan daerah. Tradisi yang terbentuk akan berlainan dari satu suku/
daerah dengan suku/daerah yang lain. Pergumulan antar budaya memberikan
peluang konflik manakala tidak terjadi saling memahami dan menghormati satu
sama lain. Proses untuk meminimalisir konflik inilah memerlukan upaya
pendidikan yang berwawasan Multikultural dalam rangka pemberdayaan
1
masyarakat yang majemuk dan heterogen agar saling memahami dan
menghormati serta membentuk karakter yang terbuka terhadap perbedaan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan
multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang multikultural. Pengertian
pendidikan multikultural menunjukkan adanya keragaman dalam pengertian
istilah tersebut. Melalui makalah ini, akan dijabarkan mengenai karakteristik
problematika pendidikan multikultural, konsep pendidikan multikultural beserta
implementasi yang dapat diterapkan di Indonesia sebagai upaya untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai multikulturalisme.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat di rumuskan
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pendidikan multikultural di berbagai negara?
2. Apa saja karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur?
3. Bagaimana wawasan multikultural di lokal, nasional, maupun universal?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pendidikan multikultural di berbagai negara.
2. Untuk mengetahui karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur.
3. Untuk mengetahui wawasan multikultural di lokal, nasional, maupun
universal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ini jumlahnya semakin membesar hal ini mendorong pemerintah untuk mengakui
kehadiran mereka sebagai budak di dalam The Thirteentfi Amandiment to the
Contitution, yang mengatur perbudakan secara hukum di tahun 1865
(Sutarno:2000).
d. Orang Amerika keturunan Asia
Kelompok ini adalah sekitar 4 persen dari penduduk Amerika Serikat
dengan mayoritas berasal dari Cina dan Jepang. Disamping imigran dari Filipina,
Korea, disusul orang Vietnam yang msuk ke Amerika Serikat beberapa tahun
terakhir ini. Tiga kelompok terakhir ini sebagai Recent Asian Immigrants. Orang
Amerika (Chinese Americans) merupakan bagian dari Asian Americans yang
tercatat memasuki Amerika Serikat ketika terjadi depresi ekonomi dunia tahun
1860-an (Sutarno:2000).
e. Orang Amerika berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)
Secara etimologi Hispanis atau Hispano berasal dari bahasa latin
hispanus, yang merupakan kata sifat dari Hispanila, nama yang diberikan oleh
orang rowawi selama periode republic rowawi pada seluruh Iberian Peninsula.
Untuk jaman modern Iberian Peninsula mencangkup Spanyol dan Portugal, orang-
orang dan budayanya, sedangkan Portugal dan orang-orangnya (meliputi Brazil
dan orang Brazil yang berbahasa Portugis) secara umum disebut Luso atau
Lusitania. Dalam bahasa Spanyol kata “Hispano” juga digunakan sebagai elemen
pertama yang menunjuk pada Inggris dan bahasa Inggris. Jadi Spanyol dan
Amerika adalah Hispano-Amerika (Sutarno:2000).
f. White Ethnic Americans
White Ethnic Americans merupakan kelompok orang amerika berkulit
putih yang menyatakan dirinya “tidak terikat” dengan WASP. Jadi mereka
digolongkan dalam kelompok etnik non-WASP. Mereka yang termasuk golongan
ini adalah orang Jerman, Irlandia, Italia dan Polandia. Memang pernah terjadi di
Amerika Serikat untuk membatasi kuota imigran yang berasal dari empat negara
ini antara 1921 dan 1968 namun tidak berhasil (Sutarno:2000).
2. Pendidikan mulikultural di Inggris
Pendidikan multikultural di Inggris terkait dengan perkembangan
revolusi industri pada tahun 1650-an. Pada awalnya Inggris terkanal sebagai
4
masyarakat yang monokultur dan baru sesudah perang dunia II menjadi
multikultural ketika kedatangan tenaga kerja untuk membangun perbaikan taraf
kehidupan kelompok kulit putih berwarna ini, ternyata didalam ”Sekalipun
demikian kaum wanita tidak diizinkan memberikan suara, dan sebagian besar
mempunyai akses terbatas pada pendidikan” (Sutarno:2000).
Pada tahun 1968 didirikannya Select Community on Rase Relation and
Immgration (SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigran. Kesempatan ini
digunakan oleh kaum imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk
mengetengahkan permasalahannya. Pada tahun 1973 laporan SCRRI
berkontribusi terhadap pendidikan kelompok imigran adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
b. Pengantian istilah imigran dengan masyarkat multirasia (multiracial
socicty).
5
d. Imigran dari Eropa (terutama Belanda Ukrains dan Jerman) dan Asia
(Jepang, India, Cina) dilatarbelakangi kebutuhan pekerjaan di propinsi
tengah dan barat (Sutarno:2000).
Pada tahun 1972 didirikan Direktorat Multikultural didalam lingkungan
Departemen Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multikultural integrasi sosial,
dan hubungan positif antar ras. Upaya tersebut melahirkan Canaddian
Multiculturalism tahun 1988 yang isinya antara lain :
a. Alokasi dana untuk memajukan hubungan aharmonis antar ras.
b. Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda.
c. Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
d. Pengembangan kebijakan multikultural di semua kantor pemerintah
federal (Sutarno:2000).
4. Pendidikan multikultural di Australia
Australia tidak dapat menahan masuknya orang asing sehingga dia tidak
dapat menutup ekonominya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik. Karena imigran
dari kedua benua itu masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat.
Akibatnya Australia mengunakan kebijakannya dari white Australia polley in
multicultural policy. Dampak dari perubahan itu membuat orang Aborigin
meningkatkan kepercayaan dirinya (Sutarno:2000).
Aborigin penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyusul
imigran dari Eropa yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten
Arthur Phillip. Pada mulanya imigran pertama yang memasuki Australia berasal
dari para pidana serta pembangkang politik Irlandia, kemudian kedatangan orang
Jerman yang terusir dari negerinya karena masalah agama. Menyusul orang India
dan Cina sebagai pekerja keras. Ketika ditemukan emas di New South Wales dan
Victoria mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa (Sutarno:2000).
1. Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam
segenap segi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa
dalam bentuk :
a. Jumlah penduduk yang besar dengan keterampilan yang rendah.
b. Wilayah yang luas.
c. Kekayaan alam dan daerah tropis.
d. Jumlah pulau yang banyak.
e. Persebaran pulau.
f. Kualitas hidup yang tidak seimbang.
g. Perbedaan dan kekayaan etnis (Hafizah:2014).
2. Etnis sebagai identitas sosial budaya
Berikut ini akan disajikan beberapa etnis yang ada di Indonesia yang
mana memberi tau akan adanya berbagai karakteristik masyarakat :
a. Konsep budaya Cina
Budaya Cina tidak lepas dari kepercayaan orang Cina tentang Feng Shui
sebagai seni hidup dalam keharmonisan dengan alam sehingga seseorang
mendapatkan paling banyak keuntungan, ketenangan, dan kemakmuran dari
keseimbangan yang sempurna dengan alam. Budaya Cina berkaitan erat dengan
pandangan hidup orang Cina yang mengutamakan :
7
1) Nilai kemakmuran dan kelimpahan harta.
2) Kedamaian dan ketentraman.
3) Kesehatan.
4) Umur panjang (Hafizah:2014).
b. Konsep budaya Jawa
Ada beberapa konsep budaya Jawa yang akan diuraikan di bawah ini :
2) Slametan (selamatan)
Slametan adalah sebuah ritual yabg dimaksudkan untuk memohon
keselamatan Endrasana (Dalam Hafizah:2014). Selamatan yang diadakan secara
turun temurun dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan lahir dan batin dari
gangguan makhluk halus. Fungsi utama dari selamatan yang diadakan adalah
untuk menetralisir bencana yang datangnya dari luar kekuasaan manusia. Dalam
tradisi Jawa muncul berbagai macam selamatan yaitu selamatan sebelum
kelahiran bayi, perkawinan, kematian, dll Triyoga (Dalam Hafizah:2014).
3) Tata krama
Tata krama adalah adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap,
dan bertingkah laku yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya jawa.
8
Dalam berbahasa mereka membedakan dengan kategori ngoko, krama madya, dan
krama inggil (Hafizah:2014).
9
berada di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, tahlil menjadi ciri khas
kelompok NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan sosialnya
(Hafizah:2014).
c. Lingkungan metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam arti
mesti tinggal di daerah itu. Lingkungan metafisik memang mewarnai budaya yang
ada di lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga dapat mengenai
orang-orang yang “merasa memiliki” (sense of belonging) budaya itu. Biasanya
mereka yang merasa memiliki itu dulunya berasal dari daerah itu dan sudah
pindah tempat tinggal dari daerah itu, atau keturunan dari warga daerah itu. Pada
prinsipnya orang yang termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang
yang mengikatkan diri dengan tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu
(Hafizah:2014).
2. Identifikasi Budaya Nasional
Sebagai warga Pancasila dan tinggal bersama dalam wadah negara
memerlukan ide yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu
dalam bentuk identitas budaya nasional. Ada dua ide yang perlu dimiliki setiap
warga negara Indonesia yaitu persatuan dalam perbedaan (wawasan kebangsaan
atau nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka Tunggal Ika).
Kita memiliki simbol identifikasi budaya nasional antara lain seperti:
batik, keris, candi borobudur, Bali dengan segala atribut yang menyertainya.
Identifikasi budaya nasional ini berasal dari identifikasi budaya lokal yang sudah
banyak dikenal secara nasional bahkan internasional. Identitas budaya nasional ini
sudah dijadikan simbol kenegaraan dan menjadi ciri khas Indonesia. Dengan
mengenal identitas budaya ini seluruh dunia akan tahu bahwa budaya ini adalah
ciri khas budaya Indonesia (Hafizah:2014).
3. Identifikasi budaya universal
Perkembangan identifikasi global memberi kesempatan pada pelajar
untuk melihat bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan
masyarakat dunia. Yang memungkinkan pelajar memahami lebih baik bahwa
tindakan suatu negara tidak hanya harus dilihat kaitannya dengan pengaruhnya
pada negara ini namun juga apa pengaruhnya pada dunia keseluruhan. Siswa yang
10
telah mengembangkan identitas nasional dan etnis yang kuat seharusnya memiliki
perspektif untuk mengembangkan juga identifikasi global yang membuat mereka
menjadi warga masyarakat dunia yang lebih baik. Pada saat ini penting untuk
menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di atas bersifat hierarkhis. Dengan
kata lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang berproses dengan mengenalkan
identitas budaya lokal, kemudian nasional dan akhirnya global atau universal.
Perkembangan yang belakangan tergantung pada perkembangan sebelumnya
(Hafizah:2014).
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13