Anda di halaman 1dari 29

KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN DAN KETERKAITAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pembimbing:

Dr. Ibut Priono Leksono, M.Pd.

Oleh

1. Yoga Firmansyah (188000165)


2. Dimas Bagus Zakaria (188000175)
3. Muhammad Saifullah (188000178)
4. Dzia Unnazikah (188000208)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah “Komponen-Komponen Pembelajaran
dan Keterkaitan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran dengan baik tanpa suatu halangan apapun.

Penyelesaian makalah ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai


pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ibut Priono Leksono, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran.
2. Teman-teman PGSD 2018 kelas E yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas ini.

Demikian makalah yang telah penulis susun, penulis berharap semoga


makalah ini bermanfaat dan dapat menambah informasi bagi kita semua. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 27 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
i
JUDUL ...............................................................................
KATA
ii
PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR
iii
ISI ............................................................................................
DAFTAR
iv
GAMBAR ...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
1
Belakang .................................................................................
B. Rumusan
1
Masalah ............................................................................
C. Tujuan
2
Penulisan .............................................................................
D. Metode
2
Penulisan .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komponen
3
Pembelajaran ...............................................
B. Macam-macam Komponen
3
Pembelajaran .......................................
1. Tujuan
4
Pembelajaran ...................................................................
2. Bahan
8
Pembelajaran ....................................................................
3. Strategi
9
Pembelajaran .................................................................
4. Media
12
Pembelajaran ....................................................................
5. Evaluasi 13

iii
Pembelajaran ................................................................
6. Siswa ........................................................................................
16
...
7. Guru ..........................................................................................
17
..
C. Hubungan Keterkaitan antara Komponen
19
Pembelajaran .................
D. Fungsi Masing-masing Komponen
20
Pembelajaran ...........................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 23
B. Saran ..............................................................................................
23
..
DAFTAR
24
PUSTAKA ..............................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hirarki Tujuan


4
Pembelajaran ...............................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus-menerus mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan
pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran
yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat
tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi
dari sebuah kurikulum.
Setelah membahas mengenai pengelolaan pembelajaran, timbulah pemikiran
tentang hal-hal apakah yang terdapat dalam proses pembelajaran. Perhatikan
pada proses terjadinya pembelajaran mengarahkan pada pemikiran tentang
komponen-komponen pembelajaran. Berikut akan diuraikan satu persatu
komponen-komponen tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi pembahasan yang diuraikan dalam
makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan komponen pembelajaran?
2. Apa saja macam-macam komponen pembelajaran?
3. Bagaimana hubungan keterkaitan antara komponen pembelajaran tersebut?
4. Jelaskan fungsi dari masing-masing komponen pembelajaran tersebut?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yang berjudul “Komponen-
Komponen Pembelajaran dan Keterkaitan", yaitu:
1. untuk mengetahui dan mempelajari pengertian tentang komponen
pembelajaran;
2. untuk mengetahui dan mempelajari macam-macam komponen
pembelajaran;
3. untuk mengetahui dan mempelajari hubungan keterkaitan antara komponen
pembelajaran;
4. untuk mengetahui dan mempelajari fungsi dari masing-masing komponen
pembelajaran.

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah yang digunakan adalah dengan cara
studi pustaka, yaitu mempelajari buku-buku yang kami jadikan referensi dalam
pengumpulan informasi dan data yang ada kaitannya dengan masalah yang
akan kami bahas serta pencarian informasi dengan jalur internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komponen Pembelajaran


Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus-menerus mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga
tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karenanya dalam pelaksanaanya akan sangat tergantung pada bagaimana
perencanaan pengajaran sebagai opersionalisme dari sebuah kurikulum.
Pembelajaran kontestual merupakan salah satu model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari, dengan melibatkan enam komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructvisme), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Jadi dapat disimpulkan
bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang
saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar.

B. Macam-Macam Komponen Pembelajaran


Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, yaitu:

3
1. Tujuan Pembelajaran
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan
(Ruhimat, 2011:46). Menurut Hamalik (2005), tujuan pembelajaran adalah
suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah berlangsung pembelajaran. Kemp dan David E. Kapel (dalam Uno,
2008) menyebutkan tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang hendak dicapai atau yang
dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu
(Mager dalam Uno, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
merupakan suatu target yang ingin dicapai pada kegiatan pembelajaran.
Komponen tujuan memiliki fungsi yang sangat vital dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran
merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh guru dalam membuat
desain pembelajaran.
Tujuan pembelajaran mempunyai hirarki atau tingkatan. Tujuan dalam
suatu pembelajaran dilakukan sebagai upaya mencapai tujuan-tujuan lain
yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan pendidikan dan tujuan
pembangunan nasional. Dimulai dari tujuan pembelajaran (umum dan
khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi untuk
menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu membangun manusia
(siswa) yang sesuai dengan yang diharapkan. Secara rinci hirarkhi tujuan
tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 2.1 berikut.

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Institusional/Lembaga

Tujuan Kurikuler

Tujuan Instruksional/Pembelajaran

4
Gambar 2.1. Hirarki Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka panjang yang
diharapkan. Tujuan ini didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari
oleh Pancasila). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memilki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
b. Tujuan Institusional/Lembaga
Tujuan institusional merupakan tujuan yang diharapkan oleh setiap
lembaga pendidikan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga
pendidikan.
Oleh karena itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki
tujuan institusionalnya sendiri. Tidak seperti tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional ini sifatnya lebih kongkrit. Tujuan institusional ini
dpaat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
bidang studi. Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis-garis Besar
Program Pengajaran) setiap bidang studi.
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional,
sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan menggambarkan
tujuan institusional.
d. Tujuan Instruksional/Pembelajaran
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap
kegiatan instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali

5
dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya
masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih
spesifik. Tujuan instruksional umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap
pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di dalam GBPP.
Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud
agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan
mudah diukur tingkat ketercapaiannya.
Untuk memudahkan guru dalam mengembangkan dan merumuskan
tujuan pembelajaran khusus ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan
patokan, yaitu sebagai berikut.
1) Menggunakan kata kerja operasional. Misalnya, siswa dapat
menerapkan rumus..., bukan Siswa dapat memahami.
2) Harus dalam bentuk hasil belajar, bukan apa yang dipelajari.
Misalnya, siswa dapat menjelaskan..., bukan Siswa dapat mengetahui
cara-cara mengubah kalimat aktif menjadi klaimat pasif.
3) Harus berbentuk tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
Misalnya, siswa dapat..., bukan Guru dapat menjelaskan....
4) Hanya meliputi satu jenis kemampuan, agar mudah dalam menilai
pencapaian tujuan. Bila lebih dari satu, dan setelah diadakan tes, TIK
tersebut tidak tercapai karena siswa tidak dapat mengerjakan dengan
benar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam menentukan
kemampuan mana yang belum dikuasai dan mana yang sudah
dikuasai.
Untuk memudahkan penjabaran dan perumusan tujuan
instruksional/pembelajaran khusus ini dapat dilakukan dengan
memilah menjadi empat komponen, yaitu ABCD, A=Audience,
B=Behavior, C=Condition, dan D=Degree. Berikut penjelasan
komponen ABCD tersebut.

6
A=Audience; sasaran siapa yang belajar. Dirumuskan secara
spesifik agar jelas untuk siapa tujuan belajar itu diarahkan.
Contohnya: Siswa SD kelas IV, siswa SMP kelas VII semester 1
dan sebagainya.
B=Behavior; perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau
dimunculkan siswa setelah kegiatan pembelajaran. Rumusan
perilaku ini mencakup kata kerja aktif transitif fan objeknya.
Contohnya: mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam
membuat karya seni rupa gambar ekspresif.
C=Condition; keadaan/syarat yang harus dipenuhi atau dikerjakan
siswa saat dites. Contohnya: dengan mengamati, dengan penugasan
guru, dan dengan membaca teks percakapan.
D=Degree; batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang
harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan.
Penentuan batas ini tergantung pada: jenis bahan materi, penting
tidaknya materi, tinggi rendahnya sekolah, sifat kemampuan yang
harus dimiliki.
Contohnya: paling sedikit tiga buah, paling lambat satu minggu,
minimal 80% dan dengan menggunakan tulisan tegak bersambung
dan EYD yang tepat.
Sebagai contoh rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang
berisi empat komponen tersebut adalah “Dengan melengkapi cerita
tentang dirinya sendiri, siswa (unsur C dan A) dapat menceritakan
keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin,
kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan dengan
percaya diri (Unsur B dan D)”. Pada kenyataannya, unsur A biasanya
hanya ditulis satu kali diawal penulisan tujuan atau disebutkan pada
identitas rencana pembelajaran. Begitu pula halnya dengan unsur C,
sering kali tidak disebutkan bila memang tidak menekankan pada
suatu kondisi pembelajaran yang khusus.
Tujuan merupakan dasar untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran dan juga menjadi landasan untuk menentukan materi,

7
strategi, media, dan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian perilaku
yang dilakukan siswa merupakan perilaku dalam upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan diharapkan tidak ada perilaku lain
di luar tujuan pembelajaran.
Sehingga diperlukan rumusan deskripsi tentang cara untuk
mengukur perilaku sebagai akibat dari hasil belajar. Hal tersebut
menjadi bagian penting yang dilakukan oleh evaluasi pembelajaran
dengan perumusan instrumen yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

2. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum yaitu
berupa muatan mata pelajaran dengan beberapa topiknya. Menurut Sanjaya
(2018:141), bahan atau materi pembelajaran adalah sesuatu yang menjadi isi
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam
satuan pendidikan tertentu.
Secara umum, isi kurikulum itudapat dipilah menjadi tiga unsur utama,
yaitu logika, etika dan estetika (Ruhimat, 2011;152). Logika dapat berupa
pengetahuan tentang benar-salah dan berdasarkan prosedur keilmuan. Etika
dapat berupa pengetahuan tentang baik-buruk, berupa muatan nilai moral.
Estetika dapat berupa muatan nilai seni. Apabila menilainya berdasarkan
taksonomi Bloom, bahan pembelajaran berupa kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Apabila dirinci lebih lanjut, isis kurikulum atau bahan pembelajaran itu
dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu fakta, konsepteori, prinsip proses,
nilai, dan keterampilan.
a. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/dikerjakan bisa
berupa objek atau keadaan tentang sesuatu hal. Fakta dapat dikatakan
sebagai materi pembelajaran yang paling sederhana, karena materi ini
sifatnya hanya mengingat hal-hal yang spesifik. Misalnya, Ibu kota

8
Indonesia adalah Jakarta. Hal tersebut merupakan contoh dari fakta,
karena memang pada kenyataannya demikian.
b. Konsep/teori adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian umum,
suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian fakta,
dimana pernyataan tersebut harus memadukan, unversal, dan
meramalkan.
c. Prinsip merupakan suatu aturan/kaidah untuk melakukan sesuatu, atau
kebenaran dasar sebagai titik tolak berpikir. Materi pelajaran tentang
prinsip akan lebih sulit dibandingkan dengan fakta atau konsep, karena
seseorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah memahami
berbagai fakta dan konsep yang relevan.
d. Proses adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan, atau suatu
cara/prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional.
e. Nilai adalah suatu pola, ukuran norma, atau suatu tipe/model. Nilai
berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum.
f. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik
dalam pengertian fisik maupun mental.
Tugas guru disini adalah memilih dan mengembangkan bahan
pembelajaran. Dalam memilih bahan pembelajaran, guru dapat
mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut: relevansi,
kompleksitas, rasional/ilmiah, fungsional, dan komprehensif/keseimbangan.
Pengembangan bahan ajar itu sendiri dapat disusun dengan menggunakan
suatu sekuen logis dan psikologis, sekuen spiral, dan lain-lain.
Dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran, guru dapat
melakukannya dengan dua cara, yakni resouces by design, yaitu sumber-
sumber belajar yang secara dirancang dan dikembangkan untuk kepentingan
pembelajaran dan resources by utilization, yaitu sumber-sumber belajar
yang ada di lingkungan sekitar yang dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi
kepentingan pembelajaran.

3. Strategi Pembelajaran

9
Istilah strategi pada awalnya banyak digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu perang. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan
dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan
atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya, seorang pedagang
menginginkan keuntungan besar, pasti ia akan menerapkan suatu strategi
dalam melakukan perdagangan agar memaksimalkan keuntungaan. Seorang
pelatih badminton melatih atlet untuk mengikuti olimpiade bulan depan,
pasti ia akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat medali
emas pada olimpiade tersebut. Begitu juga seorang guru, yang
mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan
suatu strategi pembelajaran supaya hasil belajar siswanya baik.
Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang cukup penting. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves
a particular educational goal (David, 1976). Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran.
Menurut Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sejalan dengan
itu, Kemp (1995) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang disusun
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penggunaan strategi pembelajaran tepat dapat dikatakan sebagai upaya
seorang guru untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil
belajar. Bentuk-bentuk strategi pembelajaran itu berbagai macam sesuai

10
dengan bidang dan tujuan pembelajaran. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu tujuan,
materi, siswa, fasilitas, waktu, dan guru.
a. Faktor Tujuan
Tujuan merupakan faktor terpenting dalam menentukan strategi
pembelajaran karena semua komponen pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menggambarkan
tingkah laku yang harus dimilki oleh siswa setelah ia mengikuti
pembelajaran yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penggunaan strategi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Dengan kata lain, strategi yang digunakan untuk tujuan ranah
afektif, akan berbeda dengan strategi yang terkait pengethauan dan
keterampilan.
b. Faktor Materi
Materi memilki karakteristik yang berbeda-beda. Karakterisitik materi
sangat menentukan penggunaan strategi pembelajaran. Misalnya, materi
Matematika akan berbeda strateginya dengan materi Bahasa Indonesia.
c. Faktor Siswa
Menurut Ruhimat (2011:156), siswa sebagai pihak yang berkepentingan
dalam proses pembelajaran karena tujuan yang dicapai semata-mata
untuk mengubah perilaku siswa itu sendiri. Salah satu yang perlu
dipertimbangkan adalah jumlah siswa dan karakteristiknya yang berbeda-
beda.
d. Faktor Fasilitas
Faktor fasilitas atau sarana dan prasarana di sekolah juga menentukan
penggunaan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Misalnya,
seorang guru sudah menentukan media yang akan digunakan untuk
pembelajaran, namun ternyata alat yang digunakan tidak memadai maka
strategi yang dibuat tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
e. Faktor Waktu
Faktor waktu dapat dibagi menjadi dua, yaitu jumlah waktu dan kondisi
waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa menit jam

11
pelajaran yang tersedia. Kondisi waktu menyangkut kapan atau pukul
berapa pembelajaran dilaksanakan. Pagi, siang, malam kondiisnya akan
berbeda. Hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran.
f. Faktor Guru
Guru merupakan faktor penentu keberhasilan strategi pembelajaran.
Pengetahuan dan kreativitas guru akan mempengaruhi pelaksanaan
proses pembelajaran.

4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Apabila media tersebut membawa pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional maka media itu disebut media pembelajaran (Sundayana,
2015:6). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Sanaky, 2009:3).
Media memiliki peran penting dalam pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan bahan
pembelajaran.
Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang
baik antara guru dan siswa. Menurut Waluyo, prinsip pemanfaatan media
adalah the reight aid at the right time in the right place in the right manner
merupakan kunci pemnafaatan media yang dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran (Sugiarto, 2009:8). Sejalan dengan itu, Arsyad (2011:15)
menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rasangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan
pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

12
Menurut Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2011:22), meskipun telah
lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran,
penerimanya serta pengintegrasinya ke dalam program-program pengajaran
berjalan lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan dampak positif dari penggunaan media pembelajaran sebagai
berikut.
a. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku.
b. Pembelajran bisa lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi
dan minat belajar siswa.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pengajaran dapat mengkomunikasikan elemen-
elemen pengetahuan dengan cara yang teroganisirkan dnegan baik,
spesifik, dan jelas.
f. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
g. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Menurut Djamarah (2010:124), macam-macam media dilihat dari
jenisnya sebagai berikut.
a. Media Audio
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja seperti radio, casette recorder, dan piringan hitam.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan
seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

5. Evaluasi Pembelajaran

13
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation yang artinya
penilaian. Kata kerjanya adalah evaluate yang artinya menilai sedangkan
orang yang menilai disebut sebagai evaluator. Raka Joni (dalam Siregar,
2010:142) mengartikan evaluasi sebagai proses mempertimbangkan suatu
gejala dengan pertimbangan pada acuan-acuan tertentu. Acuan tersebut
mengandung pengertian baik-tidak baik, memenuhi syarat-tidak memenuhi
syarat, dengan kata lain menggunakan value judgement.
Seringkali seseorang merasa bingung dengan istilah evaluasi, tes, dan
pengukuran. Ketiga istilah tersebut sering disalahartikan sehingga kurang
jelas makna dan kedudukannya. Grounlund menjelaskan bahwa evaluasi
merupakan proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, interpretasi
data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran. Pengukuran meupakan proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
siswa. Tes merupakan suatu alat yang sistematis untuk mengukur suatu
sampel perilaku.
Johnson & Johnson (2002:6) memandang penilaian sebagai usaha
mengumpulkan informasi mengenai kuantitas atau kualitas dari adanya
suatu perubahan yang terjadi pada siswa, kelompok, dan guru atau
pelaksana pendidikan. Pada definisnya, Johnson & Johnson menekankan
adanya perubahan, kuantitas, dan kualitas perubahan itu yang merupakan
fokus evaluasi. Menurut Reynolds, Livingstone, dan Willson (2010:3),
pengukuran merupakan sekumpulan cara untuk memberikan bilangan
kepada objek, kemampuan atribut, atau perilaku untuk menyatakan
kuantitas onjek yang diukur. Budiyono (2015:3) menjelaskan bahwa untuk
melakukan pengukuran perlu menggunakan alat ukur. Perangkat tes
merupakan salah satu alat ukur dalam pembelajaran.
Evaluasi dalam pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses menentukan
nilai prestasi belajar siswa dengan menggunakan acuan-acuan tertentu agar
mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan sebelumnya. Sejalan dengan
itu, Popham (1995:3) mendefinisikan evaluasi atau penilaian pada

14
pendidikan sebagai usaha formal untuk menentukan kedudukan atau status
siswa terkait dengan variabel pendidikan yang ditentukan.
Menurut Ruhimat (2011:165), evaluasi merupakan pemeriksaan terus
menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi guru, siswa, program
pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat
perubahan siswa dari ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan
efektivitas program. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (dalam
Siregar, 2010:142) menjelaskan bahwa evaluasi berhubungan dengan
pengukuran. Dlaam beberapa hal, evaluasi lebih luas karena evaluasi juga
termasuk Penilaian Formal dan Penilaian Intuitif mengenai kemajuan siswa.
Evaluasi juga mencakup apa yang baik dan apa yang diharapkan.. oleh
karena itu, hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kuat untuk
melakukan evaluasi atau penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah proses menentukan nilai prestasi belajar siswa dengan
menggunakan acuan-acuan tertentu agar tercapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan sebelumnya. Evaluasi lebih bersifat komprehensif yang
didalamnya meliputi pengukuran dengan menggunakan tes atau non tes.
Mursell (dalam Ruhimat, 2011:166) mengatakan ada tiga hal pokok yang
dapat kita evaluasi dalam pembelajaran, yaitu:
1) hasil langsung dari usaha belajar;
2) transfer sebagai akibat belajar;
3) proses belajar.
Perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar ada yang dapat diamati
langsung ada pula yang tidak dapat diamati langsung. Perubahan tersebut
ada yang terjadi jangka pendek ada pula yang jangka panjang.
Menurut Ruhimat (2011:166), evaluasi harus dilakukan dengan tepat,
teliti, dan objektif terhadap hasil belajar sehingga dapat digunakan sebagai
alat untukn mengecek kemampuan siswa dalam belajar dan mempertinggi
prestasi belajarnya.
Popham (1995) mengemukakan bahwa terdapat empat tujuan evaluasi,
yaitu untuk:

15
1) mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa;
2) memonitor kemajuan siswa;
3) memberikan nilai;
4) menentukan efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru.
Sejalan dengan itu, Johnson & Johnson juga merumuskan tiga tujuan
evaluasi, yaitu untuk:
1) mendiagnosis pengetahuan dan keterampilan siswa;
2) memonitor kemajuan siswa;
3) menyediakan data untuk memberikan nilai kepada siswa.

6. Siswa
Siswa merupakan komponen pembelajaran yang terpenting, karena
komponen siswa sebagai pelaku belajar dalam proses pembelajaran. Aspek
penting dari komponen siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
adalah karakteristiknya. Siswa adalah individu yang unik dan memilki sifat
individu yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam satu kelas
tidak ada siswa yang memilki karakteristik sama persis, baik kecerdasan,
emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan sebagainya.
Hal ini menghendaki pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa
(student centred), yaitu pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik siswa secara individual. Misalnya, pembelajaran
yang menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan
bervariasi, sehingga siswa dapat memilih bahan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik (minat dan bakat) yang dimilki. Disamping itu siswa
memilki tipe belajar yang berbeda, ada yang bertipe visual, auditif, audio-
visualitis, dan sebagainya. Berdasarkan tipe belajar siswa ini, maka dalam
pembelajaran guru seharusnya menyiapkan/menyediakan bahan
pembelajaran yang bersifat alternative dan variatif untuk melayani
perbedaan tipe belajar siswa tersebut.
Hermawan, dkk (2008: 9.4). Siswa sebagai peserta didik merupakan
subyek utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan
banyak tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa.

16
Udin S. Winataputra (2007: 1.20, Teori Belajar dan Pembelajaran).
Menurut pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan pendidikan tertentu. Siswa atau peserta didik merupakan subyek utama
dalam pembelajaran dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah dibuat sebagai acuan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kirnawati Wijianta, peran siswa dalam pembelajaran, antara
lain:
a. tertarik pada topik yang sedang dibahas;
b. dapat melihat relevansi topik yang dibahas;
c. merasa aman dalam lingkungan sekolah;
d. terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
e. memilki motivasi;
f. melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan
dengan pengalaman belajar yang akan dicapai.

7. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sanksekerta “guru” yang juga berarti
guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling
maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara
pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak
hanya sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai
pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai
pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan

17
pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan sukses, maka guru harus
merancang pembelajaran secara baik, dalam arti dengan mempertimbangkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru
merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media, dan
evaluasi pembelajaran yang tepat dalam rancangan pembelajarannya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru harus berperan ganda, dalam arti guru tidak
hanya sebagai pengajar (informatory) saja, akan tetapi harus mampu
menjadi programmer pembelajaran, motivator belajar, fasilitator
pembelajaran, organisator, konduktor, aktor, dan peran-peran lain yang
dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran. Meskipun guru bukan satu-
satunya sumber belajar, tetapi tugas, peranan dan fungsi guru dalam
pembelajaran sangatlah penting dan berperan sentral. Karena gurulah yang
harus menyiapkan program pembelajaran, bahan pembelajaran, sarana
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran bagi para siswanya.
Profesi guru sebagai pelimpahan dari tugas orang tua yang tidak mampu
lagi memberikan pengetahun, keterampilan dan sikap-sikap tertentu kepada
anak. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekonologi
perkembangan masyarakat dan budaya pada umumnya, maka berkembang
pula tugas dan peranan guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar
memang dapat berperan banyak. Dalam kaitan dengan peran tersebut guru
sudah semestinya dapat menyiapkan sumber-sumber belajar lain yang
dibutuhkan siswa dalam rangka menguasai materi pembelajaran yang
ditargetkan dalam kurikulum.
Winataputra (2007: 1.20). Menurut pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai dengan
kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.
Hermawan, dkk (2008: 9.4). Guru menempati posisi kunci dan strategis
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk
mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru
harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator,

18
transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator
bagi terciptanya proses pembelajarn siswa yang dinamis dan inovatif.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses sebab-akibat. Guru sebagai
pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa,
meskipun tidak semua belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar.
Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral harus mampu menetapkan startegi
pembelajaran yang tepat sehingga dapa mendorong terjadinya perbuatan
belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien. Guru hendaknya dalam
mengajar harus memperhatikan kesiapan, tingkat kematangan, dan cara
belajar siswa.
Menurut Kiranawati Wijianta, peran guru dalam proses belajar mengajar,
yaitu:
a. memperhatikan dan bersikap positif;
b. mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek
pembelajarannya;
c. memilki ekspetasi yang tinggi terhadap siswanya;
d. memilki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa,
serta tugas masing-masing;
e. konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.

C. Hubungan Keterkaitan antara Komponen Pembelajaran


Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan
yang lain memilki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana
kurikulum, guru juga sebagai pengembang kurikulum. Bagi guru, memahami
kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat
suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa
(entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan
pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau
sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai

19
penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru
bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
impelementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memahami masing-masing metode secara
baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit
materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, maka akan meningkatkan proses
interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang
efektif dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika ada
salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-
mengajar tidak dapat berjalan baik.

D. Fungsi Masing-masing Komponen Pembelajaran


Meskipun hubungan masing-masing komponen pembelajaran sangatlah
berkaitan, tetapi setiap komponen memilki fungsi tersendiri, antara lain:
1. Fungsi Tujuan Pembelajaran
Fungsi dari tujuan pembelajaran, antara lain:
a. mengembangkan pribadi;
b. mengembangkan warga negara;
c. mengembangkan kebudayaan;
d. mengembangkan bangsa.
2. Fungsi Bahan Pembelajaran
Fungsi bahan pembelajaran, yaitu:
a. sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran;
b. menambah dan memperluas pengetahuan siswa;
c. menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran lebih
lanjut;
d. sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan belajar;
e. membangun kemampuan untuk melakukan asesmen diri atas hasil
pembelajaran yang dicapai.

20
3. Fungsi Strategi Pembelajaran
Fungsi strategi pembelajaran antara lain:
a. untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar-mengajar;
b. membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi kepada
siswa;
c. membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri.
4. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Fungsi edukatif: dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung
nilai-nilai pendidikan, memperlancar interaksi antara guru dan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
b. Fungsi sosial: hubungan antara pribadi anak dapat terjalin baik.
c. Fungsi ekonomis: efisiensi dalam waktu dan tenaga, dengan satu macam
alat media, pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik
dan bisa dipergunakan sepanjang waktu.
d. Fungsi seni: dengan adanya media pendidikan, kita bisa mengenalkan
bermacam-macam hasil budaya manusia.
5. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu:
a. mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa;
b. mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seorang siswa dalam
mendalami pelajaran;
c. mengetahui efisiensi metode belajar yang digunakan;
d. memberi laporan kepada siswa dan orang tua;
e. sebagai alat motivasi belajar-mengajar;
f. hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan penyaluran anak pada
suatu pekerjaan.
6. Fungsi Siswa
Fungsi siswa adalah sebagai berikut.
a. Sebagai objek, siswa yang menerima pelajaran.
b. Sebagai subjek, siswa ikut menentukan hasil belajar.
7. Fungsi Guru

21
Fungsi guru adalah sebagai berikut.
a. Sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-
tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat.
b. Sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru
dapat menjadi contoh model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
pendidik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai
dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila,
maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
c. Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap
guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain
di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan
keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan
memilih pekerjaan di masyarakat.
d. Sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilkinya tidak ketinggalan
zaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas
pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas
kemanusiaan.
e. Sebagai administator. Sesorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator sebagai pada bidang
pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja
secara admnistrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses
belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi
yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil

22
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia
telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

23
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling
berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar
mengajar.
Di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen pembelajaran, yaitu:
tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, siswa, dan guru.
Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan
yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memahami masing-masing metode secara
baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit
materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa, maka akan meningkatkan
proses interaksi belajar mengajar. Jika salah satu komponen pembelajaran yang
bermasalah, maka proses belajar mengajar tidak dapat berjalan baik.

B. Saran
Sebagai seorang pendidik, yang juga merupakan salah satu komponen
pembelajaran, sebaiknya melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dari siswa, dan juga komponen-komponen pembelajaran yang satu
tidak bisa dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Yudha. 2013. Komponen Pembelajaran.


https://yudhaanggara147.wordpress.com/artikel/komponen-pembelajaran/
(Diakses 12 Juni 2019 pukul 16:15)
Leksono, Ibut, Priono., Yustitia, Via. 2019. Belajar dan Pembelajaran Kajian
Teoritis untuk Mahasiswa PGSD. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana.
Siregar, JR. 2013. Komponen-komponen Pembelajaran.
http://renoldsiregar.blogspot.com/2013/6/komponenkomponenpembelajaran.ht
ml?m=0. (Diakses 12 Juni 2019 pukul 16:00).

25

Anda mungkin juga menyukai