Oleh:
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN FRANCIS .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
PETA KEDUDUKAN MODUL .............................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Deskprisi .............................................................................. 1
B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ........................................ 11
C. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................. 9
iii
G. Kegiatan Belajar 7 .................................................................. 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
H. Kegiatan Belajar 8 .................................................................. 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
I. Kegiatan Belajar 9 .................................................................. 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
J. Kegiatan Belajar 10 ............................................................... 16
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
K. Kegiatan Belajar 11 ................................................................ 42
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
L. Kegiatan Belajar 12 ................................................................ 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
M. Kegiatan Belajar 13 ................................................................ 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
N. Kegiatan Belajar 14 ................................................................ 47
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................... 16
2. Uraian Materi ................................................................ 19
3. Tugas ............................................................................ 26
4. Tes Formatif ................................................................... 31
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL
v
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan perkulian
online dengan mengintegrasikan pendekatan Asynchronous Online
Course dan model pembelajaran Self-Directed Learning. Modul ini
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang
yang sedang menempuh mata kuliah Kapita Selekta Matematika. Kapita
Selekta Matematika merupakan mata kuliah yang menganalisis
pemecahan dan pengembangan masalah matematika sekolah jenjang
pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA. Masalah matematika yang
dikembangkan adalah masalah yang kontekstual sesuai dengan
penjenjangan kognitif. Mahasiswa mempelajari tentang kompetensi
pengetahuan dan keterampilan matematika siswa SMP/MTs dan
SMA/MA secara logis, kritis, kreatif dan inovatif. Luaran dalam mata
kuliah ini adalah mahasiswa mampu menyelesaikan dan
mengembangkan masalah matematika sekolah jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA yang kontekstual dan sesuai dengan
penjenjangan kognitif sehingga dapat diimplementasikan pada mata
kuliah lain dan sebagai modal dasar menjadi calon guru profesional.
Pada modul ini membahas tentang desain instruksional
pembelajaran matematika, komponen kurikulum 2013 dan tantangan
revolusi indurstri 4.0, pengembangan soal dan penyelesaian masalah
matematika jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Materi yang termuat pada
modul ini terbagi dalam beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi
(1) Desain Instruksional Pembelajaran Matematika jenjang SMP/MTs dan
SMA/MA; (2) Komponen Kurikulum 2013 dan Tantangan Revolusi
Industri 4.0: Kajian Pendidikan Karakter; (3) Komponen Kurikulum 2013
dan Tantangan Revolusi Industri 4.0: Kajian Literasi Matematika dan
Pemecahan Masalah Matematika; (4) Komponen Kurikulum 2013 dan
Tantangan Revolusi Industri 4.0: Kajian Komunikasi dan Kolaborasi; (5)
Komponen Kurikulum 2013 dan Tantangan Revolusi Industri 4.0: Kajian
Kreativitas dan Berpikir Kritis; (6) Komponen Kurikulum 2013 dan
Tantangan Revolusi Industri 4.0: Kajian Higher Order Thinking Skills; (7)
Pengembangan Kisi-kisi Soal Matematika jenjang SMP/MTs; (8)
Pengembangan Kisi-kisi Soal Matematika jenjang SMA/MA; (9)
Pengembangan Soal Matematika jenjang SMP/MTs; (10) Pengembangan
Soal Matematika jenjang SMA/MA; (11) Pengembangan Soal Matematika
berbasis online; (12) Penyelesaian Masalah Matematika Jenjang
SMP/MTs kelas VII dan VIII; (13) Penyelesaian Masalah Matematika
Jenjang SMP/MTs kelas IX dan Jenjang SMA/MA kelas X; dan (14)
Penyelesaian Masalah Matematika Jenjang SMA/MA kelas XI dan XII.
1
B. Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran terdiri dari Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
yang terdiri dari CPL sikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan
keterampilan khusus; dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CMPK).
Berikut adalah penjabaran CPL untuk mata kuliah Kapita Selekta
Matematika.
2
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Modul Perkuliahan Online: Kapita Selekta Matematika Terintegrasi
Model Pembelajaran Self-Directed on Asynchronous Online Course
diperuntukkan bagi Mahasiswa Program Studi S1-1 Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh
mata kuliah Kapita Selekta Matematika. Pengintegrasian model
pembelajaran Self-Directed on Asynchronous Online Course dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan online. Selain itu, modul ini
juga terintegrasi dengan Learning Managements System yang
dikembangkan di Universitas Negeri Semarang yaitu ELENA
(elena.unnes.ac.id) dan disediakan video pembelajaran yang telah
diunggah di platform Youtube. Jadi mahasiswa dapat belajar secara
mandiri ain dengan menggunakan platform yang telah disediakan.
Dengan dikembangkannya Modul Perkuliahan Online: Kapita Selekta
Matematika Terintegrasi Model Pembelajaran Self-Directed on
Asynchronous Online Course ini, diharapkan dapat mengakomodir
kebutuhan mahasiswa selama perkuliahan Kapita Selekta Matematika.
Di setiap kegiatan pembelajaran dan sebelum menggunakan modul ini,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
1. Mahasiswa diharapkan memiliki email dengan domain Universitas
Negeri Semarang agar mahasiswa dengan mudah dapat mengakses
modul dan penugasan di ELENA (elena.unnes.ac.id).
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengikuti (subscribe) Youtube
Channel: Math Edu Study untuk memperoleh video pembelajaran
yang sesuai dengan mata kuliah Kapita Selekta Matematika.
3. Pada setiap kegiatan pembelajaran, akan disampaikan materi yang
tersaji pada Modul dan disertai Video Pembelajaran yang dapat
diamati mahasiswa secara mandiri.
4. Di akhir setiap kegiatan pembelajaran, mahasiswa dapat
mengerjakan tes formatif yang telah disediakan dan mengecek hasil
tes formatif dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
5. Di setiap kegiatan pembelajaran juga disediakan Tugas sebagai
follow up pemahaman mahasiswa sesuai dengan tujuan kegiatan
pembelajaran.
6. Pengumpulan dan Deadline pengumpulan Tugas dapat dilakukan
dengan memperhatikan deskripsi tugas yang tertera di di ELENA.
7. Di akhir kegiatan pembelajaran, disediakan Tes Sumatif untuk
mengukur kemampuan mahasiswa setelah mengikuti semua
kegiatan pembelajaran di Modul Perkuliahan Online: Kapita Selekta
Matematika Terintegrasi Model Pembelajaran Self-Directed on
Asynchronous Online Course.
3
PEMBELAJARAN
C. Kegiatan Belajar 3
Tujuan Kegiatan Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan indikator
kemampuan literasi matematika, dan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan indikator
kemampuan pemecahan masalah matematika.
Uraian Materi
Video Pembelajaran tersedia di Youtube
Link Youtube tersedia di Elena atau dapat diakses di Chanel: Math
Edu Study
Literasi Matematika
Menurut OECD (2016), literasi matematika didefinisikan sebagai
kapasitas untuk mengenal dan memahami peran matematika di
dunia, memecahkan masalah matematika dalam berbagai konteks,
menafsirkan pernyataan matematika, dan menerapkan matematika
secara rasional. Literasi matematika membantu siswa untuk
mengenal peran matematika dalam dunia dan membuat keputusan
yang dibutuhkan, serta memecahkan masalah yang dihadapi secara
matematis.
Kemampuan literasi matematika tersebut sangat penting bagi
semua orang terkait dengan pekerjaan maupun kegiatannya sehari-
hari. Literasi matematika dibutuhkan tidak hanya sebatas
pemahaman aritmatika, tetapi juga penalaran dan pemecahan
masalah matematis, serta penguasaan penalaran logika untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki literasi matematika akan menyadari konsep
matematika mana yang relevan dengan masalah yang dihadapinya,
dan kemudian berkembang pada bagaimana merumuskan masalah
tersebut ke dalam bentuk matematis untuk diselesaikan. Proses ini
memuat kegiatan mengeksplorasi, menghubungkan, merumuskan,
menentukan, menalar, dan proses berpikir matematis lainnya
Lembaga internasional yang melakukan studi mengenai
kemampuan literasi matematis siswa adalah Organisation for
Economic Cooperation and Development (OECD) dengan penelitiannya
yaitu Programme for International Student Assessment (PISA) yang
bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang
berkaitan dengan pencapaian belajar literasi siswa berusia 15 tahun.
PISA diadakan secara berkala setiap tiga tahun sekali. Keterlibatan
Indonesia dalam PISA adalah upaya melihat sejauh mana program
pendidikan di negara kita berkembang dibanding negara-negara lain
di dunia. Hal ini menjadi sangat penting dilihat untuk kepentingan
4
anak-anak di masa yang akan datang sehingga mampu bersaing
dengan negara lain dalam era globalisasi. Dalam Wardhani & Rumiati
(2011) disebutkan bahwa Indonesia mengikuti PISA pada tahun 2000,
2003, 2006, 2009, dengan hasil yang tidak menunjukkan banyak
perubahan di setiap keikutsertaannya. Pada PISA tahun 2009, literasi
matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 61 dari 65
peserta. Sedangkan pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat
64 dari 65 negara (OECD, 2013). Dan pada tahun 2015, Indonesia
menempati peringkat 63 dari 72 negara (OECD, 2016). Selain itu,
berdasarkan hasil PISA Tahun 2015, diperoleh bahwa dari 6 level
kemampuan yang dirumuskan dalam studi PISA, hampir semua siswa
peserta dari Indonesia hanya mampu menguasai kecakapan
matematika sampai level 3, sementara negara lain yang terlibat di
dalam studi ini rata-rata telah mencapai level 4, 5, dan 6. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa di
Indonesia relatif rendah. Artinya, kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal yang menuntut kemampuan untuk menelaah,
memberi alasan, mengomunikasikan, memecahkan dan
mengintepretasikan masalah dalam berbagai macam situasi masih
rendah.
Programme for International Student Assessment (PISA)
mendefinisikan literasi matematika sebagai “students’ capacity to
formulate, employ and interpret mathematics in a variety of contexts. It
includes reasoning mathematically and using mathematical concepts,
procedures, facts and tools to describe, explain and predict phenomena.
It assists individuals in recognising the role that mathematics plays in
the world and to make the wellfounded judgements and decisions
needed by constructive, engaged and reflective citizens” (OECD, 2016).
Literasi matematika berarti kapasitas untuk mengenal dan
memahami peran matematika di dunia, memecahkan masalah
matematika dalam berbagai konteks, menafsirkan pernyataan
matematika, dan menerapkan matematika secara rasional. Suyitno
(2013) menjelaskan literasi matematika membantu seseorang untuk
memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan
sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-
keputusan yang tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli,
dan berpikir.
The Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD, 2017) menyebutkan bahwa definisi literasi matematika dapat
dianalisis dalam tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu:
1. Proses.
Proses matematika mendeskripsikan apa yang seseorang lakukan
untuk menghubungkan konteks permasalahan dengan
matematika, kemudian menyelesaikan masalah. Dalam aspek
5
proses, terdapat tujuh kemampuan yang mendasarinya, berikut
adalah penjelasan ketujuh kemampuan tersebut.
1) Communication. Literasi matematika melibatkan kemampuan
untuk mengomunikasikan masalah. Siswa merasakan adanya
tantangan, kemudian didorong untuk mengenali dan
memahami situasi masalah untuk melakukan proses
penyelesaian masalah. Setelah solusi ditemukan, siswa perlu
menyajikan solusinya disertai penjelasan kepada orang lain.
2) Mathematising. Literasi matematika melibatkan transformasi
masalah nyata dalam bentuk matematika (mencakup
penataan, konseptualisasi, pembuatan asumsi, dan
perumusan model), atau menafsirkan atau mengevaluasi hasil
matematis atau model matematika.
3) Representation. Literasi matematika melibatkan representasi
objek dan situasi matematika. Hal ini dapat berarti memilih,
menafsirkan, dan menggunakan berbagai representasi untuk
memahami dan berinteraksi dengan masalah, serta
menyajikan kembali suatu penyelesaian. Representasi
meliputi grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, formula
dan benda konkrit.
4) Reasoning and Argument. Kemampuan ini melibatkan proses
pemikiran logis yang mengeksplorasi dan menghubungkan
elemen-elemen masalah untuk menghasilkan suatu
kesimpulan, serta memberikan alasan atas pernyataan atau
solusi masalah.
5) Devising Strategies for Solving Problems. Literasi matematika
sering membutuhkan strategi untuk memecahkan masalah
secara matematis. Strategi ini melibatkan serangkaian proses
yang membimbing seseorang untuk secara efektif mengenali,
merumuskan dan memecahkan masalah.
6) Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operation.
Kemampuan literasi matematika membutuhkan penggunaan
bahasa dan operasi simbolis, formal dan teknis, serta
melibatkan pemahaman, interpretasi, manipulasi, dan
penggunaan ekspresi simbolis dalam konteks matematika
(termasuk ekspresi dan operasi aritmatika).
7) Using Mathematics Tools. Alat-alat matematika meliputi alat
fisik, seperti alat ukur, kalkulator dan alat berbasis komputer.
Selain mengetahui cara menggunakan alat ini untuk
membantu menyelesaikan tugas matematika, siswa perlu
mengetahui keterbatasan alat tersebut. Alat matematika juga
bisa berperan penting dalam mengkomunikasikan hasil.
2. Isi.
6
Isi matematika ditargetkan untuk digunakan dalam item-item
penilaian. Berikut adalah empat kategori dalam konten matematika
dalam PISA.
1) Change and relationships (Perubahan dan hubungan). Aspek
dari konten matematika seperti fungsi dan aljabar, termasuk
ekspresi aljabar, persamaan dan ketidaksetaraan,
representasi tabular dan grafis, sangat penting dalam
menggambarkan, memodelkan dan menafsirkan fenomena
perubahan. Representasi data dan hubungan yang
digambarkan menggunakan statistika juga sering digunakan
untuk menggambarkan dan menafsirkan perubahan dan
hubungan, dan landasan perusahaan dalam dasar jumlah
dan unit juga penting untuk mendefinisikan dan menafsirkan
perubahan dan hubungan.
2) Space And Shape (Ruang dan bentuk). Ruang dan bentuk
mencakup berbagai fenomena yang dihadapi di dunia visual
dan fisik seperti pola, sifat objek, posisi dan orientasi,
representasi objek, decoding dan pengkodean informasi
visual, navigasi dan interaksi dinamis. Geometri berfungsi
sebagai landasan penting untuk ruang dan bentuk.
3) Quantity (Kuantitas). Kuantitas menggabungkan kuantifikasi
atribut objek, hubungan, situasi dan entitas di dunia,
memahami berbagai representasi dari kuantifikasi tersebut,
dan menilai interpretasi dan argumen berdasarkan kuantitas.
Kuantitas melibatkan pengukuran, pemahaman, jumlah,
besaran, unit, indikator, ukuran relatif, serta tren dan pola
numerik.
4) Uncertainty and Data (Ketidakpastian dan data).
Ketidakpastian dan kategori konten data termasuk mengenali
variasi dalam proses, ketidakpastian dan kesalahan dalam
pengukuran, dan peluang.
3. Konteks.
Untuk tujuan kerangka kerja matematika PISA 2015, empat
kategori konteks telah ditetapkan dan digunakan untuk
mengklasifikasikan item penilaian yang dikembangkan untuk
survei PISA sebagai berikut.
1) Pribadi. Masalah yang diklasifikasikan dalam kategori
konteks pribadi fokus pada aktivitas seseorang, keluarga atau
kelompok sebaya. Jenis konteks yang dapat dianggap
termasuk pribadi meliputi permasalahan yang melibatkan
persiapan makanan, belanja, permainan, kesehatan pribadi,
transportasi pribadi, olahraga, perjalanan, penjadwalan
pribadi dan keuangan pribadi.
2) Pekerjaan. Masalah yang dikategorikan sebagai pekerjaan
melibatkan hal-hal seperti bahan pengukur, biaya dan
7
pemesanan untuk bangunan, penggajian/akuntansi,
pengendalian mutu, penjadwalan/inventaris, desain/
arsitektur dan pengambilan keputusan terkait pekerjaan.
3) Masyarakat. Masalah yang diklasifikasikan dalam kategori
konteks masyarakat berfokus pada komunitas (baik lokal,
nasional atau global), dan melibatkan hal-hal seperti sistem
pemungutan suara, transportasi umum, pemerintah,
kebijakan publik, demografi, periklanan, statistik nasional
dan ekonomi.
4) Ilmiah. Masalah yang tergolong dalam kategori ilmiah
berhubungan dengan penerapan matematika terhadap isu
dan topik yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Konteks
tertentu termasuk cuaca atau iklim, ekologi, kedokteran, ilmu
antariksa, genetika, pengukuran dan dunia matematika itu
sendiri.
8
pembelajaran dan penyelesaian, siswa menggunakan pengetahuan
dan ketrampilan yang telah dimiliki untuk diterapkan ke pemecahan
masalah (Misu, 2014). Pemecahan masalah dapat dianggap sebagai
esensi dari matematika (Orton, 1992). Pemecahan masalah
merupakan bagian terintegrasi dari pembelajaran matematika (Bicer,
et al:2013). Menurut Hudojo (2005), sejak lama pemecahan masalah
telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika
di sekolah. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud yaitu
meliputi kemampuan memahami masalah, kemampuan merancang
model matematika, kemampuan menyelesaikan model matematika,
dan kemampuan untuk menafsirkan solusi yang diperoleh
(Permendiknas No. 22 tahun 2006).
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan
individu untuk melakukan serangkaian proses dengan tujuan
menyelesaikan suatu masalah matematika. Kemampuan pemecahan
masalah ini merupakan tujuan umum dalam pembelajaran
matematika dan bahkan sebagai jantungnya matematika (Branca,
1980). Jika seseorang mempunyai kemampuan pemecahan masalah
yang baik, orang tersebut akan mempunyai daya analitis yang baik
pula untuk diterapkan dalam berbagai macam situasi. Oleh karena
itu kemampuan memecahkan masalah pada diri manusia hendaknya
sudah ditanamkan dan dibiasakan mulai sejak dini.
Kemampuan pemecahan masalah siswa SMP di Indonesia
masih termasuk rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
data dari Trends in International Mathematics and Study (TIMSS)
pada tahun 2007 dan 2011. Pada tahun 2007 skor matematika kelas
8 di Indonesia menduduki peringkat 35 dari 49 negara, sedangkan
pada tahun 2011 Indonesia berada paha peringkat 38 dari 42 negara
(TIMSS). Sedangkan pada Progamme for International Student
Assesment (PISA) prestasi belajar siswa Indonesia yang berusia
sekitar 13 tahun masih rendah. Pada PISA tahun 2000, 2003, 2006,
dan 2009 secara berturut-turut Indonesia menempati peringkat 39
dari 41 negara, peringkat 38 dari 40 negara, peringkat 50 dari 57
negara, dan peringkat 61 dari 65 negara. Sedangkan di tahun 2012
posisi Indonesia semakin merosot di peringkat 64 dari 65 negara
(Balitbang Kemendikbud, 2016).
Menurut NCTM (2000) indikator pemecahan masalah yaitu (1)
membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan
masalah, (2) memecahkan masalah dalam berbagai konteks yang
berkaitan dengan matematika, (3) menerapkan berbagai strategi yang
tepat untuk memecahkan masalah, dan (4) merefleksikan proses
pemecahan masalah matematika. Menurut Wardhani (2010) indikator
pencapaian kemampuan pemecahan masalah yaitu (1) menunjukkan
pemahaman masalah, (2) mengorganisasi data dan memilih
informasi yang relevan dalam pemecahan masalah, (3) menyajikan
9
masalah secara matematik dalam berbagai bentuk, (4) memilih
pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, (5)
mengembangkan strategi pemecahan masalah, (6) membuat dan
menafsirkan model matematika dari suatu masalah dan, (7)
menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Seseorang dikatakan telah memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematis jika dapat (1) Memahami masalah; (2) Memilih
strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah; (3)
Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih untuk
menyelesaikan masalah; dan (4) Meninjau ulang kebenaran
penyelesaian masalah yang didapat dengan menggunakan strategi
yang telah dipilih (Romberg dan Chair dalam Sumarmo, 2005). Lebih
lanjut, Polya (1973) menambahkan bahwa ada empat langkah dalam
pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) membuat
rencana pemecahan masalah, (3) melaksanakan rencana, dan (4)
memeriksa kembali pemecahan yang telah didapatkan. Tambunan
(2014) menjabarkan implementasi pembelajaran dengan strategi
heuristik secara operasional pada setiap tahap dari pemecahan
masalah matematika sebagai berikut.
Tahap I. Memahami Masalah
Suatu pemahaman yang jelas dari suatu masalah adalah penting
untuk memutuskan bagaimana penyelesaian yang sesuai, dan
bagaimana jawaban dari masalah tersebut. Pada tahap ini
pemberian heuristik bertujuan untuk mengarahkan siswa dapat
memahami masalah. Untuk tahap ini, dilakukan beberapa langkah
seperti berikut.
1. Menyatakan masalah.
Kemampuan siswa menyatakan suatu masalah dengan kata-
kata sendiri sangat diperlukan dalam memahami suatu masalah.
Sebab, jika siswa sudah dapat menyatakan masalah dengan kata-
kata sendiri maka akan lebih mudah merencanakan bagaimana
penyelesaian masalah tersebut. Dengan menyatakan kembali
masalah tersebut, siswa dapat memfokuskan masalah apa,
informasi apa yang ada dan apa yang dibutuhkan untuk
memperoleh jawabannya.
2. Membuat sketsa gambar atau lainnya.
Merupakan hal penting dalam hal ini adalah untuk menunjukkan
masalah dengan sketsa gambar (bila materi geometri). Hal ini
penting karena dari sketsa gambar siswa akan lebih mudah
memahami masalah sebenarnya, sehingga siswa dapat
merencanakan suatu pemecahan masalah yang ada.
3. Menentukan apa yang ditanya.
Pertanyaan penting untuk mengarahkan siswa memahami suatu
masalah adalah; apa yang ditanyakan di dalan soal (apa yang
10
akan dicari)? Pertanyaan ini membantu siswa secara khusus
memfokuskan untuk memutuskan apa yang akan dicari.
4. Memahami informasi yang ada.
Dengan beberapa informasi yang ada di dalam suatu masalah,
siswa perlu memahami, mempertimbangkan informasi apa yang
ada dan informasi apa yang yang ada dan informasi tambahan
apa yang yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut.
11
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirangkum indikator
kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah Polya pada Tabel 2.2 berikut.
12
dimunculkan dengan menjelaskan struktur pengetahuan dan
menanyakan pada siswa untuk menduga apa yang akan terjadi
atau menjelaskan mengapa sesuatu terjadi.
4. Memunculkan pemecahan masalah ill-structured ketika
tujuannya adalah transfer yang berkelanjutan.
5. Mengajar kemampuan pemecahan masalah dalam konteks
kemampuan tersebut akan digunakan. Menggunakan masalah
yang autentik dalam penjelasan, praktek maupun penilaian
dengan simulasi berbasis skenario, permainan, atau proyek.
Tidak perlu mengajar pemecahan masalah sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri, abstrak dan kemampuan yang tidak kontekstual.
6. Menggunakan strategi pembelajaran langsung (deduktif) untuk
pengetahuan yang deklaratif dan pemecahan masalah dengan
struktur yang baik.
7. Menggunakan pembelajaran secara induktif untuk mendorong
sintesis dari model mental dan untuk pemecahan masalah ill-
structured.
8. Dalam latihan masalah, membantu siswa untuk memahami (atau
mendefinisikan) tujuan, kemudian membantu mereka
membaginya menjadi lebih rinci menjadi tujuan-tujuan perantara.
9. Menggunakan siswa yang belum benar dalam menyelesaikan
masalah sebagai contoh dari miskonsepsi. Apabila
memungkinkan, dapat menentukan kemungkinan yang terjadi
pada miskonsepsi tersebut dan memperbaikinya.
10. Menanyakan pertanyaan dan membuat rekomendasi tentang
strategi yang dapat mendorong siswa untuk merefleksikannya
pada strategi pemecahan masalah yang mereka gunakan.
Melakukan ini sebelum dan sesudah siswa melakukan kegiatan.
11. Memberikan praktek yakni contoh penerapan strategi pemecahan
masalah yang sama dengan berbagai konteks untuk mendorong
adanya generalisasi.
12. Menanyakan pertanyaan yang mana mendorong siswa untuk
memahami cara membuat bentuk umum dengan banyak masalah
sejenis dalam berbagai konteks.
13. Menggunkaan konteks, masalah dan pola mengajar yang
membangun ketertarikan, motivasi, percaya diri, pengetahuan
tentang diri, dan mengurangi kecemasan.
14. Merencanakan sederetan pembelajaran yang dibuat secara bijak
dari tingkat pemula hingga tingkat lanjutan untuk memahami
penggunaan struktur pengetahuan.
15. Ketika mengajar pemecahan masalah dengan struktur yang baik,
mempersilahkan siswa untuk mencobanya. Apabila langkah-
langkah sering digunakan, mendorong ingatan terhadap langkah
dan praktek hingga semuanya terbiasa.
13
16. Ketika mengajar pemecahan masalah tingkat menengah,
mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan deklaratif
mereka menemukan strategi yang mana sesuai dengan konteks
dan masalah.
17. Ketika mengajar pemecahan masalah ill-structured, mendorong
siswa untuk menggunakan pengetahuan deklaratif mereka untuk
mendefinikan tujuan kemudian menemukan sebuah
penyelesaian.
Tugas
Mahasiswa melakukan analisis hasil studi internasional terkait
kemampuan literasi matematika dan kemampuan pemecahan
masalah sesuai dengan Form yang telah disiapkan.
Form Analisis terlampir.
14
DAFTAR PUSTAKA
Purcel
15