Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULRURAL DI BERBAGAI NEGARA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multicultural
dengan dosen pengampu Hesti Yunitiara Rizqi, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :

1. MAR’ATUS SOLIHAH ( 134201017 )


2. DEBRILIAN AZMIL BALDAH (134201018)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KOMPUTER DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak
Penggunaan Gawai pada Anak Usia diBawahUmur".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Ungaran,11 September 2023

Penulis
Daftar Isi

MAKALAH ............................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Karakteristik Pendidikan Multicultural Di Berbagai Negara ........................................... 5
1. Pendidikan Multicultural di Amerika Serikat ............................................................. 5
2. Pendidikan Multikultural di Inggris ............................................................................ 7
3. Pendidikan Multicultural di Kanada ........................................................................... 7
4. Pendidikan Multikultural di Australia ......................................................................... 8
5. Pendidikan Multikultural di beberapa Negara di Asia ................................................ 9
B. Karakteristik Indonesia sebagai Masyarakat Multikultur ............................................... 9
1. Karakteristik Indonesia ................................................................................................ 9
2. Etnis Sebagai Identitas Sosial Budaya......................................................................... 9
C. Wawasan Multikultural : Lokal, Nasional dan Universal ............................................. 13
1. Identifikasi Budaya Lokal .......................................................................................... 13
2. Identifikasi Budaya Nasional....................................................................................... 14
3. Identifikasi Budaya Universal ................................................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan................................................................................................................. 15
B. Saran .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi yang telah berlangsung di semua lini kehidupan telah membawa umat
manusia ke dalam tataran baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah trend
sosial yang telah “memaksa” manusia untuk berinteraksi, bergaul dan berintegrasi dalam
masyarakat dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda; ras, etnik, suku, agama
dan lain sebagainya. Perpaduan budaya, kompromi budaya, dan pertikaian budaya akan
selalu terjadi ketika kebudayaan yang berbeda-beda ini bertemu. Efek globalisasi
menjadi satu hal yang tidak terelakkan lagi, bahkan dalam lingkungan yang memiliki
akar budaya cukup kuat dimana masyarakatnya berpegang teguh pada tradisinya
sekalipun.
Pendidikan Multikultural di berbagai negara memiliki karakteristik yang berbeda-
beda sesuai dengan sejarah, unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki dan visi dalam
memandang tentang multikultural. Sekarang kita akan mencoba mengenali karakteristik
Pendidikan Multikultural di berbagai negara. Mengapa? Karena tiap negara memiliki
kekhasan dalam memahami fenomena multikultural. Dengan mengenali fenomena
kekhasan multikultural itu, nantinya bisa kita gunakan untuk menelaah fenomena yang
terjadi di tanah air
Sejak Perang Dunia II, beberapa kelompok imigran telah tinggal di Inggris dan di
negara Eropa daratan seperti Perancis, Belanda, Jerman, Swedia dan Swiss. Beberapa
imigran ini seperti orang Asia dan India Barat dan Afrika Utara dan Indocina di Perancis
telah berdatangan dari daerah koloni sebelumnya. Beberapa imigran Eropa Selatan dan
Timur telah tinggal di negara-negara Eropa Barat dan Utara dalam usaha menaikkan
taraf hidup, menghindari perang, persoalan poitik atau sebab yang lain. Kelompok
seperti orang Italia, Yunani dan Turki telah berimigrasi ke negara di Eropa Utara dan
Barat dalam jumlah besar. Populasi etnis dan imigran telah meningkat secara signifikan
di Australia dan Kanada sejak Perang Dunia II.
Sebagian besar kelompok imigran dan etnis di Eropa, Australia dan Kanada
menghadapi masalah yang sama dengan yang dialami oleh kelompok etnis di AS.
Kelompok seperti orang Jamaika di Inggris, orang Algeria di Perancis dan suku
Aborigin di Australia. Itulah karakteristik Pendidikan Multikultural di berbagai negara
untuk menunjukkan bahwa persoalan multikultural di setiap negara itu ada yang bersiat
unik dan perlu penanganan yang unik pula, di samping hal-hal umum yang berlaku pada
semua negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Multikultural di berbagai negara?
2. Apa yang menjadi karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur?
3. Bagaimana wawasan multikultural di lokal, nasional maupun universal?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pendidikan Multikultural di berbagai negara
2. Memahami bahwa Indonesia memiliki banyak karakteristik sebagai masyarakat
multikultur
3. Dapat membedakan wawasan multikulturan di lokal, nasional maupun universal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pendidikan Multicultural Di Berbagai Negara

1. Pendidikan Multicultural di Amerika Serikat


Pendidikan di AS mulanya dibatasi pada imigran berkulit putih, sejak didirikan
sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya Universitas
Harvard di Cambrige, Boston tahun 1636. Tahun 1934 dikeluarkannya undang-undang
Indian Reservation Act di daerah reservasi suk Indian.

Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah populasi manusia yang anggotanya saling
mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya berdasarkan keturunan (Smith, 1987).

a. White Anglo Saxon Protestan (WASP)


Pendidikan di AS didominasi oleh budaya WASP artinya dikhususkan untuk
kelompok kulit putih (Whith) yang kebanyakan berasal dari inggris,dan beragama
protestan. WASp adalah tradisi tentang siapa yang harus jadi penguasa di Amerika
Serikat. Tradisi ini dikenalkan dan dipertahankan oleh orang inggris yang merasa
superior karena merekalah yang membangun AS dengan pengetahuan dan keterampilan
mereka.

b. Orang Amerika Keturunan Penduduk Asli Amerika (Native Americans)


Native America adalah penduduk asli Amerika yang kini populasinya diperkirakan
setengah juta orang. Bangsa ini disebut penduduk asli karena telah ada dibenua Amerika
sebelum terjadi gelombang dari kelompok etnis daro Eropah, Afrika maupun Asia selama
lima ratus tahun. Sejarah mencatatbahwa seluruh migrant tidak memperlakukan mereka
dengan adil secara fisik. Tahun 1924 terjadi hubungan antara whith dan black America
dengan Native Americans.

c. Orang Amerika keturuna Afrika (Africa Americans)

Orang Afrika Amerika merupakan kelompok etnis dari benua Afrika yang pertama
yang dijadikan budak oleh orang Spanyol dalam eksplorasi dunia baru, Amerika sejak
1619 samapai dengan abad 18. Kedatangan orang kulit hitam ini jumlahnya semakin
membesar hal ini mendorong pemerintah untuk mengakui kehadiran mereka sebagai
budak di dalam The Thirteentfi Amandiment to the Contitution, yang mengatur
perbudakan secara hukum di tahun 1865.

d. Orang Amerika keturunan Asia

Yang termasuk kelompok ini adalah sekitar 4 persen dari penduduk Amerika Serikat
dengan mayoritas berasal dari cina dan Jepang. Disamping imigran dari filifina, korea,
disusul orang Vietnam yang msuk ke AS beberapa tahun terakhir ini. Tiga kelompok
terakhir ini sebagai Recent Asian Immigrants. Orang Amerika (Chinese Americans)
merupakan bagian dari Asian Americans yang tercatat memasuki amerika ketika terjadi
depresi ekonomi dunia tahun 1860-an.

e. Orang Amerika berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)

Secara etimologi Hispanis/Hispano berasal dari bahasa latin hispanus, yang


merupakan kata sifat dari Hispanila, nama yang dibrikan oleh orang rowawi selama
periode republic Rowawi pada seluruh Iberian Peninsula. Untuk jaman modern Iberian
peninsula mencangkup Spanyol dan Portugal, orang-orang dan budayanya, sedangkan
Portugal dan orang-orangnya (meliputi Brazil dan orang Brazil yang berbahasa portugis)
secara umum disebut Luso/Lusitania. Dalam bahasa Spanyol kata “Hispano” juga
digunakan sebagai elemen pertama yang menunjuk padainggris dan bahasa inggris. Jadi
Spanyol dan Amerika adalah Hispano-amerika.

f. White Ethnic Americans


White Ethnic Americans merupakan kelompok orang amerika berkulit putih yang
mneytaan dirinya “tidak terikat” dengan WASP. Jadi mereka digolongkan dalam
kelompok etnik nin-WASP. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang jerman,
iriandia, italia dan polandia. Memang pernah terjadi di AS untuk membatasi kuota
imigran yang berasal dari empat Negara ini antara 1921 dan 1968 namun tidak berhasil.

2. Pendidikan Multikultural di Inggris


Pendidikan multicultural di inggris terkait dengan perkembangan revolusi industry
pada tahun 1650-an. Pada awalnya inggris terkanal sebagai masyarakat yang monokultur
dan baru sesudah PD II menjadi multicultural ketika kedatangan tenaga kerja untuk
membangun perbaikan taraf kehidupan kelompok kulit putih berwarna ini, ternyata
didalam

”Sekalipun demikian kaum wanita tidak diizinkan memberikan suara, dan sebagian
besar mempunyai akses terbatas pada pendidikan”.

Pada tahun 1968 didirikannya Select Community on Rase Relation and Immgration
(SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigran. Kesempatan ini digunakan oleh
kaum imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk mengetengahkan
permasalahannya. Pada tahun 1973 laporan SCRRI berkontribusi terhadap pendidikan
kelompok imigran :

➢ Bahasa inggris sebagai bahasa kedua


➢ Pengantian istilah imigran dengan asyarkat multirasia (multiracial socicty)
➢ Menuntut pendidikan yang lebih baik
➢ Meminta untuk memenuhi tuntutan nationsl union of Teachers (NUT) akan adanya
pendidikan yang dibutuhkan masyarakat multi rasial.
➢ Merumuskan bahwa pengertian seperti imigran asimilasi, pluralism dapat
digunakan untuk menggambarkan hal yang sama. (tilaar, 2004)

3. Pendidikan Multicultural di Kanada


Di Kanada ada konsep dan kebijakan multicultural yang harus memajukan bangsa
dengan membandingkan dengan Negara lain. Negara ini berusaha keras untuk tidak
terlalu menggantungkan ekonominya pada AS dan mencoba mempersatukan
multiculturalnya demi kemajuan bangsa.

Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat didefinisikan atas empat kelompok:


a) Etnis asli ada 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup secara nomaden
sebagai pemburu dan petani.
b) Abad 16 sampai 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan pedangang
karena pedagang bulu binatang. Pencampuran etnis Perancis dengan penduduk
asli Indian melahirkan penduduk Metis.
c) Kedatangan Inggis setelah Treaty of Paris (1763) yang ditambahkan etnis
Perancis yang terlibat perang Kemerdekaan Amerika 1776.
d) Migran dari Eropah (terutama Belanda Ukrains dan Jerman) dan Asia (Jepang,
India, Cina) dilator belakangi kebutujan pekerjaan di propinsi tengah dan barat.

Pada tahun 1972 didirikan Direktorat Multikultural didalam lingkungan


Departemen Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multicultural integrasi social,
dan hubungan positif antae ras. Upaya tersebut melahirkan Canaddian
Multiculturalism act (1988) yang isinya antara lain :

➢ Alokasi dana untuk memajukan hubungan aharmonis antar ras.


➢ Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda
➢ Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
➢ Pengembangan kebijakan multicultural di semua kantor pemerintah federal.

4. Pendidikan Multikultural di Australia


Australia tidak dapat menahan masuknya orang asing sehingga dia tidak dapat
menutup ekonomianya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik, karena imigran dari
kedua benua itu masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat. Akibatnya
Australia mengunah kebijakannya dari White Australia Polley in multicultural
policy. Dampak dari perubahan itu membuat orang Aborigin meningkatkan
kepercayaan dirinya.

Aborigin penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyunsul imigran
dari Eropah yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten Arthur
Phillip. Pada mulanya imigran pertama yang memasuki Australia berasal dari para
pidana serta pembangkang politik Irlandia, kemudian kedatangan orang jerman
yang terusir dari negerinya karena maslah agama. Menyusul orang Indian dan cina
sebagai pekerja keras. Ketika ditemukan emas di new South Wales dan Victoria
mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa.
5. Pendidikan Multikultural di beberapa Negara di Asia
Bagaiman di cina ? Cina menerapkan kebijakan khusus untuk melindungi
kaum minoritas. Cina menempuh kebijakan itu karena tidak bisa mengelak dari
praktek multicultural di negeri ini.

Lalu bagaimana dengan Malaysia ? Malaysia merupakan tipikal bangsa


dengan multuetnik di Asia. Malaysia telah mengadopsi kebijakan asimilasi
melalui kebijakan “Bumiputera policy”. Jadi ada pembagian fasilitas kepada kaum
bumi putera. Tetapi sejak perkembangan ekonomi internasional berubah makin
cepat, lahir kecenderungan baru ke arah pluralisme budaya (cultural pluralization).

B. Karakteristik Indonesia sebagai Masyarakat Multikultur

1. Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam segenap
segi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa dalam
bentuk :

➢ Jumlah penduduk yang besar dengan keterampilan yang rendah


➢ Wilayah yang luas
➢ Posisi silang
➢ Kekayaan alam dan daerah tropis
➢ Jumlah pulau yang banyak
➢ Persebaran pulau
➢ Kualitas hidup yang tidak seimbang
➢ Perbedaan dan kekayaan etnis

Berikut ini akan disajikan beberapa etnis yang ada di Indonesia yang mana
memberi tau akan adanya berbagai karakteristik masyarakat multikultural
Indonesia.

2. Etnis Sebagai Identitas Sosial Budaya


a. Konsep Budaya Cina

Budaya Cina berkaitan erat dengan pandangan hidup orang Cina yang
mengutamakan:

➢ Niliai kemakmuran dan kelimpahan harta


➢ Kedamaian dan ketentraman
➢ Kesehatan
➢ Umur panjang

Budaya Cina tidak lepas dari kepercayaan orang Cina tentang Feng Shui
sebagai seni hidup dalam keharmonisan dengan alam sehingga seseorang
mendapatkan paling banyak keuntungan, ketenangan dan kemakmuran dari
keseimbangan yang sempurna dengan alam. Diyakini Feng Shui menjanjikan
kehidupan yang berlimpah bagi mereka yang mengikuti prinsip dan aturannya
ketika membangun rumah, merancang kota, tempat kerja dan mengubur orang
yang meninggal.

Konsep Feng Shui adalah kebijakan kuno yang menyarankan adanya


keseimbangan dan keselarasan dengan alam, seperti gunung dan sungai dengan
angin dan airnya. Secara harfiah, Feng Shui berarti angin dan air. Ide dasarnya
adalah penempatan posisi yang baik (rumah, tempat usaha dan tempat tidur bahkan
kuburan) akan memberi pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan, kekayaan
dan kebahagiaan. Secara filosofis, Feng Shui adalah angin yang tidak dapat kamu
mengerti dan air yang tidak dapat kamu genggam. Unsur angin dan air secara
bersama-sama merupakan kekuatan unsur alam yang mengalir dan mempengaruhi
permukaan bumi. Feng Shui mengakui bahwa permukaan tanah diliputi oleh angin
dan air. Feng Shui menekankan bahwa manusia perlu hidup dalam keselarasan
dengan air dan angin di tanah, jika kita mengiginkan unsur ini menciptakan aliran
energi positif yang menyebabkan kita mendapat keuntungan.

b. Konsep Budaya Jawa

Ada beberapa konsep budaya Jawa yang akan diuraikan di bawah ini:

1) Religi Jawa : animisme, dinamisme, sinkretisme dan agama Jawa

Masyarakat Jawa telah mengenal Tuhan dengan segala konsep dan bentuknya
yang khas. Pengenalan Tuhan yang tertua dilakukan dengan pemujaan roh dan
kekuatan benda-benda. Pemujaan pada roh disebut animisme dan pemujaan pada
kekuatan benda-benda disebut dinamisme. Religi semacam ini masih berlangsung
dan mewarnai kehidupan sampai sekarang, yaitu dengan adanya ritual dan sesaji.
Ritual dan sesaji adalah bentuk penyelarasan dengan lingkungan metafisik, agar
kekuatan adikodrati itu selaras.
Ada penyatuan ajaran antara animisme dan dinamisme yang berbaur dengan
agama Hindu, Budha bahkan dengan Kristen dan Islam sehingga terjadilah
sinkretisme. Wujud sinkretisme yang paling menonjol adalah perilaku mistik
kejawen. Tampaknya mistik kejawen menjadi simbol sinkretisme masa lalu
sampai sekarang. Di Jawa konsep mistik lebih dikenal dengan paham painteisme
atau manunggaling kawula dengan gusti.

2) Slametan (Selamatan)

Slametan adalah sebuah ritual yang dimaksudkan untuk memohon


keselamatan (Endrasana, 2003:7). Selamatan yang diadakan secara turun-temurun
dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan lahir dan bathin dari gangguan
makhluk halus (Triyoga, 1991:83). Fungsi utama dari selamatan yang diadakan
adalah untuk menetralisir bencana yang datangnya dari luar kekuasaan manusia.
Dalam selamatan, selain diucapkan doa dan mantera, harus disediakan sesaji
makanan, bunga dan kemenyan. Sesaji bunga dan kemenyan adalah makanan
utama makhluk halus yang harus ada pada setiap selamatan karena benda-benda
tersebut merupakan syarat utama agar perdamaian dapat diterima makhluk halus
(Triyoga, 1991:83). Dengan memberi sedekah, diharapkan makhluk halus itu mau
membantu dan tidak mengganggu manusia. Dalam tradisis Jawa muncul berbagai
macam selamatan: selamatan sebelum kelahiran sang bayi, lahir, perkawinan
hingga kematian sangat mewarnai budaya Jawa.

3) Primbon, suluk dan wirid

Primbon, suluk dan wirid merupakan karya sastra yang banyak memuat ajaran
sinkretisme. Primbon antara lain memuat petung (perhitungan) untuk menentukan
perkawinan, mengetahui watak manusia (watak bayi lahir), pindah rumah atau
persyaratan hajat lainnya. Suluk dan wirid berisi wejangan atau petuah yang
diyakini dari ajaran para wali songo (wali sembilan) yang memuat ajaran Islam
Isoteris.

4) Tata krama

Tata krama adalah adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap dan
bertingkah laku yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya Jawa.
Dalam berbahasa mereka membedakan dengan kategori ngoka, kromo madyo
dan krama inggil. Misalnya untuk kata “makan” dalam bahasa Jawa ada
tingkatan “madhang” atau “mangan” untuk ngoko, tingkatan “nedho” untuk
kromo madyo dan “dhahar” untuk kromo inggil. Ngoko untuk orang yang sama
kedudukannya dengan dirinya atau lebih rendah (misalnya sesama teman atau
kepada anak atau adik). Kromo madyo untuk kedudukan yang di atas sedikit
dirinya (misalnya mas nembe/taksih nedho = kakak laki-laki sedang makan).
Kromo inggil ditujukan kepada yang lebih tua atau lebih atas tingkatan sosialnya.
Misalnya Ibu taksih dhahar

5) Petung

Petung atau perhitungan menduduki tempat yang sangat strategis dan urgen
dalam budaya Jawa. Karena setiap kegiatan apa pun orang Jawa tidak bisa
meninggalkan tradisi menggunakan perhitungan ini. Misalnya untuk
mengetahui watak seseorang, menentukan hari perkawinan atau menentukan
arah rumah (mirip budaya Cina) harus memperhitungkan hari kelahiran dan
saat (waktu) yang tepat. Hari kelahiran dihitung: minggu = 5, senin = 4, selasa
= 3, rabu = 7, kamis = 8, jumat = 6, sabtu = 9. Sedangkan pasaran dihitung:
paing = 9, pon = 7, wage = 4, kliwon = 8, legi = 5. Seseorang yang lahir pasti
bisa ditentukan atas kombinasi hari dan pasaran. Misalnya Jumat Paing berarti
= 6+9=15. Jumlah yang 15 itu dapat diketahui watak, perkawinan dan arah
rumahnya dan seterusnya.

6) Makanan

Nama dan jenis makanan dapat menjadi ciri penanda budaya suatu
daerah termasuk budaya Jawa. Di dalam masakan dan makanan Jawa ada yang
bernama : rawon, gudeg, lontong balap, urap-urap, gado-gado, sop buntut dan
sebagainya.

7) Falsafah hidup

Falsafah ini menjadi pedoman hidup yang diikuti oleh orang Jawa
generasi dulu namun sekarang lebih banyak ditinggalkan karena kurangnya
pemahaman dan kekurang mampuan dalam menafsirkan makna hakikinya. Di
samping itu muncul nilai-nilai luar yang bersifat konsumeris dan materialis
membuat nilai-nilai budaya yang adiluhung (mulia) ini mulai ditinggalkan
generasi muda kita. Contoh falsafah hidup ini adalah : alon-alon waton
kelakon (biar lambat asal selamat/bisa jadi = yang merupakan pedoman yang
lebih mengutamakan keselamatan), menang tanpa ngasorake (mengalahkan
musuh tanpa merendahkan harga diri musuh) digdaya tanpa aji (sakti tanpa
memiliki aji-aji kesaktian = seseorang yang dapat menjaga kewibawaan)
contoh di atas merupakan kearifan budaya yang ada pada budaya Jawa.

8) Produk budaya (keris, rumah/wisma, wayang, pakaian, peralatan)

Dalam budaya Jawa tradisional, keris bukan sekedar senjata yang unik
bentuknya, tetapi lebih merupakan kelengkapan budaya spiritual. Ada
anggapan di kalangan Jawa tradisional, seseorang baru bisa dianggap utuh dan
lengkap sebagai lelaki sejati jika ia sudah memiliki lima unsur simbolik:
curiga, turangga, wisma, wanita, kukila.

Curiga, berarti keris, turangga artinya kuda atau kendaraan (motor atau
mobil), wisma adalah rumah untuk tempat tinggal, wanita berarti isteri dan
kukila arti harfiahnya adalah burung arti simbolik dari keindahan. Keris,
makna simboliknya adalah kehormatan, kedewasaan dan keperkasaan.
Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri,
keluarga atau membela bangsa dan negara.

C. Wawasan Multikultural : Lokal, Nasional dan Universal

1. Identifikasi Budaya Lokal


Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat langsung,
dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini biasanya dikenalkan oleh
keuarga dan kerabat dekat. Biasanya berwujud perilaku pembudayaan. Perilaku
sebenarnya ditentukan oleh pembiasaan dan pembudayaan yang ada dan berlaku pada
lokal tertentu. Disadari atau tidak kita dibesarkan dengan menggunakan budaya lokal
yang ada di sekitar kita.

Seorang anak yang memiliki identifikasi budaya lokal tertentu tidak lepas dari
lingkungan yang langsung, dekat dan paling mempengaruhi dirinya. Lingkungan
tersebut adalah:

a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal tertentu. Suatu
masyarakat yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai dan karena seringnya
air sungai meninggi membentuk budaya berupa rumah yang lantai rumahnya lebih
tinggi dari permukaan tanah. Misalnya rumah Palimasan Joglo, Sungai Jingah
Kalimantan Selatan.

Karena lingkungan fisik di daerah Kalimantan Selatan sangat kaya dengan jenis-
jenis kayu maka berbagai kebutuhan sehari-hari dibuat dengan menggunakan jenis
kayu seperti: Palimasan Kandangrasi desa Kuin Utara Kalimantan Selatan.

b. Lingkungan sosial

Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap dan


berperilaku seseorang. Orang yang dibesarkan dalam lingkungan komunitas Naudlatul
Ulama (NU) akan bersikap dan berperilaku sesuai dengan tradisi warga nahdliyin
(warga NU) yang berbeda dengan warga Muhammadiyah sekalipun keduanya berada
di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, tahlil menjadi ciri khas kelompok
NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan sosialnya.

c. Lingkungan metafisik

Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam arti mesti
tinggal di daerah itu. Lingkungan metafisik memang mewarnai budaya yang ada di
lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga dapat mengenai orang-orang
yang “merasa memiliki” (sense of belonging) budaya itu. Biasanya mereka yang
merasa memiliki itu dulunya berasal dari daerah itu dan sudah pindah tempat tinggal
dari daerah itu, atau keturunan dari warga daerah itu. Pada prinsipnya orang yang
termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang yang mengikatkan diri dengan
tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu.

2. Identifikasi Budaya Nasional


Sebagai warga Pancasilais dan tinggal bersama dalam wadah negara memerlukan
ide yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu dalam bentuk
identitas budaya nasional. Ada dua ide yang perlu dimiliki setiap warga negara
Indonesia yaitu persatuan dalam perbedaan (wawasan kebangsaan/nasional) dan
perbedaan dalam persatuan (Bhinneka Tunggal Ika).
Kita memiliki simbol identifikasi budaya nasional antara lain seperti: batik, keris,
candi borobudur, Bali dengan segala atribut yang menyertainya. Identifikasi budaya
nasional ini berasal dari identifikasi budaya lokal yang sudah banyak dikenal secara
nasional bahkan internasional. Identitas budaya nasional ini sudah dijadikan simbol
kenegaraan dan menjadi ciri khas Indonesia. Dengan mengenal identitas budaya ini
seluruh dunia akan tahu bahwa budaya ini adalah ciri khas budaya Indonesia.

3. Identifikasi Budaya Universal


Perkembangan identifikasi global memberi kesempatan pada pelajar untuk
melihat bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia.
Yang memungkinkan pelajar memahami lebih baik bahwa tindakan suatu negara tidak
hanya harus dilihat kaitannya dengan pengaruhnya pada negara ini namun juga apa
pengaruhnya pada dunia keseluruhan. Siswa yang telah mengembangkan identitas
nasional dan etnis yang kuat seharusnya memiliki perspektif untuk mengembangkan
juga identifikasi global yang membuat mereka menjadi warga masyarakat dunia yang
lebih baik. Pada saat ini penting untuk menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di
atas bersifat hierarkhis. Dengan kata lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang
berproses dengan mengenalkan identitas budaya lokal, kemudian nasional dan
akhirnya global atau universal. Perkembangan yang belakangan tergantung pada
perkembangan sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat
menjelaskan perilaku manusia. Budaya juga dapat menjadi simbol dalam suatu lokal tersebut.
Meskipun beraneka macam budaya yang tinggal bersama dalam negara kita yaitu Indonesia,
tetapi warga negara Indonesia berada dalam persatuan dalam perbedaan (wawasan
kebangsaan/nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka Tunggal Ika).
B. Saran
Oleh karena berbagai macam karakteristik multikultural di berbagai negara, kita perlu
meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing kelompok manusia agar
dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan multikultural dipersepsikan sebagai
suatu jembatan untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era
globalisasi yang penuh tantangan baru. Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberikan
manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah paham. Ituah rasional yang menunjukkan
pentingnya keberadaan Pendidikan Multikultural.

DAFTAR PUSTAKA

Al Arifin, Akhmad Hidayatullah. 2012. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam


Praksis. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. (diakses pada
tanggal 14 september 2018)

Sabri, Muhammad & Musyahidah, Sitti. 2015. Agama Mainstream, Nalar Negara,
dan Paham Lintas Iman: Menimbang Philosophia Perennis. Jurnal Diskursus
Islam Volume 3 Nomor 1
http://hapis-punya.blogspot.com/2014/06/makalah-pendidikan-multikultural.html

Anda mungkin juga menyukai