Anda di halaman 1dari 13

Redesain Interion Muesum Tekstil Menjadikan Berkunjung Ke Museum

Hal Yang Menyenagkan

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan UAS mata kuliah


Research In Public Relation

Dosen Pengampu : Wijayanti, S.Ip.,M.Ikom.

Oleh :
Amanda Shafira
04020011

CORPORATE COMMUNICATION

TANRI ABENG UNIVERSITY

2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3


I.I Latar Belakang ................................................................................................................. 3
II.I Sejarah Museum Tekstil .................................................................................................. 4
III.I Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 6
VI.I Gagasan ......................................................................................................................... 6
V.I Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 6
VI.I Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 11


I.III Kesimpulan .................................................................................................................. 11
II.III Saran ........................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Menurut Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang Museum, Museum
adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi,
dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Definisi museum berdasarkan
konferensi umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina,
Austria, pada 24 Agustus 2007 menyebutkan bahwa Museum adalah lembaga yang
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya,
terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan,
dan memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan
takbenda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.
Museum mengelola bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan
lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata untuk dikomunikasikan
dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen, temporer, dan
keliling. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau
seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat
profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan
staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukkan tarian, dan
demonstrasi dengan teknologi. (museum.kemdikbud.go.id/).
Kerajinan tekstil meurpakan salah satu budaya Indonesia ada lebih dari 50 jenis
tradisi dalam pembuatan tekstil. Masing- masing daerah memiliki khas, motif hingga
teknik tersendiri yang popular di Indonesia yaitu Batik, Songket dan Ikat. Batik
merupakan yang paling umum dipakai di Indonesia karena yang di akui warisan
budaya Indonesia oleh UNESCO.
Tekstil tradisi pada setiap daerah dipercaya untuk mempererat tali kekeluargaan
identitas sebuah komunitas serta bentuk penghargaan. Seiring berjalannya waktu, dapat
kita lihat dan bahwa batik berkembang dengan sangat dinamis. Dan akhirnya kita
semua tahu bahwa Batik mempunyai filosofi dan nilai. Sudah seharusnya kita
menumbuhkan rasa cinta dan bangga akan warisan nenek moyang kita, yaitu Batik.
Minimal cara termudah untuk melestarikan bagi generasi saat ini yaitu dengan
mengenakan dan bangga ketika memakaianya. Tapi sebenarnya tidak hanya itu saja,
kita harus tahu sejarah, filosofi serta teknik di dalamnya. Belajar lebih dekat tentang
proses membatik, setidaknya hal itu mampu mencegah hilangnya keahlian, ketrampilan
yang dimiliki oleh masyarakat bangsa kita (smkw9jepara.sch.id).

II.I SEJARAH MUSEUM TEKSTIL


Museum Tekstil Jakarta merupakan museum yang berfokus pada pelestarian
tekstil tradisional di Indonesia sehingga berbagai macam upaya untuk pelestarian tekstil
dilakukan di museum ini seperti mengadakan pameran tekstil, seniman, workshop,
penelitian dan publikasi seperti yang di jelasakan pada official website mereka di
museumtekstiljakarta.com.
Sebelum menjadi museum tekstil, gedung ini mulanya adalah rumah pribadi
seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19. Tempat ini kemudian
dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri, yang selanjutnya
pada tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq. Pada masa perjuangan
kemerdekaan Indonesia, gedung ini difungsikan sebagai markas Barisan Keamanan
Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Departemen Sosial kemudian
membeli gedung tersebut pada 1952 dan diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta.
Gedung ini diresmikan sebagai Museum Tekstil pada tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu
Tien Soeharto.
Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul tahun 1975 yang
dilatarbelakangi sinyalemen membanjirnya tekstil modern yang dikhawatirkan
menggeser tekstil tradisional nusantara. Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok
Pecinta Kain Tradisional Indonesia WASTRAPREMA, Bapak Ir.Safioen (saat itu
selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu
dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan menyediakan tempat bagi
museum yang akan didirikan yaitu gedung yang berada di Jl. KS Tubun No. 4
Petamburan, Jakarta Barat. Pada tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai
Museum tekstil oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dengan disaksikan
oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.
Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan areal Museum
Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan gedung tua di Jl. KS Tubun No. 2
tersebut sebagai sarana penunjang kegiatan museum dengan menampung partisipasi
masyarakat untuk turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di
Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil Kontemporer. Gedung II
diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 November 2000, ditandai dengan
berlangsungnya kegiatan perdana berupa Pameran Koleksi Batik Iwan Tirta, hasil kerja
sama Museum Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia.
Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama kegiatan dengan
Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis,
Pusat Kebudayaan Meksiko, serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya.
Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari sumbangan
Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin bertambah melalui pembelian
oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan
dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun
kelompok. Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil tercatat sejumlah 1914 buah
(asosiasimuseumindonesia.org/anggota).
Museum Tekstil sendiri memiliki berbagai koleksi kain seperti kain tenun dan
batik. Kain-kain yang dipamerkan antara lain batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan,
Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Selain kain, museum ini juga memiliki koleksi
peralatan untuk pembuatan kain seperti alat tenun tradisional. Tak hanya melihat
berbagai koleksi kain dari Nusantara, bagi para pengunjung juga bisa ikut belajar atau
workshop membatik di Museum Tekstil. Misalnya belajar teknik mencanting
menggunakan lilin yang dipanaskan pada kain berpola. Berikutnya kain akan melalui
proses pewarnaan dan peluruhan lilin, atau disebut dengan melorot. Di Museum Tekstil
juga memamerkan berbagai tanaman bahan pewarna untuk kain batik.Tanaman-
tanaman bahan pewarna kain batik itu sengaja ditanam di lingkungan museum.
Tanaman-tanaman ini tumbuh subur di taman yang dinamakan Taman Pewarna Alam
yang luasnya mencapai 2 ribu meter persegi.
Museum tekstil ini berharap dapat menjadi sumber pembelajawan bahwa
Indonesia banyak memilik nilai-nilai budaya tekstil dari setiap daerah yang dimiliki.
Dengan perkembangan zaman berbagai macam cara agar anak muda memiliki minat
untuk berkunjung dan mempelajari datang kemuseum. Karena stereotype yang muncul
di masyarakat datang ke museum adalah hal yang membosankan, tidak menyenangkan
dan terkesan kuno. Kenyatannya banyak museum yang tidak membosankan bahkan
sekarang manjadi daya tarik masyarakat. Tersepas dari masyarakat ingin mengetahui
sejarah jika masyarakat datang kemuseum saja merupakan hal yang bagus secara tidak
langsung menjadi sarana rekreasi serta belajar. Sekarang yang di cari museum yang
intagramable memiliki interior yang bagus
III.I Identifikasi Masalah
• Stereotype yang ada di masyarakat tentang pergi ke museum
• Interior yang kurang terurus
IV.I Gagasan
• Mematahkan stereotype yang ada
• Redesain interior museum
V.I Tujuan Penelitian
• Redesain dari beberapa interior museum
• Meningkatkan daya tarik masyarakat
• Menambahkan beberapa aspek yang membuat museum lebih menarik
• Pelayanan Fasilitas yang memadai
VI.I Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
1. Mengenal Aspek-aspek museum di beberapa museum
2. Mengenal banyak budaya yang terdapat di Indonesia
3. Mengenal banyak kain tekstil yang indonesia miliki
Bagi Masyarakat :
1. Interior yang nyaman dimata masyarakat yang mengunjungi.
2. Masyarakat mendapat informasi yang jelas di museum.
3. Meningkatkan antusiasme yang tinggi pada masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Museum Tekstil Jakarta menjunjung tinggi pelestarian batik serta budaya tekstil yang
dimiliki Indonesia. Museum Tekstil juga membuka workshop serta memberikan kita
pengalaman baru yaitu membatik. Dengan membayar Ticket masuk Rp.5000-. serta membatik
Rp.40.000-, kita mendapatkan pengalam yang sangat berharga. Dengan program-program
seperti inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mecoba belajar sambil mencoba
hal baru.
Sekarang banyak remaja yang mengunjungi museum untuk mengambil foto serta
berekreasi. Tidak bisa dielak lagi bahwa keindahan interior lah yang dicari-cari remaja jaman
sekarang makan dari itu banyak museum yang mengedepandan interior serta fasilitas yang
memadai untuk menarik pengunjung. Tampilan museum yang sangat standar, hanya ruang saja
dengan memamerkan benda-benda bersejarah juga dinilai sangat membosankan. Tidak ada
kreativitas pengemasan yang unik dari pengelola untuk menarik minat pengunjung. Sehingga
museum banyak yang dibiarkan begitu adanya dari awal pembangunan. Keadaan museum yang
kurang terawat juga membuat daya tarik museum semakin hari semakin menurun saja. Banyak
fasilitas yang tidak diperbaiki ataupun ditambah, membuat remaja merasa kurang tertarik untuk
berkunjung ke museum lagi dan lagi.
Walaupun museum yang bersifatnya tradisional tetapi harus disertai fasilitas modern
yang mempermudah menangkap informasi serta pembelajaran yang ada di dalam museum.
Selain itu fasilitas yang baik adalah salah satu kunci ketertarikan serta pelayanan yang menjadi
penilaian baik bagi pengunjung.

Gambar 2.1 Rambu parkir


Saya sudah melakukan survey pada Museum Tekstil Jakarta kesan awal yang saya
dapatkan yaitu suasanya yang sangat asri dengan pepohonan yang ridang membuat suasana
menjadi sejuk. Tetapi saat saya berkunjung kurang nya rambu-rambu sebagai informasi
petunjuk. Saya kebingugan untuk mencari parkir, karena rambu parkir yang sangat kecil dan
jika tidak di lihat dari jauh kita tidak menyadar bahwa ada rambu parkir yang tertera.

Gambar 2.2 Lobby


Terlihat bahwa lobby sangat terlihat kosong dan tidak hidup. Jika dibandingkan dengan
museum lain memiliki papan informasi yang tertera atau memiliki meja informasi yang di isi
oleh staff museum. Selain itu keterangan pada kain yang berada di dalam museum hanya
berbahan kertas informasi yang di print. Ada beberapa foto yang menunjukan proses kain
dengan bermodal foto yang di print dan di beri sanggahan.

Gambar 3.2 Keterangan kain. Gambar 3.2 Foto proses


Informasi yang disaji secara menarik harusnya yang dilakukan, karena jika
hanya bermodal ketas HVS yang di print sangat tidak menarik minat untuk bahan pembelajaran
dan informasi yang didapat pun sangat terbatas. selain itu Bahasa yagng di gunakan dalam
keterangan kain ada sebagian yang menggunakan Bahasa full inggris dan sebagian lagi ada
yang menggunakan Bahasa full indonesia hal ini yang kurang memaksimakan keterangan dari
informasi sebuah kain. Walaupun museum ini masih menggunakan bangunan tua tetapi sumber
informasi menggunakan digital harus di terapkan.

Gambar 4.2 Kids Zone Gambar 5.2 Pojok


Dapat di lihat dalam ruangan kids zone terdapat tumpukan barang yang tidak tertata
membuat kesan sebuah museum menajdi tidak rapih. Ada botol air mineral, ada tumpukan
kardus yang berisi barang-barang, adapula loker yang berantakan ini memberikan kesan sebuah
ruangan anak menjadi terlihat kumuh dan tidak tertata rapih. Selain itu di pojok dariruangan
terdapat tumpukan kardus dan lemari yang yang sangat tidak tertata sehingga banyak debu
yang bersarang di pojok. Kids Zone seharusnya memberikan ruangan yang memiliki kesan
bersih serta nyaman dalam sebuah arena anak-anak.

Selain itu pada setiap ruangan terdapat smoke detectore yang memiliki batang yang
panjang sehingga Tiang pada smoke detectore membuat bayangan pada pameran di bawahnya
membuat ruangan menjadi tidak photogenic. Hal itu terlihat sangat mengganggu.
Gambar 6.2 Smoke detector yang bergelantungan

Selain fasilitas program yang disediakan sangat menarik tetapi fasilitas dan pelayanan
juga aspek yang sangat penting dalam sebuah museum yang menjadi sumber informasi sejarah.
Kebersihan juga bagian terpenting baik untuk kesehatan pengunjung, staff, ataupun barang
sejarah yang berada di dalamnya. Terdapat pada Gambar 5.2 terlihat banyak tumpukan barang,
kardus, serta tumpukan barang yang tidak terpakai ini yang dapat menjadikan tempat tersebut
kotor dan lembap, sehingga tidak heran jika ada nyamuk di dalam ruangan.
BAB III
SARAN & KESIMPULAN
I.III KESIMPULAN
Hasil dari riset yang saya lakukan museum tekstil ini museum yang
keren karena sangat menjunjung tinggi pelestarian batik serta kain
nusantara lainyatetapu museum ini terkesan monoton dan membosankan
karena bangunan yang sudah tua, serta pemaparan informasi terkait kain
dari pameran sangat tidak menarik. Selain itu karena jika tidak memiliki
informasi yang menarik sangat kurang menarik minat dari masyarakat.
Sebenarnya bangunan tua bukanlah menjadi masalah tetapi informasi yang
di berikan, kebersihan, kerapihan, dan pelayanan yang baik menjadi aspek
yang penting untuk di junjung.
Selain itu museum juga harus bisa menarik hati masyarakat dengan
membuat program dalam sosial media yang terdapat. Serta pengunjung
mendapatkan banyak experience yang didapakan dari museum tekstik
sehingga memberikan kesan yang baik.

II.III SARAN
• Dengan melihat Interior yang sudah tua banyak yang harus di perbaiki
seperti smoke dectector yang bergantung, ada beberapa kabel yang
tidak rapih. Serta pemilihan cahaya yang kurang baik, sehingga
menjadikan museum redup. Seharusnya sebagai museum pameran dan
sejarah memiliki interior yang rapih agar memanjakan mata
pengunjung juga menjadikan museum menjadi photogenic. Outcomes
dari Interior yang photogenic juga dapat menaik masa dalam media
sosial sehingga minat terhadap pengunjung tinggi dalam mengunjungi
museum. Berikut adalah gambar secara kasar yang saya desain ulang.
Gambar 3.1 Redesain pada interior museum
• Walaupun museum yang memiliki bangunan tua tetapi informasi
harus di sampaikan dengan jelas,baik dan menarik. Seperti pada
museum lainya yang menggunakan layar digital untuk memaparkan
sejarah, informasi, serta ilustrasi dengan video yang menarik. Jika
keterangan pada museum hanya kertas HVS yang print sangat tidak
kreatif. Menurut ahli Psikolog mengatakan jika menyajikan kata-
kata disertai gambar dapat mendorong proses pemberlajaran serta
membuat siswa lebih mudah untuk menangkapnya. Outcomes jika
menggunakan layar digital pada museum itu lebih menarik perhatian
menarik minat dengan adanya ilustrasi sejarah belajar sejarah jadi
lebih menyenangkan, jika dengan ilustrasi video yang di tayangkan
lebih mudah pembelajaran itu adalah strategi yang baik dalam
pembelajaran dalam museum.
Gambar 3.2 Ilustrasi layar digital pada museum
• Program pada museum ini sudah bagus seperti membatik, adanya lomba
mewarnai pada museum tetapi harus ada promosi yang lebih gencar agar
museum tekstil ini naik di mata masyarakat. Seperti di promosikan oleh
selebgram seperti selebgram mengunjungi museum, karena dengan seleb
mengunjungi museum pasti menjadi panutan yang sangat positif unutuk
pengikutnya. Selain itu strategi juga memperkenalkan museum pada
masyarakat luas serta dapat merubah stereotype yang buruk di mata masyarakat
seperti ke museum adalah hal yang mebosankan.
• Membuat lingukan museum yang bersih juga menjadi aspek penting bagi kita
semua. Karena lingkungan nyaman sangat penting untuk kelangsungan museum
itu sendiri. Jadi kebersihan, kerapihan itu harus sangat di perhatikan. Seperti
pada barang barang yang tidak di pakai seharusnya di simpan dalam gudang,
karena ini museum tempat pameran, bersejarah jadi kerapihan adalah hal yang
penting yang harus di lakukan. Outcomes yang dapat timbul kesan yang baik
bagi pengunjung museum, jika museum yang kotor dan berantakan saat saya
berkunjung kemarin akankan mendapat kesan yang baik pada museum? Jadi
nilai-nilai kebersihan pada museum itu lah yang harus lebih diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai