Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEGAWATDARURATAN DAN BENCANA

ORO PHARING AIRWAY (OPA)

Disusun Oleh :
Bella Bonita
NIM. P0 0320117 051

Tingkat 3B Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Fatimah Khoirini, M.Kep
NIP. 198010202005012004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN CURUP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang pemasangan dan perawatan pasien dengan oropharyngeal airway
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Curup, Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ................................................................................................................... 3
2.2 Organ-Organ Yang Terlibat Dalam Oropharyngeal Airway ...................................... 4
2.3 Indikasi dan KontraIndikasi ....................................................................................... 4
2.4 Prosedur ...................................................................................................................... 5
2.5 Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh ........................................................... 6
2.6 Prinsip Pencegahan Infeksi......................................................................................... 6
2.7 Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal Tube ..................................... 7
2.8. Hal Yang Dikaji Sebelum Tindakan........................................................................... 7
2.9. Outcome Yang Ingin Dicapai Dari Pemasangan Oropharingeal Tube ...................... 7
2.10.Persiapan Alat, Lingkungan dan Pasien Sebelum Terapi Oksigen Diberikan .......... 8
2.11 Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube ................................................ 8
2.12 Evaluasi ..................................................................................................................... 9
2.13 Dokumentasi ............................................................................................................ 10
2.14 Pendidikan yang Perlu Diberikan pada Pasien dan Keluarga ................................ 10
2.15 Check List ............................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk dapat mengelola jalan nafas dengan baik, seorang tenaga medis harus
mengetahui, dan memahami struktur anatomi jalan nafas, fisioiogi dan patofisioligi terjadinya
gangguan jalan nafas.
Anatomi jalan nafas dibagi menjadi dua bagian yaitu jalan nafas bagian atas dimulai
dari dua lubang yaitu rongga hidung dan berlanjut ke posterior yang akanbertemu di faring,
kemudian melewati epiglotis kemudian melewati pita suara dan masuk ke laring. Laring
dikelilingi oleh kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan kelenjar tiroid.Jalan nafas bagian atas
berakhir disini.selanjutnya adalah jalan nafas bagian bawah yang diteruskan melalui trachea
dan berakhir di paru-paru. sumbatan jalan nafas dapat terjadi di sepanjang jalan nafas ini. Pada
bayi dan anak ada sedikit perbedaan anatomi dimana lidah yang relatif lebih besar
dibandingkan rahang bawah, glotis yang letaknya lebih atas dan anterior epiglotis yang lebih
besar danmudah terlipat serta pita suara yang terletak lebih anterior sehingga pada bayi
dan anak lebih mudah terjadi sumbatan jalan nafas.
Tujuan utama pengelolaan jalan nafas adalah untuk membersihkan
atau membypass sumbatan jalan nafas, mencegah aspirasi dan membantu pernafasan atau
mengambila alih pernafasan spontan dengan bantuan mesin ventilator.
Sumbatan jalan nafas bagian atas adalah kegawatdaruratan yang mengancam nyawa.
Penilaian yang cepat clan upaya mempertahankan patensi jalan nafas adalah penting walaupun
belum diketahui penyebab / diagnosis spesifik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Oropharyngeal airway adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan
pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas.
(Medical Dictionary). Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang
ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah
pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005). Oropharyngeal
tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang dimasukkan pada mulut ke
pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan
Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga
menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah
disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan
jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi
pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam
jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang

3
dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada
selang endotraceal.

2.2 Organ-Organ Yang Terlibat Dalam Oropharyngeal Airway


1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
3. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

2.3 Indikasi dan KontraIndikasi


1. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar untuk mencegah
lidah supaya tidak jatuh ke belakang faring yang dapat menutupi jalan napas.
Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat mencegah gigitan korban yang dilakukan
pemasangan intubasi. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat digunakan pada korban
yang mendapatkan oksigenasi melalui bag mask untuk memudahkan ventilasi dan
mencegah insuflasi gastric.

4
2. Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena
dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.

2.4 Prosedur
1. Cuci Tangan Pilihlah ukuran jalan napas oral yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin
dilakukan dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar bibir. Ujung
dari jalan napas harus pada dagu pasien.
2. Masukan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini :
a. balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap ke muka. Mulai untuk
memasukkan jalan napas kemulut . sebagaimana jalan napas mendekati dinding
posterior faring dekat dengan lidah belakang . putar jalan napaspada posisi yang
seharusnya.
b. gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong
kebelakang masuk faringposterior . masukam jalan napas oral kedalam posisi yang
seharusnya .
4. Jika reflex cegukan pasien terangsang , cabut jalan napas dengan segera dan masukan
kembali.
5. Untuk digunakan sebagai penahan ,jalan napas dipotong , sehingga hamper mendekati 2cm
keluar dari bagian yang datar (pada pasien dewasa).
6. Fiksasi jalan napas dengan plesterdilekatkan di pipi dan melintasi bagian datar dari jalan
napas , pada bibir pasien . jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas .harus berhati
hati untuk menjamin pasien cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada
tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari diskolasi jalan napas dan , karena itu
pasien akan muntah segera setelah ia sadar kembali.

5
2.5 Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh

Pemasangan oropharengeal tube meniadakan proses pemanasan dan pelembaban udara


inspirasi kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik. Perubahan
ini menyebabkan gagalnya silia mukosa bronkus mengeluarkan partikel-partikel tertentu dari
paru. Discharge trakea berkurang dan menjadi kental, akhirnya terjadi metaplasia skuamosa
pada epitel trakea.
Pada penderita dengan bantuan jalan nafas oropharyngeal ini merupakan benda asing
dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai koloni bakteri, yang
sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram positif. Pada fiksasi oropharyngeal tube
juga sering kali menimbulkan penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa
menyebabkan luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.

2.6 Prinsip Pencegahan Infeksi


Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu dari peralatan dan
juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur tindakan. Untuk perawatan, jaga
kebersihan mulut setiap 2 sampai 4 jam jika dibutuhkan. Oropharyngeal tube dapat direndam
di baskom yang telah diisi air kemudian dibilas dengan larutan hydrogen peroxida dan air.

6
2.7 Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal Tube
1. Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau apabila ukuran
terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga menyebabkan jalan nafas tersumbat
2. Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
3. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring.

2.8. Hal Yang Dikaji Sebelum Tindakan


Hal yang dikaji sebelum tindakan pemasangan oropharyngeal tube. Pastikan pasien
dalam keadaan tidak sadar. Pemaksaan pemasangan alat ini akan menimbulkan “gag reflek”
atau muntah yang mungkin menyebabkan aspirasi. Perhatikan dan ukur besarnya
oropharyngeal tube yang akan dipakai.
1. Oropharyngeal Airway (OPA) sebaiknya tidak dilakukan pada korban yang terstimulus
oleh reflek muntah, karena dapat beresiko aspirasi.
2. Oropharyngeal Airway (OPA) memiliki ukuran yang bervariasi, maka dari itu sebelum
memasang OPA harus diukur terlebih dahulu, pengukuran OPA yaitu dari ujung mulut
hingga ujung daun telinga. Ukuran yang terlalu keci dapat mengakibatkan lidah terdorong
ke orofaring. Sedangkan ukran yang terlalu besar dapat menyumbat trakea.
3. Pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA) yang kurang tepat justru dapat menyumbat
jalan napas, hal ini terjadi apabila OPA mendorong lidah ke tenggorokan.
4. Lakukan pemasangan dengan cara memutar 180o. akan tetapi, teknik ini tidak dilakukan
pada infant karena dapat melukai jaringan lunak di orofaring. Solusinya dapat
menggunakan tongue spatel untuk menekan lidah infant sebelum memasang OPA
5. Lepas segera OPA bila korban memiliki reflek muntah yang adekuat untuk mencegah
muntah

2.9. Outcome Yang Ingin Dicapai Dari Pemasangan Oropharingeal Tube


1. Tujuan pemasangan oropharyngeal tube adalah :
a. Menjaga kepatenan jalan nafas pasien.
2. Tujuan perawatan orupharyngeal tube adalah :
a. Menjaga jalan nafas tetap paten

7
b. Mencegah terjadinya infeksi

2.10.Persiapan Alat, Lingkungan dan Pasien Sebelum Terapi Oksigen Diberikan


1. Persiapan Alat
a) Mayo / Guidel / oropharyngeal tube berbagai ukuran
b) Sarung tangan
c) Plaster
d) Bengkok
e) Tounge spatel
f) Kasa
g) Suction
h) Selang penghisap
2. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatif
b. Siapkan sampiran atau sketsel
3. Persiapan Pasien
a. Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkun dengan bagian atas empat tidur
c. Pastikan pasien dalm keadaan aman untuk dilakukan tindakan
d. Pastikan tidak terdapat reflek faring

2.11 Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube


1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2. Pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan dengan
menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar di bibir. Ujung dari jalan
napas harus ada di dagu pasien.
3. Masukkan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini. Balik jalan napas
sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk memasukkan jalan napas ke
mulut. Sebagaimana jalan napas mendekati dinding posterior Faring dekat lidah
belakang, putar jalan napas pada posisi yang seharusnya (180 º). Gunakan penekan
lidah, gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong ke belakang masuk faring

8
posterior. Masukkan jalan napas oral ke dalam posisI yang seharusnya dengan bagian
atas masuk kebawah dan tidak perlu diputar.
4. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan masukkan
kembali.
5. Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi bagian datar dari
jalan napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas. Harus
berhati- hati untuk menjamin pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika
direkatkan pada tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan napas
dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.
6. Prosedur perawatan oropharyngeal tube :
a. Cuci tangan, gunakan sarung tangan, lakuka perawatan oral pada sisi rongga mulut
yang tidak terhalang oleh pipa
b. Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir pasien
c. Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat gerakkan pipa
kesisi lain dari mulut pasien.
d. Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
e. Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan
f. Atur kembali posisi klien
g. Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
h. Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
i. Perawat mencuci tangan

2.12 Evaluasi
1. Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat menyebabkan muntah-
muntah pada pasien yang sensitif dan karenanya harus digunakan hanya pada pasien tidak
sadar.
2. Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga mulut
3. Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang memerlukanpelepasan
jalan napas untuk memberikan perawatan oral.

9
2.13 Dokumentasi
1. Catat ukuran dari jalan napas yang digunakan
2. Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3. Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap komplikasi
4. Catat kecepatan dan sifat dari pernapasan.

2.14 Pendidikan yang Perlu Diberikan pada Pasien dan Keluarga


Instruksikan klien dan keluarga untuk tidak menggerakkan Oropharyngeal tube,
plester, atau pemegang oropharyngeal tube. Jika klien mengeluh atau nampak tidak nyaman,
instruksikan keluarga bertanya pada perawat.
Informasikan pada klien dan keluarga bahwa jika tube menyebabkan sumbatan,
untuk segera memberitahukan kepada perawat dan intervensi akan dilakukan untuk
mengurangi sumbatan.

2.15 Check List

Nilai

No. Aspek ketrampilan dan Medis yang dilakukan 0 1 2

1 Informed consent : salam, memperkenalkan diri,


menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, meminta
persetujuan (kepada keluarga jika pasien tidak sadar)

2 Memakai alat-alat proteksi diri meliputi ; topi, masker,


apron, sarung tangan, tambahan (jika ada) : google,
sepatu tidak tembus air

3 Mengenali problem airway (Look, Listen, Feel) dengan


kemungkinan cedera C-Spine. Apabila terdapat suspect C-
Spine Injury, maka pengelolaan jalan napas dasar dan
lanjut dilakukan dengan C-Spine protection yang meliputi
manual in line stabilization atau pemasangan cervical
collar.

3 Membuka jalan napas (Head tilt, chin lift, jaw trust) jika
gagal gunakan alat bantu jalan napas dasar (OPA)

10
perhatikan indikasi serta kontraindikasi

4 Dilakukan pemasangan Pulse Oxymetri (SpO2) bila ada


kemudian berikan Ventilasi tekanan positif dan
oksigenasi

5
Leher sedikit fleksi, kepala ekstensi. 1 bantal diletakkan di
bawah kepala.

6 Lepaskan OPA (jika pada langkah 3 sudah


terpasang).Tangan kiri memegang laringoskop. Masukkan
secara gentle pada sisi kanan mulut di atas lidah,
Singkirkan lidah ke kiri cari epiglotis. Tempatkan ujung
bilah di
valekula.

7 Dengan elevasi laringoskop, hindari mengungkit gigi


bagian atas. Hal ini akan mengangkat epiglotis sehingga
plica vocalis terlihat (warna lebih pucat)
Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten untuk lakukan
BURP manuver (Back, Up, Right Pressure) pada kartilago
krikoid sampai terlihat plika vokalis

8 Masukkan ETT melalui sisi kanan mulut, bimbing


ujungnya masuk trakea sampai cuff ETT melewati plika
vokalis (kedalaman 23 cm pada laki-laki dan 21 cm pada
wanita dewasa)

9 Masukkan ETT, bimbing ujungnya masuk trakea sampai


cuff ETT melewati plika vokalis.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

America Academy of pediatric (AAP). Pediatric for Prehospital Professional (2bd ed). Boston :
Jones dan Bartlet.
American Heart Association (AHA). (2005). Textbook of advanced life support. Dallas : Autor.
Vrocher, D & Hopson, L. 2004. Basic Airway Management and Decision-Making. J.R Robbert &
J.R. Hedges (Eds), Clinical in Emergency Medicine (4th ed., pp. 53-68). Philadelphia :
Saunders.
Clark, D.Y. 2009. “Oral Airway Insertion” in Proehl, J.A., Emergency Nursing Procedure.
Saunders, an imprint of Elseiver Inc. St Louis, Missouri.
Edwards, G.J. 2005, “Airway Management” in Newberry, Lorene, Criddle, Laura. Sheehy’s
Manual of Emergency Care. –Ed. 6-. Missouri : Else
Danzl DF.Principles of airway management. In : Callaham ML,ed. Current therapy in emergency
medicine .Toronto : BC Decker,1987:1
Stewart RD. Airway management.in trunkey DD , Lewis FR, eds .current therapy of trauma -2.
toronto : BC Decker ,1987:30

13
LAMPIRAN

1. 2.

3. 4.

14
5. 6.

7. 8.

15

Anda mungkin juga menyukai