Makalah Kegawatdaruratan Dan Bencana PDF Free
Makalah Kegawatdaruratan Dan Bencana PDF Free
Disusun Oleh :
Bella Bonita
NIM. P0 0320117 051
Tingkat 3B Keperawatan
Dosen Pembimbing:
Fatimah Khoirini, M.Kep
NIP. 198010202005012004
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang pemasangan dan perawatan pasien dengan oropharyngeal airway
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Oropharyngeal airway adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan
pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas.
(Medical Dictionary). Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang
ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah
pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005). Oropharyngeal
tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang dimasukkan pada mulut ke
pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan
Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga
menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah
disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan
jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi
pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam
jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang
3
dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada
selang endotraceal.
4
2. Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena
dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
2.4 Prosedur
1. Cuci Tangan Pilihlah ukuran jalan napas oral yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin
dilakukan dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar bibir. Ujung
dari jalan napas harus pada dagu pasien.
2. Masukan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini :
a. balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap ke muka. Mulai untuk
memasukkan jalan napas kemulut . sebagaimana jalan napas mendekati dinding
posterior faring dekat dengan lidah belakang . putar jalan napaspada posisi yang
seharusnya.
b. gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong
kebelakang masuk faringposterior . masukam jalan napas oral kedalam posisi yang
seharusnya .
4. Jika reflex cegukan pasien terangsang , cabut jalan napas dengan segera dan masukan
kembali.
5. Untuk digunakan sebagai penahan ,jalan napas dipotong , sehingga hamper mendekati 2cm
keluar dari bagian yang datar (pada pasien dewasa).
6. Fiksasi jalan napas dengan plesterdilekatkan di pipi dan melintasi bagian datar dari jalan
napas , pada bibir pasien . jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas .harus berhati
hati untuk menjamin pasien cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada
tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari diskolasi jalan napas dan , karena itu
pasien akan muntah segera setelah ia sadar kembali.
5
2.5 Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh
6
2.7 Prinsip / Hal Lain Untuk Pemasangan Oropharyngeal Tube
1. Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau apabila ukuran
terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga menyebabkan jalan nafas tersumbat
2. Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
3. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring.
7
b. Mencegah terjadinya infeksi
8
posterior. Masukkan jalan napas oral ke dalam posisI yang seharusnya dengan bagian
atas masuk kebawah dan tidak perlu diputar.
4. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan masukkan
kembali.
5. Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi bagian datar dari
jalan napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas. Harus
berhati- hati untuk menjamin pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika
direkatkan pada tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan napas
dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.
6. Prosedur perawatan oropharyngeal tube :
a. Cuci tangan, gunakan sarung tangan, lakuka perawatan oral pada sisi rongga mulut
yang tidak terhalang oleh pipa
b. Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir pasien
c. Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat gerakkan pipa
kesisi lain dari mulut pasien.
d. Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
e. Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan
f. Atur kembali posisi klien
g. Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
h. Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
i. Perawat mencuci tangan
2.12 Evaluasi
1. Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat menyebabkan muntah-
muntah pada pasien yang sensitif dan karenanya harus digunakan hanya pada pasien tidak
sadar.
2. Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga mulut
3. Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang memerlukanpelepasan
jalan napas untuk memberikan perawatan oral.
9
2.13 Dokumentasi
1. Catat ukuran dari jalan napas yang digunakan
2. Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3. Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap komplikasi
4. Catat kecepatan dan sifat dari pernapasan.
Nilai
3 Membuka jalan napas (Head tilt, chin lift, jaw trust) jika
gagal gunakan alat bantu jalan napas dasar (OPA)
10
perhatikan indikasi serta kontraindikasi
5
Leher sedikit fleksi, kepala ekstensi. 1 bantal diletakkan di
bawah kepala.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
America Academy of pediatric (AAP). Pediatric for Prehospital Professional (2bd ed). Boston :
Jones dan Bartlet.
American Heart Association (AHA). (2005). Textbook of advanced life support. Dallas : Autor.
Vrocher, D & Hopson, L. 2004. Basic Airway Management and Decision-Making. J.R Robbert &
J.R. Hedges (Eds), Clinical in Emergency Medicine (4th ed., pp. 53-68). Philadelphia :
Saunders.
Clark, D.Y. 2009. “Oral Airway Insertion” in Proehl, J.A., Emergency Nursing Procedure.
Saunders, an imprint of Elseiver Inc. St Louis, Missouri.
Edwards, G.J. 2005, “Airway Management” in Newberry, Lorene, Criddle, Laura. Sheehy’s
Manual of Emergency Care. –Ed. 6-. Missouri : Else
Danzl DF.Principles of airway management. In : Callaham ML,ed. Current therapy in emergency
medicine .Toronto : BC Decker,1987:1
Stewart RD. Airway management.in trunkey DD , Lewis FR, eds .current therapy of trauma -2.
toronto : BC Decker ,1987:30
13
LAMPIRAN
1. 2.
3. 4.
14
5. 6.
7. 8.
15