Anda di halaman 1dari 2

Deskripsi Kondisi Ekonomi Keluarga

Nama saya Muhamad Yusril saya lahir di Bogor. Saya terlahir di dalam keluarga sederhana, saya
bersyukur kedua orang tua saya masih diberikan nikmat umur oleh Allah SWT sampai saat ini.
Ibu saya bernama Neneng Hasanah beliau lahir di Bogor dan ayah saya bernama Djumaedi dan
lahir di Serang. Ibu saya berumur 56 tahun beliau ibu yang hebat. Ibu saya bekerja sebagai ibu
rumah tangga (IRT) dan beliau tidak pernah merasakan bangku sekolah. Sedangkan ayah saya
berumur 71 tahun beliau sudah cukup tua, ayah saya menempuh pendidikan hingga (SLTA) dan
ayah sudah tidak bekerja. Saat ini ayah saya hanyalah seorang pensiunan dengan gaji yang bisa
dibilang kurang cukup untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Keluarga saya mencoba
mencari tambahan penghasilan untuk membantu biaya kehidupan sehari-hari yaitu dengan
berjual kecil-kecil di depan rumah berjualan berbagai jenis makanan ringan kami tidak punya
warung, tempat berjualan keluarga saya hanya bermodalkan seutas tali yang dipanjangkan lalu
di situlah kami menempatkan ciki-cikian untuk dijajahkan. Namun berjualan itu kami sangat
bersyukur. Karena dulu kami bahkan sempat mencari barang-barang bekas untuk dikumpulkan
lalu dijual. Walaupun tidak dapat membantu banyak dalam keuangan keluarga apa lagi biaya
pendidikan saya.Terlebih lagi saat saat pandemi covid-19 datang semua terasa semakin sulit
walaupun pandemi bukan hanya saja menyulitkan kami namun juga keluarga-keluarga yang
sama seperti kami. Dan saya berharap pandemi ini segera berakhir.

Saya anak ketujuh dari tujuh bersaudara yaitu dengan dua kakak perempuan dan empat kakak
laki-laki. Tiga orang kakak saya sudah berkeluarga dan mempunyai anak dan mereka sudah
tinggal terpisah dengan kami walaupun rumah mereka tidak jauh dari rumahnya sebelum.
Sedangkan saya dan tiga kakak saya lainnya masih menganggur kakak saya sempat bekerja
namun dari masa awal pandemi covid-19 kakak saya terkena (PHK) dan sampai saat ini masih
menganggur.

Kami tinggal dirumah peninggalan kedua orangtua ibu saya yaitu nenek dan kakek saya. Rumah
tua yang sederhana dengan tembok zaman dulu yang sudah mempunyai beberapa retakan di
setiap sudutnya dan pintu kayu yang sudah terkelupas dan genteng yang berwarna hitam. Sejak
nenek saya masih hidup kami tinggal dirumah ini dengan jumlah 11 orang anggota keluarga
bahkan bisa lebih dan kami tidur dengan beberapa orang dikamar tidur dan diruang-ruang di
dalam rumah, hampir semuanya terisi terkecuali dapur yang dulunya masih beralaskan tanah.
Kami mengandalkan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan keluarga kami. Saya dan
keluarga saya masih menggunakan tungku dan menggunakan kaya bakar untuk memasak air.
Saat ayah belum cukup tua dia yang selalu mengambil air ledeng ke mushola terdekat, karena
saat itu keluarga saya belum mampu memasak air ledeng dirumah. Dan ibu saya yang selalu
memasak air minum untuk kebutuhan keluarga. Kedua orang tua yang adalah kedua orang yang
hebat yang mempu menghidupi ke tujuh anak-anak nya, meskipun dengan keadaan ekonomi
yang serba pas-pas. Namun seiring bertambahnya usia kedua orang tua saya, kini saya dan
kakak saya lah bertugas memasak segala kebutuhan dan ngambil air ledeng. Kedua orang tua
saya sudah tidak muda lagi dan mereka masih membiayai saya dalam pendidikan saya. Saya
berharap bantuan yang ajukan bisa diterima dan saya bisa mendapatkan bantuan bidikmisi.

Anda mungkin juga menyukai