Bank Syariah
Bank Syariah
Disusun Kelompok 1 :
Annisa Fauziah Rizky (1502100155)
Fariz Aditya Pratama (1502100255)
Galuh Fitriasih (1502100056)
Yudho Septian (1502100319)
Kelas F
S1 Perbankan Syariah
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014),
hlm. 8.
2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014),
hlm. 9.
1
Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-
benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit. Analisis
kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan
yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.
Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangan membahayakan
bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga
kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam
menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet.
Namun, faktor salah analisis ini bukanlah penyebab utama kredit macet walaupun
sebagian besar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab
lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari
oleh nasabah. Misalnya kebanjira atau gempa bumi.
Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang
dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena
dilihat terlebih dulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan
membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang
jangka waktunya. Namun jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka
tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh
nasabah.
a. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan
dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan
dapat memenuhi kewajibannya.
2
b. Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima
pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana
usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
c. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima
pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan
oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.
d. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan
untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai
terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
e. Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara
spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon
penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam
proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
f. Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-
benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak
boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan
mudharabah.”
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
4 http://niia1993.blogspot.co.id/2013/03/pembiayaan-vs-kredit.html
4
Bunga:
(Rp120.000.000 x 10%) : 12 bulan = Rp1.000.000
5
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
Bunga bulan 1:
((Rp120.000.000 - ((1-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp 1.000.000
Maka, cicilan bulan 1 = Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Bunga bulan 2:
((Rp120.000.000 - ((2-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp916.667
Maka, cicilan bulan 2 = Rp10.000.000 + Rp916.667 = Rp10.916.667
Bunga bulan 3:
((Rp120.000.000 - ((3-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp833.333
Maka, cicilan bulan 3 = Rp10.000.000 + Rp833.333 = Rp10.833.333
Terlihat ada pengurangan nilai total angsuran dari bulan pertama, bulan kedua,
dan seterusnya. Ini karena penerapan bunga efektif yang membuat bunga semakin
kecil bergantung sisa pokok pinjaman. Untuk bulan-bulan berikut dengan contoh
kasus di atas, hasil penghitungan bunga akan semakin kecil dan total angsuran akan
semakin rendah.5
5https://blog.duitpintar.com/pahami-jenis-jenis-bunga-kredit-bank-dan-cara-perhitungannya-
karena-tiap-pinjaman-berbeda-beda/
6
Pembiayaan syariah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga
skema yakni bagi hasil, jual-beli dan sewa. Perbedaan bagi hasil dengan kredit
konvensional sangat nyata sehingga orang awam sekalipun dapat cepat
memahaminya. Return bagi pemilik modal sangat ditentukan oleh apakah proyek
yang dibiayainya menguntungkan atau tidak. Dalam bagi hasil, jumlah uang yang
dikembalikan kepada pemodal tidak tergantung pada jangka waktu pembiayaan tetapi
lebih ditentukan oleh nisbah bagi hasil dan tingkat keuntungan yang terealisasi. Tidak
ada kepastian bahwa pemodal akan mendapat untung.6
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1
butir 12 dinyatakan bahwa: “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.”
Pada Pasal 1 butir 13 UU yang sama dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
6 http://agadhira.blogspot.com/2012/01/apa-beda-kredit-pada-bank-konvensional.html
7 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 2002, hlm.112.
7
syariah sebagai penyandang dana sebesar 3% . setelah bisnis dijalankan, nasabah
mampu mencetak keuntungan bisnisnya selama 1 thn sbb:
Bulan Pendapatan Usaha
1. 6.000.000
2. 7.000.000
3. 4.000.000
4. 4.500.000
5. 5.000.000
6. 5.500.000
7. 6.000.000
8. 5.400.000
9. 9.000.000
10. 5.700.000
11. 4.700.000
12. 3.500.000
Pertanyaan :
a) Berapa nisbah yang harus disepakati antara bank dengan nasabah?
b) Bagaimana distribusi bagi hasil pendapatan antara bank syariah dengan nasabah
berdasarkan data tersebut?
Jawaban :
a) Menentukan nisbah untuk kedua belah pihak yang melakukan kontrak pembiayaan:
Nisbah bank syariah = 3,2% x 8% x 100% = 40%
Nisbah nasabah = 100% - 40% = 60%
Rasio nisbah antara bank syariah dengan nasabah pembiayaan adalah 40% banding
60%
b) Menghitung distribusi bagi hasil untuk bank dan nasabah seseuai dengan nisbah dan
pendapatan aktual usaha,sebagai berikut :
Bagian bank Bagian Cicilan
40% nasabah Pokok
Bulan Laba usaha Setoran
60%
8
7. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000
8. 5.400.000 2,160.000 3.240.000 2.160.000
9. 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.000
10. 5.700.000 2.280.000 3.420.000 2.280.000
11. 4.700.000 1.880.000 2.800.000 1.880.000
Total 66.300.000 26.520.000 39.780.000 100.000.000 126.520.000
% dari Hasil Usaha 0.40 0.60
% dari Modal 26,52 39,78
9
= 100.000.000 + (2 x 4.000.000 ) + 10.000.000
= 118.000.000
10
DAFTAR PUSTAKA