Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Juni 2020 – November 2020)
bertempat di Lab. Fisika Medik dan Komputasi, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA,
Universitas Jenderal Soedirman.

3.2 Alat dan Bahan


Penelitian ini dilakukan dengan simulasi fasilitas iradiasi untuk terapi
kanker menggunakan BNCT. Alat dan bahan pada penelitian ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Perangkat keras berupa sebuah laptop dengan spesifikasi Processor Intel
(R) Pentium (R) CPU 2117U @ 1.80 GHz (2 CPUs), ~ 1.8 GHz; RAM 4
GB dan sistem operasi Windows 8.1 Single Language Starter 64-bit.
2. Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah software
PHITS (Particle and Heavy Ion Transport Code System), Notepad++,
Microsoft Excel, dan Microsoft Word

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilakukan pertama kali adalah mempelajari teori fisika
radiasi khususnya tentang dosimetri. Selanjutnya studi pustaka dilakukan dengan
cara mempelajari jurnal-jurnal ilmiah tentang BNCT yang dipublikasikan dalam
rentang waktu lima tahun terakhir. Jurnal-jurnal tersebut adalah jurnal tentang
kanker kulit melanoma, simulasi terapi kanker kulit melanoma dengan metode
BNCT, optimasi sumber neutron untuk BNCT, optimasi BSASL untuk BNCT,
dosimetri BNCT, serta simulasi dosimetri BNCT menggunakan perangkat lunak
PHITS.

18
19

3.3.2 Optimasi Beam Shaping Assembly Single Layer (BSASL)


Optimasi Beam Shaping Assembly Single Layer (BSASL) dilakukan secara
bertahap dengan menggunakan perangkat lunak PHITS. Geometri BSASL yang
akan dioptimasi dibuat dalam bentuk perintah pada cell card dan surface card.
Bahan dari setiap geometri yang dibentuk dapat divariasikan berdasarkan perintah
yang diberikan pada bahan card. Pengoptimasian BSASL meliputi pemilihan
BSASL yang akan dioptimasi dan melakukan variasi beberapa bahan untuk setiap
bagian BSASL serta mengujinya secara langsung melalui simulasi menggunakan
PHITS. Untuk mengoptimasi BSASL BNCT, dilakukan variasi bahan dan
ketebalan penyusun BSASL. Material yang baik untuk dijadikan bahan dari
komponen BSASL adalah bahan yang memiliki sifat padat, tidak mudah korosi,
tidak mudah rusak dan tidak menghasilkan unsur radiasi baru (Bilalodin, dkk,
2019). Adapun beberapa jenis bahan dan ketebalan BSASL yang akan divariasi
adalah :
1. Moderator, pada bagian ini divariasikan bahan dan ketebalan moderator. Jenis
bahan moderator yang divariasikan adalah C2F4, MgF2, AlF3, dan LiF.
Dipilihnya material-material tersebut karena keempatnya merupakan bahan
yang direkomendasi IAEA dan juga memiliki karakteristik massa atom yang
rendah, tampang lintang serapan rendah, dan memiliki tampang lintang
hamburan neutron yang cukup besar. Sementara untuk ketebalan menurut
beberapa referensi tebal moderator adalah 22 cm, sehingga dipilih variasi
ketebelannya 20, 21, 22, 23, dan 24 cm.
2. Reflektor, beberapa bahan reflektor yang divariasikan adalah Pb, Parafin, FeC
dan Ni. Dipilihnya bahan tersebut karena keempatnya memiliki nomor atom
dan massa atom yang besar (densitasnya tinggi), sehingga memiliki
karakteristik tampang lintang hamburan neutron cepat yang tinggi. Sementara
untuk ketebalan menurut beberapa referensi tebal reflektor adalah 50 cm,
sehingga dipilih variasi ketebalannya 40, 45, 50, 55, dan 60 cm.
3. Filter neutron cepat, bahan yang divariasikan adalah Bi, Fe, Ni dan Pb.
Dipilihnya bahan tersebut karena keempatnya memenuhi rekomendasi bahwa
bahan yang dijadikan untuk filter neutron cepat/epithermal adalah bahan yang
20

memiliki karakteristik tampang lintang hamburan neutron cepat dan ephitermal


yang tinggi. Bahan yang memiliki karakteristik tersebut adalah bahan yang
tersusun atas atom-atom dengan massa besar, dan hal tersebut terpenuhi oleh
bahan yang dipilih dalam penelitian ini. Sementara untuk ketebalan menurut
beberapa referensi tebal filter neutron cepat adalah 8 cm, sehingga dipilih
variasi ketebalannya 6, 7, 8, 9 dan 10 cm.
4. Filter neutron epithermal, bahan yang divariasikan adalah Cd, Fe, Ni, dan Pb.
sama halnya dengan filter neutron cepat, pemilihan bahan-bahan tersebut
karena memiliki atom-atom dan massa yang besar sehingga dapat menyerap
hamburan neutron cepat maupun epithermal. Sementara untuk ketebalan
menurut beberapa referensi tebal filter neutron ephitermal adalah 60 cm,
sehingga dipilih variasi ketebalannya 50, 55, 60, 65 dan 70 cm.
5. Perisai gamma, pada bagian ini divariasikan bahan penyerap gamma yaitu Bi,
Fe, Ni dan Pb. Material yang digunakan sebagai perisai radiasi gamma adalah
material yang mempunyai karakteristik atenuasi gamma yang baik, produk
attenuasi yang tidak berbahaya, dan massa jenis yang tinggi. Bahan tersebut
telah memenuhi beberapa karakteristik yang sesuai untuk dijadikan perisai
gamma. Sementara untuk ketebalan menurut beberapa referensi tebal filter
neutron ephitermal adalah 60 cm, sehingga dipilih variasi ketebalannya 50,
55, 60, 65 dan 70 cm.

3.3.3 Analisis Hasil Optimasi BSASL


Hasil optimasi BSASL dilakukan untuk masing-masing geometri yang
dibuat dengan tujuan utama yaitu fluks neutron keluaran BSASL yang dioptimasi
memenuhi standar IAEA dan memiliki karakteristik yang lebih baik dari fluks
neutron keluaran BSA yang sudah ada. Analisis karakteristik fluks neutron
keluaran BSASL yang dioptimasi dengan keluaran fluks neutron thermal lebih
dari 109 n/cm2.s. Fluks neutron thermal didapat dari spektrum dan gambar hasil
simulasi.
21

3.3.4 Pemodelan Jaringan Kanker Kulit Melanoma


Model Jaringan kanker yang disimulasikan dalam penelitian adalah jaringan
kanker kulit melanoma pada lengan wanita dewasa dimana posisi kankernya pada
kedalaman 1 cm di permukaan kulit dengan panjang potongan lengannya 7 cm
dan jari-jari 5 cm. Geometri gtv atau kanker berbentuk balok dengan panjang 2
cm, lebar 2 cm dan tingginya 1 cm. Bentuk dimensi geometri jaringan tulang,
otot, dan kulit, masing-masing berbentuk silinder dengan jari-jari 1,2 cm; 4,0 cm;
dan 5,0 cm sementara tinggi dari masing-masing jaringan 7 cm.

Tabel 3. 1 Material tiap jaringan (Fadzilah, 2018)


Material jaringan tulang Material jaringan otot Material jaringan kulit
Unsur Fraksi Massa Unsur Fraksi Massa Unsur Fraksi Massa
H 0,0472340000 H 0,1006370000 H 0,1005880000
C 0,1443300000 C 0,1078300000 C 0,2282500000
N 0,0419900000 N 0,0276800000 N 0,0464200000
O 0,4460960000 O 0,7547730000 O 0,6190020000
Mg 0,0022000000 Na 0,0007500000 Na 0,0000700000
P 0,1049700000 Mg 0,0001900000 Mg 0,0000600000
S 0,0031500000 P 0,0018000000 P 0,0003300000
Ca 0,2099300000 S 0,0024100000 S 0,0015900000
Zn 0,0001000000 Cl 0,0007900000 Cl 0,0026700000
K 0,0030200000 K 0,0008500000
Ca 0,0000300000 Ca 0,0001500000
Fe 0,0000400000 Fe 0,0000100000
Zn 0,0000500000 Zn 0,0000100000

Tabel 3. 2 Material tiap jaringan kanker (Fadzilah, 2018)


Material jaringan kanker
Unsur Fraksi Massa
H 0,0989990100
C 0,2689973100
N 0,0449995000
O 0,5689943100
P 0,0179998000

3.3.5 Simulasi Dosimetri


Simulasi dosimetri diawali dengan pemodelan kanker kulit melanoma
menggunakan PHITS. Model yang dibuat adalah model kanker kulit melanoma
yang terletak dibagian lengan dengan geometri jaringan kanker kulit melanoma
22

pada kedalaman 1 cm di permukaan kulit dengan panjang potongan lengannya 7


cm dan jari-jari 5 cm. Geometri gtv atau kanker berbentuk balok dengan panjang
2 cm, lebar 2 cm dan tingginya 1 cm. Bentuk dimensi geometri jaringan tulang,
otot, dan kulit, masing-masing berbentuk silinder dengan jari-jari 1,2 cm; 4,0 cm;
dan 5,0 cm dan tinggi 7 cm. Dosimetri dilakukan untuk konsentrasi boron 30
μg/g, 35 μg/g, 40 μg/g, 45 μg/g, dan 50 μg/g. Senyawa boron memiliki sifat
toksik di dalam tubuh pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan uji klinis, boron
tidak bersifat toksik pada konsentrasi 3000 – 6000 mg pada anak – anak dan
15.000 – 20.000 mg pada dewasa. Senyawa boron yang disuntikkan ke dalam
tubuh pasien adalah kurang dari 900 mg/kg berat badan pasien (Rosidah, 2017).
Menurut Matalka (1994) konsentrasi boron-10 di jaringan kanker sebanyak 10 –
60 µg boron/g.
Berdasarkan interaksi-interaksi yang terjadi saat neutron melintasi jaringan,
maka dapat dilakukan perhitungan dosimetri radiasinya (Irhas, dkk, 2014).
Perhitungan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan jumlah atom dalam jaringan, menggunakan persamaan :

N B-jaringan* + (3. 1)
n n

Keterangan:
= fluks (proton/cm2.s)
NB-jaringan = jumlah atom/kg jaringan
σR = tampang lintang reaksi (cm2)
ArB = massa atom relatif boron (kg/mol)
NA = bilangan avogadro (6,02x1023atom/mol)
Q = energi partikel alfa (MeV)
NB = jumlah boron (atom)
mB = massa boron yang terakumulasi (kg)

2. Laju dosis boron, menggunakan persamaan :

(3. 2)

Keterangan:
B = Laju dosis boron (Gy/s)
23

Φ = Fluks neutron thermal (neutron/cm2 .s)


NB−jaringan = Jumlah atom boron-10 per massa jaringan (atom/kg jaringan)
σα,B = Tampang lintang serapan boron-10 (cm2 )
Q = Energi partikel (MeV)

3. Laju dosis gamma, Dosis gamma merupakan reaksi antara neutron thermal
dengan hidrogen di dalam tubuh menghasilkan deuterium atau hidrogen-2.
Laju dosis gamma menggunakan persamaan:
γ̇ H H (3. 3)
Keterangan:
= Fluks neutron thermal (neutron/cm2 .s)
H = Jumlah atom Hidrogen per massa jaringan (atom/kg jaringan)
2
H = Tampang lintang serapan hidrogen (cm )
γ= Laju dosis gamma (Gy/s)
Q = Energi partikel (MeV)

4. Laju dosis proton, Dosis Proton merupakan reaksi antara neutron thermal
dengan nitrogen di dalam tubuh menghasilkan karbon dan proton. Laju dosis
proton menggunakan persamaan:

(3. 4)

Keterangan:
P = Laju dosis proton (Gy/s)
Φ = Fluks neutron thermal (neutron/cm2 .s)
NN−jaringan = Jumlah atom nitrogen per massa jaringan (atom/kg jaringan)
σα,N = Tampang lintang serapan nitrogen (cm2 )
Q = Energi partikel (MeV)

5. Perhitungan laju dosis total, dosis total memiliki prinsip yang sama dengan
dosis ekuivalen pada proteksi radiasi, dosis ekivalen menyatakan tingkat
kerusakan pada jaringan tubuh disebabkan oleh energi radiasi yang terserap
tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi (Irhas, dkk, 2014). Dimana
persamaannya sebagai berikut:
24

total = wα α+ wγ γ + wP P + wneutron neutron (3. 5)

Keterangan:
total = laju dosis total (Gy/s)
wB = faktor bobot radiasi boron
wγ = faktor bobot radiasi gamma
wP = faktor bobot radiasi proton
wneutron = faktor bobot radiasi neutron
Tabel 3. 3 Faktor bobot radiasi (Irhas, dkk, 2014)
Sumber radiasi Faktor bobot radiasi
Boron 3,8 (kanker); 1,3 (jaringan sehat)
Proton 3,2
Neutron 3,2
Gamma 1,0

6. Perhitungan waktu iradiasi


Dm n m l
t= (3. 6)
Dtot l

Keterangan:
t = Waktu iradiasi (s)
Dminimal = Dosis minimal perusak jaringan
Dtotal = Laju dosis total yang diserap sel kanker (Gy/s)

Batas minimal untuk membunuh sel kanker kulit melanoma adalah 30 – 36


Gy (Rosida, dkk, 2017). Pada penelitian ini digunakan dosis 30 Gy sebagai
dosis minimal perusak jaringan kanker.

7. Perhitungan dosis serap


se p t (3. 7)
Keterangan:
se p = Dosis Serap (Gy)
= Dosis total (Gy/s)
t = Waktu iradiasi (s)
3.4 Diagram Alir

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian

Anda mungkin juga menyukai