Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Neutron
2.1.1 Interaksi Neutron dengan Materi
Neutron merupakan salah satu sumber radiasi yang tidak memiliki muatan.
Ketika neutron melintas di dekat inti atom, neutron akan berinteraksi dengan gaya
inti. Interaksi neutron dengan inti atom (Ahmed, 2007). diantaranya adalah :
1. Hamburan elastis, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti yang
berada pada keadaan dasar (ground state).
2. Hamburan tak elastis, merupakan interaksi neutron yang hampir sama dengan
hamburan elastis resonan hanya saja inti atom yang ditumbuk menjadi
tereksitasi dan neutron yang dilepaskan memiliki energi kinetik yang lebih
kecil dibandingkan energi kinetik neutron yang menumbuk inti atom.
3. Radiative capture, adalah proses dimana neutron ditangkap oleh inti atom
yang mengakibatkan inti atom berada pada keadaan tereksitasi dan
memancarkan radiasi gamma untuk mencapai keadaan dasarnya.
4. Transmutasi, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti atom dan
menyebabkan inti atom tersebut bermutasi menjadi inti lain.
5. Pembentukan neutron, adalah proses yang terjadi saat neutron berinteraksi
dengan inti atom yang memiliki daya ikat neutron lemah, misalnya Berilium.
6. Reaksi fisi, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti atom yang
memiliki nomor atom besar dan mengakibatkan inti tersebut terbelah menjadi
dua buah anak inti disertai dengan pelepasan beberapa neutron dan radiasi
gamma.

2.1.2 Siklotron sebagai Sumber Neutron untuk BNCT


Siklotron merupakan salah satu sumber neutron yang dikembangkan untuk
Boron Neutron Capture Therapy (BNCT). Salah satu keunggulannya adalah
sangat memungkinkan didirikan di dekat rumah sakit. Energi neutron yang

5
6

dihasilkan siklotron termasuk dalam kategori neutron cepat. Neutron tersebut


masih belum dapat digunakan secara langsung pada terapi BNCT. Oleh karena
itu, energi neutron harus dimoderasi menjadi neutron epithermal dalam jangkauan
antara 0.5 keV dan 10 keV (Wahyuningsih, dkk, 2018). Untuk tujuan tersebut,
neutron harus diperlakukan dalam sistem tertentu, yang disebut Beam Shaping
Assembly (BSA) (Kasesaz, dkk, 2014).
Menurut rekomendasi International Atomic Energy Agency (IAEA),
intensitas berkas neutron thermal/epithermal untuk BNCT diatas sebesar 109
n/cm2.s. Intensitas dan kualitas berkas neutron dapat dioptimalkan sehingga sesuai
kebutuhan BNCT melalui penggunaan konfigurasi geometri yang tepat dan
pemilihan material yang sesuai dalam desain Beam Shaping Assembly (BSA)
(Bilalodin, dkk, 2019).

2.2 Boron Neutron Capture Therapy


Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) merupakan metode terapi kanker
yang sangat menjanjikan karena mampu membunuh sel kanker secara selektif
dengan menggunakan senyawa boron 10 dalam sel yang diradiasi dengan neutron.
Boron 10 memiliki tampang lintang reaksi yang tinggi untuk menangkap neutron
10
thermal (3840 b), keduanya dapat membentuk interaksi B(n,α)Li yang akan
menghasilkan partikel alpha dan inti lithium seperti Gambar 2. 1. Partikel-α dan
inti 7Li yang dihasilkan memiliki energi sebesar 1.47 MeV dan 0.83 MeV
(Sauerwein & Moss, 2009).
Energi partikel- dan 7Li inilah yang dimanfaatkan untuk merusak sel
kanker dalam jaringan tubuh. Jangkauan partikel- dan 7Li sangat pendek
seukuran dimensi sel, sehingga efek radiasi dapat difokuskan pada sel kanker
(Sauerwein & Moss, 2009). Gambar 2. 1 Menunjukan Skema interaksi Boron 10
dengan neutron thermal.
7

Gambar 2. 1 Skema interaksi Boron 10 dengan neutron thermal (Sauerwein & Moss,
2009)

Neutron yang digunakan pada terapi kanker dengan metode BNCT adalah
neutron thermal dan epithermal. Neutron thermal mampu menembus jaringan
tubuh pada kedalaman 2 – 3 cm, sehingga cocok digunakan pada kanker kulit.
Sementara neutron epithermal mampu menembus jaringan tubuh pada kedalaman
8 – 10 cm, sehingga cocok digunakan pada kanker yang letaknya lebih dalam
(IAEA, 2001). Daya tembus neutron thermal dan epithermal pada phantom air
diperlihatkan pada Gambar 2. 2

Gambar 2. 2 Kurva distribusi fluks neutron thermal dan neutron epithermal (IAEA,
2001)
8

Energi yang disimpan oleh 10B(n, α) 7Li disebut dengan dosis boron. Selain
dosis boron, terdapat empat komponen dosis utama yang di produksi di dalam
jaringan pada terapi BNCT (IAEA, 2001) yaitu:
a. Dosis gamma (Dγ), dosis gamma dalam jaringan terbentuk saat radiasi
gamma mengionisasi jaringan tubuh. Dosis radiasi gamma dalam BNCT
timbul saat neutron thermal berinteraksi dengan hidrogen H(n,γ)H. Besar
energi gamma yang diradiasikan adalah 2.23 MeV.
b. Dosis proton (Dp), dosis proton dalam BNCT timbul akibat adanya reaksi
tangkapan neutron thermal oleh Nitrogen, reaksi ini menghasilkan proton dari
reaksi N(n,p)C dengan energi proton sebesar 0.66 MeV. Proton hasil reaksi
inilah yang akan mengionisasi jaringan tubuh pasien sehingga perlu dihitung
sebagai komponen dosis radiasi.
c. Dosis Boron-10 (Db), dosis boron timbul akibat adanya reaksi antara neutron
thermal dan boron-10. Energi rerata yang dihasilkan dari interaksi ini sebesar
2.33 MeV. Hasil reaksi ini adalah partikel alpha, inti lithium dan radiasi
gamma yang akan mengionisasi sel-sel kanker.
d. Dosis neutron (Dn), dosis neutron dalam BNCT muncul akibat adanya reaksi
hamburan neutron oleh hidrogen dalam jaringan tubuh. Interaksi hamburan
tersebut dapat menghasilkan proton melalui reaksi H(n,n’)p.
Keempat dosis tersebut menghasilkan dosis total BNCT

2.3 Beam Shaping Assembly (BSA)


BSA adalah sistem alat yang digunakan untuk menghasilkan fluks neutron
yang sesuai dengan fluks neutron dalam terapi BNCT. Sistem BSA berfungsi
mempertahankan fluks berkas neutron yang memadai dan mengurangi
kontaminasi (neutron cepat, thermal dan gamma) yang menyertai berkas neutron
epithermal. Komponen BSA terdiri dari beberapa bagian diantaranya:
1. Moderator
Moderator digunakan sebagai penurun energi dari neutron cepat menjadi
neutron epithermal maupun thermal. Suatu moderator harus memiliki
karakteristik massa atom yang rendah, tampang lintang serapan rendah, dan
9

memiliki tampang lintang hamburan neutron yang cukup besar. (Ardana &
Sardjono, 2017). Beberapa bahan yang memenuhi karakteristik adalah Al, C,
S, AL2O3, AlF3, D2O, dan (CF2)n (IAEA, 2001).
2. Reflektor
Reflektor digunakan untuk menjaga intensitas neutron yang dihasilkan dari
reaksi Be(p,n)B. Bahan reflektor yang digunakan harus memiliki karakteristik
tampang lintang hamburan neutron cepat yang tinggi (Ardana & Sardjono,
2017). Bahan yang memiliki tampang lintang hamburan neutron cepat yang
tinggi adalah bahan yang tersusun atas atom-atom dengan massa atom besar
(densitasnya tinggi). Beberapa bahan yang memenuhi karakteristik tersebut
adalah Pb, Bi, PbF2 (IAEA, 2001).
3. Filter
Filter didalam kolimator digunakan untuk meningkatkan rasio fluks neutron
epithermal dengan fluks neutron thermal dan ratio fluks neutron epithermal
dengan fluks neutron cepat. Sehingga dibutuhkan suatu bahan yang memiliki
tampang lintang serapan neutron thermal yang sangat rendah dan juga
memiliki tampang lintang serapan neutron cepat dan neutron epithermal yang
sangat tinggi. Bahan yang direkomendasikan untuk bahan ini adalah campuran
antara 40% Al + 60% AlF3 (Ardana & Sardjono, 2017). Filter mempunyai
peran yang penting dalam menyerap neutron cepat serta neutron epithermal
sehingga fluks neutron yang keluar dari kolimator adalah fluks neutron
thermal. Selain bahan tersebut, untuk filter dalam kolimator juga dapat
digunakan bahan berupa campuran antara isotop Ni + B + S + Fe (IAEA,
2001).
4. Perisai gamma
Perisai gamma berfungsi untuk menyerap sinar gamma dalam kolimator, oleh
karena itu bahan yang dipilih ialah bahan yang mempunyai densitas tinggi.
Bahan yang direkomendasikan adalah Pb dan Bi. Pb mempunyai koefisien
attenuasi yang lebih besar dibandingkan Bi. Meskipun begitu, Bi dapat
melewatkan neutron epithermal lebih baik dibandingkan dengan Pb (IAEA,
2001).
10

2.4 Dosimetri Radiasi


Radiasi tidak dapat dilihat, dirasa oleh tubuh. Paparan radiasi yang berlebih
dapat menimbulkan efek yang merugikan. Pemanfaatan berbagai sumber radiasi
harus dilakukan secara cermat dan memperhatikan prosedur standar proteksi dan
keselamatan radiasi untuk menghindari terjadinya paparan radiasi yang tidak
diinginkan. Prosedur proteksi bertujuan untuk mencegah terjadinya efek
deterministik pada individu dengan mempertahankan dosis di bawah ambang dan
untuk memperkecil resiko terjadinya efek stokastik pada populasi di masa kini
dan masa mendatang (Bapeten, 2007).
Dosimetri radiasi adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran dan satuan
radiasi. Besaran radiasi antara dosis serap, dosis ekivalen dan dosis efektif.

1. Dosis Serap
Dosis serap (D) adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi
pengion sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm). Satuan
dosis serap dalam SI adalah joule/kg atau sama dengan gray (Gy). Satu gray
adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut (Seuntjens, dkk, 2005):

D= (2. 1)

2. Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen (HT) merupakan tingkat kerusakan biologis pada
jaringan tubuh akibat dari paparan radiasi. Juga dikenal sebagai dosis serap
yang diterima oleh tubuh manusia secara keseluruhan dikalikan dengan faktor
bobot radiasi, Faktor bobot (wR) merupakan nilai yang membedakan pengaruh
jenis radiasi terhadap suatu organ dalam tubuh manusia. Faktor bobot
ditunjukan pada
Tabel 2. 1. Faktor bobot (wR) disebut pula RBE (Relative Biological
Effectiveness) yang merupakan perbandingan antara dosis acuan dan energi
radiasi yang diberikan. Satuan dosis ekivalen dalam SI yaitu Gy.

HT = D (Gy) wR (2. 2)
11

Tabel 2. 1 Data faktor bobot radiasi untuk tiap partikel iradiasi (Clarke, 2011)
Tipe dan rentang energi radiasi Wr
Foton dan sinar X, semua energi 1
Elektron dan positron, semua energi 1
Neutron dengan energi :
<10 keV 5
10 keV-100 keV 10
>100 keV-2 MeV 20
>2 MeV-20 MeV 10
>20 MeV 5
Proton dengan energi >20 MeV 5
partikel alfa, fragmen fisi, inti berat berenergi 20

3. Dosis Efektif
Dosis efektif (Heff) merupakan ukuran dari total kerusakan yang
disebabkan oleh iradiasi pada beberapa organ atau jaringan. Satuan dari dosis
efektif adalah J/Kg yang mempunyai satuan khusus Sievert. Setiap jaringan
tubuh manusia memiliki kepekaan terhadap radiasi pengion yang berbeda.
Maka dari itu perlu adanya pemberian nilai bobot pada dosis ekivalen disetiap
organ yang disebut faktor bobot jaringan (wT) yang merupakan dosis serap di
dalam setiap jaringan T. Kemudian nilai wT diberikan untuk seluruh organ
tubuh dengan seragam sehingga menghasilkan dosis efektif. Dosis ekivalen
yang telah diberi bobot, akan didapatkan dosis efektif dengan persamaannya
sebagai berikut (Clarke, 2011):

Heff=D.wR.wT (2. 3)

dengan wT faktor bobot pada jaringan atau organ

Dalam terapi kanker kulit maksimum yang diberikan adalah antara 30-52 Gy
(Matalka,, dkk, 1994). Batas minimal untuk membunuh sel kanker kulit
melanoma adalah 30 – 36 Gy (Rosida , dkk, 2017). Dosis 30 Gy sebagai dosis
minimal perusak jaringan kanker. Data faktor jaringan untuk tiap jaringan
dalam tubuh diperlihatkan pada Tabel 2. 2
12

Tabel 2. 2 Data faktor jaringan untuk tiap jaringan dalam tubuh (Clarke, 2011)
Jenis jaringan/organ wT ΣwT
Sumsum tulang (merah), usus besar,
paru-paru, perut, payudara, 0,12 0,72
remainder tissues*
Kandung kemih, esofagus,
hati, kelenjar tiroid 0,04 0,16
Gonads(kelenjar kelamin) 0,08 0,08
Permukaan tulang, otak,
kelenjar ludah/saliva, kulit 0,01 0,04
Total 1,00

3.5 Program PHITS


PHITS (Particle and Heavy Ion Transport Code System) merupakan
software yang menggunakan metode Monte Carlo untuk menghitung transport
partikel dan ion berat. PHITS dikembangkan oleh member di RIST (Research
Organization for Information Science and Technology), JAEA (Japan Atomic
Energy Agency), KEK (High Energy Accelerator Research Organization), TITech
(Tokyo Institute of Technology), Vienna University of Technology Austria. Bahasa
pemrograman PHITS adalah Fortran dengan kemampuan object-oriented
programming. Kapasitas program PHITS ini adalah batas energi partikel dari 10
4eV- 1 TeV, transport dan tumbukan dari semua partikel (neutron, proton, meson,
baryon, elektron, foton, heavy ions) (Iwamoto, dkk, 2016). Map dari model dan
data library untuk simulasi nuklir dan atomik pada software PHITS ditunjukan
pada Gambar 2. 3

Gambar 2. 3 Map dari model dan data library untuk simulasi nuklir dan atomik pada
software PHITS (JAEA, PHIST JAEA, 2007)
13

Guna menjalankan program PHITS diperlukan input program. Input


Program PHITS diawali dengan [Section Name] dengan variasi diperlihatkan pada
Tabel 2. 3
Tabel 2. 3 Variasi section yang digunakan dalam PHITS (Iwamoto, dkk, 2016) (JAEA,
2018)
Nama Deskripsi
[title] Judul
[parameters] Berbagai tipe parameter
[source] Definisi sumber
[material] Definisi bahan
[surface] Definisi permukaan
[cell] Definisi cell
[transform] Definisi transformasi koordinat
[temperature] Definisi suhu cell
[mat time change] Definisi bahan gayut waktu
[magnetic field] Definisi medan magnet
[electromagnetic field ] Definisi medan elektromagnetik
[delta ray] Definisi produksi sinar
[track structure] Definisi menggunakan mode simulasi lintasan struktur
[super mirror] Definisi super mirror
[elastic option] Definisi opsi elastik
[frag data] Definisi tampang lintang oleh pengguna
[importance] Definisi tingkat prioritas daerah
[weight window] Definisi faktor beban
[ww bias] Definisi bias bremsstrahlung
[forced collisions] Definisi tumbukan paksa
[volume] Definisi volume region
[multiplier] Definisi faktor pengali
[mat name color] Nama bahan dan definisi warna untuk plot grafis
[reg name] Definisi nama region untuk plot grafis
[counter] Definisi pecahan
[timer] Definisi timer
[end] Bagian akhir dari file input

Kode perhitungan dalam program PHITS terdiri dari section [parameter].


Parameter-parameter tersebut ditunjukan pada Tabel 2. 4

Tabel 2. 4 Pilihan parameter icntl dalam program PHITS (Iwamoto, dkk, 2016) (JAEA,
2018)
Parameter Value Explanation
(D=0) Basic control option
=0 Normal PHITS calculation
=1 Nuclear reaction calculation (under development)
=2 Output a CGVIEW input file
icntl =3 Output only input echo for checking memory usage
=4 Output a MARS-PF input file
=5 No-reaction and ionization,for geometry check and volume
=6 Source check, can be tallied by [t-product]
=7 Execute [t-gshow]tally
=8 Geometry output of xyz mesh tally with gshow option
14

Ada tiga komponen utama dalam simulasi PHITS terdiri dari geometri,
sumber, dan perhitungan (tally). Untuk mensimulasikan partikel dalam ruang
maka diperlukan geometri dan informasi partikel sumber.
1. Geometry
Dalam membuat geometri tiga dimensi diperlukan material, surface, dan cell.
Masukan material terdiri dari nomor material, atom, dan massa jenis (dapat
berupa fraksi atom atau fraksi massa). Input surface terdiri dari nomor
surface, bentuk, dan parameter (cm). Input cell terdiri dari nomor cell, nomor
material, massa jenis, dan nomor surface. Data surface pada PHITS
ditunjukan pada Tabel 2. 5
Tabel 2. 5 Data surface pada PHITS (JAEA, 2018)
Simbol Tipe Deskripsi Persamaan Input
P Bida Umum Ax + By + Cz − D = 0 ABC
PX ng Tegak lurus sumbu x−D=0 D
PY datar X y− D = 0 D
PZ Tegak lurus sumbu z−D=0 D
Y
Tegak lurus sumbu
Z
SO Bola Titik pusat R
S Umum R
SX Titik pusat sumbu R
SY X R
SZ Titik pusat sumbu R
Y
Titik pusat sumbu
Z
C/X Silin Paralel sumbu X R
C/Y der Paralel sumbu Y R
C/Z Paralel sumbu Z R
CX Pada sumbu X R
CY Pada sumbu Y R
CZ Pada sumbu Z

2. Source
Section name source ini menggambarkan sumber radiasi yang
digunakan, berupa jenis partikel radiasi, posisi penyinaran, tipe sumber, sudut
15

penyinaran dan lainnya. Dalam menentukan tipe sumber dapat dilihat pada
Tabel 2. 6

Tabel 2. 6 Pilihan tipe sumber pada section source dalam program PHITS (Iwamoto,
dkk, 2016) (JAEA, 2018)
Source type Explanation
s-type=1 Cylinder(or circle, pencil)
s-type=4 Cylinder with energy distribution
s-type=2 Rectangular solid(orrectangle)
s-type=5 Rectangular solid with distribution energy
s-type=3 Gaussian (x,y,z independent)
s-type=6 Gaussian with energy distribution
s-type=7 Generic parabola (x,y,z independent)
s-type=100 User definition source

3. Tally
Merupakan suatu fungsi yang dapat digunakan user untuk mendapatkan nilai
dari hasil proses dalam program PHITS. Beberapa pilihan section tally dalam
program PHITS ditunjukan pada Tabel 2. 7.

Tabel 2. 7 Beberapa pilihan section tally dalam program PHITS (Iwamoto, dkk,
2016) (JAEA, 2018)
Nama Deskripsi
[ t-track ] Definisi tally panjang lintasan
[ t-cross ] Definisi tally melewati permukaan
[ t-point ] Definisi tally perubahan panas
[ t-deposit ] Definisi tally deposit
[ t-deposit2 ] Definisi tally deposit 2
[ t-yield ] Definisi tally inti residu
[ t-product ] Definisi tally partikel yang dihasilkan
[ t-dpa ] Definisi tally DPA
[ t-let ] Definisi tally LET
[ t-sed ] Definisi tally SED
[ t-time ] Definisi tally waktu
[ t-interact ] Definisi tally kerapatan bintang
[ t-dchain ] Definisi tally dchain
[ t-volume ] Perhitungan otomatis volume untuk region tertentu
[ t-userdefined ] Definisi tally ditentukan pengguna
[ t-gshow ] Definisi permukaan region untuk plot grafis
[ t-rshow ] Definisi region besaran fisis untuk plot grafis
[ t-3dshow ] Definisi geometri grafis 3D
16

3.6 Kanker Kulit Melanoma


Kanker kulit melanoma merupakan kanker kulit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel melanosit yang tidak terkontrol akibat kerusakan DNA.
Melanoma adalah kanker kulit yang jarang ditemukan, namun lebih
mematikan dibandingkan dengan jenis kanker kulit lain. Hal itu karena
melanoma memiliki kemampuan metastasis ke organ lain yang lebih besar
sehingga sebagian besar menyebabkan kematian pada kasus kanker kulit.
Sebagian besar melanoma akan tetap memproduksi melanin, sehingga kanker
kulit melanoma biasanya berwarna coklat atau hitam. Akan tetapi, ada juga
yang tidak memproduksi melanin sehingga kanker kulit melanoma berwarna
coklat, pink, atau putih (Society, 2016).

Gambar 2. 4 Struktur kulit yang terdapat Kanker (Rosidah, 2017)

Gambar 2. 4 merupakan gambar perbandingan antara lapisan epidermis


yang normal dan yang terdapat kanker kulit. Terlihat ada pertambahan jumlah
sel skuamosa, sel basal, dan sel melanosit yang signifikan. Pertambahan jumlah
sel skuamosa menyebabkan karsinoma sel skuamosa, pertambahan jumlah sel
basal menyebabkan karsinoma sel basal, dan pertambahan jumlah sel melanosit
menyebabkan kanker. Kanker kulit melanoma dapat dideteksi dengan beberapa
pemeriksaan, salah satunya dengan metode ABCDE sebagai berikut:
.Asymmetry : tahi lalat yang mempunyai bentuk tidak simetris
Border : perbatas tahi lalat tidak beraturan atau memiliki tepi bergerigi
Color : memiliki warna yang berbeda-beda pada satu lesi
17

Diameter : berdiameter lebih dari 7 mm)


Evolution : tahi lalat berubah ukuran, bentuk, dan warna
Kanker kulit melanoma dibagi menjadi beberapa subtipe, diantaranya;
Superficial Spreading Melanoma (SSM), Nodular Melanoma (NM), Lentigo
Maligna Melanoma (LMM), dan Acral Lentiginous Melanoma (ALM) (
Mothoneos & Marchant, 2019).
Beberapa hal berikut ini merupakan penyebab seseorang dapat terkena melanoma:
a. Terkena paparan sinar ultraviolet (UV)
b. Memiliki banyak tahi lalat (moles atau nevus)
c. Memiliki kulit putih
d. Mempunyai keluarga yang terkena melanoma sudah lanjut usia. (American
Cancer Society, 2019)

Anda mungkin juga menyukai