Bagian 3
Bagian 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Neutron
2.1.1 Interaksi Neutron dengan Materi
Neutron merupakan salah satu sumber radiasi yang tidak memiliki muatan.
Ketika neutron melintas di dekat inti atom, neutron akan berinteraksi dengan gaya
inti. Interaksi neutron dengan inti atom (Ahmed, 2007). diantaranya adalah :
1. Hamburan elastis, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti yang
berada pada keadaan dasar (ground state).
2. Hamburan tak elastis, merupakan interaksi neutron yang hampir sama dengan
hamburan elastis resonan hanya saja inti atom yang ditumbuk menjadi
tereksitasi dan neutron yang dilepaskan memiliki energi kinetik yang lebih
kecil dibandingkan energi kinetik neutron yang menumbuk inti atom.
3. Radiative capture, adalah proses dimana neutron ditangkap oleh inti atom
yang mengakibatkan inti atom berada pada keadaan tereksitasi dan
memancarkan radiasi gamma untuk mencapai keadaan dasarnya.
4. Transmutasi, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti atom dan
menyebabkan inti atom tersebut bermutasi menjadi inti lain.
5. Pembentukan neutron, adalah proses yang terjadi saat neutron berinteraksi
dengan inti atom yang memiliki daya ikat neutron lemah, misalnya Berilium.
6. Reaksi fisi, adalah proses dimana neutron berinteraksi dengan inti atom yang
memiliki nomor atom besar dan mengakibatkan inti tersebut terbelah menjadi
dua buah anak inti disertai dengan pelepasan beberapa neutron dan radiasi
gamma.
5
6
Gambar 2. 1 Skema interaksi Boron 10 dengan neutron thermal (Sauerwein & Moss,
2009)
Neutron yang digunakan pada terapi kanker dengan metode BNCT adalah
neutron thermal dan epithermal. Neutron thermal mampu menembus jaringan
tubuh pada kedalaman 2 – 3 cm, sehingga cocok digunakan pada kanker kulit.
Sementara neutron epithermal mampu menembus jaringan tubuh pada kedalaman
8 – 10 cm, sehingga cocok digunakan pada kanker yang letaknya lebih dalam
(IAEA, 2001). Daya tembus neutron thermal dan epithermal pada phantom air
diperlihatkan pada Gambar 2. 2
Gambar 2. 2 Kurva distribusi fluks neutron thermal dan neutron epithermal (IAEA,
2001)
8
Energi yang disimpan oleh 10B(n, α) 7Li disebut dengan dosis boron. Selain
dosis boron, terdapat empat komponen dosis utama yang di produksi di dalam
jaringan pada terapi BNCT (IAEA, 2001) yaitu:
a. Dosis gamma (Dγ), dosis gamma dalam jaringan terbentuk saat radiasi
gamma mengionisasi jaringan tubuh. Dosis radiasi gamma dalam BNCT
timbul saat neutron thermal berinteraksi dengan hidrogen H(n,γ)H. Besar
energi gamma yang diradiasikan adalah 2.23 MeV.
b. Dosis proton (Dp), dosis proton dalam BNCT timbul akibat adanya reaksi
tangkapan neutron thermal oleh Nitrogen, reaksi ini menghasilkan proton dari
reaksi N(n,p)C dengan energi proton sebesar 0.66 MeV. Proton hasil reaksi
inilah yang akan mengionisasi jaringan tubuh pasien sehingga perlu dihitung
sebagai komponen dosis radiasi.
c. Dosis Boron-10 (Db), dosis boron timbul akibat adanya reaksi antara neutron
thermal dan boron-10. Energi rerata yang dihasilkan dari interaksi ini sebesar
2.33 MeV. Hasil reaksi ini adalah partikel alpha, inti lithium dan radiasi
gamma yang akan mengionisasi sel-sel kanker.
d. Dosis neutron (Dn), dosis neutron dalam BNCT muncul akibat adanya reaksi
hamburan neutron oleh hidrogen dalam jaringan tubuh. Interaksi hamburan
tersebut dapat menghasilkan proton melalui reaksi H(n,n’)p.
Keempat dosis tersebut menghasilkan dosis total BNCT
memiliki tampang lintang hamburan neutron yang cukup besar. (Ardana &
Sardjono, 2017). Beberapa bahan yang memenuhi karakteristik adalah Al, C,
S, AL2O3, AlF3, D2O, dan (CF2)n (IAEA, 2001).
2. Reflektor
Reflektor digunakan untuk menjaga intensitas neutron yang dihasilkan dari
reaksi Be(p,n)B. Bahan reflektor yang digunakan harus memiliki karakteristik
tampang lintang hamburan neutron cepat yang tinggi (Ardana & Sardjono,
2017). Bahan yang memiliki tampang lintang hamburan neutron cepat yang
tinggi adalah bahan yang tersusun atas atom-atom dengan massa atom besar
(densitasnya tinggi). Beberapa bahan yang memenuhi karakteristik tersebut
adalah Pb, Bi, PbF2 (IAEA, 2001).
3. Filter
Filter didalam kolimator digunakan untuk meningkatkan rasio fluks neutron
epithermal dengan fluks neutron thermal dan ratio fluks neutron epithermal
dengan fluks neutron cepat. Sehingga dibutuhkan suatu bahan yang memiliki
tampang lintang serapan neutron thermal yang sangat rendah dan juga
memiliki tampang lintang serapan neutron cepat dan neutron epithermal yang
sangat tinggi. Bahan yang direkomendasikan untuk bahan ini adalah campuran
antara 40% Al + 60% AlF3 (Ardana & Sardjono, 2017). Filter mempunyai
peran yang penting dalam menyerap neutron cepat serta neutron epithermal
sehingga fluks neutron yang keluar dari kolimator adalah fluks neutron
thermal. Selain bahan tersebut, untuk filter dalam kolimator juga dapat
digunakan bahan berupa campuran antara isotop Ni + B + S + Fe (IAEA,
2001).
4. Perisai gamma
Perisai gamma berfungsi untuk menyerap sinar gamma dalam kolimator, oleh
karena itu bahan yang dipilih ialah bahan yang mempunyai densitas tinggi.
Bahan yang direkomendasikan adalah Pb dan Bi. Pb mempunyai koefisien
attenuasi yang lebih besar dibandingkan Bi. Meskipun begitu, Bi dapat
melewatkan neutron epithermal lebih baik dibandingkan dengan Pb (IAEA,
2001).
10
1. Dosis Serap
Dosis serap (D) adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi
pengion sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm). Satuan
dosis serap dalam SI adalah joule/kg atau sama dengan gray (Gy). Satu gray
adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut (Seuntjens, dkk, 2005):
D= (2. 1)
2. Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen (HT) merupakan tingkat kerusakan biologis pada
jaringan tubuh akibat dari paparan radiasi. Juga dikenal sebagai dosis serap
yang diterima oleh tubuh manusia secara keseluruhan dikalikan dengan faktor
bobot radiasi, Faktor bobot (wR) merupakan nilai yang membedakan pengaruh
jenis radiasi terhadap suatu organ dalam tubuh manusia. Faktor bobot
ditunjukan pada
Tabel 2. 1. Faktor bobot (wR) disebut pula RBE (Relative Biological
Effectiveness) yang merupakan perbandingan antara dosis acuan dan energi
radiasi yang diberikan. Satuan dosis ekivalen dalam SI yaitu Gy.
HT = D (Gy) wR (2. 2)
11
Tabel 2. 1 Data faktor bobot radiasi untuk tiap partikel iradiasi (Clarke, 2011)
Tipe dan rentang energi radiasi Wr
Foton dan sinar X, semua energi 1
Elektron dan positron, semua energi 1
Neutron dengan energi :
<10 keV 5
10 keV-100 keV 10
>100 keV-2 MeV 20
>2 MeV-20 MeV 10
>20 MeV 5
Proton dengan energi >20 MeV 5
partikel alfa, fragmen fisi, inti berat berenergi 20
3. Dosis Efektif
Dosis efektif (Heff) merupakan ukuran dari total kerusakan yang
disebabkan oleh iradiasi pada beberapa organ atau jaringan. Satuan dari dosis
efektif adalah J/Kg yang mempunyai satuan khusus Sievert. Setiap jaringan
tubuh manusia memiliki kepekaan terhadap radiasi pengion yang berbeda.
Maka dari itu perlu adanya pemberian nilai bobot pada dosis ekivalen disetiap
organ yang disebut faktor bobot jaringan (wT) yang merupakan dosis serap di
dalam setiap jaringan T. Kemudian nilai wT diberikan untuk seluruh organ
tubuh dengan seragam sehingga menghasilkan dosis efektif. Dosis ekivalen
yang telah diberi bobot, akan didapatkan dosis efektif dengan persamaannya
sebagai berikut (Clarke, 2011):
Heff=D.wR.wT (2. 3)
Dalam terapi kanker kulit maksimum yang diberikan adalah antara 30-52 Gy
(Matalka,, dkk, 1994). Batas minimal untuk membunuh sel kanker kulit
melanoma adalah 30 – 36 Gy (Rosida , dkk, 2017). Dosis 30 Gy sebagai dosis
minimal perusak jaringan kanker. Data faktor jaringan untuk tiap jaringan
dalam tubuh diperlihatkan pada Tabel 2. 2
12
Tabel 2. 2 Data faktor jaringan untuk tiap jaringan dalam tubuh (Clarke, 2011)
Jenis jaringan/organ wT ΣwT
Sumsum tulang (merah), usus besar,
paru-paru, perut, payudara, 0,12 0,72
remainder tissues*
Kandung kemih, esofagus,
hati, kelenjar tiroid 0,04 0,16
Gonads(kelenjar kelamin) 0,08 0,08
Permukaan tulang, otak,
kelenjar ludah/saliva, kulit 0,01 0,04
Total 1,00
Gambar 2. 3 Map dari model dan data library untuk simulasi nuklir dan atomik pada
software PHITS (JAEA, PHIST JAEA, 2007)
13
Tabel 2. 4 Pilihan parameter icntl dalam program PHITS (Iwamoto, dkk, 2016) (JAEA,
2018)
Parameter Value Explanation
(D=0) Basic control option
=0 Normal PHITS calculation
=1 Nuclear reaction calculation (under development)
=2 Output a CGVIEW input file
icntl =3 Output only input echo for checking memory usage
=4 Output a MARS-PF input file
=5 No-reaction and ionization,for geometry check and volume
=6 Source check, can be tallied by [t-product]
=7 Execute [t-gshow]tally
=8 Geometry output of xyz mesh tally with gshow option
14
Ada tiga komponen utama dalam simulasi PHITS terdiri dari geometri,
sumber, dan perhitungan (tally). Untuk mensimulasikan partikel dalam ruang
maka diperlukan geometri dan informasi partikel sumber.
1. Geometry
Dalam membuat geometri tiga dimensi diperlukan material, surface, dan cell.
Masukan material terdiri dari nomor material, atom, dan massa jenis (dapat
berupa fraksi atom atau fraksi massa). Input surface terdiri dari nomor
surface, bentuk, dan parameter (cm). Input cell terdiri dari nomor cell, nomor
material, massa jenis, dan nomor surface. Data surface pada PHITS
ditunjukan pada Tabel 2. 5
Tabel 2. 5 Data surface pada PHITS (JAEA, 2018)
Simbol Tipe Deskripsi Persamaan Input
P Bida Umum Ax + By + Cz − D = 0 ABC
PX ng Tegak lurus sumbu x−D=0 D
PY datar X y− D = 0 D
PZ Tegak lurus sumbu z−D=0 D
Y
Tegak lurus sumbu
Z
SO Bola Titik pusat R
S Umum R
SX Titik pusat sumbu R
SY X R
SZ Titik pusat sumbu R
Y
Titik pusat sumbu
Z
C/X Silin Paralel sumbu X R
C/Y der Paralel sumbu Y R
C/Z Paralel sumbu Z R
CX Pada sumbu X R
CY Pada sumbu Y R
CZ Pada sumbu Z
2. Source
Section name source ini menggambarkan sumber radiasi yang
digunakan, berupa jenis partikel radiasi, posisi penyinaran, tipe sumber, sudut
15
penyinaran dan lainnya. Dalam menentukan tipe sumber dapat dilihat pada
Tabel 2. 6
Tabel 2. 6 Pilihan tipe sumber pada section source dalam program PHITS (Iwamoto,
dkk, 2016) (JAEA, 2018)
Source type Explanation
s-type=1 Cylinder(or circle, pencil)
s-type=4 Cylinder with energy distribution
s-type=2 Rectangular solid(orrectangle)
s-type=5 Rectangular solid with distribution energy
s-type=3 Gaussian (x,y,z independent)
s-type=6 Gaussian with energy distribution
s-type=7 Generic parabola (x,y,z independent)
s-type=100 User definition source
3. Tally
Merupakan suatu fungsi yang dapat digunakan user untuk mendapatkan nilai
dari hasil proses dalam program PHITS. Beberapa pilihan section tally dalam
program PHITS ditunjukan pada Tabel 2. 7.
Tabel 2. 7 Beberapa pilihan section tally dalam program PHITS (Iwamoto, dkk,
2016) (JAEA, 2018)
Nama Deskripsi
[ t-track ] Definisi tally panjang lintasan
[ t-cross ] Definisi tally melewati permukaan
[ t-point ] Definisi tally perubahan panas
[ t-deposit ] Definisi tally deposit
[ t-deposit2 ] Definisi tally deposit 2
[ t-yield ] Definisi tally inti residu
[ t-product ] Definisi tally partikel yang dihasilkan
[ t-dpa ] Definisi tally DPA
[ t-let ] Definisi tally LET
[ t-sed ] Definisi tally SED
[ t-time ] Definisi tally waktu
[ t-interact ] Definisi tally kerapatan bintang
[ t-dchain ] Definisi tally dchain
[ t-volume ] Perhitungan otomatis volume untuk region tertentu
[ t-userdefined ] Definisi tally ditentukan pengguna
[ t-gshow ] Definisi permukaan region untuk plot grafis
[ t-rshow ] Definisi region besaran fisis untuk plot grafis
[ t-3dshow ] Definisi geometri grafis 3D
16