2017-Buku Knowledge Management Edisi 05 September Oktober 2017
2017-Buku Knowledge Management Edisi 05 September Oktober 2017
Bunga Rampai
Penerapan Teknologi Konstruksi
InBuild KNOWLEDGE
MANAGEMENT
i
Direktur Jenderal
Bina Konstruksi
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI
U
ndang–undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengamanatkan bahwa
Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengelola sistem informasi bidang konstruksi.
Sejalan dengan hal tersebut, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi berdasarkan Permen
PUPR nomor 20/PRT/M/2016 memiliki TUSI menyebarluaskan materi penerapan teknologi
konstruksi bagi seluruh masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Salah satu sarana media elektronik
penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi yang digunakan oleh Balai Penerapan Teknologi
Konstruksi yaitu melalui website www.sibima.pu.go.id atau SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar
Intensif Mandiri Bidang Konstruksi).
SIBIMA Konstruksi hadir sebagai layanan informasi yang relatif lengkap bagi masyarakat jasa konstruksi
sesuai dengan konsep pembentukannya yaitu “One Stop Window for Construction Information”. Tidak
hanya menyajikan menu pelatihan jarak jauh, menu lain yang menarik dalam SIBIMA Konstruksi yaitu
knowledge management bidang konstruksi, spesifikasi teknis bidang PUPR, seluruh SKKNI bidang
konstruksi PUPR, serta bagaimana memahami Undang-Undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi secara komprehensif disertai latihan soal. Pada menu knowledge management berisi tentang:
berbagai artikel penerapan teknologi terkini yang sedang berkembang di Indonesia dan dunia; berbagai
pengalaman praktis dari badan usaha nasional dan pelaksanaan proyek; materi MTU (Mobile Training
Unit) dan materi Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bidang konstruksi dari Direktorat
Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Buku knowledge management yang dibangun oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi terdiri dari
dua jenis yaitu Bunga Rampai Knowledge Management Penerapan Teknologi Konstruksi yang merupakan
kumpulan artikel bidang konstruksi yang ditulis secara popular oleh masyarakat jasa konstruksi.
Sedangkan buku kedua yaitu Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi-In Build Knowledge
Management yang merupakan kumpulan best practice metode kerja dari Badan Usaha Jasa Konstruksi.
Pada edisi kali ini, Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi-In Build Knowledge Management akan
mengulas mengenai best practice metode kerja yang digunakan oleh PT. Hutama Karya. Sejak pendiriannya
setengah abad lalu, PT. Hutama Karya (Persero) terkenal sebagai salah satu BUMN Konstruksi terbesar
di Indonesia. Kali ini PT. Hutama Karya (Persero) telah bertransformasi dari perusahaan jasa konstruksi
menjadi perusahaan pengembang infrastruktur dengan lingkup usaha yang jauh lebih luas. Pengalaman
PT. Hutama Karya sebagai badan usaha jasa konstruksi begitu banyak dan menarik untuk diulas. Semua
ini dirangkum dalam knowledge management dengan harapan menjadi lesson learned bagi masyarakat
jasa konstruksi di Indonesia demi infrastruktur yang lebih baik.
Jakarta, 8 September 2017
Direktur Jenderal Bina Konstruksi
D
irektorat Jenderal Bina Konstruksi adalah satu-satunya unit eselon I di Indonesia yang
memiliki tugas untuk melakukan pembinaan konstruksi. Lingkup pembinaan konstruksi
meliputi: pembinaan supply chain industri konstruksi, pembinaan penyelenggaraan
konstruksi, pembinaan kapasitas kelembagaan, pembinaan SDM dan produktivitas
konstruksi serta kerja sama antar lembaga. Pembinaan konstruksi memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan tingkat daya saing sektor konstruksi. Saat ini peringkat daya saing nasional telah
meningkat dari 41 pada tahun 2016 menjadi 36 pada tahun 2017, sedangkan daya saing infrastruktur
meningkat dari 60 pada tahun 2016 menjadi 52 pada tahun 2017. Ada dua hal yang menjadi kunci utama
dari meningkatnya peringkat daya saing ini yaitu pemanfaatan teknologi dan penyebarluasan informasi
penerapan teknologi konstruksi yang menjadi bahan utama dari capacity building bidang konstruksi.
Saat ini Balai Penerapan Teknologi Konstruksi merupakan unit pelaksana teknis sebagai kepanjangan
tangan dari Direktorat Jenderal Bina Konstruksi diberikan mandat untuk dapat melakukan knowledge
management bidang konstruksi. Proses knowledge management ini meliputi: menghimpun pengetahuan,
menyeleksi dan memverifikasi pengetahuan, mengemas pengetahuan dan menyebarluaskan
pengetahuan bidang konstruksi kepada masyarakat luas. Inilah yang menjadi kekuatan dari Balai
Penerapan Teknologi Konstruksi dalam mendukung tugas yang diamanatkan oleh Kementerian PUPR
untuk dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahtaraannya melalui capacity building
pengetahuan bidang konstruksi. Salah satu cara dalam menghimpun pengetahuan tersebut yaitu
dengan mengumpulkan berbagai pengalaman para BUMN besar, salah satunya adalah PT. Hutama
Karya.
Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama Karya mendapat
penugasan Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans – Sumatera. Selain pembangunan Jalan
Tol, Hutama Karya juga membangun Jembatan Holtekamp di Papua. Baik pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera maupun Jembatan Holtekamp memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi wilayah masing-masing. Pulau Sumatera memiliki karakteristik tanah rawa, sementara
Jembatan Holtekamp Papua harus membelah lautan.
Pada edisi ini dibahas pembangunan yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya untuk menyelesaikan
pekerjaan konstruksi dengan metode kerja tertentu. Semoga apa yang diberikan PT. Hutama Karya ini
kepada masyarakat dapat menjadi inspirasi bagi inovasi bidang konstruksi lainnya di Indonesia.
P
embangunan infrastruktur tidak terlepas dari peran para BUMN yang turut serta dalam
melakukan berbagai pembangunan konstruksi untuk mendukung pengembangan wilayah
di Indonesia. PT. Hutama Karya adalah salah satu perusahaan swasta Hindia Belanda yang
dinasionalisasi pada tahun 1961. Pengalaman dalam inovasi pembangunan yang dimiliki oleh
PT. Hutama Karya sangat banyak, dua diantaranya adalah pembanguna jalan tol trans Sumatera dan
pembangunan jembatan Holtekamp di Papua. PT. Hutama Karya merupakan perusahaan pertama
yang mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss. Sesuai dengan slogan Hutama Karya yaitu:
Inovasi untuk solusi, maka Hutama Karya memilki inovasi teknologi konstruksi untuk pembangunan
infrastruktur di Indonesia.
Pembangunan jembatan Holtekamp di Papua merupakan bagian dari rencana pengembangan wilayah
dalam mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun 2020. Pembangunan jembatan
ini bukan pekerjaan konstruksi yang mudah karena diperlukan penggunaan pondasi bore pile untuk pilar
di laut. Dalam buku knowledge management ini diulas tentang metode pelaksanaan pemancangan bore
pile di laut dan dibahas pula tentang pengelolaan jalur distribusi peralatan dan bahan yang dikirim dari
Surabaya ke Papua.
Pada materi lainnya, dibahas tentang penanganan konstruksi jalan trans Sumatera yang memiliki
kendala tanah dasar rawa pada ruas jalan tol Palembang-Indralaya. Teknologi yang digunakan adalah
soil improvement dengan Vacuum Consolidation Method (VCM) yang merupakan salah satu metode
untuk memperbaiki stabilitas tanah lunak. Metode ini digunakan dengan melakukan pemompaan pada
tanah untuk mengurangi kadar air.
Semua keunggulan metode kerja PT. Hutama Karya dalam pembangunan jembatan Holtekamp dan
jalan tol trans Sumatera ruas Palembang-Indralaya disajikan secara menarik dalam buku ini. Semoga
pengalaman ini menjadi inspirasi bagi para badan usaha lainnya untuk berbagi pengalaman yang
dirangkum dalam knowledge management bidang konstruksi yang tentunya akan bermanfaat untuk kita
semua.
Salam Konstruksi!
Kontributor : Miswanto
Prie Hartono
Editor : Shanti Astri Noviani, S.Pd
Tria Puspita Sari, ST
Dwi Citra Hapsari, S.Pd
Deviana Kusuma Pratiwi, ST
Alvian Ardianyah, ST
DAFTAR ISI
01 23
Selayang Pandang PT Hutama Karya (Persero)
PT
HUTAMA KARYA (Persero) awalnya merupakan perusahaan
swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshappij’ yang
dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) RI No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. HUTAMA KARYA.
Sejak fase transformasi, PN. Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi
yang bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan
(Jakarta); serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran (Jakarta).
Pada medio 2014, PT. Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan
Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi
Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya (Persero) diberi amanah
mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas
pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Penugasan ini merupakan
salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT.
Hutama Karya (Persero) mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang
Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable
Infrastructure Developer.
1
Penerapan Metode RCD (Reverse Circulation Drilling) dan
Pengecoran di Baqwah Air pada Pembangunan Jembatan
Holtekamp Jayapura
1. Informasi Proyek
Nama Proyek : Pembangunan Jembatan Holtekamp
Lokasi Proyek : Kota Jayapura (Hamadi - Holtekamp)
Nilai Kontrak : Rp 858.720.461.000,00
Masa kontrak : 27 Juli 2015 – 29 September 2018
Pendanaan : APBN dan APBD Provinsi
Konsultan Sipervisi : PT. Winsolusi Konsultan
Konsultan Perencana : PT. Portal Engineering perkasa dan PT.
Maratama Cipta Mandiri
Kontraktor pelaksana : PT. PP (Persero) Tbk, PT. Hutama Karya, PT.
Nindya Karya
1
Gambar 2. Long Section Jembatan Bentang Utama
ITEM URAIAN
ITEM URAIAN
Struktur Atas Baja Struktur Box Pelengkung BJ55
Tipe Jembatan Box Baja Pelengkung (2 Pelengkung)
2. Latar Belakang
Proyek pembangunan jembatan holtekamp dilatarbelakangi oleh beberapa hal,
antara lain:
a. Pemerataan Penduduk
2
Penyebaan penduduk yang belum merata sehingga diharapkan dengan adanya
jembatan ini dapat mengurangi kepadatan penduduk terutama di distrik
Jayapura Selatan.
b. Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Akibat dari pemerataan penduduk yang tidak merata, maka perkembangan
ekonomi di Muara Tami pun tertinggal dibandingkan dengan 4 distrik lainnya,
yaitu Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Heram, dan Abepura. Hal tersebut
yang mendorong perlu adanya suatu sarana untuk memulai meratakan
perekonomian masyarakat yaitu pembangunan akses jalan menuju Muara
Tami.
c. Sarana Pendukung PON 2020 Papua
PON 2020 rencananya akan dilaksanakan di Papua. Untuk mendukung
kegiatan tersubut maka harus ada akses yang baik untuk menjangkau tempat
tersebut mengingat gedung yang akan digunakan untuk kegiatan PON tersebut
akan dibangun di Muara Tami.
d. Peningkatan Hubungan dengan Papua New Guenia
JAYAPURA
20 MINUTES
30 MINUTES SKOUW
30 MINUTES MUARA TAMI
2 HOUR
ABEPURA
Jarak Jayapura ke Muara Tami saat ini ditempuh waktu 2,5 jam sehingga
perkembangan wilayah Muara Tami tertinggal dibandingkan kondisi Kota
Jayapura. Dengan adanya Jembatan Holtekamp sepanjang 433 m diharapkan
waktu tempuh menjadi 20 menit.
3
e. Menjadikan landmark Papua
Dengan dibangunnya jembatan holtekamp ini diharapkan menjadi ikon/ciri
khas Papua.
4
N-SPT B-01 N-SPT BH-01
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
0 0
-2 12 -2 60
-4 2 -4 60
-6 37 -6 60
-8 12 -8 60
-10 60 -10 60
-12 35 -12 60
-14 42 -14 60
-16 33 -16 60
-18 44 -18 60
-20 60 -20 60
-22 48 -22 60
-24 60 -24 60
-26 23 -26 60
Depth (m)
Depth (m)
-28 60 -28 60
-30 49 -30 60
-32 -32 60
-34 -34 60
-36 -36 60
-38 -38 60
-40 -40 60
-42 -42 60
-44 -44 60
-46 -46 60
-48 -48 60
-50 -50 60
-52 -52
-54 -54
-56 -56
-58 -58
-60 -60
Gambar 3. Data tanah di A1. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.
Kanan : data tanah actual 2015
Selain di titik A1, di titik P4 juga terdapat perbedaan tanah. Hasil penyelidikan
awal diketahui tanah keras berada di kedalaman 28 meter, sehingga dengan
pondasi 30 meter sudah cukup. Akan tetapi, setelah dilakukan penyelidikan
ulang di titik tersebut tidak terdapat tanah keras, melainkan pasir lanau semua.
Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan redesign terhadap pondasi Jembatan
Holtekamp dengan melibatkan pakar dari KKJTJ (Komite Keselamatan
Jembatan, Terowongan dan Jalan) dan mendapatkan hasil seperti di bawah ini.
5
N-SPT A-02 N-SPT BH-05
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
0 0
-2 10 -2 7
-4 12 -4 21
-6 13 -6 60
-8 31 -8 37
-10 30 -10 9
-12 34 -12 17
-14 36 -14 21
-16 46 -16 22
-18 41 -18 25
-20 36 -20 22
-22 34 -22 29
-24 34 -24 23
-26 38 -26 19
-28 60 -28 23
-30 60 -30 19
-32 60 -32 23
-34 60 -34 42
-36 60 -36 42
-38 60 -38 30
-40 60 ) -40 30
hptm (
-42 16
Depth (m)
-42 60
-44 60 -44 22
-46 60 e -46 22
-48 60 D -48 25
-50 -50 17
60
-52 -52 14
-54 -54 26
-56 -56 18
-58 -58 20
-60 -60 20
-62 -62 22
-64 -64 28
-66 -66 30
-68 -68 26
-70 -70 26
-72 -72 28
-74 -74 26
-76 -76 28
-78 29
-78
-80 29
-80
-82 31
-82
-84 34
-84
-86 32
-86
-88 30
-88
-90 31
-90
Gambar 4. Data tanah di P4. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.
Kanan : data tanah aktual 2015
6
NO PONDASI DIAMETER KONFIGURASI PANJANG PER
TIANG
7
4. Metode Pelaksanaan
Penggunaan pondasi bore pile digunakan untuk pilar di laut. Pengeboran pondasi
bore pile dilaksanakan dengan metode RCD (Reverse Circulation Drilling)
dengan bagan alir sebagai berikut.
8
Gambar 6. Peralatan pemancangan pipa baja
9
\
10
Setting Out Tiang Pancang
Setting out dilakukan untuk menentukan titik pemancangan berdasarkan
gambar kerja
Setting out dilaksanakan tepat sebelum pemancangan dan langsung
dilanjutkan dengan pemancangan
11
• Setiap pemancangan masuk 1 – 2 meter dilakukan pengecekan kelurusan
tiang pancang
• Pemancangan dihentikan ketika sudah mencapai kedalaman rencana
(casing bukan untuk struktural)
12
Gambar 10. Penanaman casing pipa baja dengan ketinggian 2 meter
di atas muka air tertinggi baik di darat dan di laut
Pemasangan Platform
• Pembuatan platform dikerjakan bersamaan dengan pemancangan
• Setelah didapat satu baris pemancangan, maka bisa dilakukan pekerjaan
pemasangan platform
13
b. Pelaksanaan Pengeboran dan Pengecoran
14
15
Gambar 13. Pengeboran metode RCD
Dasar pengeboran RCD (Reverse Circulation Drilling)
RCD (Reverse Circulation Drilling) merupakan teknik pengeboran dengan peralatan khusus. Cara kerja
metode pengeboran ini yaitu dengan cara melakukan pengeboran tanah yangtelah diberi casing baja untuk
menghindari terjadinya kelongsoran tanah. Pada saat RCD Machine melakukan pengeboran, diberikan
tekanan air 0,2 kg/cm2 atu dengan kecepatan aliran 7,5 cm/dtk sehingga air akan keluar bersama material
lumpur melalui pipa di tengah alat bor. Lumpur yang keluar disalurkan ke dalam bak penampungan. Hasil
endapan lumpur (padatan) akan dibuang menggunakan truk sedangkan cairan akan dimasukkan kembali ke
dalam lubang bor. Penggunaan metode ini dinilai lebih cepat dibandingan pengeboran biasa karena alat bor
hanya 1x masuk ke dalam tanah dan baru diangkat ketika mencapai kedalaman rencana. Metode ini sangat
efektif untuk menghindari kelongsoran dinding lubang tanah hasil pengeboran.
Gambar 14. Pelaksanaan pengeboran RCD
Pada saat pelaksanaan pengeboran RCD, lubang bore pile harus dijaga supaya
tetap terisi air hingga ketinggian 2 meter diatas muka air laut (HWL). Hal ini
diperuntukkan menjaga supaya tanah / pasir yang sudah dilubangi tidak
mengalami kelongsoran akibat tekanannya terlalu besar
16
Gambar 15. Penempatan peralatan RCD di atas platform
17
Monitoring pelaksanaan RCD dilakukan dalam 2 tahap yaitu :
Monitoring kelurusan dan ketegakan dengan menggunakan waterpas
Monitoring kedalaman dengan memasukan tali pengukur ke dalam lubang
DRILLING DEP TH
18
c. Pelaksanaan Pembesian Bore Pile
Pembesian bore pile dilakukan di fabrikasi besi (darat)
Selanjutnya diangkat ke atas tongkang untuk dibawa ke atas platform
Tulangan disambung pada saat dimasukkan ke lubang bore pilenya
Langkah-langkah pembesian :
1. Tulangan bore pile sudah tersusun diatas ponton
2. Diangkat satu – satu untuk dimasukkan ke dalam lubang bore pile
3. Untuk dilakukan penyambungan, tulangan pertama dikaitkan kencang /
dilas diujung top casing pancang
4. Selanjutnya dilakukan penyambungan tulangan
19
d. Pelaksanaan Pengecoran Bore Pile
• Lubang bore pile yang telah dibor dan dimasukkan tulangan tidak boleh
terlalu lama kosong, harus segera dilakukan pengecoran
• Pelaksanaan pengecoran, dilakukan menggunakan bucket cor dengan pipa
tremie
• Pengecoran dilakukan mulai dari ujung paling bawah bore pile, agar supaya
air didalam lubang keluar akibat tekanan beton yang masuk
• Beton yang digunakan harus mengabaikan nilai slump agar beton dapat
masuk ke berbagai celah
20
5. Resiko yang Mungkin Terjadi
a. Penggunaan metode ini membutuhkan peralatan khusus serta memerlukan
areal yang lebih untuk menempatkan bak penampung (spul balk) untuk
menampung lumpur.
b. Diperlukan rencana pemanfaatan tambahan agar pembuangan lumpur hasil
endapan tidak merusa lingkungan sekitar.
6. Manfaat/Keuntungan
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan penerapan metode RCD, antara lain:
a. Pelaksanaan pengeboran menjadi lebih cepat karena hanya 1x memasukkan
alat bor dan mengangkat saat sudah mencapai kedalamn rencana
b. Lebih murah biaya pelaksanaan pengeboran serta dapat dilakukan di darat
maupun di air
7. Kesimpulan
Metode RCD dapat diterapkan untuk pelakanaan pondasi bore pile untuk jenis
tanah lanau silt.
21
22
Perbaikan Tanah Lunak Dengan Metode Vacuum
Pada Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya
1. Informasi Proyek
Nama Proyek : Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya
Lokasi Proyek : Palembang – Indralaya, Sumatera Selatan
Panjang : 22 km + 2,5 km jalan akses KTM & Pemulutan
Konstruksi : Flexible pavement dengan Soil Improvement
Jumlah lajur awal : 2x2
Jumlah lajur akhir : 2x3
Arah pelebaran : Keluar
Lebar jalur lalu lintas : 3,6 m
Lebar bahu dalam : 1,5 m
Lebar bahu luar :3m
23
2. Latar Belakang
Mayoritas kondisi tanah di Propinsi Sumatera Selatan termasuk jenis tanah rawa.
Berdasarkan hasil Soil Investigasi yang telah dilaksanakan pada Proyek Jalan
Tol Palindra didapatkan hasil bahwa kondisi tanah asli dilapangan didominasi
tanah lunak, sehingga dibutuhkan penanganan khusus, cepat, & efisien untuk
memperbaiki stabilitas tanah tersebut (lihat Gambar 2).
24
Dari hasil boring hand terlihat bila nilai SPT >4 dikategorikan tanah keras. Dari
data daya dukung tanah dengan menggunakan sondir terlihat Ruas Palindra
memiliki Qc < 10 MPa sehingga dikategorikan sebagai tanah lunak.
25
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Permasalahan pada Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya (Palindra) adalah
bagaimana upaya atau metode yang akan diterapkan untuk meningkatkan
stabilitas tanah atau meningkatkan daya dukung tanah asli.
Kemudian dicarilah berbagai sistem atau metode sebagai alternatif perbaikan
tanah antara lain :
a. Alternatif pertama, teknologi pile slab yaitu dengan menanam tiang pancang
pada area yang dibutuhkan dan itu mahal.
b. Alternatif kedua, teknologi Preloading yang merupakan perbaikan dengan
timbunan tanah selama selama 8-9 bulan namun tanah di sumatera sebagai
bahan timbunan tidak ada yang baik.
c. Alternatif ketiga, memakai sistem Vacum Consolidation Method (VCM).
Pelaksaan VCM sampai 4 bulan dan bisa dilaksanakan bersamaan dengan
perkerasan jalan.
Beberapa pertimbangan yang digunakan antara lain efisien, cepat, dan minim
resiko terhadap dampak lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan diatas
dipilih Soil Improvement dengan Vacuum Consolidation Method (VCM) yang
bertujuan untuk mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah
asli yang lunak dengan melakukan pemompaan (vacuum) pada tanah untuk
mengurangi kadar air & pori pada butiran tanah sehingga dapat mempercepat
penurunan jangka panjang dan perbedaan penurunan (differential settlement).
26
merupakan jalur drainase buatan yang dimasukkan kedalam lapisan lempung.
Dengan kombinasi preloading, air pori diperas keluar selama konsolidasi dan
mengalir lebih cepat pada arah horizontal daripada arah vertikal. Selanjutnya, air
pori tersebut mengalir sepanjang jalur drainase vertikal yang telah diinstalasi.
Oleh karena itu, vertical drain berfungsi untuk memperpendek jalur drainase dan
sekaligus mempercepat proses konsolidasi.
27
a. Alat Berat
29
28
b. Pressure Gauge
29
30
c. Extenso meter
Alat ini berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui pergerakan dan atau
penurunan layer by layer akibat vakum. Extenso meter dipasang pada
centreline dikedalaman 5, 10 & 15 m (sesuai kedalaman PVD).
31
d. Inclino meter
Fungsi alat ini untuk mengetahui perubahan atau pergeseran lapisan tanah
diluar area vakum akibat proses vakum. Inclinometer dipasang diluar area
vakum dengan kedalaman sesuai penanaman PVD & dipasang tiap zona 1
buah untuk luasan per 18.000 m2.
32
e. Geomembran dan Geotekstil non Woven
Geomembran merupakan material pelapis yang memiliki permeabilitas
sangat rendah, digunakan bersamaan dengan material lain yang berkaitan
dengan geoteknik. Kelebihan geomembran antara lain ketahanan kimia sangat
baik, lapisang yang sangat kedap air, ketahanan terhadap sinar UV dan kondisi
cuaca seerta kuat dan fleksibel.
Geo textile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik)
adalah sebuah jenis Geo textile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet
kain. Dan pada umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer
Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP). Cara kerja Geo textile Woven
hanya mengandalkan tensil strength, sehingga tidak mereduksi terjadinya
penurunan setempat (differensial settlement) akibat tanah dasar yang lunak.
Fungsi geo textile non woven antara lain :
1. Untuk Separator / Pemisah
Salah satu fungsi dari geo textile non woven adalah sebagai separator atau
pemisah. Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah
tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang
lainnya. Misalnya, pada proyek pembangunan jalan yang dilakukan diatas
tanah dasar lunak ( berlumpur ). Disini geo textile non woven berfungsi
untuk mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, agar tidak
terjadainya pumping effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan.
Geo textile non woven juga berfungsi untuk mempermudah proses
pemadatan sistem perkerasan.
2. Untuk Filter / Penyaring
Geo textile non woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-
partikel tanah yang ada pada aliran air. Salah satu kelebihan geo textile
non woven adalah dapat membuat air melewati gotextile tetapi partikel
33
tanah tertahan, hal ini dikarena geotextile non woven memiliki sifat
permeable (tembus air). Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada
pekerjaan subdrain (drainase bawah tanah).
34
ke permukaan. Kekuatan mekanikal tinggi dan lentur Instalasi mudah dan
cepat Mempercepat waktu konsolidasi. PVD ditanam per 1x1 meter.
Teknologi berikutnya dalam vakum ini adalah teknologi PHD (Prefabricated
Horizontal Drain) yaitu untuk menggabungkan semua vakum PVD dan
bentuk pipa yang dipakai dalam teknologi PHD ini merupakan pipa plastik
yang di lubangi untuk membantu mengalirkan air yang telah di vakum.
35
Gambar 26. Proses Pemasangan PVD
36
5. Bagan Alir
37
6. Metode Pelaksanaan
a. Pengukuran Batas Row & Timbunan
Di proyek ini terdapat 80 zona ruas.
b. Geotekstil Woven
38
c. Material Pengisi dan Drainase Pasir Horizontal
Material pengisi saat awal proyek berjalan memakai pasir, setelah proyek
berjalan pencarian material pasir cukup sulit didapat di daerah tersebut. Maka
material pengisi digantikan dengan tanah merah yang dapat digunakan.
Penghamparan material pengisi pada badan jalan sampai dengan elevasi +3,5
m dari MAL (Muka Air Laut) dan lebar timbunan 45 m (menyesuaikan elevasi
finish grade), dengan kemiringan timbunan 1:2.
39
Langkah berikutnya setelah membran vakum sudah menyelimuti area
yang akan di vakum adalah menjaga membran agar tetap menyelimuti tanah
dengan baik dan tidak boleh ada bagaian yang bolong, diterangi lampu 24 jam
selama 4 bulan. Prasarana yang diperlukan lain adalah pompa Sealing ditch,
daerah yang di vacum diberi pompa dengan jarak per 20 meter. 20 – 30 pompa
di dalam 1 area dengan kedalaman 4-5 meter.
40
41
f. PHD (Prefabricated Horizontal Drain)
PHD terdiri dari 2 jenis pipa, yaitu filter pipe & main pipe, Pemasangan PHD
dilaksanakan pada drainase pasir horizontal, jarak maksimum antar PHD
adalah 6 m jika permeabilitas pasir baik, dan 3 meter apabila permeabilitas
pasir kurang baik.
42
f. Sealing Ditch
Geotekstil non woven layer pertama dipasang diatas drainasi pasir horizontal,
kemudian diatasnya dipasang geomembrane, dan ditanam mengelilingi area
vakum dengan kedalaman 4 – 5 meter.
43
g. Sistem Vacuum Installation
Pompa vakum melayani <1000 m2 area vakum, sehingga kebutuhan pompa
dapat dihitung berdasarkan luasan area yang akan divakum, sedangkan
kebutuhan genset dapat dihitung berdasarkan besarnya beban pompa yang
akan dilayani.
44
7. Risiko
a. Proses installasi vakum dilaksanakan selama 3 minggu, & prosesnya sendiri
dilaksanakan 4 selama bulan (hingga derajat konsolidasi mencapai 90 %),
selama itu pekerjaan struktur (box culvert & box tunnel) belum bisa
dikerjakan sehingga pekerjaan struktur idle (menunggu proses vakum
selesai).
b. Antara bangunan struktur jembatan dan batas ujung vakum awalnya berjarak
10 m (untuk menghindari pengaruh vakum terhadap tiang pancang struktur
jembatan) area sepanjang 10 m tidak tervakum sehingga daya dukung tanah
pada area sepanjang 10 m tidak mengalami konsolidasi akibatnya struktur
plat injak pada oprit jembatan turun.
c. Pada saat setelah pressure vakum mencapai 80 kpa diizinkan untuk
melaksanakan timbunan CBM selama proses vakum berjalan, pada saat
melaksankan timbunan CBM pada layer pertama, geomembran (lapis kedap)
rentan mengalami kebocoran yang disebabkan gesekan blade pada dozer,
sehingga harus bongkar timbunan CBM untuk mencari letak kebocoran &
menambal membrane yang bocor.
d. Terdapat lapisan pasir (sand layer) pada area yang akan di vakum sehingga
jika diteruskan proses vakum tidak akan berhasil (tidak kedap akibat lapisan
pasir).
8. Solusi
a. Untuk mempercepat progress pekerjaan struktur box culvert & box tunnel
maka pondasi yang akan di pasang struktur box tidak menunggu proses
vakum selesai, tetapi langsung menggunakan pondasi tiang pancang.
b. Berdasarkan pengalaman dilapangan, pada zona vakum yang diapit
bangunan struktur digunakan jarak antara batas ujung area vakum dengan
45
bangunan struktur sepanjang 5 meter, sehingga space 5 meter yang tidak
tervakum mengalami pengaruh konsolidasi, terbukti pada struktur plat injak
abutment 1 jembatan pipa minyak 2 tidak mengalami penurunan. Untuk
struktur plat injak yang mengalami penurunan diperbaiki dengan
menggunakan konstruksi Pile Slab.
c. Kebocoran geomembrane (lapis kedap) pada saat menghampar CBM layer
pertama diminimalisir dengan cara melaksanakan penimbunan pada layer
pertama setebal 80 cm dan dipadatkan menjadi 60 cm untuk menghindari
gesekan antara blade Dozer dengan membran dan dlanjutkan penghamparan
CBM layer berikutnya.
d. Pada area yang terdapat sand layer dapat dilaksanakan dengan membuat
tembok pemisah menggunakan material good soil, proses ini biasa disebut
dengan Slurry Wall.
46
9. Manfaat
BEFORE AFTER
KONVENSIONAL VAKUM
47
e. Lebih sedikit menggunakan surcharge load (Material Timbunan) karena
beban 5 m CBM sudah tercover (setara) dengan pressure vakum 80 kPa
48
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jum’at No. 28, Jakarta Selatan
Tlp/Fax. 021- 7661556
e-mail: balaiptk@gmail.com; sibimakonstruksi@gmail.com; sibimakonstruksi@pu.go.id
website: sibima.pu.go.id