Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RUTIN

“Dasar Pertimbangan dan Penetapan Tarif Angkutan”


Dosen Pengampu : Dr. Bukit Buchori Siagian, S.E., M.Si.

Oleh,
KELOMPOK : 05
1. Yosi Zepanya Raja Gukguk (180501111)
2. Sabrinadila Tasya (180501112)
3. Ellen Kristianti (180501113)
4. Tania Clarissa Tobing (180501117)
5. Agung Luhulima Barus (180501119)

. Yosi Zepanya Sabrinadila Tasya Ellen Kristianti Tania Clarissa Agung L. barus
(180501111) (180501112) (180501113) (180501117) (180501119)

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan Ekonomi Transportasi

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Tugas Rutin Penulisan Makalah mata kuliah Ekonomi
Transportasi tepat waktu.
Penulisan makalah berjudul “Dasar Pertimbangan dan Penetapan Tarif Angkutan”
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah yang berhubungan
dengan Ekonomi Transportasi ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi semua pihak. Selain
itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan ilmu baru tentang Pertimbangan dan
Penetapan Tarif Angkutan setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalah pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Ekonomi
Transportasi yang berjudul “Dasar Pertimbangan dan Penetapan Tarif Angkutan” ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 10 September 2021

Kelompok 05

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......... ………………………………………………………………....………i


Daftar isi ………………………………………………………………………..………..ii
Abstrak ……………………………………………………………………..………….iii
BAB I :PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II :PEMBAHASAN
2.1. Dasar Pertimbangan Tarif Angkutan ......................................................................... 2
2.1.1. Jenis Tarif Angkutan ............................................................................................2
2.2. Kepentingan Yang Berbeda Dalam Tarif Angkutan ……………………………......4
2.2.1. Penyedia jasa ……….………...............................................................................5
2.2.2. Pemakai jasa ……….............................................................................................5
2.2.3. Pemerintah ………................................................................................................5
2.3. Dasar – dasar Penetapan Tarif Angkutan ………………………................................6
2.3.1. Pertimbangan penentuan tarif ...............................................................................7
2.3.2. Kebijakan penetapan tarif .................................................................................8
2.3.3. Klasifikasi jenis tarif angkutan ..........................................................................9
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan tarif ...........................................10
BAB III :PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......………………………………………………………………....….........11
3.2 Saran .......…………………………………………………………………………...…....11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………........12

ii
ABSTRAK
Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan manusia dan barang dari
satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Ekonomi Transportasi adalah salah satu cabang
ilmu ekonomi tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan transportasi untuk kebutuhan
produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat. Pemerintah perlu mengedepankan pentingnya
transportasi sebagai urat nadi perekonomian. Ekonomi transportasi meliputi prinsip-prinsip
analisis dan penerapan konsep ekonomi teknik dalam penggunaaan/pengoperasian moda
transportasi, optimalisasi lalu lintas serta investasi pada infrastruktur transportasi termasuk
mengidentifikasi dan mengkuantifikasi parameter-parameter biaya dan manfaat, seperti biaya
investasi, operasi dan pemeliharaan, nilai waktu, biaya operasi kendaraan, dan besaran ekonomi
lainnya, memperhatikan aspek akuntansi yang perlu dilakukan dalam kajian infrastruktur
transportasi, serta menerapkan beberapa metode kajian kelayakan investasi.
Dalam penerapan tarif transportasi agar berjalannya bisnis, Strategi penetapan harga
(pricing strategy) menjadi hal penting dalam bisnis. Harga merupakan salah satu pertimbangan
penting bagi konsumen dalam memutuskan pembelian jasa transportasi, selain pertimbangan
kinerja operasi transportasi dan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memahami apa yang menjadi dasar pertimbangan tarif angkutan, kepentingan yang
berbeda dalam tarif angkutan, dan apa yang menjadi dasar – dasar penetapan tarif angkutan.

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan manusia dan barang dari
satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu berusaha untuk mencapai
efisiensi transportasi, yaitu berusaha mengangkut barang dan orang dengan waktu secepat
mungkin dan dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin.
Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan
tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan
yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat.
Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan, serta
menggunakan kendaraan atau alat angkut dengan kecepatan tertentu. Menurut Warpani (1990),
menjelaskan bahwa perangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak berada
disatu tempat melainkan dibanyak tempat. Sehingga terjadi pergerakan yang mengakibatkan
perangkutan. Dalam transportasi terdapat 5 (lima) unsur pokok, 5 (lima) unsur pokok itu adalah:
1. manusia, yang membutuhkan transportasi,
2. barang, yang dibutuhkan manusia,
3. kendaraan, sebagai sarana transportasi,
4. jalan, sebagai prasarana transportasi,
5. organisasi, sebagai pengelola angkutan.
Menurut Departemen Perhubungan 2002, tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan
pada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang dinyatakan dalam rupiah. Penetapan
tarif dimasukkan untuk mendorong terciptanya penggunaan prasarana dan sarana pengangkutan
secara optimum dengan mempertimbangkan lintasan yang bersangkutan. Guna melindungi
konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif maksimum, dan bila dianggap perlu untuk
menjaga persaingan sehat, pemerintah juga menetapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih memberi keuntungan wajar kepada pihak pengusaha
angkutan umum dan dapat diterima konsumen.
2

BAB II
HASIL KAJIAN

2.1 Dasar Pertimbangan Tarif Angkutan


Menurut Salim, (1998) kebijaksanaan penetuan tarif tarif angkutan didasarkan pada biaya
operasi, nilai jasa angkutan dan volume angkutan.
1. Perhitungan tarif berdasarkan biaya operasi (cost of service pricing).
Langkah awal yang dilakukan bagi penetapan tarif adalah menghitung biaya operasi
satuan yang dinyatakan per ton-kilometer untuk angkutan barang dan per penumpang-
kilometer untuk angkutan penumpang. Untuk memudahkan perhitungan biaya opersai
satuan ini, dibuat pengelompokkan biaya yang sesuai dengan sifatnya, yaitu: biaya tetap
(fixed cost), biaya variabel (variable cost), biaya umum (common cost) dan biaya khusus
(special cost).
2. Penetapan tarif berdasarkan nilai jasa (value of service pricing).
Penetapan tarif berdasarkan nilai jasa angkutan (value of service pricing) disebut juga
sebagai multiple price strategies banyak diikuti pada waktu sekarang. Tinggi rendahnya
tarif ditentukan oleh nilai yang diberikan pemakai jasa. Jika pemakai jasa angkutan
memberi nilai yang tinggi atas jasa angkutan maka tingkat tarif akan tinggi. Demikian
sebaliknya, tarif akan ditetapkan lebih rendah jika jasa angkutan tersebut dinilai rendah
oleh pemakai jasa. Tinggi rendahnya nilai itu dapat diketahui dari elastisitas permintaan
jasa angkutan tersebut. 3. Sistem pembentukan yang didasarkan pada What the traffic
will bear Tarif yang didasarkan pada what the traffic will bear berada diantara tarif
minimum dan tarif maksimum.

2.1.1 Jenis Tarif Angkutan


Menurut Frids, (2002) jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tarif Seragam (Flat Fare)
Pada sistem ini, tarif dikenakan tanpa memperhatikan jarak yang ditempuh, baik
perjalanan jarak pendek maupun jauh dikenakan tarif yang sama. Secara umum, tarif
seragam biasanya diterapkan untuk penumpang yang mempunyai panjang perjalanan
rata-rata hampir sama. Kerugian tarif ini adalah pada penumpang yang melakukan
3

perjalanan jarak pendek karena harus membayar dengan tarif yang sama dengan
penumpang yang melakukan perjalanan jarak jauh. Sebaliknya penumpang yang
melakukan perjalanan jarak jauh akan diuntungkan dengan kondisi ini.

2. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-Based Fare)


Sistem tarif ini ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh, yaitu besarnya tarif yang
ditetapkan adalah perkalian besar tarif perkilometer dengan panjang perjalanan, dimana
jarak minimum dan tarif minimum ditetapkan terlebih dahulu nilainya. Sistem tarif ini
memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam pengumpulan ongkos karena sebagian
penumpang melakukan perjalanan yang relatif pendek menggunakan angkutan lokal.

3. Tarif Bertahap
Sistem tarif ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh penumpang yang di bagi
persatuan tahapan.tahapan adalah suatu penggalan dari rute yang jaraknya antar satu atu
lebih tempat pemberhentian sebagai dasar perhitungan tarif. Tarif bertahap
mencerminkan usaha penggabungan secara wajar keinginan penumpang dan
pertimbangan biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan waktu untuk mengeluarkan
ongkos. Struktur seperti ini tidak hanya digunakan dengan memperhitungkan bermacam-
macam permintaan pelayanan perangkutan untuk jarak pendek dan panjang tapi juga
akan menguntungkan jika memperhatikan metode pengumpulan tarif.
4

4. Tarif Zona
Sistem tarif ini adalah penyederhanaan dari tarif bertahap dimana daerah pelayanan
perangkutan tersebut dibagi kedalam zona-zona. Pusat kota biasanya sebagai zona
terdalam dan dikelilingi oleh zona terluar yang tersusun seperti sebuah sabuk. Jika
terdapang jalan yang melintang dan melingkar, panjang jalan ini harus dibatasi dengan
membagi zona kedalam sektor-sektor.
Skala jarak dan tarif dibentuk dengan cara yang sama dengan struktur tarif
bertahap yang berdasarkan suatu jarak dan suatu tingkatan tarif. Kerugian akan terjadi
bagi penumpang yang hanya melakukan perjalanan jarak pendek didalam dua zona yang
berdekatan, mereka harus membayar ongkos untuk dua zona. Sebaliknya suatu perjalanan
yang panjang dapat menjadi lebih murah jika dilakukan didalam sebuah zona
dibandingkan dengan perjalanan pendek yang melintasi batas zona.

2.2 Kepentingan yang Berbeda Dalam Tarif Angkutan


Menurut Miro (2012), terdapat setidaknya tiga pihak yang memiliki kepentingan dan
berhubungan sangat erat dalam penentuan besaran tarif jasa sistem transportasi, yaitu :
5

2.2.1 Penyedia jasa


2.2.2 Penyedia jasa adalah perusahaan operator yang memproduksi jasa transportasi
entah itu secara perorangan atau badan hukum yang terorganisasi dengan berbagai
moda transportasi memiliki kepentingan terhadap besarnya tarif.
- Menjaga keberlangsungan usahanya berupa keuntungan.
- Dapat menutupi biaya produksi jasa yang telah dikeluarkan terutama untuk
- perusahaan yang menghadapi pasaran sepi.
- Dapat menumbuhkan alokasi modal usaha perusahaan.
- Dapat menciptakan manajemen yang efisien dalam proses produksi.
2.2.3 Pemakai jasa
Pemakai jasa adalah kelompok yang melakukan perjalanan dengan jarak tertentu yang
menggunakan alat transportasi tertentu dengan maksud perjalanan tertentu entah itu perorangan
atau individu. Pihak ini memiliki penentuan tarif diantaranya :
- Tarif harus terjangkau oleh daya beli masyarakat pemakai jasa, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah agar terjadi pemerataan.
- Tarif jasa transportasi sebagai komponen dalam penghitungan biaya pokok produksi
barang oleh pabrik penghasil barang harus dapat ditekan seminimal mungkin agar
komponen yang berupa biaya transportasi ini tidak banyak berdampak terhadap harga
jual barang.
- Tarif jasa transportasi harus dapat mendorong distribusi pemasaran secara luas dan
lancar.
- Tarif hars rasional dan diberlakukan secara umum, layak, adil, dan tidak diskriminatif.
- Tarif harus dapat mengembangkan intensitas kegiatan sosial.
- Tarif harus dapat meningkatkan kreasi kegiatan usaha dan meningkatkan pertumbuhan
produksi barang.
2.2.4 Pemerintah
Pemerintah mulai tingkat negara sampai pemerintah lokal yang merupakan pihak yang mengatur
segala kegiatan masyarakat dan sektor kehidupan memiliki kepentingan dalam penetapan jasa
transportasi antara lain:
- Menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mencapai kesejahteraan sosial.
6

- Menjaga keseimbangan antar penyedia jasa sistem transportasi dengan jumlah kebutuhan
perjalanan masyarakat yang terjadi (keseimbangan penawaran dan permintaan).
- Tarif harus dapat menjamin dan mendorong penggunaan sumber daya secara maksimal.
- Tarif harus mendukung kelancaran mobillitas penduduk antar wilayah.
- Tarif harus mendorong pengadaan sarana transportasi yang inovatif.
- Tarif harus memperhatikan kepentingan pihak pengguna jasa dan penyedia jasa serta
dikendalikan untuk memenuhi dan melindungi kepentingan kedua pihak.

2.3 Dasar Dasar Penetapan Tarif Angkutan


Strategi penetapan harga (pricing strategy) menjadi isu penting dalam bisnis. Harga
merupakan salah satu pertimbangan penting bagi konsumen dalam memutuskan pembelian jasa
transportasi, selain pertimbangan kinerja operasi transportasi dan kualitas pelayanan. Umumnya
strategi penetapan harga transportasi didasarkan pada biaya. Biaya menjadi faktor penting dalam
pembentuk harga atau tarif transportasi yang dibebankan ke konsumen. Pemahaman mengenai
pemicu biaya (cost driver) dalam transportasi menjadi penting. Tarif transportasi ditentukan oleh
berbagai faktor. Faktor utama yang memengaruhi tarif transportasi adalah jarak (distance), berat
(weight), dan densitas (density).
Jarak merupakan faktor utama yang menentukan biaya transportasi. Umumnya biaya-biaya
transportasi dipicu oleh jarak. Jarak transportasi akan berkontribusi secara langsung terhadap
biaya variabel seperti tenaga sopir, biaya bahan bakar dan minyak (fuel), dan biaya pemeliharaan
kendaraan. Faktor kedua dalam pemicu biaya transportasi adalah berat. Semakin berat barang
yang diangkut, maka semakin besar biaya transportasi. Namun demikian, pada titik berat
tertentu, skala ekonomis akan terjadi. Skala ekonomis terjadi manakala dicapai efisiensi atas
penggunaan sumber daya pada pencapaian utilisasi kapasitas tertentu.
Faktor ketiga yang menentukan biaya transportasi adalah densitas. Densitas merupakan
gabungan antara berat dan volume. Faktor densitas ini penting, karena umumnya satuan
penetapan tarif transportasi dinyatakan dalam satuan Rupiah per berat (kilogram atau ton).
Sementara, kapasitas kendaraan umumnya dibatasi oleh volume atau kubik, sehingga satuan
berat saja menjadi kurang relevan dalam perhitungan tarif transportasi. Barang yang memiliki
densitas tinggi akan dapat diperoleh biaya tetap transportasi per unit densitas lebih kecil. Hal ini
terjadi karena pada barang dengan densitas tinggi, biaya tetap akan tersebar sesuai utilisasi
7

kapasitas kubik kendaraan. Umumnya, manajer transportasi akan lebih memilih barang dengan
densitas tinggi, agar kapasitas kubik kendaraan dapat diutilisasi secara maksimal.
Penetapan Tarif transportasi ditetapkan berdasarkan dua pentahapan. Pertama,
pengelompokkan kategori jenis produk atau barang yang diangkut. Kedua, penetapan tarif
berdasarkan jenis kelompok produk atau barang, berat, densitas, dan jarak. Penetapan lokasi asal
dan lokasi tujuan didasarkan pada zona kode pos.
2.3.1. Pertimbangan penentuan tarif
Prinsip dasar yang umum digunakan dalam penentuan tarif dapat dirumuskan dalam
3 sasaran yaitu :
a. Setiap tarif harus dapat digunakan untuk menutup biaya penciptaan jasa pelayanan
b. Setiap tarif harus mampu menggerakkan sejumlah roda dan arus lalulintas
c. Setiap tarif harus mempu menanggung beban yang adil dari keseluruhan biaya di
perusahaan itu dibandingkan dengan tarif perusahaan sejenis/lainnya.
Dalam penetapan tarif, pemerintah melakukan intervensi agar tujuan penyelenggaraan
jasa angkutan dapat dicapai sedang di sisi lain pemerintah berkepentingan menjaga
kelangsungan bidang lain yang tidak berkait dengan bidang transportasi, seperti sektor
pertanian, pengurangan kepadatan lalu lintas di kota, dan kegiatan perdagangan luar negeri.
Masyarakat menghendaki tarif pada tingkat yang paling rendah sesuai dengan
kemampuan dan pelayanan yang digunakan sehingga jumlah pendapatannya tidak habis
dibelanjakan untuk kebutuhan transportasi saja. Sedang perusahaan jasa angkutan
berkepentingan untuk menetapkan tarif yang dalam jangka panjang mampu menghasilkan
pendapatan bersih yang terbesar. Untuk itulah diperlukan intervensi pemerintah terutama
dalam bentuk regulasi (peraturan) dan pengawasan terhadap tarif yang berlaku di dalam
masyarakat.
Perusahaan jasa angkutan baik yang dimiliki oleh negara (Perum DAMRI dan PPD),
swasta maupun koperasi, dalam menetapkan tarif pada umumnya berorientasi pada
perlindungan pemakai jasa angkutan, yaitu :
a. Penetapan tarif mengikuti sistem tarif yang berlaku
b. Penetapan tarif diatur melalui perjanjian/kontrak atau tawar menawar
Penetapan tarif menurut sistem tarif yang berlaku umum, misalnya tarif bis kota, tarif
angkutan antar kota dan sebagainya sangat membatu masyarakat dalam mencapai tujuan
8

masing-masing. Sedang penetapan tarif melalui perjanjian sangat beragam dan bersifat
individual, dalam arti sangat tergantung pada jumlah muatan, ukuran, jarak tempuh, lama
perjalanan serta sifat muatan tersebut.
Penetapan tarif berdasar perjanjian terutama untuk pengangkutan barang dan jasa
sangat rumit diatur dengan sistem tarif yang berlaku umum, karena menyangkut ribuan jenis
barang dan jasa, tujuan, jumlah, sifat dan ukuran yang berbeda-beda. Batas kewajaran itu
dapat ditentukan berdasar kesepakatan antara pengguna dengan pemilik jasa angkutan serta
intervensi pemerintah sehingga tarif jasa angkutan mampu mempertahankan kesinambungan
perusahaan dan memperhatikan kepentingan serta daya beli masyarakat.
Tarif jasa angkutan, di satu sisi dipandang sebagai konsep pendapatan bagi
perusahaan jasa angkutan sedang sebaliknya menjadi konsep pengeluaran (biaya) bagi
pemakai jasa angkutan. Karena itu tarif jasa angkutan dapat ditentukan sesuai dengan
karakteristik moda transportasi, kapasitas kendaraan, tujuan yang ingin dicapai, sifat muatan
dan sebagainya.
2.3.2. Kebijakan penetapan tarif
Kebijakan penetapan tarif didasarkan pada 3 alasan yaitu :
1) Penetapan tarif berdasar biaya operasi perusahaan
Penetapan tarif ini didasarkan pada kalkulasi biaya operasi untuk muatan barang
dengan acuan biaya satuan ton/kilometer sedang untuk muatan penumpang dengan acuan per
penumpang/kilometer. Hasil kalkulasi muatan per kilometer tersebut digunakan sebagai
standar biaya normal untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengoperasikan
armadanya.
Langkah awal yang diperlukan untuk menetapkan tarif muatan/kilometer adalah
dengan mengelompokkan unsur-unsur biaya operasi ke dalam satuan-satuan biaya yang sesuai
dengan jenis muatan yang diangkut. Kelompok biaya tersebut pada dasarnya dapat dipilah
menjadi 4 unsur biaya yaitu :
a. Kelompok biaya tetap, seperti biaya penyusutan kendaraan, biaya pembangunan terminal
dan tempat parkir, modal tetap dan sebagainya. Kelompok biaya ini pada dasarnya tidak
terpengaruh oleh perubahan besarnya jasa angkutan namun dalam jangka panjang perlu
biaya besar untuk mengganti, merenovasi dan sebagainya.
9

b. Kelompok biaya variabel, terdiri atas biaya bahan bakar, tenaga kerja, asuransi, peralatan
dan biaya lain yang berubah mengikuti volume kegiatan operasi armada angkutan.
c. Kelompok biaya umum, yaitu biaya yang tidak dapat dialokasikan ke operasi jasa
angkutan seperti surat menyurat, penerangan, telepon dan sebagainya
d. Kelompok biaya khusus, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat pelayanan khusus atas
muatan yang diangkut, seperti pemasangan AC, ruang pendingin, pengemasan ekstra dan
pengamanan khusus.
2) Penentuan tarif berdasar nilai jasa angkutan
Penetapan tarif ini didasarkan pada tinggi-rendahnya nilai jasa angkutan yang
dibebankan para pemakai jasa. Jika manfaat jasa angkutan bernilai tinggi bagi pemakai jasa
maka tarif jasa angkutan akan tinggi, sebaliknya jika pemakai jasa memberikan nilai rendah
maka tarif jasa angkutan akan rendah pula.
3) Penetapan tarif antara batas maksimum dengan batas terendah dari jasa angkutan.
Dalam kesempatan tertentu seperti musim lebaran dan musim wisata memungkinkan
penerapan tarif maksimal dengan kapasitas penumpang yang melebihi tempat duduk. Namun,
dalam kasus tertentu seperti pemogokan dan bencana alam memungkinkan perusahaan
menerapkan kebijakan khusus yang berupa tarif terendah. Akan tetapi penetapan tarif
berdasar pengalaman tidak dapat menjamin akurasi tarif sesuai dengan ketetapan pemerintah
atau tarif yang berlaku umum.
2.3.3. Klasifikasi jenis tarif angkutan
Tarif angkutan dapat diklasifikasikan berdasar salah satu atau kombinasi dari
berbagai komponen berikut :
1) Persyaratan muatan, yaitu apakah muatan memerlukan persyaratan khusus atau tidak,
misalnya : Pengangkutan obat lebih mahal daripada mengangkut besi, Sewa taksi lebih
mahal daripada naik bus umum dan sebagainya
2) Jenis dan kapasitas muat armada angkutan yaitu semakin tinggi persyaratan atau kondisi
armada angkutan akan memerlukan biaya tambahan yang semakin besar, sehingga tarif
yang ditetapkan sangat tergantung pada jenis dan kapasitas muatan.
3) Panjang jalur, jumlah terminal/tempat pemberhentian dan perpindahan muatan dari
armada satu ke yang lain yaitu semakin jauh jalur yang ditempuh dan semakin banyak
10

terminal/berhenti serta pemindahan muatan ke armada lain maka diperlu-kan biaya


tambahan yang semakin besar pula
4) Jumlah pungutan selama dalam perjalanan baik di tempat pemberangkatan, selama dalam
perjalanan maupun di tempat tujuan akhir.
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan tarif
Kewajaran tarif dapat dipandang dari sisi perusahaan jasa angkutan, pemakai jasa
angkutan dan pemerintah sebagai regulator. Oleh karena itu tarif tidak dapat ditetapkan
secara sepihak baik oleh pengusaha, pemakai jasa angkutan maupun pemerintah. Penetaan
tariff dipengaruhi oleh :
a. Faktor-faktor biaya, yaitu keseluruhan biaya yang berkaitan dengan pemindahan muatan
dari tempat asal ke tempat tujuan, yang meliputi :
1) Kapasitas daya muat dan kecepatan gerak kendaraan di mana ukuran kendaraan akan
menentukan jumlah muatan dan kecepatan gerak kndaraan dari tempat asal ke tempat
tujuan. Akibatnya, jumlah biaya operasi juga berkaitan secara langsung.
2) Jumlah muatan dlam arti semakin banyak jumlah muatan akan menentukan besarnya
biaya pengangkutan atas muatan tersebut.
b. Resiko dan tanggung jawab atas muatan, dalam arti kondisi muatan selama di perjalanan
pada dasarnya merupakan resiko yang harus ditanggung oleh pengusaha jasa angkutan
sehingga jika terjadi kecelakaan yang menyebabkan kondisi barang menjadi rusak,
hilang, sampai ditempat tujuan pengusaha jasa angkutan harus bertanggung jawab
langsung terhadap barang tersebut.
c. Faktor-faktor permintaan, yaitu jumlah dan sebaran permintaan atas jasa angkutan yang
ditawarkan pengusaha jasa angkutan. Permintaan jasa angkutan pada umum-nya
didasarkan oleh nilai dan sifat muatan serta kegunaan barang/jasa. Permintaan jasa
angkutan selalu berubah sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan perubahan
tehnologi di bidang transportasi.
d. Pemerintah, dalam arti sebagai regulator/pengatur bidang transportasi senantiasa
berkepentingan terhadap tarif jasa angkutan. Pemerintah harus bertindak adil dalam
penetapan tarif sehingga pengusaha dan pemakai jasa angkutan tidak dirugikan dan
secara lebih jauh dapat meningkatkan kemakmuran bangsa.
11

BAB III
KESIMPULAN

1. Kebijaksanaan penetuan tarif tarif angkutan didasarkan pada biaya operasi, nilai jasa
angkutan dan volume angkutan.
2. Langkah awal yang dilakukan bagi penetapan tarif adalah menghitung biaya operasi
satuan yang dinyatakan per ton-kilometer untuk angkutan barang dan per penumpang-
kilometer untuk angkutan penumpang.
3. Penetapan tarif berdasarkan nilai jasa angkutan (value of service pricing) disebut juga
sebagai multiple price strategies banyak diikuti pada waktu sekarang.
4. Sistem tarif ini ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh, yaitu besarnya tarif yang
ditetapkan adalah perkalian besar tarif perkilometer dengan panjang perjalanan, dimana
jarak minimum dan tarif minimum ditetapkan terlebih dahulu nilainya.
5. Tarif lebih banyak dipengaruhi oleh masyarakat dibanding dengan penetapan harga
barang dan jasa. Dalam hal ini inisiatif penetapan tarif berada di tangan perusahaan jasa
angkutan, akan tetapi keputusan pimpinan perusahaan banyak dibatasi oleh peraturan
pemerintah dan tuntutan masyarakat.

SARAN
1. Melakukan peninjauan ulang terhadap tarif penumpang agar didapat biaya tarif yang
sesuai yang tidak merugikan pihak pengelola angkutan (operator) maupun pihak
pengguna jasa angkutan atau penumpang.
2. Dengan keuntungan yang didapat sebaiknya para pengelola angkutan meningkatkan
pelayanaan dan fasilitas angkutan yang ada supaya para konsumen tidak merasa terlalu
tinggi membayar tarif yang berlaku mengingat fasilitas dan pelayanannya.
3. Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus menaruh
perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandar
udara. Selain itu terus berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-
infrastruktur tersebut. Selain membangun berbagai infrastruktur transportasi , pemerintah
kiranya perlu selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi
masyarakat terpencil.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.umm.ac.id/35108/3/jiptummpp-gdl-nadyawidya-48285-3-babii.pdf
2. http://e-journal.uajy.ac.id
3. https://ptn15b.files.wordpress.com › ...doc dasar-dasar penetapan tarif - WordPress.com
4. Muchtarudin Siregar, 1990 . Beberapa masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan

Anda mungkin juga menyukai