Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN JUDUL

MAKALAH
DEPOSITO DAN SURAT BERHARGA PASAR UANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan


Dosen Pengampu : Sri Mulyani, SEI, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Anggun Srimartina (201312074)

2. Muh. Misbahur Rosyidin (201312085)

3. Ahmad Afifuddin (201312096)

4. Milkhatun Nisa (201312099)

5. Chintya (201312106)

6. Anisa Yustiani (201312107)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

TAHUN 2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang untuk setiap ciptaan-Nya. Berkat karunia dan hidayah-Nya yang telah memberi
kemudahan khususnya bagi kami dalam menyusun tugas makalah ini. Makalah mengenai
“Deposito dan Surat Berharga Pasar Uang” ini kami buat demi untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Akuntansi Perbankan.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Akuntansi


Perbankan, kami yaitu ibu Sri Mulyani, SEI, M.Si yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua orang, khususnya bagi yang membaca makalah ini.

Kudus, 08 Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Deposito........................................................................................................3
B. Deposito Berjangka.........................................................................................................3
1. Pembukaan Deposito...................................................................................................3
2. Perhitungan dan Pencatatan Bunga.............................................................................3
3. Pencatatan saat Deposito Berjangka Jatuh Tempo......................................................4
4. Penarikan Deposito yang belum jatuh tempo..............................................................5
C. Sertifikat Deposito..........................................................................................................6
D. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) yang Diperdagangkan...........................................6
E. Prosedur Penerbitan Surat Berharga...............................................................................7
F. Perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia...................................................................8
G. Akuntansi Surat Berharga yang Diterbitkan...................................................................8
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi sebuah bank adalah sebagai Financial Intermediary / perantara keuangan yang


menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposits) yang kelebihan dana (surplus) dan
menyalurkan kredit (to make loans) kepada pihak yang membutuhkan (defisit). Bank
merupakan bisnis yang menawarkan simpanan, yang dapat melaksanakan permintaan
penarikan (dengan menggunakan cek atau membuat transfer dana elektronik) dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit yang bersifat komersial (Rose dan Hudgins, 2010).
Apostolik et.al (2009) membagi kegiatan inti bank atas 3 kegiatan inti yaitu (1) deposit
collection, yaitu proses penghimpunan dana dari masyarakat berupa giro, tabungan dan
deposito berjangka (2) payment services, memberikan jasa keuangan yaitu lalu lintas
pembayaran, proses transfer uang (3) loan underwriting, menyalurkan dana ke masyarakat
dalam bentuk kredit.  Bagi sebuah bank sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan
darah dalam tubuh badan dan persoalan paling utama. Dana bank / loanable fund merupakan
sejumlah uang yang dimiliki atau aktiva lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan
operasionalnya dan setiap waktu dapat diuangkan. Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya
berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau
dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali baik sekaligus maupun
secara berangsur-angsur.
Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh bank adalah dengan menjual surat
pengakuan hutang yang telah diterbitkan dan ditanda tangani oleh nasabah yang belum
mampu melunasi hutangnya. Surat pengakuan hutang ini diserahkan kepada Bank sebagai
jaminan atas pelunasan hutang nasabah yang bersangkutan. SBPU ini adalah surat berharga
yang diterbitkan dan ditandatangani oleh nasabah, yang pada umumnya dilakukan sebagai
jaminan atas pelunasan hutang nasabah kepada bankyang bersangkutan.
Surat pengakuan hutang dari nasabah ini dianggap sebagai aktiva oleh bank yang
menerimanya dan denga demikian dapat diperjual belikan. Oleh bank yang menerima surat
pengakuan tersebut dapat saja dijual ke Bank Indonesia untuk mendapatkan alat likuid yang
diperlukan oleh bank yang bersangkutan. Penjualan surat berharga ini disebut Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU) yang akan dikenakan sejumlah biaya bunga oleh si pembeli, dalam hal
ini Bank Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan deposito berjangka?


2. Apa perbedaan deposito berjangka dengan sertifikat deposito?
3. Apa saja yang diperdagangkan SBPU?
4. Bagaimana perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia?
5. Bagaimana akuntansi surat berharga yang diterbitkan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang deposito berjangka.


2. Untuk mengetahui tentang perbedaan deposito berjangka dengan sertifikat deposito.
3. Untuk mengetahui tentang SBPU yang diperdagangkan.
4. Untuk mengetahui tentang perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia.
5. Untuk mengetahui tentang akuntansi surat berharga yang diterbitkan.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Deposito

Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan pihak bank.
Pengertian Deposito menurut UU No.10 tahun 1998 adalah “Simpanan yang penyimpan
bank. Jika dana tersebut ditarik oleh nasabah sebelum jatuh tempo maka akan dikenakan
penalty rate, yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan”.
Penarikan deposito hanya dapat dilakukan pada saat tertentu menurut jatuh temponya,
misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan atau 24 bulan. Kalau bank
membutuhkan dana besar, semakin lama umur deposito semakin tinggi tingkat suku
bunganya, sebaliknya kondisi ekonomi yang normal suku bunga semakin kecil meskipun
jika waktu semakin lama.

B. Deposito Berjangka

1. Pembukaan Deposito

Pembukaannya dapat menggunakan setoran tunai, cek, bilyet giro, bukti transfer
masuk, wesel atau warkat lainnya asal sudah efektif. Pencatatan deposito sebesar nilai
nominalnya.
Contoh:
Pada 31 Mei 2015 Reni membuka Deposito berjangka di bank Mitra Niaga cabang
Semarang dengan nominal Rp 50.000.000,00. bunga sebesar 18% p.a. dibayar pada saat
jatuh tempo, jangka waktu 3 bulan. Beban bilyet deposito Rp 1.000,00. pembukaan
deposito berjangka tersebut atas beban giro Reni Rp 20.000.000,00, giro Sinta nasabah
bank Mitra Niaga cabang Semarang Rp 10.000.000,00 dan kekurangannya diterima
tunai. Pajak atas bunga 15%. Pencatatan transaksi ini adalah:

2. Perhitungan dan Pencatatan Bunga

Bunga deposito berjangka akan diperhitungkan setelah deposito mengendap minimal


satu bulan sejak tanggal pembukaan. Untuk deposito yang dibuka pada tanggal akhir
bulan, maka pengambilan bunga/ pencairan nominal deposito dilakukan pada

3
tanggal/hari akhir bulan walaupun tanggalnya berbeda. Tetapi jika deposito berjangka
dibuka pada tanggal/ hari tidak akhir bulan, maka jatuh tempo bunga pada tanggal yang
sama bulan berikutnya. Terhadap bunga yang ditarik tunai pada tanggal tersebut akan
dicatat dengan mendebet biaya bunga deposito dan mengkredit rekening kas. Untuk
kewajiban bunga yang belum dibayarkan akan dicatat pada rekening bunga yang masih
harus dibayar.
Bila contoh pembukaan deposito diatas kita perhitungkan bunganya, maka jatuh
tempo bunga pertama adalah tanggal 30 Juni 2015. perhitungan bunga adalah :
Bunga = Rp 50.000.000 x 18% x 1/12
= Rp 750.000
Pada saat pencairan bunga :
PPh = Rp 750.000,00 x 15%
= Rp 112.500,00
Maka, jurnalnya adalah:

3. Pencatatan saat Deposito Berjangka Jatuh Tempo

Pencairan deposito berjangka sesuai dengan perjanjian dilakukan pada saat atau
setelah jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo pada umumnya bank akan memberikan pelayanan
(service Exelence) untuk menghubungi pemilik deposito. Ada tiga kemungkina yang terjadi,
yaitu deposito dibiarkan dahulu, dicairkan atau diperpanjang. Ketiga kemungkinan ini
mengakibatkan pencatatan yang berbeda.
Bila deposito berjangka jatuh tempo dan belum ada penarikan dari nasabah, sementara
tidak ada perjanjian untuk diperpanjang, maka bank akan mendebet deposito berjangka
(lama) dan mengkredit deposito berjangka yang telah jatuh tempo. Deposito berjangka yang
sudah jatuh tempo merupakan sumber dana murah karena tidak ada biaya. Jika kembali pada
kasus diatas, maka akan di jurnal:
a). Dr. Deposito Berjangka – reni ………………………… 50.000.000
Cr. Deposito Berjangka yang sudah jatuh tempo … 50.000.000
b). Dr. Biaya Bunga Deposito Berjangka ………………… 750.000
Cr. Bunga Deposito Berjangka termasuk
Pajak yang akan dibayar ……………………… 750.000

Jika deposito yang jatuh tempo tersebut langsung dicairkan, maka jurnalnya adalah:
Dr. Deposito Berjangka ………………………………... 50.000.000
Dr. Biaya Bunga Deposito Berjangka …………………. 750.000

4
Cr. Hutang Pajak PPh …………………………. 112.500
Cr. Kas …………………………………………… 50.637.500

Jika deposito berjangka tersebut diperpanjang, maka dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Perpanjangan Otomatis (Automatic Rollover)
Perpanjangan ini dilakukan atas dasar permintaan deposan yang sudah dibuat atau
diperjanjikan pada saat pembukaan rekening deposito. Maka pihak bank tidak perlu
lagi menghubungi deposan ataupun sebaliknya.
a. Perpanjangan Biasa
Perpanjangan ini pada dasarnya menunggu keputusan deposan, artinya untuk
memperpanjang deposito berjangka deposan perlu datang ke bank atau pihak bank
yang menghubungi deposan.
Kedua cara perpanjangan tersebut tidak berbeda dalam pencatatannya. Jurnalnya yaitu :
Dr. deposito Berjangka – Reni (lama) ………………. 50.000.000
Cr. Deposito Berjangka – Reni (baru) …… 50.000.000

4. Penarikan Deposito yang belum jatuh tempo

Pada prinsipnya deposito hanya boleh dicairkan setelah jatuh tempo. Namun, jika
dalam kasus tertentu deposan dapat mencairkan depositonya dengan berbagai alasan. Dan
untuk itu bank akan membebani denda / penalty sejumlah tertentu dari bunga yang telah
diperhitungkan. Dimasa sekarang, ada juga bank yang tidak mengenakan denda / penalty
kepada deposan yang mencairkan dananya sebelum tanggal jatuh tempo.
Denda / penalty ini pada umumnya berlaku pada bank-bank umum konvensional. Dalam hal
di bank-bank syariah, maka bank tidak membebani denda tapi juga tidak memberikan bunga.
Ada dua cara yang bisa digunakan untuk membebani nasabah deposito dalam hal
pengenaan penalty ini, yaitu :
1. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sebelum pajak
2. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sesudah pajak
3. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari nominal deposito
Contoh:
Intan tanggal 31 Mei membuka deposito berjangka di Bank MITRA Rp.10 juta jangka waktu
6 bulan, bunga 18% dan ditarik tanaggal 30 Juni. Maka, jurnalnya adalah:

5
C. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito dapat diperdagangkan oleh bank atau masyarakat pada umumnya.
Akan tetapi penerbit sertifikat tersebut harus mendapat ijin terlebih dahulu dari bank
Indonesia (sentral) berkaitan dengan sertifikat deposito dimaksud. Disamping itu bunga
sertifikat deposito diperhitungkan dan dibayarkan dimuka serta suku bunganya pada
umumnya relatif lebih tinggi daripada suku bunga deposito berjangka. Terhadap bunga
sertifikat deposito dikenakan PPh 15% untuk penduduk dan 20% untuk bukan penduduk.
Pengendapan bunga dan sertifikat deposito akan menjadi kadaluarsa setelah 30 tahun sejak
tanggal jatuh tempo.
Sertifikat deposito dicatat sebesar harga nominal. Selisih antara jumlah tunai yang
diterima dengan nilai sertifikat deposito dicatat sebagai bunga dibayar dimuka dan
diamortisasi setiap akhir periode bunga. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan
bahwa untuk mencatat transaksi sertifikat deposito harus menentukan nilai tunai dari
sertifikat deposito terlebih dahulu.
Contoh:

D. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) yang Diperdagangkan

SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. 
SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU. Ditinjau dari jenis
transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
- Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari
bank untuk membiayai kegiatan tertentu.
- Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. Surat wesel, dapat berupa:
- Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka
transaksi tertentu.  Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.
- Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka
pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
c. Call Money (Interbank Call Money Market)

6
Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam
hitungan hari) antar bank. Call Money  merupakan instrument bank dalam mengatasi
kekurangan atau kelebihan dana jangka pendek yang bersifat sementara.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan
nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel
(sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan
bukan Bank).  Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house
(perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga
keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat.  SBPU ini melalui security house
juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia.

E. Prosedur Penerbitan Surat Berharga

Terdapat dua cara penerbitan surat berharga yaitu :


1. Penerbitan secara langsung kepada investor jangka panjang seperti lembaga keuangan,
atau penerbitan langsung ini biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan yang memiliki
kebutuhan tetap atas pinjaman dalam jumlah besar yang memilih melakukan penerbitan
langsung yang lebih ekonomis dibandingkan menggunakan pialang investasi.
2. Penerbitan secara tidak langsung yaitu dijual kepada pialang dan pialang tersebutlah
yang memperdagangkannya di pasar uang. Bursa perdagangan surat berharga komersial
ini melibatkan perusahaan-perusahaan pialang yang besar dan anak perusahaan bank.
Secara skematis dapat dijabarkan prosedur penerbitan surat berharga sebagai berikut:

Bank Penerbit Surat Bank Pembeli Surat


Berharga Berharga

Nasabah Penerbit Surat


Berharga
Bank penerbit SPBU harus menjamin penjualan surat berharga ini kepada bank pembeli
SBPU. Maksud dari jaminan ini adalah apabila SBPU yang telah dijualnya tidak dapat
tertagih, maka bank yang menjualnya berkewajiban mengembalikan pembayarannya. Dengan
demikian sifat penjualan surat berharga ini sama halnya dengan penjualan wesel tagih, yang
dikenal sebagai Notes Receivable Discounted. Selama wesel ini outstanding, maka bank
penjual SBPU tetap memiliki kewajiban (hutang).

7
F. Perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia

Khusus untuk perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia, SPBU harus berjangka
waktu pendek dengan minimal 30 hari dan bernilai nominal Rp 25.000.000 yang selanjutnya
berkelipatan Rp 5.000.000 dengan maksimum Rp 10.000.000.000. SBPU yang diterbitkan
tidak dalam rangka kredit yang sebagian atau seluruh dananya berasal dari BLBI,
penjualannya dilakukan dengan cara lelang dengan sistem diskonto.
Perdagangan SBPU ini harus memperhatikan hak dan kewajiban penjualan atau
pembeli. Oleh karena itu ketika perdagangan dimulai harus ditegaskan perdagangan itu
menggunakan cara outright atau repurchase agreement (repo). Transaksi outright adalah
transaksi jual beli SBPU atas dasar sisa jatuh tempo waktu SBPU yang bersangkutan.
Repurchase agreement (repo) adalah transaksi perdagangan SBPU yang mensyaratkan
penjual membeli kembali SPBU sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
Penyelesaian transaksi diperhitungkan dengan nilai tunai SBPU sebagai berikut:

G. Akuntansi Surat Berharga yang Diterbitkan

Surat berharga diterbitkan akan dicatat pada saat penerbitan, penjualan, dan pelunasan.
Pada waktu penerbitan surat berharga sebenarnya bank baru mendapat surat pengakuan
hutang dari nasabah atau bank lain yang selanjutnya menjadi aset bank dan sewaktu-waktu
dapat dijual untuk memenuhi likuiditas bank. Sebagai aset bank, maka ban akan mencatat
sebesar harga nominal. Harga nominal ini sebesar nilai kewajiban nasabah kepada bank.
Misalnya nasabah melunasi pinjaman kepada bank dengan wesel, maka wesel tersebut harus
sebesar nilai kewajiban pelunasan tersebut. Nilai kewajiban nasabah ini ditulis sebagai nilai
nominal di lembar surat berharga.
Surat berharga yang diterima bank dari nasabah/masyarakat/banklain akan menjadi
sumber dana bank bila dijual di pasar uang. Penjualan surat berharga ini akan diterima
sebesar harga jualnya (nilai tunai). Selisih nilai tunai dengan nilai nominal dicatat sebagai
diskonto SBPU yang belum diamortisasi. Di pihak lain, harus mengkredit rekening surat
berharga yang diterbitkan yang diposisikan sebagai hutang. Sedangkan diskonto yang telah
diperhitungkan harus diamortisasi setiap akhir bulan hingga SPBU itu jatuh tempo serta
dikenakan pajak sebesar 15%.

8
Contoh:
Misalnya awal September 2014 seorang nasabah Bank Mitra Niaga Semarang mempunyai
pinjaman kepada bank sebesar Rp 100.000.000. pinjaman tersebut telah diangsur sampai
Februari 2015 sebesar Rp 15.700.000 dengan perincian angsuran pokok Rp 12.000.000 dan
angsuran bunga Rp 3.700.000. setelah angsuran itu ternyata nasabah tersebut tidak lancar
dalam melunasi kreditnya sehingga nasabah tersebut dengan itikad baik membuat surat
sanggup untuk melunasi sisa kreditnya beserta tunggakan bunga yang telah mencapai Rp
4.800.000. bunga promes 18% per tahun dan berjangka waktu 90 hari. Penerbitan surat
berharga ini terhitung tanggal 1 Mei 2015. Pada Mei 2015 Bank Mitra Niaga menjualnya ke
Bank Indonesia dengan diskonto 16% per tahun. Hasil penjualannya langsung diterbitkan ke
rekening giro Bank Indonesia milik Bank Mitra Niaga.

Perhitungan untuk menentukan nilai nominal promes/SBPU adalah:

Keterangan Jumlah (Rp)


Plafon kredit untuk nasabah 100.000.000
Pembayaran angsuran pokok 12.000.000
Outstanding credit 88.000.000
Tunggakan bunga kredit 4.800.000
Nilai tagihan bank terhadap nasabah 92.800.000
Bunga promes diperhitungkan = Rp 92.800.000 x 18% x (90 x 360) 4.176.000
Nominal SPBU diterbitkan 96.976.000

Pencatatan penerbitan promes atau SPBU pada tanggal 1 Mei 2013 adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit Kredit
1/5/2013 Surat berharga yang diterbitkan 96.976.000
Kredit yang diberikan 88.000.000
Pendapatan bunga 4.800.000
Bunga SBPU diterima di muka 4.176.000

Bunga SBPU yang diterima di muka harus diamortisasi setiap akhir bulan, dengan demikian
pencatatan amortisasi dilakukan:
Tanggal Rekening Debit Kredit
31/5/2013 Bunga SBPU diterima di muka 1.392.000
Pendapatan bunga 1.184.000
Hutang pajak 208.800

30/6/2013 Bunga SBPU diterima di muka 1.392.000


Pendapatan bunga 1.184.000
Hutang pajak 208.800

9
31/7/2013 Bunga SBPU diterima di muka 1.392.000
Pendapatan bunga 1.184.000
Hutang pajak 208.800
Ctt: pajak dihitung 15%
Surat berharga promes yang telah dikuasai bank ini, selanjutnya dijual 31 Mei 2013 oleh Bank MItra
Niaga ke Bank Indoneia dengan diskonto 16%. Untuk mencatat penjualan surat berharga ini perlu
menentukan harga tunainya dan besarnya diskonto SBPU dalam rupiah sebagai berikut:

Keterangan Jumlah (Rp)


Nominal SBPU 96.976.000
Harga tunai = (Rp 96.976.000 x 360) / (360 + (16% x 60)) 94.457.143
Diskonto SBPU 2.518.857
Pencatatan transaksi ini adalah:
Tanggal Rekening Debit Kredit
31/5/2013 Giro Bank Indonesia 94.457.143
Diskonto SBPU belum diamortisasi 2.518.857
Surat berharga SBPU 96.976.000

Diskonto sebesar Rp 2.518.857 adalah untuk 60 hari atau 2 bulan. Dengan demikian bank melakukan
amortisasi pada akhir bulan kedua dan ketiga.
Tanggal Rekening Debit Kredit
30/6/2013 Biaya bunga SBPU 1.259.428
Diskonto SBPU belum diamortisasi 1.259.428

31/7/2013 Biaya bunga SBPU 1.259.428


Surat berharga SBPU 96.976.000
Diskonto SBPU belum diamortisasi 1.259.428
Giro Bank Indonesia 96.976.000

Pada tanggal 31 Mei 2013 Bank Mitra Niaga di samping melakukan amortisasi diskonto
SBPU juga membukukan pelunasan SBPU yang dijual ke BI atas beban giro BI yang dimiliki
Bank Mitra Niaga sebesar Rp 96.976.000, sebab SBPU telah jatuh tempo. Pelunasan SBPU ke Bank
Indonesia tidak lepas dari realisasi kesanggupan (akseptasi) nasabah debitur yang melunasi promes
yang diterbitkan kepada Bank Mitra Niaga Semarang. Untuk itu pada 31 Mei 2013, Bank Mitra Niaga
juga mencatat pelunasan dari nasabahnya.
Tanggal Rekening Debit Kredit
31/7/2013 Kas 96.976.000
Surat berharga diterbitkan 96.976.000

10
Dengan melakukan transaksi di pasar uang, seperti diilustrasikan di atas sebenarnya Bank
Mitra Niaga telah memperoleh keutungan berupa pendapatan bunga bersih sebagai berikut:
Perhitungan pendapatan bunga bersih:

Keterangan Jumlah (Rp)


Pendapatan bunga surat berharga dari nasabah 4.176.000
Pajak bunga 15% x Rp 4.176.000 626.400
Pendapatan bunga setelah pajak 3.549.600
Biaya bunga SBPU dibayar ke Bank Indonesia 2.518.857
Pendapatan bunga bersih 1.030.743

5. Hasil Diskusi
1. Apakah deposito bisa dijadikan jaminan kredit?
Jawab:
Bisa, namun jarang digunakan karena biasanya jaminan kredit berupa aset riil. Deposito
digunakan jaminan hanya da di bank-bank besar seperti Bank Mansiri, Bank BNI, dan
bank yang lainnya.
2. Apakah perbedaan pasar uang dengan pasar modal? Manakah yang lebih
menguntungkan?
Jawab:
3. Munggunakan prinsip yang manakah untuk deposito berjangka syariah?
Jawab:
4. Apakah deposito menguntungkan secara return?
Jawab:
5. Bagaimana mekanisme perdagangan SBPU?
Jawab:

11
BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Deposito adalah simpanan yang penyimpan bank. Jika dana tersebut ditarik oleh
nasabah sebelum jatuh tempo maka akan dikenakan penalty rate, yang besarnya
tergantung dari bank yang bersangkutan. Jenis-jenis deposito yaitu deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan deposito on call.pembukaan rekening, penarikan, dan penutupan
deposito diatur berbeda oleh masing-masing bank sesuai dengan kebijakan yang dibuat
bank yang bersangkutan.
Surat Berharga (disebut juga sekuritas atau efek) merupakan bentuk penanaman
sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan. Surat berharga yang
biasa diperjualbelikan oleh bank terdiri atas surat pengakuan utang, wesel, sertifikat
Bank Indonesia, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau
kepentingan lain suatu kewajiban, dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar uang.

12
Surat berharga yang dimiliki hingga jatuh tempo dapat dibedakan menurut cara
perolehannnya dan cara pembayaran bunga, yaitu : Surat berharga dengan bunga dibayar
dimuka (diskonto), Surat berharga dengan bunga dibayar dibelakang (secara periodik)
yang diperoleh dengan harga sebesar nilai nominal, Surat berharga dengan bunga dibayar
dibelakang (secara periodik) yang diperoleh dengan harga diatas nilai nominal,Surat
berharga dengan bunga dibayar di belakang (secara periodik) yang diperoleh dengan
harga di bawah nilai nominal.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah
ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu
terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran
yang bersifat  konstruktif baik itu dari Bapak/Ibu dosen maupun dari rekan-rekan
mahasiswa sangatlah diharapkan untuk membantu proses penulisan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah edisi ketiga. UPP STIM
YKPN : Yogyakarta.

http://nofitaayur.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

13

Anda mungkin juga menyukai