Kestabilan Lereng
Kestabilan Lereng
1
PEMBELAJARAN 1
PENGARUH PENGGALIAN
TERHADAP KESTABILAN MASSA BATUAN
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengaruh pemotongan/penggalian atau penambangn terhadap
kestabilan massa batuan yang membentuk lereng
2. Menjelaskan metode tambang yang berhubungan dengan kestabilan lereng
2
Gambar 1-1
Pada beberapa tambang skala kecil - sedang lereng tunggal yang terbentuk
hanya mempunyai dimensi tinggi 5 meter hingga 10 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan sekitar 100 meter, sedangkan pada tambang besar, lereng tunggal
yang terbentuk dapat mencapai 10 meter hingga 20 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan lebih tinggi dari 200 meter.
3
Akibat penggalian pada massa batuan ini maka akan terjadi
ketidakseimbangan pada lereng yang terbentuk. Ketidakseimbangan tersebut
dapat disebabkan akibat;
- perubahan tegangan pada sisi lereng yang terbentuk, yang
disebabkan hilangnya beban pada sisi lain massa batuan akibat
pemotongan. Kondisi ini akan menyebabkan terkonsentrasinya
tegangan pada suatu daerah sempit sehingga akan menyebabkan
terlampauinya kekuatan massa batuan oleh tegangan yang terjadi,
yang pada akhirnya batuan yang bersangkutan akan pecah/failure
Konsentrasi tegangan
Gambar 1-2
4
bidang lemah 1
blok penyangga
Gambar 1-3
5
Pada lereng tanah, ketidakstabilan lereng lebih banyak disebabkan oleh
perubahan tegangan akibat penghilangan beban pada sisi lereng yang lain.
Perubahan tegangan ini menyebabkan bergesernya suatu blok tanah dimana
kuat gesernya akan dilampaui yang pada akhirnya akan longsor.
6
Gambar 1-4
7
Gambar 1-5
8
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 1
9
EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN
PEMBELAJARAN 1
EVALUASI
1. Pada kegiatan penambangan sering terjadi kelongsoran batuan, hal ini terjadi
karena adanya kegiatan penggalian. Sebutkan 2 akibat penggalian yang
sering mempengaruhi kestabilan lereng.
A. Perubahan arah tegangan yang menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan dan besarnya ketersingkapan terhadap
bidang lemah
B. Perubahan tegangan dan adanya bidang lemah sehingga
menyebabkan batuan longsor.
C. Konsentrasi tegangan pada kaki lereng akan menyebabkan
batuan longsor melalui kaki lereng.
D. Konsentrasi tegangan dan kehadiran bidang lemah akan
menyebabkan lereng longsor melalui kaki lereng.
10
4. Penyebab utama ketidakstabilan lereng pada penambangan quarry adalah;.
A. Stress
B. Bidang lemah.
C. Air.
D. Getaran.
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. D
4. B
5. C
11
PEMBELAJARAN 2
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penyebab atau faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
2. Menjelaskan jenis kelongsoran pada tambang terbuka
3. Mengidentifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan Tambang
4. Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan pekerjaan
12
Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi
kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya
perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng.
Pada beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stress
residu horisontal, maka pengaruh geometri ini akan makin besar.
13
muka lereng
Bidang lemah
Gambar 2-1
14
2.3 Air tanah.
Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air
karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah
tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah,
melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada
beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama
pada lereng tanah.
Gambar 2-2
15
2.5 Beberapa Jenis Kelongsoran Pada Tambang Terbuka
Pada penggalian awal, umumnya material yang digali adalah tanah.
Karakteristik mekanis tanah yang lemah menyebabkan tanah mudah longsor.
Tapi karena tanah ini merupakan massa yang kontinyu, maka mudah untuk
menganalisa keruntuhan/kelongsorannya. Tetapi jika penggalian dilakukan lebih
dalam, maka akan ditemukan suatu zona campuran antara tanah dengan
boulder batuan. Pada zona ini seringkali terjadi kelongsoran yang tidak terduga,
karena selain karakteristik mekanis material pada zona ini sangat beragam, juga
reaksi terhadap penggalian beragam. Kondisi ketidakseragaman ini sering terjadi
jika zona batuan solid cukup keras.
Fall circuller
Gambar 2-3
16
Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
- kelongsoran geser/shear failure
- kelongsoran lendutan/bending failure
undercut
Gambar 2-4
arah longsoran
arah longsoran
17
Buckling
topling
Gambar 2-5
18
karena penambangan sudah dalam sehingga jika terjadi kelongsoran, maka
kerugian lebih lanjut dapat dicegah. Identifikasi kemungkinan kelongsoran ini
dapat berupa perhitungan yang sudah cukup detail, jika ditemukan adanya
bidang diskontinyu yang dominan, atau merupakan perhitungan awal melalui
analisa stereografis jika tidak ditemukan bidang diskontinyu yang dominan.
- tertimpa batuan,
- terguling pada sisi crest (untuk peralatan)
- tertimpa atau berada pada daerah longsoran individual slope dan/atau
overall slope
Faktor-faktor diatas diperberat oleh tatacara penambangan yang tidak
mengindahkan kondisi lapangan/batuan serta peraturan yang ada.
19
face). Batuan yang jatuh dapat berupa komponen batuan dari berm, batu
menggantung, potongan batuan hasil kelongsoran buckling dan batuan yang
lepas dari crest
Beberapa fenomena jatuhnya batuan dari lereng adalah dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
Gambar 2-6
Fenomena Jatuhnya Batuan
Makin terjal lereng dan makin tinggi lereng maka kecepatan batuan jatuh
pada ‘toe’ akan semakin besar sehingga akan meningkatkan risiko kecelakaan.
Beberapa jenis batuan jatuh adalah;
- free falling/bouncing
- rolling/toppling
- sliding
20
Gambar 2-7
Gambar 2-8
21
Pada penambangan dimana pembongkaran batuan menggunakan peledakan,
seringkali terjadi back break atau terjadi retakan/hancuran pada crest lereng
baru. Kondisi ini merupakan kondisi berbahaya yang dapat menyebabkan
tergulingnya kendaraan. Oleh sebab itu dibuat berm yang akan berguna bagi
menghindarkan tergulingnya kendaraan karena melewati crest. Fenomena
jatuhnya batuan dapat mengindikasikan bahwa kondisi lereng tidak stabil atau
sedang dalam kondisi untuk mencapai kestabilan.
B. Kendaraan Terguling
Kegunaan lain dari berm pada jalan angkut atau cut bench adalah untuk
menghindari jatuhnya kendaraan melewati crest.
C Longsornya Lereng
Kelongsoran individual slope hanya akan mengganggu produksi sehari-
hari, tetapi jika kelongsoran menyangkut sebagian atau seluruh dari overall slope
maka akan mengganggu produksi secara keseluruhan
22
h. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
mengindikasikan adanya buckling
i. identifikasi adanya retakan tarik diluar batas pit limit
j. inspeksi khusus setiap setelah hujan
23
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 2
- Geometri lereng,
Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini
disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan
tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada
kaki lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan
struktur pun akan makin besar yang menyebabkan terjadinya
kelongsoran blok batuan.
- Bidang lemah
Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,
kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang
diskontinyu.
- Air tanah.
Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh
air karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang
lemah tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang
lemah, melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral
sulfida. Pada beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama
ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah.
- Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam
24
frekwensi tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada
suatu blok batuan,
Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
- kelongsoran geser/shear failure
- kelongsoran lendutan/bending failure
Kelongsoran pada bidang lemah;
- plane sliding
- wedge sliding
- buckling failure
- toppling
Pemeriksaan Lereng
Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan
tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;
1. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidang-
bidang lemah yang ada
2. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan
adanya jatuhan dari atas
3. potong setiap batu menggantung
4. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest
5. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm
25
6. drain setiap adanya rembesan air
7. pelihara drainase supaya tidak ada air yang tergenang
8. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
mengindikasikan adanya buckling
9. identifikasi adanya retakan tarik diluar batas pit limit
10. inspeksi khusus setiap setelah hujan
26
EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN
PEMBELAJARAN 2
EVALUASI
27
5. Pada material tanah, penyebab utama kelongsoran secara umum adalah.
a. Stress
b. Bidang lemah.
c. Air.
d. Getaran.
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. A
4. C
5. C
28
PEMBELAJARAN 3
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
MATERIAL PEMBENTUK LERENG
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan lapisan tanah dan batuan
2. Menjelaskan parameter penyebab kelongsoran
3. Menjelaskan karakteristik massa batuan
4. Menjelaskan tegangan geser tanah dan batuan
3.1 Tanah
Di alam tanah dibagi dalam beberapa lapisan, yaitu;
a. top soil, merupakan lapisan tanah yang paling subur dimana
ketebalannya antara 10 cm hingga 25 cm, tergantung kondisi
lingkungan. Lapisan ini harus diselamatkan waktu pertama kali
penggalian, ditempatkan secara khusus dan dilindungi sebelum
digunakan kembali
b. sub soil, terletak dibawah top soil. Istilah tanah dimulai dari sub soil
kebawah.
29
c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan
alumina
d. organic soil sering pula disebut gambut
Berat Volume
Udara
= Wt = Vv
Air
= Ww =Vw =Vt
Butir Tanah
=Ws = Vs
Gambar 3-1
Illustrasi Komposisi Berat dan Isi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau). Berikut adalah jenis tanah beserta ukuran butirnya.
Tabel 3-1
Ukuran Butir Tanah
30
Lanau/Silt 0,002 - 0,06 mm
Lempung/Clay < 0,002 mm
Dari segi keteknikan yang disebut tanah berada pada ukuran mulai dari
kerikil kebawah. Pada tanah yang berbutir kasar (pasir halus hingga kerikil/Tabel
2-1), sifat-sifat tanah tersebut akan tergantung pada ukuran butirnya. Sedangkan
tanah yang berbutir halus (lempung dan lanau), sifat tanah tergantung pada
komposisi kimianya.
Tanah yang terdiri dari butir kasar dan halus yang bergerak relatif antar
butirnya akan mengalami keruntuhan geser (sher failure) jika tanah tersebut tidak
dapat memelihara kekuatannya. Kekuatan geser tanah didapatkan dari kohesi
t =C +t
=C+ s . tan q
Berikut adalah illustrasi pengukuran Kuat Geser
31
s
q
t’
Gambar 3-2
Illustrasi Gaya-Gaya Pada Benda Yang Digeser
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
t = C’ + (s - u) . tan q
dimana;
s = tegangan normal
(s - u) = tegangan efektif = s’
3.2 Batuan
32
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. ISRM dan Bieniewasky
membatasi definisi batuan secara lebih kwantitatif, yaitu bahwa batuan adalah
material bumi dengan kuat tekan diatas 1 MPa.
A. Secara Genesa
- Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)
- Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)
- Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)
B. Secara Lithologi
Klasifikasi ini berdasarkan kandungan mineralnya baik secara kimia
maupun bentuk fisik butiran. Klasifikasi ini bermanfaat secara engineering
terutama untuk membedakan beberapa jenis batuan sedimen yang
mempunyai sifat kimia/fisik yang rentan terhadap perubahan cuaca,
pelarutan air serta abrasivitas. Berikut adalah klasifikasi secara litologi
berdasarkan beberapa perbedaan komposisi;
- Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)
- Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)
- Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)
33
Tabel 3-2
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh
Class Deskripsi Kuat Tekan Contoh Nama
(MPa) Batuan
A Very High Strength 220 Quartzite,
Diabase, Basalt
B High Strength 110 – 220 Marble, Dolomite
C Medium Strength 55 – 110 Limestone
D Low Strength 28 – 55 Sandstone
E Very Low Strength < 28 Tufa
A. Heterogen.
34
Massa batuan dialam mempunyai sifat/besar butir yang berbeda, jenis
semen yang berbeda serta komposisi mineral pembentuk yang berbeda, bahkan
untuk batuan yang sama, bisa berbeda besar butir dan porositasnya.
B. Diskontinue
Massa batuan di alam tidak pernah berbentuk utuh. Selalu ada
retakan/fisure/bidang pelapisan/kekar. Bahkan seringkali bidang diskontinyu ini
sangat intensif sehingga batuan dapat dianggap seperti tanah.
Batuan Utuh
Discontinue
Gambar 3-3
C. Anisotroph
Karena heterogen dan diskontinue menyebabkan batuan dialam akan
mempunyai variasi sifat fisik dan mekaniknya, sehingga akan berbeda perilaku
saat menerima stress (tegangan) dan menjadi anisotroph.
35
Dalam bidang keteknikan batuan, terutama dalam perancangan pekerjaan
pembuatan lereng mengetahui sifat-sifat batuan ataupun massa batuan adalah
hal yang sangat penting. Sifat-sifat itu dapat berupa sifat fisik batuan, sifat
mekanis/kekuatan batuan, dan karakteristik mekanik massa batuan. Tentu saja
sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alamiah massa batuan baik berupa
kondisi geologi, kondisi hidrologi ataupun kondisi pelapukan. Kondisi yang
berpengaruh ini sangat penting untuk diketahui sehingga kita mengetahui kondisi
batuan/massa batuan mendekati kondisi sebenarnya. Beberapa penyelidikan
perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan/massa batuan tersebut yaitu
dengan cara;
t =C +t
=C+ s . tan q
36
dimana;
s = tegangan normal
3. Tegangan Air Tanah; parameter ini didapat dari survey hidrologi, terutama
sifat hidrologi pada rongga-rongga batuan dan pengaruhnya terhadap
kekuatan massa batuan. Salah satunya adalah dengan cara mengukur tinggi
muka air pada titik dimaksud.
4. Geometri lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 3
37
- Tanah
1. Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;
a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan
diendapkan dari daerah lain
b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan
terbentuk pada tempatnya semula
c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan
alumina
d. organic soil sering pula disebut gambut
- 2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau).
Ukuran Butir Tanah
t =C +t
=C+ s . tan q
38
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
t = C’ + (s - u) . tan q
dimana;
s = tegangan normal
(s - u) = tegangan efektif = s’
Batuan
Secara Genesa
- Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)
- Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)
- Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)
Secara Lithologi
Berikut adalah klasifikasi secara litologi berdasarkan beberapa perbedaan
komposisi;
- Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)
- Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)
- Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)
39
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh
Class Deskripsi Kuat Tekan Contoh Nama
(MPa) Batuan
A Very High Strength 220 Quartzite,
Diabase, Basalt
B High Strength 110 – 220 Marble, Dolomite
C Medium Strength 55 – 110 Limestone
D Low Strength 28 – 55 Sandstone
E Very Low Strength < 28 Tufa
Heterogen.
Diskontinue
Anisotroph
1. Sifat fisik;
2. Sifat Mekanik Batuan/Bidang Lemah;
- Sudut Friksi
40
- Kohesi
- Kuat Geser
3. Tegangan Air Tanah;
4. Geometri lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng
EVALUASI
1. Parameter apa yang sangat mempengaruhi sifat tanah pada tanah berbutir
halus?
A. Kandungan air
41
B. Besar butir.
C. Kandungan bahan organik/komposisi kimia.
D. Semua salah.
2. Berapa harga kohesi tanah pasir yang mempunyai Kuat Geser 10 MPa dan
sudut geser dalam 300;
A. 20 MPa
B. 5 MPa.
C. 0.
D. Semua salah.
3. Sifat massa batuan secara umum dialam dalam menyebarkan stress adalah;
A. Heterogen
B. Diskontinyu.
C. Lemah.
D. Isotroph.
4. Parameter yang utama dari kekar yang digunakan untuk analisa kestabilan
lereng adalah:
A. Bukaan kekar
B. Pengisi kekar.
C. Kekasaran kekar.
D. Kuat Geser kekar.
42
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. D
4. D
5. A
PEMBELAJARAN 4
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menerapkan Hoek Chart dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
43
2. Menerapkan metode Bishop dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
3. Menganalisis kestabilan lereng dengan metode analisa stereografis
A. Hoek Chart
B. Cara Bishop
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan
FK =
Gaya-gaya penggerak
44
Cara ini juga dapat digunakan oleh para inspektur tambang atau
pengawas keselamatan kerja dimana perkiraan stabilitas lereng secara cepat
dapat dihitung walaupun relatif tidak terlalu teliti.
Cara memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil
yang dapat dipercaya. Langkah-langkahnya adalah :
a. Buatlah gambar lereng yang akan dianalisa sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Pada gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level air
tanahnya. Dari gambar ini pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang
paling sesuai diantara lima kondisi air yang digambarkan oleh Hoek (Lihat
Gambar 4-2).
b. Hitung harga C
.H. tan f
45
Dimana :
C = kohesi
f = sudut gesr dalam efektife
C
=0
Catatan : bila C = 0 maka harga C =0
. H. tan f
JH tan f
C
c. Kemudian dari titik luar chart (Gambar 4.1) yang dipilih pada
. H. tan f
b
tarik garis radial kedalam sampai memotong sudut yang sama dengan sudut
lereng yang dianalisis
C
. H. tan f
46
tan f
FK
Sudut lereng
d C
d
C
. H.FK
Gambar 4-1
d. Dari titik potong pada C, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiri
untuk mendapatkan harga-harga :
tan f dan C
FK .H.FK
Dari salah satu harga (pilih yang paling suka) tan f atau C ,
FK .H.FK
47
Gambar 4-2
Lima Kondisi Permukaan Air Tanah Yang Diguinakan Untuk Analisa Grafis
Hoek Charts
48
Gambar 4-3
Charts No.1 Digunakan Untuk
Kondisi Pertama (Kondisi Air Kering)
49
Gambar 4-4
Charts No.2 Digunakan
Untuk Kondisi Kedua
50
Gambar 4-5
Charts No.3 Digunakan
Untuk Kondisi Ketiga
51
Gambar 4-6
Charts No.4 Digunakan
Untuk Kondisi Keempat
52
Gambar 4-7
Charts No.5 Digunakan
Untuk Kondisi Kelima
53
Selain metoda ‘Hoek Chart’ yang simple, untuk analisis stabilitas lereng
pada material yang lemah seperti tanah/batuan lapuk digunakan metoda lain
yang lebih teliti, beberapa metoda tersebut adalah Metoda Janbu, Metoda
Bishop, Metoda Culmann dan Metoda Morgensten. Tetapi metoda yang paling
umum digunakan adalah Metoda Bishop. Metode Bishop dianggap metode
anilisis stabilitas lereng yang relatif paling teliti dari metode analitik yang
berdasarkan prinsip keseimbangan batas.
W Cos a. Tan q
FK =
W Sin a
54
W Cos a. Tan q
W Sin a W Cos a
a W
Gambar 4-8
Dari prinsip diatas dapat dianalisa kelongsoran Metoda Bishop melalui gambaran
sebgai berikut;
Jika kita mempunyai sebuah lereng (Lihat Gambar 4.10), kita ambil parameter
segmen yaitu;
- lebar segmen = b,
- berat segmen = W
- panjang dasar segmen = L,
- jarak titik pusat dasar segmen dengan pusat rotasi = R
- jarak pusat rotasi dengan titik berat segmen = x
- tinggi air tanah = u
55
x
Gambar 4-9
Maka didapat;
1 Sec a
F = S [ C’b + (W – u. b )Tan q ]
S W. Sin a 1 + Tan q. Tan a
F
Rumus ini dikenal dengan rumus Bishop.
Contoh Perhitungan
56
Sebuah lereng dengan tinggi 10 meter dan lebar muka lereng 20 meter,
mempunyai sifat fisik/mekanik sebagai berikut;
g = 1,7 ton/m3
C’= 1,5 ton/m2
q’ = 360
singgung dengan horizontal disebut a, hitung Sin a. Sin a akan negatif jika
irisan segmen menahan kelongsoran..
3. hitung tegangan air pori, masukan besaran pada rumus di atas.
Kita lihat bahwa sebelah kiri maupun sebelah kanan dari persamaan di atas
mengandung F. Untuk menghitung harga F kita harus melakukan pengulangan
(iterative), yaitu kita pertama ambil suatu harga F sebagai percobaan dan
dimasukan pada ruas sebelah kanan. Lalu dihitung harga F sebelah kiri. Hasil
perhitungan ini dimaksukan lagi disebelah kanan dan seterusnya sampai
mendapatkan nilai F yang sama.
57
Tabel 4-1
Perhitungan Slope Stability Cara Bishop
u ( kg/cm2 )
u . b ( ton )
Segmen
W –u . b
(5)
Sin a
(W – u b) tan f
b ( meter)
W sin a (ton)
ao
H (meter)
C‘ b (ton)
W (ton)
Sec oC
8 + 12
1 + Tan f’ tan a 13 x 14
F
12
ton
m
m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 10 15,5 264 66 0,914 241 15 0 0 192 264 207 1,230 1,175 255 243
2 20 33 1122 45,5 0,714 801 30 1,45 290 605 832 635 0,978 0,958 620 608
3 20 37 1258 26,5 0,446 572 30 2,5 500 551 758 581 0,915 0,900 532 523
4 20 33,7 1146 10 0,174 199 30 2,65 530 448 616 478 0,912 0,935 451 456
5 20 24,5 834 -5 0,087 -73 30 2,08 416 304 418 334 1,045 1,048 349 350
6 20 10 340 - 0,351 -119 30 0,85 160 131 180 161 1,280 1,305 206 210
20,5
2413 2390
Jumlah : 1621
F = 1,49 1,47
61
Gambar 4-10
Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Perhitungan Tabel 4-1
62
4.2 Material Batuan
Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat
digunakan beberapa metoda yaitu;
63
U
750
N 750 E/500
N 600 E/700
600
bidang lemah
lereng
700
Gambar 4-11
Pada analisa ini semua bidang digambarkan dalam equatorial equal angle net
64
Lereng
N 600/700 E
Bidang Lemah
N 750/500 E
Arah longsoran
Gambar 4-12
65
A. Longsoran Bidang
Dalam menganisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;
anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi termasuk asumsi
berikut:
- bidang dimana terjadinya longsoran harus mempunyai strike yang
sejajar atau tidak melebihi 200 dengan strike muka lereng
- bidang gelincir harus ‘daylight’ atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
- sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
< 200
Gambar 4-13
Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya
tension crack yang terisi air.
66
V Z
a Zw
yf yp W
Gambar 4-15
Longsoran Bidang
Keterangan,
H = tinggi lereng
W = berat blok
U = tekanan air dari bidang longsor
V = tekanan air dari tension crack
yf = sudut lereng
yp = sudut bidang longsor
Z = kedalaman tension crack
Zw =panjang kolom air pada tension crack
67
dimana :
Z = H ( 1 – Cot yf . Tan yp )
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :
dimana :
a = percepatan getaran pada arah mendatar akibat gerakan gempa atau
kendaraan
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan di lapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
68
menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
Bidang B Bidang A
(a)
Garis perpotongan
69
(b)
4 bidang B
3 5 2
bidang A
(c)
Gambar 4-16
Model Longsoran Baji
70
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 4
1. Material Tanah
Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu
Metoda Numerik dan Metoda Kesetimbangan Batas. Metoda Numeric
menggunakan Program Finite Elemen, Boundari Element Methode atau yang
lainnya, Sedangkan Metoda Kesetimbangan Batas Sering dipakai karena lebih
praktis pengerjaannya. Untuk perhitungan dan analisa kestabilan lereng tambang
pada material tanah yang sering digunakan adalah ;
C. Hoek Chart
D. Cara Bishop
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan
FK =
Gaya-gaya penggerak
2 Material Batuan
Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat
digunakan beberapa metoda yaitu;
71
B. Metoda Empiris, metoda ini digunakan untuk memperkirakan sudut lereng
batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR (Rock Mass Rating).
C. Metoda Analisa Balik, metoda ini digunakan untuk menghitung kestabilan
lereng batuan ataupun tanah berdasarkan hasil-hasil pemantauan.
a. Metoda Analitis
1. Analisa Stereografik
Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi
kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan
geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;
a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)
b. Bidang diskontinyu dianggap menerus
c. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut
bidang diskontinyu
d. Orientasi lereng
72
- bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
- sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan dilapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
73
EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN
PEMBELAJARAN 4
EVALUASI
1. Analisa kestabilan lereng yang bagaimana yang paling simple dalam nenilai
kestabilan timbunan batuan penutup? .
A. Analisa kesetimbangan batas
B. Analisa Hoek Chart.
C. Analisa Bishop.
D. Analisa Hoek & Bray.
3. Pada analisa Hoek & Bray, tegangan air pada tension cracks akan
memperbesar gaya penggerak, besarnya harga tegangan air tersebut adalah;
A. V Sin
B. V Cos
C. V Tan
D. Salah semua.
4. Jurus sebuah kekar utama memotong jurus sebuah lereng dengan perbedaan
jurus sebesar 300, menurut Hoek & Bray lereng tersebut apakah akan……:
A. Longsor
B. Belum tentu longsor.
74
C. Stabil.
D. Semua salah.
5. Pada analisa Hoek & Bray, harga z/H = 1, maka lereng dalam keadaan…..
A. Stabil
B. Labil.
C. Akan longsor.
D. Semua salah.
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. B
4. C
5. A
75
PEMBELAJARAN 5
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebutkan prinsip pemantauan lereng tanah/batuan
2. Menjelaskan prinsip perkuatan lereng tanah/batuan
3. Menjelaskan prinsip perawatan lereng tanah/batuan
5.1 Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan dilakukan untuk mengetahui tingkat dan
kuantitas kelongsoran secara nyata dan cepat melalui angka-angka numerik.
Hal ini perlu dilakukan sebagai peringatan dini adanya bahaya sehingga dapat
diambil tindakan secepatnya yang cocok.
76
EDM
Surface Stick
Gambar 5-1
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Inclinometer
Penyimpangan lubang
Gambar 5-2
77
Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-Place
Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
kawat
Probe
Gambar 5-3
Monitoring System
78
II
B C
Gambar 5-4
Pemantauan Menggunakan Slope Extensometer
Titik D di angkerkan pada tanah yang tak bergerak, titik B dan C merupakan
magnit yang diangkerkan pada tanah yang mungkin akan bergerak. Jika hanya
blok I bergerak maka magnit B akan bergerak menjauhi angker D, tetapi jika blok
I dan II bersamaan bergerak, maka magnit pada B dan C yang akan bergerak
menjauhi D.
5.2 Perkuatan
Pada situasi dimana geometri lereng harus dipertahankan, atau
pemotongan lereng tidak menguntungkan, tetapi di lain pihak terjadi
ketidakstabilan lereng. Maka perlu dilakukan stabilisasi lereng.
79
Strap
Rockbolt
Split Set
Gambar 5-5
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus ditahan,
kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan. Pelaksanaan dari
perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng, atau beberapa saat
setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya dan kondisi bidang
longsor masih rapat.
80
Bidang lemah
Tarikan
grout
Gambar 5-6
81
Bagian y Bagian yang dipotong
Gambar 5-7
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
82
air dialirkan keluar
Gambar 5-8
m.a.t set.pemompaan
Gambar 5-9
83
c. pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuat lubang
(pipe drain) menembus muka lereng
Tindakan ini dilakukan untuk menurunkan tekanan air disekitar
dinding/lereng pit
m.a.t seb.drainase
pipa
Gambar 5-10
Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting dilakukan,
karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan memicu
kelongsoran.
Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada
muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcrete dengan wire mesh
pada muka lereng
84
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 5
1. Pemantauan
a. Surface Stick
Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface
stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring
dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m
hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-
Place Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
c. Slope Monitoring System
Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah
d. Magnetic Slope Extensometer
Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran
dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.
2. Perkuatan
Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran
baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan ‘split set’ atau rockbolt lebih
menguntungkan.
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus
ditahan, kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan.
Pelaksanaan dari perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng,
atau beberapa saat setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya
dan kondisi bidang longsor masih rapat.
85
3. Perawatan Lereng
Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh
sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.
Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus
dilakukan.
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,
adalah:
a. drainase sekeliling pit dengan maksud untuk menghindari
mengalirnya air permukaan kedalam pit. Mengalirnya air
permukaan kedalam pit selain akan membuat masalah pada
penambangan, juga akan menimbulkan erosi dan merembes
masuk ke dalam lereng yang dapat memicu terjadinya kelongsoran.
F. pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuat lubang (pipe
drain) menembus muka lereng
Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting
dilakukan, karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan
memicu kelongsoran.
Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada
muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcrete dengan wire mesh
pada muka lereng
86
EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN
PEMBELAJARAN 5
EVALUASI
2. Alat pantau yang paling teliti untuk memantau pergerakan lereng adalah ?
A. Surface Stick
B. Multipoint Magnetic Ekstensometer
C. Inclinometer
D. EDM
3. Pada tambang batubara dimana overburden didominasi lempung, maka
digunakan perkuatan splitset;
A. Cara perkuatan ini salah
B. Cara perkuatan ini benar asal splitset cukup rapat
C. Gunakan splitset yang panjang
D. Salah semua.
87
C. Supaya supervisor mengetahui kondisi pergerakan massa batuan
dipermukaan lereng
D. Supaya supervisor mengetahui arah gerakan lereng
5. Cara yang umum untuk mengurangi pengaruh air tanah pada kestabilan
lereng tambang adalah:
A. Membuat sumuran pada sisi terluar pit
B. Melakukan pemompaan air pada dinding pit
C. Membuat saluran disekitar pit
D. Benar semua
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. A
4. D
5. D
88
6. Rangkuman Akhir
89
g. Salah satu cara mengklasifikasikan batuan secara engineering adalah
menggolongkan batuan secara ;
- Klasifikasi berdasarkan Genesa
- Klasifikasi berdasarkan Lithologi
- Klasifikasi berdasarkan Kekuatan batuan utuh.
- Klasifikasi berdasarkan Rating kekuatan massa batuan
h. Sifat massa batuan secara umum adalah;
- Heterogen
- Diskontinue
- Anisotroph
i. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng tanah adalah
dengan cara ;
- cara Bishop, dimana parameter yang diperlukan adalah;
* tegangan air tanah
* sudut geser dalam tanah
* kohesi
* berat jenis
* geometri lereng
- cara grafis dengan Hoek Charts, dimana parameter dan alat bantu
yang diperlukan adalah ;
* kesesuaian kondisi air tanah dengan salah satu charts
* sudut geser dalam tanah
* kohesi
* berat jenis
k. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng batuan adalah
dengan cara Stereografis
l. Pemantauan lereng dilakukan dengan menggunakan alat ;
- inclinometer
- extensometer
- surface stick
90
Daftar Pustaka
5. Hoek & Bray. Rock Slope Engineering. Third Edition. The Institution of
Mining & Metallurgy, London. 1981
91