Anda di halaman 1dari 69

SEMINAR

POLA PERSEBARAN BATUBARA FORMASI KALIGLAGAH


BERDASARKAN DATA PERMUKAAN
PADA DESA BENTAR DAN SEKITARNYA
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH

Oleh :

Alfi Firhandika
NIM 171.10.1014

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2021
ii
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
proposal seminar dengan judul “Pola Persebaran Batubara Formasi Kaliglagah
Berdasarkan Data Permukaan Pada Desa Bentar Dan Sekitarnya Kecamatan Salem
Kabupaten Brebes Jawa Tengah”
Setulus hati penyusun menghaturkan terima kasih atas motivasi, bimbingan,
dan saran yang diberikan selama penyusunan proposal seminar ini kepada :
1. Bapak Nur Widi Astanto A. T. H., S. T., M. T. selaku Dosen Pembimbing
seminar sekaligus Ketua Jurusan Teknik Geologi IST Akprind Yogyakarta
yang telah membimbing dalam penyusunan laporan seminar selama ini.
2. Bapak Ir. Miftahussalam, M. T., selaku Dosen Wali yang selalu memberi
arahan dalam akademik dan banyak memberikan nasehat selama ini.
3. Ibu Dr. Sri Mulyaningsih, S. T., M. T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral IST AKPRIND Yogyakarta yang telah membantu dalam
mengeluarkan Surat Keputusan (SK) seminar.
4. Kedua Orangtua yang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik moril
maupun materil.
5. Teman-teman keluarga besar GAIA 17 yang selalu memberikan masukan
dalam penyusunan seminar.
Akhirnya penyusun mengucapkan semoga apa yang ada dalam proposal
seminar ini dapat membantu memenuhi kebutuhan kita akan informasi tentang Pola
Persebaran Batubara Formasi Kaliglagah Berdasarkan Data Permukaan Pada Desa
Bentar Dan Sekitarnya Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Yogyakarta, 2021

Penyusun

iv
INTISARI

Lokasi penelitian terletak pada Formasi Kaliglagah. Formasi Kaliglagah


tersusun oleh bagian atas terdiri dari batupasir kasar dan konglomerat yang
mengandung fosil Moluska air tawar dan mamalia. Tujuan penelitian ini mengenai
“Pola Persebaran Batubara Formasi Kaliglagah Berdasarkan Data Permukaan Pada
Desa Bentar Dan Sekitarnya Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah”.
Metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan, antara lain tahap pra
lapangan yang berupa studi pustakan peneliti terdahulu. Tahap lapangan yaitu
pengumpulan data, dan tahap pasca lapangan berupa pembuatan peta geologi, peta
lintasan, peta sebaran batubara serta pembuatan kolom litologi.
Hasil dari penelitian analisis kolom litologi dan pencocokan
kesamaan ciri fisik dilapangan didapatkan yaitu arah kemerusan batubara kearah
Baratlaut – Tenggara dan masih dalam satu tubuh batuan/singkapan yang sama.
Dikarenakan proses geologi yang berlangsung pada lokasi penelitian yaitu berupa
antiklin yang menyebabkan sebaran batubara tidak merata dibeberapa area pada
lokasi pengamatan, proses geologi tersebut yaitu karena adanya kegiatan tektonik,
sehingga dapat diinterpretasikan arah kemenerusan batubara mengikuti pola
sebaran batuan sekitar. Lapisan batubara dilokasi penelitian didapatkan tiga seam
yaitu seam A dengan deskripsi Batubara dimana memiliki warna segar hitam dan
warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, Kilap mengkilap, kekerasan moderately
soft, pecahan cubical, pengotor resin/amber, cleat -. Dengan tebal 1,21 m. Seam B
dengan deskripsi Batubara dimana memiliki warna segar hitam dan warna lapuk
hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing),
cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan
cubical, parting -, pengotor - cleat -, Dengan tebal 0,82 m. dan Seam C dengan
deskripsi Batubara dimana memiliki warna segar hitam dan warna lapuk hitam
kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing), cerat
hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan cubical,
parting lempung, resin -, cleat -, Dengan tebal 1,29 m. yang dihubungkan dengan
pencocokan sifat fisik/karakteristik yang sama pada lapisan batubara disetiap
LPnya.

Kata kunci: Pola, Persebaran, Formasi Klaiglagah, Batubara

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... iii
PRAKATA ......................................................................................................... iv
INTISARI .......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud Dan Tujuan Seminar 1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Letak dan Kesampaian Lokasi ........................................................... 2
1.5. Tinjauan Pustaka 3
1.5.1 Geologi Regional 3
1.5.2 Geologi Batubara ........................................................................ 9
1.5.3 Peneliti Terdahulu 14
BAB 2 METODE PENGUMPULAN DATA 19
2.1. Teknik Pengumpulan Data 19
2.2. Teknik Pengolahan Data 21
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 24
3.1. Hasil Pengumpulan Data 24
3.2. Pembahasan 38
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 49
4.1 Kesimpulan 49
4.2 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kesampaian Lokasi Penelitian


(Sumber: google maps, 2021) ........................................................... 3
Gambar 1.2 Deposit batubara bentuk horse back
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 11
Gambar 1.3 Deposit batubara bentuk pinch
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 11
Gambar 1.4 Deposit batubara bentuk Clay vein
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 12
Gambar 1.5 Deposit batubara bentuk Burried Hill
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 12
Gambar 1.6 Deposit batubara bentuk Fault
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 13
Gambar 1.7 Deposit batubara bentuk Fold
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 13
Gambar 2.1 Skema Alur Penelitian ...................................................................... 20
Gambar 2.2. Peralatan lapangan yang digunakan pada saat pengambilan data di
lapangan
(Sumber: Anonim, 2021) ................................................................... 21
Gambar 3.1 Peta lintasan & lokasi penelitian ....................................................... 25
Gambar 3.2 Profil singkapan LP 1 ........................................................................ 27
Gambar 3.3 Foto singkapan LP 1 ......................................................................... 28
Gambar 3.4 Profil singkapan LP 2 ........................................................................ 29
Gambar 3.5 Foto singkapan LP 2.......................................................................... 30
Gambar 3.6 Profil singkapan LP 3 ....................................................................... 31
Gambar 3.7 Foto lapisan LP 3 dan pengotor berupa resin/amber ....................... 32
Gambar 3.8 Profil singkapan LP 4 ........................................................................ 33
Gambar 3.9 Foto lapisan LP 4 ............................................................................. 34
Gambar 3.10 Profil singkapan LP 5 ..................................................................... 35
Gambar 3.11 Foto lapisan batubara LP 5 .............................................................. 36
Gambar 3.12 Profil singkapan LP 6 ...................................................................... 37

vii
Gambar 3.13 Foto lapisan batubara LP 6 ............................................................. 38
Gambar 3.14 Peta Geologi daerah penelitian ............................................................ 39
Gambar 3.15 Legenda dan keterangan peta Geologi daerah penelitian ............... 40
Gambar 3.16 Penampang Geologi daerah penelitian ........................................... 40
Gambar 3.17 Urutan seam pada peta persebaran batubara .................................. 41
Gambar 3.18 Korelasi lapisan batubara dilokasi penelitian ................................. 45
Gambar 3.19 Peta sebaran batubara ..................................................................... 46
Gambar 3.20 Penampang peta sebaran batubara .................................................. 46
Gambar 3.21 Sejarah geologi kala Pliosen ........................................................... 48

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa

tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya

terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Potensi sumberdaya batubara di

Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra,

sedangkan penyebaran batubara di Pulau Jawa hanya sedikit. Salah satunya berada

di daerah Bentar dan sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Secara regional batubara pada daerah ini termasuk ke dalam Formasi

Kaliglagah. Beberapa penelitian mengenai Formasi Kaliglagah diantaranya yaitu,

penelitian Abian M., Nurdrajat, Mohammad R., Firmansyah Y. dan Aliah (2020)

pada daerah Bentar Sari mengenai karakteristik dan lingkungan pengendapan

Formasi Kaliglagah yang berdasarkan analisis petrografi. Formasi Kaliglagah

adalah lingkungan marsh di lower delta plain. Minimnya referensi terkait Formasi

Kaliglagah serta belum adanya yang membahas secara spesifik mengenai

persebaran batubara pada formasi tersebut sehingga penyusun tertarik untuk

mengangkat judul ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Seminar

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah memenuhi salah satu persyaratan

akademik tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi

Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

1
2

Tujuan dari penelitian seminar ini adalah untuk mengetahui persebaran

batubara dengan menggunakan data permukaan di Formasi Kaliglagah pada daesa

Bentar dan sekitarnya, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan seminar ini berupa:

a. Persebaran batubara Formasi Kaliglagah berdasarkan permukaan.

b. Persebaran batubara Formasi Kaliglagah pada desa bentar dan sekitarnya.

c. Pengamatan karakteristik fisik lapisan batubara dengan mata telanjang.

1.4 Letak Dan Kesampaian Lokasi

Lokasi penelitian berada pada Daerah Desa Bentar dan sekitarnya,

Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian

dikhususkan pada persebaran batubara yang menggunakan data permukaan, Data

lapangan yang dilakukan adalah deskripsi batuan (batubara) dan pengambilan

sampel batubara pada lokasi penelitian.

Lokasi penelitian berada di Daerah Desa Bentar Kecamatan Salem

Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah berada pada koordinat 07° 8’ 15” – 07°

9’ 45” BT dan 108° 47’ 15” – 108° 48’ 30” LS, sekitar 265 km dari kota

Yogyakarta.
3

Gambar 1.1 Peta Kesampaian Lokasi Penelitian


(Sumber: google maps, 2021)

1.5 Tinjauan Pustaka

Bagian ini menjelaskan tentang beberapa peneliti terdahulu mengenai

batubara yang ada di Formasi Kaliglagah dan menjadi acuan bagi penyusun untuk

melakukan penelitian ini.

1.5.1 Geologi Regional

Menurut Bemmelen 1949, daerah penelitian termasuk ke dalam

Zona Serayu Utara Bagian Barat. Dalam menentukan stratigrafi regional,

penyusun mengacu pada Peta Geologi Regional Lembar Majenang yang

disusun oleh Kastowo dan Suwarna (1996). Urutan stratigrafi regional daerah

penelitian berturut-turut dari tua ke muda menurut Kastowo dan Suwarna

(1996) sebagai berikut adalah:

a. Formasi Jampang (Tomj)

Formasi ini terdiri dari kepingan andesit hornblende dan hipersten

tertanam di dalam matriks pasir tufan. Di beberapa tempat terdapat bongkah-

bongkah lava bersusun andesit-basalt. Batuan gunungapi dalam satuan ini

umumnya telah terpropilitikan, terlipat dan terkekarkan sangat kuat.


4

Tersingkap di sudut baratdaya. Formasi ini diduga berumur Oligo-Miosen,

yang terendapkan sebagian di lingkungan laut. Tebal diperkirakan mencapai

1000 m. Tertindih tak selaras oleh Formasi Halang (Kastowo dan Suwarna,

1996).

b. Formasi Pemali (Tmp)

Napal Globigerina berwarna biru dan hijau keabuan, berlapis

jelek-baik. Setempat terdapat sisipan batupasir tufan dan juga batugamping

pasiran berwarna biru keabuan. Umur diperkirakan Miosen Awal. Tebal

satuan lebih kurang 900 m (Kastowo dan Suwarna, 1996).

c. Formasi Rambatan (Tmr)

Batupasir gampingan dengan konglomerat yang bersisipan

dengan lapisan tipis dengan napal dan serpih yang terdapat pada bagian

bawah, batupasir gampingan berwarna kelabu terang sampai kebiru-

biruanan, mengandung kepingan andesit di bagian atas. Kandungan fosil

Foraminifera besar menunjukkan umur Miosen Tengah. Tebalnya lebih dari

300 m. Menindih selaras dengan Formasi Pemali menurut Kastowo dan

Suwarna, 1996.

d. Formasi Lawak (Tml)

Bagian bawah satuan berupa napal kehijauan dengan sisipan

tipis batugamping mengandung Foraminifera besar dan batupasir

gampingan dengan ketebalan masing-masing 0,5 m. Bagian atas terdiri dari

napal Globigerina dengan sisipan tipis batupasir. Kandungan Foraminifera

menunjukkan umur Miosen Tengah. Ketebalan satuan kurang lebih 150 m.


5

Menindih selaras Formasi Rambatan (Kastowo dan Suwarna, 1996).

e. Formasi Halang (Tpmh)

Formasi ini terdiri dari batupasir tufan, konglomerat, napal dan

batulempung. Batupasir umumnya wacke. Runtutan diendapkan sebagai

sedimen turbidit pada zona Bathyal Atas. Tertindih tidak selaras oleh

Formasi Tapak. Umur diperkirakan Miosen Tengah-Pliosen Awal (Kastowo

dan Suwarna, 1996).

f. Formasi Kumbang (Tmpk)

Formasi ini merupakan hasil endapan yang khas dari produk

gunungapi Pliosen (Marks, 1957). Tetapi menurut Bemmelen (1949)

menyebutkan Miosen Akhir, sedangkan menurut Kastowo dan Suwarna

(1996) menyatakan bahwa umur dari formasi ini Miosen Tengah-Pliosen

Awal. Formasi Kumbang tersusun atas breksi gunungapi, lava, retas dan tuf

bersusunan andesit sampai basalt, batupasir tuf dan konglomerat. Umur

diperkirakan Miosen Tengah - Pliosen Awal. Menjemari dengan Formasi

Halang (Kastowo dan Suwarna, 1996).

g. Formasi Tapak (Tpk)

Satuan ini tersusun oleh batupasir kasar kehijauan pada bagian

bawah yang berangsur-angsur berubah menjadi batupasir lebih menghalus

kehijauan kearah atas dengan sisipan berupa napal pasiran berwarna kelabu

sampai kekuningan.

Umur yang diperkirakan Pliosen Awal-Tengah. Formasi ini

menindih tidak selaras pada Formasi Kumbang dan Formasi Halang


6

(Kastowo dan Suwarna, 1996).

h. Formasi Kalibiuk (Tpb)

Bagian bawah tersusun dari batulempung dan napal biru fosilan,

bagian tengah mengandung lensa-lensa batupasir hijau dengan Moluska yang

melimpah, bagian atas terlihat banyak sisipan tipis batupasir. Lingkungan

pengendapan diduga pasang surut. Bagian bawah menjemari dengan bagian

atas atau menindih selaras Formasi Tapak. Umur Pliosen Awal sampai

Pliosen Akhir (Kastowo dan Suwarna, 1996).

i. Formasi Kaliglagah (Tpg)

Bagian atas terdiri dari batupasir kasar dan konglomerat yang

mengandung fosil Moluska air tawar dan mamalia. Di cekungan Bentarsari

ditemukan sisipan batubara muda yang mencapai ketebalan 0,6-1,0 m.

Bagian bawah tersusun dari batulempung hitam, napal hijau, batupasir

bersusunan andesit dan konglomerat. Umur Pliosen Akhir. Ketebalan

mencapai 350 m. Ditindih selaras oleh Formasi Mengger dan menindih

selaras Formasi Kalibiuk (Kastowo dan Suwarna, 1996).

j. Formasi Mengger (Qpm)

Tuf kelabu muda, batupasir tufan, sisipan konglomerat, serta

lapisan tipis magnetit. Lingkungan pengendapan darat. Tebal kurang lebih

150 m. Umur satuan Plistosen. Menindih selaras Formasi Kaliglagah dan

ditindih selaras Formasi Gintung (Kastowo dan Suwarna, 1996).


7

k. Formasi Gintung (Qpg)

Perselingan konglomerat bersusun andesit dengan batupasir

kelabu kehijauan, batulempung pasiran dan batulempung. Setempat

ditemukan pula pecahan batugamping yang menyerat dan juga batupasir

serta napal. Umur Plistosen Tengah-Akhir. Tebal satuan 800 m. Menindih

selaras Formasi Mengger (Kastowo dan Suwarna, 1996).

l. Formasi Linggopodo (Qpl)

Breksi, tuf dan endapan lahar bersusunan andesit, berasal dari

Gunung Slamet Tua dan Gunung Copet. Menindih tak selaras Formasi

Kaliglagah, Tapak, Kalibiuk, ditindih tak selaras oleh gunungapi lebih muda.

Umur diperkirakan Plistosen. Dikorelasikan dengan Formasi Jembangan di

Lembar Banjarnegara-Pekalongan (Kastowo dan Suwarna, 1996).

m. Batuan Gunungapi Slamet Tak Terurai (Qvs)

Breksi gunungapi, lava dan tuf, persebaran yang membentuk

dataran dan perbukitan (Kastowo dan Suwarna, 1996).

n. Endapan Lahar Cipedak (Qlc)

Kepingan-kepingan batuan andesit di dalam massa dasar pasir

berbutir kasar dan mengalami proses pengerasasan. Tersingkap sepanjang

Sungai Cipedak (Kastowo dan Suwarna, 1996).

o. Endapan Lahar Slamet (Qls)

Lahar dengan beberapa lapisan berupa lava pada bagian bawah.

Membentuk topografi hampir rata dan punggungan tajam yang berada pada

sepanjang sungai (Kastowo dan Suwarna, 1996).


8

p. Hasil Gunungapi Muda Careme (Qvr)

Umumnya berupa lahar. Terdapat di baratlaut (Kastowo dan

Suwarna, 1996).

q. Kipas Alluvium (Qf)

Campuran antara kerakal andesit, kerikil, beberapa bongkah dan

pasir tufan serta tanah laterit (Kastowo dan Suwarna, 1996).

r. Undak Sungai (Qt)

Kerakal, berangkal, tertanam dalam matriks pasir kelabu tua,

setengah mengeras. Tebal maksimal kira-kira 20 m (Kastowo dan Suwarna,

1996).

s. Endapan Alluvium (Qa)

Endapan alluvium merupakan endapan termuda yang terdiri dari

kerikil, pasir dan lempung yang berwarna kelabu. Terdapat sepanjang

dataran banjir dan sungai- sungai besar. Tebal kurang lebih 5 m. Endapan

ini berumur Holosen (Kastowo dan Suwarna, 1996).

Secara regional lokasi penelitian termasuk kedalam Formasi

Kaliglagah. Formasi ini tersusun oleh bagian atas terdiri dari batupasir kasar

dan konglomerat yang mengandung fosil Moluska air tawar dan mamalia.

Di cekungan Bentarsari ditemukan sisipan batubara muda yang mencapai

ketebalan 0,6-1,0 m. Bagian bawah tersusun dari batulempung hitam, napal

hijau, batupasir bersusunan andesit dan konglomerat. Umur Pliosen Akhir.

Ketebalan mencapai 350 m. Ditindih selaras oleh Formasi Mengger dan

menindih selaras Formasi Kalibiuk (Kastowo dan Suwarna, 1996).


9

1.5.2 Geologi Batubara

Penelitian dikhususkan pada lapisan batubara formasi Kaliglagah yang

berada pada lokasi penelitian, dimana batubara sendiri memiliki pengertian yaitu

batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisasisa tumbuhan dalam

variasi tingkat pengawetan, diikuti oleh proses kompaksi dan terkubur dalam

cekungan-cekungan yang diawali pada kedalaman yang tidak terlalu dangkal.

Cekungan-cekungan ini pada garis besarnya dibagi atas cekungan limnik

(intrakontinental) dan cekungan paralis yang berhubungan dengan air laut.

Batubara berasal dari sisa-sisa vegetasi purba yang awalnya

terakumulasi di lahan rawa-rawa dan gambut. Sisa-sisa vegetasi purba

mengalami perubahan bentuk oleh karena pengaruh tekanan dan temperatur

yang disebabkan oleh pembebanan yang diakibatkan oleh penimbunan material

seperti lanau dan sedimen lainnya bersamaan dengan terjadinya proses tektonik

yang mengubur material material tersebut semakin dalam sehingga mengalami

perubahan temperatur. Perubahan bentuk yang terjadi karena pengaruh tekanan

dan temperatur tersebut kemudian merubah material sisa vegetasi purba secara

fisika dan kimia menjadi gambut yang kemudian akan berubah menjadi

batubara. Perubahan berangsur dari gambut hingga menjadi batubara disebut

juga proses pembatubaraan atau coalification. Proses pembatubaraan dari

gambut hingga menjadi batubara melalui tingkatan-tingkatan atau coal rank.

Semakin tinggi tingkatnya, maka semakin tinggi kadar karbonnya serta semakin

rendah kadar zat terbangnya. Ada dua tahap penting yang dapat dibedakan untuk

mempelajari genesa batubara, yaitu gambut dan batubara. Dua tahap ini
10

merupakan hasil dari suatu proses yang berurutan terhadap bahan dasar tanaman.

Menurut Wolf (1984) dalam Diessel (1992), secara definisi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari

tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi (proses

pembentukan asam humin).

b. Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari

tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, dan sejak pengendapannya

mengalami proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengayaan

kandungan karbon.

Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan

sesudah proses kualifikasi akan membentuk bentuk lapisan batubara.

Mengetahui bentuk lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung

cadangan dan merencanakan cara penambangannya. Ada beberapa bentuk

lapisan batubara yaitu :

a. Bentuk lapisan Horse back

Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang

menutupinya melengkung ke arah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan ke arah

lateral lapisan batubara kemungkinan sama atau bisa jadi menipis.


11

Gambar 1.2 Deposit batubara bentuk horse back


(Sumber: Anonim, 2021)

b. Bentuk lapisan Pinch

Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah.

Pada umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis

misalnya batu lempung sedangkan di atas lapisan batubara secara setempat

ditutupi oleh batu pasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.

Gambar 1.3 Deposit batubara bentuk pinch


(Sumber: Anonim, 2021)

c. Bentuk lapisan Clay vein

Bentuk ini terjadi apabila di antara 2 bagian deposit batubara

terdapat urat lempung. Bentuk tersebut terjadi apabila pada satu seri deposit
12

batubara mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan

rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir.

Gambar 1.4 Deposit batubara bentuk Clay vein


(Sumber: Anonim, 2021)

d. Bentuk lapisan Burried Hill

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula

terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti terintrusi.

Gambar 1.5 Deposit batubara bentuk Burried Hill


(Sumber: Anonim, 2021)

e. Bentuk lapisan Fault

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara

mengalami beberapa seri patahan. Keadaan ini akan mengacaukan di dalam

perhitungan cadangan akibat adanya perpindahan perlapisan akibat pergeseran

kearah vertikal.
13

Gambar 1.6 Deposit batubara bentuk Fault


(Sumber: Anonim, 2021)

f. Bentuk lapisan Fold

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara

mengalami perlipatan. Semakin intensif gaya yang bekerja pada pembentuk

perlipatan akan semakin komplek perlipatan tersebut terjadi. Dalam melakukan

eksplorasi batubara di daerah yang banyak gejala perlipatan, apalagi bila di

daerah tersebut juga terjadi patahan, maka harus dilakukan dengan tingkat

ketelitian yang sangat tinggi.

Gambar 1.7 Deposit batubara bentuk Fold


(Sumber: Anonim, 2021)
14

Penelitian pada daerah ini mengangkat tema “Persebaran

Batubara Dengan Menggunakan Data Permukaan Di Formasi Kaliglagah Pada

Daesa Bentar Dan Sekitarnya, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa

Tengah”. Pola sebaran lapisan batubara didapat dari data permukaan berupa

data kedudukan lapisan batuan/batubara yang kemudian dilakukan penarikan

garis penampang dengan memperhatikan bentukan morfologi (hukum V).

Lokasi penelitian merupakan bagian kecil dari regional, sehingga dilakukan

penarikan pola sebaran lapisan batubara di lokasi penelitian berdasarkan data

garis penampang yang terdapat di daerah penelitian. Ternyata pola sebaran di

lokasi penelitian berhubungan dengan proses-proses geologi yang ada di

daerah penelitian. Hal ini karena lokasi penelitian masih menjadi satu kesatuan

dalam proses-proses geologi sebagai pengendali utama pola sebaran lapisan

batubara.

1.5.3 Penelitian terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan studi yang terkait

dengan daerah penelitian penyusun secara lokal maupun secara regional, meliputi:

a. Alansa F.R., 2018, Geologi Dan Studi Pengembangan Wilayah

Daerah Wanoja Dan Sekitarnya Di Desa Wanoja, Kecamatan Salem

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Institut Sains & Teknologi Akprind,

Yogyakarta. Tujuan pemetaan geologi adalah untuk mengetahui kondisi geologi

permukaan yang mencakup aspek geomorfologi, litologi, stratigrafi dan struktur

geologi yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sejarah geologi

dan aspek-aspek geologi lingkungan serta mengetahui arah pengembangan


15

wilayah di daerah telitian. Daerah penelitian secara administratif terletak di

daerah Desa Wanoja, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa

Tengah. Secara astronomis daerah penelitian terletak pada Koordinat 07° 07’

30’’ LS - 07° 12’ 30’’ LS dan 108° 45’ 00” BT - 108° 50’ 00” BT. Metode yang

digunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah dalam penelitian yaitu

pengambilan data lapangan dengan cara pemetaan geologi permukaan, dengan

pengamatan secara langsung unsur-unsur geologi, seperti geomorfologi, struktur

geologi, stratigrafi batuan dan geologi lingkungan yang didukung dengan

analisis laboratorium dan literatur-literatur yang ada. Hasil penelitian berupa

geomorfologi di daerah penelitian terdiri dari satuan geomorfologi asal

denudasional. Satuan struktural. Satuan geomorfologi asal vulkanik. Pola aliran

daerah penelitian yaitu dendritik dan subdendritik. Stadia sungai dan daerah di

daerah penelitian adalah dewasa. Stratigrafi daerah penelitian tersusun dari yang

paling tua ke muda adalah satuan perselingan batulempung dan batupasir dengan

umur Miosen Awal Miosen Tengah (N7 - N8) diatasnya tidak selaras terdapat

satuan lava andesit dengan umur Miosen Tengah satuan ini menjari dengan

satuan breksi andesit dengan umur Miosen Akhir yang kemudian selaras

terbentuk lempung ubahan kemudian diatasnya tidak selaras dengan satuan

batupasir dengan umur Pliosen. Struktur geologi daerah penelitian berupa sesar

dan kekar. Sesar tersebut yaitu: sesar turun Pasir Panjang dan sesar turun

Banjaran. Sesumber geologi yang ada di daerah penelitian berupa sumber daya

air, sumber daya lahan berupa lahan pertanian dan lahan perkebunan, dan bahan

galian golongan C berupa lava andesit dan material lepas serta Geowisata.
16

Bencana geologi di daerah penelitian berupa gempabumi, gerakan tanah. Dari

hasil analisis arah pengembangan wilayah, daerah penelitian dibagi menjadi 3

(tiga) zona yaitu: zona pemukiman, zona pertanian, dan zona hutan.

b. Shidiq F. R., 2018, Geologi Daerah Gandoang Dan Sekitarnya Kecamatan

Salem, Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah Dengan Studi Kasus :

Rekayasa Fragmen Andesit di Desa Gandoang, Institut Sains & Teknologi

Akprind, Yogyakarta. Tujuan pemetaan geologi adalah untuk mengetahui

kondisi geologi permukaan yang mencakup aspek geomorfologi, litologi,

stratigrafi dan struktur geologi yang pada akhirnya dapat digunakan untuk

menentukan sejarah geologi dan aspek-aspek geologi lingkungan serta

mengetahui kualitas fragmen andesit di daerah penelitian. Daerah penelitian

secara administratif terletak di daerah Gandoang, Kecamatan Salem, Kabupaten

Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis daerah penelitian terletak pada

Koordinat 07° 07’ 30’’ - 07° 12’30’’ LS dan 108° 47’30” - 108° 52’ 30” BT.

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah dalam

penelitian yaitu pengambilan data lapangan dengan cara pemetaan geologi

permukaan, dengan pengamatan secara langsung unsur-unsur geologi, seperti

geomorfologi, struktur geologi, stratigrafi batuan dan geologi lingkungan yang

didukung dengan analisis laboratorium dan literatur-literatur yang ada.Hasil

penelitian berupa geomorfologi di daerah penelitian terdiri dari satuan

geomorfologi asal denudasional, satuan geomorfologi asal vulkanik. Pola aliran

daerah penelitian yaitu dendritik. Stadia sungai dan daerah di daerah penelitian

adalah dewasa. Stratigrafi daerah penelitian tersusun atas batuan vulkanik dan
17

batuan sedimen dengan 6 satuan batuan, dengan urutan dari yang paling tua

hingga paling muda adalah satuan lava andesit Kumbang dengan umur Miosen

Tengah-Akhir, satuan breksi andesit Kumbang yang menjari dengan satuan lava

andesit Kumbang mempunyai umur Miosen Akhir-Pliosen Awal, satuan intrusi

andesit Kumbang dengan umur Miosen Akhir-Pliosen Awal, satuan batupasir

tuffan sisipan batugamping Tapak mempunyai umur Pliosen Awal, satuan

batulempung dan batupasir Kaliglagah dengan umur Pliosen Awal-Akhir dan

endapan campuran memiliki umur Holosen. Struktur geologi daerah penelitian

berupa sesar, kekar dan lipatan. Sesar tersebut yaitu: sesar turun Pasir Panjang

dan sesar naik Gunung Larang, serta antiklin dan sinklin Bentar. Sesumber

geologi yang ada di daerah penelitian berupa sumber daya air, sumber daya lahan

berupa lahan pertanian dan lahan perkebunan, dan bahan galian mineral berupa

lava andesit, breksi andesit, lignit, material lepas serta Geowisata. Bencana

geologi di daerah penelitian berupa gempabumi, gerakan tanah. Darihasil

analisis petrografi dan uji kuat tekan fragmen andesit daerah penelitian, maka

fragmen andesit cocok digunakan sebagai bahan bangunan ringan dengan gandar

3.000 kg.f atau konstruksi ringan/beton kelas I.

c. Abian M., Nurdrajat, Mohammad R., Firmansyah Y. dan Aliah, 2020,

Karakteristik Dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Kaliglagah

Berdasarkan Analisis Petrogafi Di Daerah Bentarsari, Kecamatan Salem,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Fakultas Teknik Geologi Universitas

Padjadjaran, Bandung. Formasi ini merupakan formasi pembawa batubara pada

Cekungan Bentarsari yang berumur Pliosen Akhir dan tersusun atas lapisan
18

batulempung, batupasir, tuf dan batubara. Lapisan batubara pada formasi ini

dianalisis secara makroskopis untuk mengetahui jenis liotipe dan dianalisis

secara mikroskopis untuk mengetahui kandungan maseral dan bahan mineral

yang terkandung dalam batubara tersebut. Hasil dari kedua analisis tersebut lalu

digunakan untuk mendeterminasi karakteristik dan lingkungan pengendapan

dari lapisan batubara Formasi Kaliglagah. Semua lapisan batubara pada daerah

penelitian memiliki jenis litotipe Dark (Dk) dengan ketebalan antara 0,1 - 9,5

meter. Lalu berdasarkan analisis petrografi batubara pada daerah penelitian ini

tersusun oleh kelompok maseral vitrinit (83,8% - 97,4%), liptinit (0 - 0,8%), dan

inertinit (0,2% - 12,2%), serta bahan mineral (1,6% - 10%). Berdasarkan nilai

VA/VB tumbuhan pembentuk batubara merupakan tumbuhan tingkat rendah.

Lalu berdasarkan perbandingan nilai V/I maka menunjukkan bahwa batubara

terendapkan pada kondisi lingkungan yang relatif basah. Lalu hasil dari diagram

GI (Gelification Index) versus TPI (Tissue Preservation Index) menunjukkan

bahwa batubara terendapkan pada fasies limnik pada lingkungan marsh di lower

delta plain.
BAB 2
METODE PENGUMPULAN DATA

2.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu berupa menggabungkan antara data primer

atau data hasil pengamatan langsung di lapangan dan ditambah dengan data

sekunder yang diambil dari literatur atau referensi yang terkait di daerah penelitian.

a. Data Primer

Data primer yang diambil antara lain data lapangan berupa data geologi

seperti litologi dan Measured Section/profil litologi, dan selanjutnya data

pengambilan sampel Batubara di Desa Bentar dan sekitarnya, Kecamatan Salem,

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kemudian sampel tersebut akan dideskripsi

untuk dijadikan data yang akan digunakan untuk mencocokan ciri fisik antara

seam/layer satu dengan yang lainnya. Adapun runtutan pengambilan data primer

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian seminar ini dilakukan di Daerah Desa Bentar Kecamatan

Salem Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah berada pada koordinat 07°

8’ 15” – 07° 9’ 45” BT dan 108° 47’ 15” – 108° 48’ 30” LS, dengan luas

daerah penelitian kurang lebih 4 km2. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas

informasi bahwa daerah ini memiliki kandungan lapisan batubara yang

belum pernah dilakukan penelitian khususnya mengenai sebaran

batubaranya. Oleh karena itu, lokasi ini sangat menarik untuk dilakukan

penelitian terkait persebaran batubara tersebut.

19
20

2. Pengambilan sampel batubara

Pengambilan sampel batuan dilakukan pada singkapan batubara.

Sampel batubara tersebut akan digunakan digunakan untuk mencocokan ciri

fisik antara seam/layer satu dengan yang lainnya

3. Pembuatan kolom litologi

Pembuatan kolom litologi dibuat langsung di lapangan. Profil singkapan

ditujukan untuk membedakan tiap lapisan dari singkapan sehingga didapat

karakteristik dan perubahan tiap fasiesnya yang selanjutnya akan diolah dan

dianalisis dari tiap lapisan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam mendukung penelitian seminar ini

yaitu berupa buku, jurnal, maupun paper, yang berkaitan dengan judul dari

penelitian seminar ini.

Berikut ini merupakan bagan alir pengumpulan data seminar yang dilakukan

dalam kegiatan penelitian ini

Gambar 2.1 Skema Alur Penelitian


21

Kegiatan lapangan, peralatan lapangan dan alat tulis yang digunakan dalam

menunjang penelitian sebagai berikut :

1. Adapun alat-alat lapangan yang digunakan antara lain:

a. Palu Geologi g. Loupe

b. Kompas Geologi jenis Brunton h. Kamera

c. Alat tulis dan buku catatan lapangan i. Meteran

d. GPS j. Plastik sampel atau karung

e. Peta Dasar skala 1:12.500 k. Jas hujan/raincoat

f. Ransel, sepatu dan rompi lapangan l. HCl 0.1 N

Gambar 2.2. Peralatan lapangan yang digunakan pada saat


pengambilan data di lapangan
(Sumber: Anonim, 2021)

2.2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengamatan ciri-ciri fisik batuan secara megaskopis langsung di lapangan.

Pengamatan ciri fisik secara megaskopis ini dilakukan salah satunya untuk

mengatahui ciri fisik batubara, jika didapatkan kenampakan ciri fisik yang sama
22

maka bisa disimpulkan bahwa lapisan batubara tersebut masih satu lapisan (seam).

Pengamatan ciri fisik secara megaskopis dilakukan dengan pengamatan singkapan

dan sampel batubara dilapangan.

Sedangkan hasil yang didapatkan dari analisis data lapangan yaitu

berupa:

a. Pengukuran kolom litologi di lapangan

Pengukuran kolom litologi dilapangan, sebagai survei lapangan

dilakukan untuk membangun sebuah susunan litologi termasuk ketebalan

lapisan, grain size, struktur dan deskripsi (pemerian) setiap unitnya.

Melengkapi pola penyebaran lateral dari singkapan dalam studi area penelitian

dengan cermat untuk mengetahui arah atau pola penyebaran batubara. Dalam

membuat ini, maka data yang diperlukan adalah kedudukan strike/dip, azimuth,

dan pengukuran ketebalan sesungguhnya.

b. Peta Sebaran Batubara

Peta Sebaran batubara adalah peta yang menggambarkan penyebaran

batubara pada daerah penelitian. Sebaran batubara didapatkan dari pencocokan

ciri fisik/karakteristik suatu lapisan batubara yang dilakukan pada setiap

lapisan batubara didaerah penelitian, setelah dilakukannya pencocokan pada

setiap lokasi pengamatan (LP) maka dibuatlah peta berupa peta sebaran

batubara didaerah penelitian.

Gambaran batubara yang cenderung menyebar ke arah Barat Laut -

Tenggara. Proses geologi yang berupa lipatan Ganggarok juga mempengaruhi

sebaran batubara pada lokasi penelitian.


23

c. Peta Geologi

Peta Sebaran batuan adalah Peta yang menggambarkan penyebaran

batuan pada daerah penelitian. Peta geologi merupakan gambaran mengenai

informasi mengenai sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, struktur,

tektonika dan lain sebagainya yang behubungan dengan sumber daya.

Peta geologi ialah salah satu dari bentuk data dan informasi geologi dari

suatu wilayah atau daerah dengan tingkat kualitas yang berdasarkan skala
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengumpulan Data


Secara regional lokasi penelitian termasuk ke dalam Formasi Kaliglagah

yang memiliki batuan berupa Bagian atas terdiri dari batupasir kasar dan

konglomerat yang mengandung fosil Moluska air tawar dan mamalia dan Bagian

bawah tersusun dari batulempung hitam, napal hijau, batupasir bersusunan andesit

dan konglomerat. Umur Pliosen Akhir yang memiliki Ketebalan mencapai 350 m.

Lingkungan pengendapan Formasi Kaliglagah yang berdasarkan analisis petrografi.

Formasi Kaliglagah adalah lingkungan marsh di lower delta plain (menurut Abian

M., Nurdrajat, Mohammad R., Firmansyah Y. dan Aliah. 2020).

Penelitian pada daerah ini mengangkat tema “Persebaran Batubara

Dengan Menggunakan Data Permukaan Di Formasi Kaliglagah Pada Daesa Bentar

Dan Sekitarnya, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah”. Pola sebaran

lapisan batubara didapat dari data permukaan berupa data kedudukan lapisan

batuan/batubara yang kemudian dilakukan penarikan garis penampang dengan

memperhatikan bentukan morfologi (hukum V). Lokasi penelitian merupakan

bagian kecil dari regional, sehingga dilakukan penarikan pola sebaran lapisan

batubara di lokasi penelitian berdasarkan data garis penampang yang terdapat di

daerah penelitian. Ternyata pola sebaran di lokasi penelitian berhubungan dengan

proses-proses geologi yang ada di daerah penelitian. Hal ini karena lokasi penelitian

masih menjadi satu kesatuan dalam proses-proses geologi sebagai pengendali

utama pola sebaran lapisan batubara.

24
25

Gambar 3.1 Peta lintasan & lokasi pengamatan


26

Hasil pengumpulan data dari peta lintasan & lokasi pengamatan diatas

dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dalam bentuk pembuatan

profil litologi serta pengambilan sampel batuan untuk dilakukan deskripsi secara

fisik untuk mencocokan LP satu dengan LP yang lainnya agar bisa dilakukan

analisis persebaran batubaranya. Terdapat 6 lokasi pengamatan (6 LP) dan untuk

sampel di ambil pada LP 1 dan LP 4. (Gambar 3.1 dan lampiran lepas 1-9). Data

hasil dari pengamatan di lapangan didapatkan 6 Lokasi Pengamatan (6 LP) yaitu:

a. Lokasi Pengamatan 1

Lokasi pengamatan 1 berada di Dusun Cikondang yang secara geografis

terletak pada koordinat 7°09’40,4” LS dan 108°47’23,4” BT. Lokasi ini berada di

tepi jalan dan pada dinding tebing yang cukup curam. Kondisi singkapan cukup

baik dengan tingkat pelapukan sedang. Singkapan ini memiliki litologi berupa

perselingan batupasir dengan lempung yang lapisan batuan yaitu dimulai dari yang

paling tua ada batupasir sedang, memiliki warna segar abu-abu gelap dan warna

lapuk coklat kehitaman dengan struktur masif. Ukuran butir pasir sedang sampai

halus, bentuk butir membundar, sortasi baik, kemas tertutup, komposisi matriks

pasir sedang sampai pasir halus, semen silika. Batulempung memiliki warna segar

abu-abu cerah dan warna lapuk coklat kehitaman. Struktur masif, ukuran butir

lempung, bentuk butir membulat, kemas tertutup, sortasi baik. Komposisi fragmen

-, matriks lempung, semen silika. Pada satuan ini memiliki anggota berupa lapisan

batubara dimana warna segar hitam dan warna lapuk hitam kecolatan dengan

struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan.

kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan cubical, parting -, pengototr


27

resin/amber, cleat -. SEAM A. Memiliki kedudukan batuan N 242°E/30° dan tebal

dari lapisan batubara pada LP ini memiliki tiga seam yaitu SEAM A: 1,21 m, SEAM

B: 0,82 m dan SEAM C: 2,90 m (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Profil singkapan LP 1


28

N 35°E

Gambar 3.3 Foto singkapan LP 1

b. Lokasi pengamatan 2

Lokasi pengamatan 2 terletak di Dusun Cogreg berjarak sekitar 250 m dari

lokasi pengamatan 1 kearah utara yang secara geografis terletak pada koordinat

7°08’57” LS dan 108°48’22,6” BT. Lokasi ini berada di tubuh sungai Ci Binong

dengan morfologi yang bergelombang rendah. Kondisi singkapan cukup baik untuk

diamati dengan tingkat pelapukan sedang. Singkapan ini memiliki ltologi berupa

kontak batupasir dengan lempung. Memiliki deskripsi yaitu dimulai dari yang

paling tua ada batupasir, dimana memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk

coklat kehitaman dengan struktur masif. Ukuran butir pasir sedang sampai halus,

bentuk butir membundar, sortasi baik, kemas tertutup, komposisi matriks pasir

sedang sampai pasir halus, semen silika. Batulempung memiliki warna segar abu-

abu cerah dan warna lapuk coklat kehitaman. Struktur masif, ukuran butir lempung,

bentuk butir membulat, kemas tertutup, sortasi baik. Komposisi fragmen -, matriks

lempung, semen silika, memiliki anggota berupa batubara dimana memiliki warna

segar hitam dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki

pecahan hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap,

kekerasan moderately soft, peca han cubical, parting -,resin -, cleat -. Memiliki
29

kedudukan batuan N 267°E/17° SEAM B. Tebal lapisan batubara pada LP ini

adalah ± 0.8 meter (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Profil singkapan LP 2


30

N 145°E

Gambar 3.5 Foto singkapan LP 2

c. Lokasi pengamatan 3

Lokasi ini berada di tubuh sungai Ci Binong dengan jarak kurang lebih 50m

dari lokasi pengamatan 2 kearah barat yang secara geografis terletak pada koordinat

7°08’52,3,4” LS dan 108°47’55,8” BT. Dengan morfologi yang bergelombang

rendah. Kondisi singkapan cukup baik untuk diamati dengan tingkat pelapukan

sedang sampai rendah. Singkapan ini memiliki ltologi berupa kontak batupasir

dengan lempung. Memiliki deskripsi yaitu dimulai dari yang paling tua ada

batupasir, dimana memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat kehitaman

dengan struktur masif. Ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk butir

membundar, sortasi baik, kemas tertutup, komposisi matriks pasir sedang sampai

pasir halus, semen silika. Batulempung memiliki warna segar abu-abu cerah dan

warna lapuk coklat kehitaman. Struktur masif, ukuran butir lempung, bentuk butir

membulat, kemas tertutup, sortasi baik. Komposisi fragmen -, matriks lempung,

semen silika, memiliki anggota berupa batubara dimana memiliki warna segar

hitam dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan

hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan


31

moderately soft, pecahan cubical, parting -,pengotor resin/amber , cleat -. SEAM

A. Terdapat pengotor berupa amber/resin pada lokasi ini. Kedudukan batuan ini

yaitu N 220°E/20° . Tebal lapisan batubara pada LP ini adalah ± 1,3 meter (Gambar

3.6).

Gambar 3.6 Profil singkapan LP 3


32

Gambar 3.7 Foto singkapan LP 3 dan pengotor berupa resin/amber

d. Lokasi pengamatan 4

Lokasi ini berada di tubuh sungai Ci Binong dengan jarak kurang lebih

150m dari lokasi pengamatan 3 kearah barat yang secara geografis terletak pada

koordinat 7°08’19,2” LS dan 108°47’22,6” BT. Dengan morfologi yang

bergelombang rendah. Kondisi singkapan cukup baik untuk diamati dengan tingkat

pelapukan sedang sampai rendah. Singkapan ini memiliki batuan berupa batubara

dengan parting lempung dimana memiliki warna segar hitam dan warna lapuk hitam

kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing), cerat

hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan cubical,

parting lempung, resin -, cleat -.Terdiri atas SEAM C UPPER dan SEAM C

LOWER. Kedudukan batuannya yaitu N 221°E/15° . Tebal lapisan batubara pada


33

LP ini adalah ± 1,65 meter pada SEAM C UPPER dan ± 1,65 meter pada SEAM

C LOWER (Gambar 3.8).

Gambar 3.8 Profil singkapan LP 4


34

Batubara

Gambar 3.9 Foto lapisann LP 4

e. Lokasi pengamatan 5

Lokasi pengamatan 5 terletak di Dusun Bulaklega berjarak sekitar 150 m

dari lokasi pengamatan 4 kearah selatan yang secara geografis terletak pada

koordinat 7°09’25,2” LS dan 108°47’55,2” BT. Lokasi ini berada di tepi jalan

dengan morfologi yang bergelombang sedang. Kondisi singkapan terlihat baik

untuk diamati dengan tingkat pelapukan sedang-tinggi. Singkapan ini memiliki

ltologi berupa batupasir. Memiliki deskripsi yaitu batupasir, dimana memiliki

warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat kehitaman dengan struktur masif.

Ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi baik,

kemas tertutup, komposisi matriks pasir sedang sampai pasir halus, semen silika.

Memiliki anggota berupa dimana batubara dimana memiliki warna segar hitam dan
35

warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly

(runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan moderately

soft, pecahan cubical, parting -,resin -, cleat -. SEAM A. Kedudukan batuannya

yaitu N 161°E/8°. Tebal lapisan batubara pada LP ini adalah 1,2 m.

Gambar 3.10 Profil singkapan LP 5


36

N 80°E

Gambar 3.11 Foto lapisan batubara pada LP 5

f. Lokasi pengamatan 6

Lokasi pengamatan 2 terletak di Dusun Bulaklega berjarak sekitar 50 m

dari lokasi pengamatan 4 kearah selatan yang secara geografis terletak pada

koordinat 7°09’26,6” LS dan 108°47’54,1” BT. Lokasi ini berada di tepi jalan

dengan morfologi yang bergelombang sedang. Kondisi singkapan terlihat baik

untuk diamati dengan tingkat pelapukan sedang-tinggi. Singkapan ini memiliki

ltologi berupa batupasir. Memiliki deskripsi yaitu batupasir, dimana memiliki

warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat kehitaman dengan struktur masif.

Ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi baik,

kemas tertutup, komposisi matriks pasir sedang sampai pasir halus, semen silika.

Memiliki anggota berupa dimana batubara memiliki warna segar hitam dan warna

lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-

runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap kaca, ketahanan brittle. Ukuran butir pasir

sedang sampai halus, bentuk butir membudar, sortasi buruk, kemas terbuka,
37

komposisi fragmen-, matriks-, semen silika. Kedudukan batuannya yaitu N 169°E/

9°. Tebal lapisan batubara pada LP ini adalah 1,9 m. Termasuk kedalam SEAM A.

Gambar 3.12 Profil singkapan LP 5


38

N 92°E

Gambar 3.13 Foto lapisan batubara pada LP 6

3.2 Pembahasan

Analisis data dilakukan dengan data-data yang sudah didapatkan

dilapangan berupa data geologi, profil singkapan dan data persebaran batu bara

pada lokasi penelitian. Yaitu berupa:

3.2.1 Stratigrafi Daerah Penelitian

Secara regional lokasi penelitian termasuk kedalam Formasi

Kaliglagah. Formasi Kaligagah tersusun oleh bagian atas terdiri dari batupasir

kasar dan konglomerat yang mengandung fosil Moluska air tawar dan mamalia.

Pada Formasi ini ditemukan cekungan Bentarsari yang memiliki sisipan

batubara muda yang mencapai ketebalan 0,6-1,0 m. Bagian bawah tersusun

dari batulempung hitam, napal hijau, batupasir bersusunan andesit dan

konglomerat. Umur Pliosen Akhir. Ketebalan mencapai 350 m. Ditindih

selaras oleh Formasi Mengger dan menindih selaras Formasi Kalibiuk

(Kastowo dan Suwarna, 1996).

Penelitian dikhususkan pada persebaran batubara yang menggunakan

data permukaan, Data lapangan yang dilakukan adalah deskripsi batuan


39

(batubara) dan pengambilan sampel batubara pada lokasi penelitian yaitu

Daerah Desa Bentar dan sekitarnya, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 3.14 Peta Geologi daerah penelitian


40

Gambar 3.15 Legenda dan keterangan peta Geologi daerah penelitian

Gambar 3.16 Penampang Geologi daerah penelitian

3.2.2 Struktur Daerah Penelitian

Struktur pada daerah penelitian berupa Antiklin Ganggarok dan

Sinklin Ganggatok (yang diperikirakan). Menyebabkan sebaran batuan tidak

merata dibeberapa area pada lokasi pengamatan, proses geologi tersebut yaitu

karena adanya kegiatan tektonik (Gambar 3.14 dan Gambar 3.16),

3.2.3 Sebaran Batubara

Sebaran batubara memiliki arah umum persebarannya yaitu kearah

Baratlaut – Tenggara. Satuan ini tersebar pada daerah Pabuaran Kulon sampai

dengan Cikondang yang tersingiap baik, memiliki tingkat pelapukan yang

sedang. Beberapa singkapan tersingkap cukup baik dan kenampakaan

singkapan dilapangan terliha segart di sekitar tubuh sungai Ci Binong.


41

Sedangkan singkapan pada beberapa lokasi seperti Bulaklega sampai

Cilangkap terlihat kurang baik dikarenakan pelapukan yang cukup tinggi pada

daerah tersebut.

Terdapat tiga seam batubara yang ada pada lokasi penelitian

(Gambar 3.17), dimana penarikan atau pencocokan ketiga seam tersebut

dilakkan dengan mencocokan karakteristik atau ciri fisik batubara dilapangan.

Pencocokan atau penarikan batubara pada lokasi penelitian dilakukan dengan

beberapa aspek yaitu:

a. Stratigrafi seam/kolom seam batubara

Pada lokasi penelitian didapatkan tiga seam batubara yang ditandai

oleh huruf berupa seam A, seam B dan seam C pada peta sebaran (Gambar 3.17)

batubara. Ketiga seam tersebut didapatkan dengan cara mencocokan

karakteristik atau ciri fisik batubara pada setiap LP di daerah penelitian, dimana

didapatkan 6 lokasi penelitian (6 LP).

Gambar 3.17 Urutan seam pada peta persebaran batubara


42

b. Korelasi lapisan batubara

Korelasi lapisan seam batubara pada lokasi penelitian dilakukan

dengan mencocokan ciri fisik atau karakteristik yang sama pada setiap LP,

dimana didapatkan 6 LP pada lokasi penelitian. Hasil korelasi didapatkan tiga

seam pada lokasi penelitan yaitu: seam A, seam B dan seam C (Gambar 3.18).

Setiap seam memiliki karakteristik yang hampir sama, dengan deskripsi yaitu:

1. Seam A memiliki deskripsi berupa batubara dimana memiliki warna segar

hitam dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki

pecahan hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, Kilap mengkilap,

kekerasan moderately soft, pecahan cubical, pengotor: resin/amber, cleat -.

Dengan tebal 1,21 m pada LP 1 dengan sedimen pengapitnya berupa

batupasir dibagian atas dan bawahnya, sebaran mengarah ke arah Barat Laut

yaitu pada LP 3 mengalami penebalan kurang lebih 1 m sehingga tebal

lapisan batubara pada lokasi ini yaitu 1,3 cm dengan diapit oleh lapisan

sedimen yaitu pada bagian atas berupa batupasir sedang dan batulempung

yang berada dibawahnya dengan pengotor berupa amber/resin pada lokasi

ini. Lalu sebaran seam A mengarah ke arah barat yaitu pada LP 5 dan LP 6

di lokasi penelitian. Pada LP 5 lapisan batubara mengalami penipisan sekitar

0,1 m, jadi lapisan batubara pada lokasi ini yaitu sekitar 1,2 m dengan

sedimen pengapitnya yaitu batupasir sedang dan batulempung. Sedangkan

pada LP 6 lapisan batubara mengalami penebalan 0,69 m dengan sedimen

pengapitnya yaitu batupasir sedang dibagian atas dan batulempung dibagian

bawah. Kesamaan karakteristik lapisan batubara pada ketiga LP ini


43

menginterpretasikan bahwa ketiga lapisan batubara dilokasi ini bersifat

sama dan maka dari itu ketiga lapisan batubara tersebut dinamakan seam A

pada peta sebaran batubara.

2. Seam B memiliki deskripsi batubara dimana memiliki warna segar hitam

dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan

hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap,

kekerasan moderately soft, pecahan cubical, parting -, pengotor quartz,

resin -, cleat -. Dengan tebal 0,82 m pada LP 1 dengan sedimen pengapitnya

berupa batulempung dibagian atas dan bawah, sebaran mengarah ke arah

utara yaitu pada LP 2 mengalami penipisan sekitar 0,02 m, jadi lapisan

batubara pada lokasi ini yaitu sekitar 0,8 m dengan sedimen pengapitnya

berupa batupasir sedang dibagian atas dan batulempung dibagian bawah.

Kesamaan karakteristik lapisan batubara pada kedua LP ini

menginterpretasikan bahwa ketiga lapisan batubara dilokasi ini bersifat

sama dan maka dari itu ketiga lapisan batubara tersebut dinamakan seam B

pada peta sebaran batubara.

3. Seam B memiliki deskripsi batubara dimana memiliki warna segar hitam

dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan

hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap,

kekerasan moderately soft, pecahan cubical, parting lempung, resin -, cleat

-. Dengan tebal 2,90 m pada LP1, sebaran mengarah ke arah Barat Laut

yaitu pada LP 4 mengalami penebalan sekitar 0,2 m, jadi lapisan batubara

pada lokasi ini yaitu sekitar 3,3 m dengan parting batulempung dengan tebal
44

0,3 m. Kesamaan karakteristik lapisan batubara pada kedua LP ini

menginterpretasikan bahwa ketiga lapisan batubara dilokasi ini bersifat

sama dan maka dari itu ketiga lapisan batubara tersebut dinamakan seam B

pada peta sebaran batubara.

Pola sebaran batubara jika dilihat korelasi diatas, penarikan

persebaran batubara dilihat dari kesamaan ciri fisik pada setiap lokasi

pengamatan yang ada dilapangan didapatkan tiga seam yaitu seam A, seam B

dan seam C (Gambar 3.17). Pengaruh proses geologi yang ada dilapangan

berupa antiklin dan sinklin (diperkirakan) Ganggarok yang mengakibatkan

terlipat dan terkompresinya lapisan-lapisan batuan pada Lokasi pengamatan,

karena proses geologi berupa proses tektonik persebaran batubara mengikuti

kemiringan batuan yang ada disekitar lokasi penelitian. Proses geologi tersebut

mengakibatkan persebran batubara dilokasi penelitian tersebar tidak merata

dan erosi serta pelaupkan cukup tinggi yang mengakibatkan hilangnya lapisan

batuan dan lapisan batubara diarea tertentu pada lokasi pengamatan, penarikan

batubaranya dilakukan dengan cara menyamakan ciri fisik pada setiap lokasi

pengamatan (Gambar 3.19 dan Gambar 3.20).

Sebaran batubara pada lokasi penelitian diperkirakan memiliki satu

tubuh singkapan yang sama dikarenakan memiliki ciri atau kenampakan fisik

dan arah sebaran yang hampir sama satu dengan yang lainnya. Karena

pengaruh struktur geologi yang berkembang pada lokasi penelitian maka

lapisan batuan yang berada pada lokasi terlipat dan terkompresi yang

mengakibatkan lipatan (puncak antikilin).


Gambar 3.18 Korelasi lapisan batubara dilokasi penelitian
45
Gambar 3.19 Peta sebaran batubara

Gambar 3.20 Penampang peta sebaran batubara

46
47

3.2.4 Umur

Formasi Kaliglagah di daerah Bentarsari, Kecamatan Salem,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah termasuk ke dalam Cekungan

Bentarsari. Formasi ini merupakan formasi pembawa batubara pada Cekungan

Bentarsari yang berumur Pliosen Akhir dan tersusun atas lapisan batulempung,

batupasir dan batubara (menurut Kastowo dan Suwarna,1996).

3.2.5 Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan pada lokasi pengamatan yaitu pada

pembentukan batubara yang dikembangkan oleh Diessel (1986) menunjukkan

bahwa semua lapisan batubara terdapat pada kondisi limnik (Lingkungan

dimana batubara dibawah air rawa danau) yang berada pada lingkungan marsh

di daerah lower delta plain.

3.2.6 Sejarah Geologi

Berdasarkan data-data geologi yang meliputi data lapangan, antara

lain yang terdiri dari ciri litologi, umur dan lingkungan pengendapan, serta

ditambah dengan hasil interpretasi dan penafsiran, pada akhirnya dapat dibuat

suatu sintesis geologi daerah penelitian yang menggambarkan sejarah geologi

pada suatu kerangka ruang dan waktu. Penentuan sejarah geologi daerah

penelitian juga mengacu pada sejarah geologi regional peneliti - peneliti

terdahulu.

Batupasir Kaliglagah terbentuk pada Pliosen yang menindih secara

selaras pada satuan batulempung Kalibiuk. Satuan batupasir ini terbentuk


48

dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sehingga ketebalan dari batupsir

tersebut tidak terlalu tebal (Gambar 3.23).

Formasi pada daerah penelitian


Gambar 3.21 Sejarah geologi kala Pliosen
(Modifikasi Dika L. Y, 2017)
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan 6 lokasi pengamatan

(6 LP) dan hasil kolom litologi dan pencocokan kesamaan ciri fisik dilapangan

didapatkan hasil yaitu arah kemerusan batubara kearah Baratlaut – Tenggara dan

masih dalam satu tubuh batuan/singkapan yang sama. Dikarenakan proses geologi

yang berlangsung pada lokasi penelitian yaitu berupa antiklin (diperkirakan) dan

sinkilin (diperkirakan) yang menyebabkan sebaran batubara tidak merata

dibeberapa area pada lokasi pengamatan, proses geologi tersebut yaitu karena

adanya kegiatan tektonik, sehingga dapat diinterpretasikan arah kemenerusan

batubara mengikuti pola sebaran batuan sekitar.

Didapatkan tiga seam pada lokasi penelitian yaitu seam A dengan deskripsi

Batubara dimana memiliki warna segar hitam dan warna lapuk hitam kecolatan

dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing), cerat hitam

kecoklatan, Kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan cubical, pengotor

resin/amber, cleat -. , seam B dengan deskripsi Batubara dimana memiliki warna

segar hitam dan warna lapuk hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki

pecahan hackly (runcing-runcing), cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap,

kekerasan moderately soft, pecahan cubical, parting -, pengotor - cleat -. dan seam

C dengan deskripsi Batubara dimana memiliki warna segar hitam dan warna lapuk

hitam kecolatan dengan struktur masif. Memiliki pecahan hackly (runcing-runcing),

cerat hitam kecoklatan, kilap mengkilap, kekerasan moderately soft, pecahan

49
cubical, parting lempung, resin -, cleat -. yang dihubungkan dengan pencocokan

sifat fisik/karakteristik yang sama pada lapisan batubara disetiap LPnya.

4.2 Saran

Berdasarkan kegiatan penelitian lapangan, analisis analisis kolom

litologi dan pencocokan kesamaan ciri fisik dilapangan yang telah dilakukan, maka

peneliti mempunyai beberapa saran untuk peneliti-peneliti selanjutnya, antara lain:

a. Melakukan analisis petrografi batubara secara rinci agar bisa membedakan ciri

fisik pada setiap Lokasi Pengamatan.

b. Menambah luasan daerah penelitian agar didapat hasil yang ideal dan

mencerminkan kondisi cekungan Bentar Sari yang sebenarnya.

c. Memperbanyak jumlah lokasi pengamatan, agar bisa menarik pola sebaran

secara rinci.

50
DAFTAR PUSTAKA

Abian M., Nurdrajat, Mohammad R., Firmansyah Y. dan Aliah, 2020, Karakteristik

Dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Kaliglagah Berdasarkan

Analisis Petrogafi Di Daerah Bentarsari, Kecamatan Salem, Kabupaten

Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Fakultas Teknik Geologi Universitas

Padjadjaran, Bandung.

Alansa F.R., 2018, Geologi Dan Studi Pengembangan Wilayah

Daerah Wanoja Dan Sekitarnya Di Desa Wanoja, Kecamatan Salem

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Institut Sains & Teknologi

Akprind, Yogyakarta.

Bakosurtanal. 2001. Peta Rupa Bumi (RBI) Lembar Salem skala 1:25.000.

BAKOSURTANAL. Bogor.

Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I.A, General Geology,

Martinos Nijhoff, The Haque, Holand.

Diessel, C.F.K, 1992, Coal-Bearing Depositional Systems. Springer-Verlag, Berlin

Heidelberg.

Dika L. Y. 2017, Geologi Dan Analisis Kelerengan Untuk Menentukan Daerah

Rawan Gerakan Tanah Di Desa Ujungbarang, Kecamatan Mejenang,

Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Institut Sains & Teknologi

Akprind, Yogyakarta.

Horne, J.C., Farm, J.C., Carrucio, F.T. and Baganz, B.P, 1978, Depositional Models

in Coal Exploration and Mine Planning in Appalachilan Region, The


American Association of Petroleum Geologist Bulletin: Vol. 62 No. 12

p2379.2411

Islamy F, 2016, Geologi Dan Pola Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan Batubara

Daerah Gunung Megang, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran”, Yogyakarta.

Kastowo dan Suwarna, N. 1996. Peta Geologi Bersistem Indonesia, Lembar

Majenang, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi. Bandung.

Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy. Wiley-Blackwell,UK. Hal

212-259.

Satyana, A. H., dan Purwaningsih, M. E. M., 2002, Lekukan Struktur Jawa Tengah,

Suatu Segmentasi Sesar Mendatar, Ikatan Ahli Geologi Indonesia,

Jakarta.

Shidiq F. R., 2018, Rekayasa Fragmen Andesit di Desa Gandoang, Kecamatan

Salem, Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, Institut Sains &

Teknologi Akprind, Yogyakarta.

Stach, E., 1975. Stach's Textbook of coal petrology. Geb Borntraeger, Berlin

Stuttgart.

Anonim, 2016. http://ilmunyapertambangan.blogspot.com/2016/08/bentuk-

lapisan-batubara.html (Diakses pada tanggal 07-07-2021, pada pukul

20.00 WIB)
Lampiran lepas 1-9

108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


36 375 36
2,5 ! 375 381,25 FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

362,5

,5
2,5 368,

362
375
68,7
5 75 INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
3
368,7
5 2021
362,5
ú

362
,5
362
,5 ú 7° Pabuaran Kulon
!
Ci Panyurudan
7°8'15"LS

7°8'15"LS
- -- - !
- -- -
- -- - Ci Leuweung
-- -
!

36 ,25
!

5
Cibuhun

8,7
6
Pasirpanjang Wetan

35
LP 4 !
Tegalonyam 362,5
! PETA LINTASAN DAN LOKASI PENGAMATAN
36
8, DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA

362
75
ú

,5
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES

331,
PROVINSI JAWA TENGAH

25
Cisitu
356,2

33
!

7,
7°8'30"LS

7°8'30"LS
5
1/9 LEMBAR PETA NOMOR 1308-541 (SALEM)
ú
343,75
5

Sembungrugul

ú ! U

2
Cikaray
375 !
350 T
B

34 50
5
3,7
3
Ci Binong
!
387,5

S
ú !
Cogreg
400
381
412,5

SKALA 1 : 12.500
7°8'45"LS

7°8'45"LS
393,75
,25
406

Cikopeng31
! 2,5
,25

Oleh
. .. .
. .. .
15ͦ 325
. .. .
. .. .
. .. . Alfi Firhandika
!
Ganggarok LP 3
ú . .. .
. ..

!
Cogreg
. .. .. . .
17ͦ
171.10.1014
. . .. . .

!
Kelapa . . .. . .

LP 2
. . .. . .
.. ú
362,5

387 306,25
,5
KETERANGAN SIMBOL LITOLOGI
7°9'0"LS

7°9'0"LS
381,25 ú ...........................
75

Kelapa
----------------------------- Kontak lempung dengan batupasir
343,

! Ci Mati
337

!
,5
35

325

...........................
0

!
Ci Tatah
----------------------------- Kontak lempung dengan batupasir
Malandang
! 350
31

368, Nyegog ----------------..........


-..........
-----------
-....................
8,7

75
35

....................
..........
.................. . . . . .
..

,75
... . . .

!
0

Perselingan batupasir dengan lempung


. . . .... . .
7°9'15"LS

7°9'15"LS
5

,25 29
3
----------------..........
------------
381 -....................
. . ...... .... .

..........
....................
..........
362

. . ...... . .


375

. . ...
,5

387 LP 5 Palayangan ...........................


,5
! ..............
Batupasir sisipan batubara
...........................
.................................
.....
....... . . . . . . .
5

356
7,

,25
33

. . . . . . . ......

343,75
10° --------------- Batubara dengan parting lempung
...

LP 6

ú287,5
7°9'30"LS
7°9'30"LS

Bulaklega
!
331,25

356,2
KETERANGAN LINTASAN GEOLOGI
5 Ci Langkap
300
337,5 ! 325
Cikondang
! Lintasan batupasir
362,5 30° ...-
.....-.- -
343,75 ..
.....-.-- .....-
..-...--.-- - ...-..-..-.-- -
.. . .
350
-
...-.-- .... - -
.....-.- - ......- -- -
.....-.-- .....-.-- -
31 325 ...-..--.-- - ...-..-..-.-- -
. ..-
.-.- -
.
2,5
..- -
350 LP325
1
381,2 318,7 KETERANGAN SIMBOL PETA
5

375 5 5
8,7

306,
7°9'45"LS
7°9'45"LS

5 400 393 25
36

62,
35

, 2 5
3 Kelapa
7,5 406 41 ,7 300
6,

ba
418,75 2,5 5 300 a. Indeks kontur
25

! 38 293,75
b. Interval kontur Jalan

ú
108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT

Jembatan Kedudukan batuan


SKALA GRAFIS 17°
0 125 250 500 750 1.000
Meter
.. Batas administrasi BULAKLEGA Toponimi
PEMBAGIAN ADMINISTRASI

I. Provinsi Jawa Tengah


A. Kabupaten Brebes
6 2
Sungai 350 m Elevasi
a. Kecamatan Salem
1. Desa Malandang
2. Desa Pasirpanjang Wetan
3. Desa Nyegog
4. Desa Cikondang
5. Desa Cigareng
6. Desa Pasirpanjang Kulon 1

a I

A LP 6 Lokasi pengamatan LP 4 Lokasi pengambilan sampel


3

5
4

LP 1 Lokasi pengambilan
data kolom litologi

PETA KESAMPAIAN LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian
Lampiran lepas 2-9
108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
36 375 36
2,5 ! 375 3381,25 FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

362,5

,5
2,5 68,7

362
375 ,75 5 INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKRIND YOGYAKATA
368
368,7
5 2021
362,5
ú

362
,5
362
,5 ú Pabuaran Kulon
!
Ci Panyurudan
7°8'15"LS

! 7°

7°8'15"S
Ci Leuweung
!

36 ,25
!

5
Cibuhun

8,7
6
Pasirpanjang Wetan

35
LP 4 !
Tegalonyam 362,5
! PETA GEOLOGI
36
8, DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA

362
75
ú

,5
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES

331,
PROVINSI JAWA TENGAH

25
Cisitu
356,2

33
!

7,
7°8'30"LS

7°8'30"S
5
1/9 LEMBAR PETA NOMOR 1308-541 (SALEM)
ú
343,75
5

Sembungrugul

ú ! U

2
375 !
Cikaray B
350 T
B

34 50
5
3,7
3
Ci Binong
!
387,5

S
ú !
Cogreg
400
381
412,5

SKALA 1 : 12.500
7°8'45"LS

7°8'45"S
393,75
,25
406

Cikopeng31
! 2,5
,25

Oleh
15ͦ 325
LP 3
Alfi Firhandika
!
Ganggarok
ú !
Cogreg 17ͦ 171.10.1014
!
Kelapa
ú LEGENDA

UMUR ABSOLUT
LP 2

ZONASI BLOW
UMUR
362,5

387 306,25
,5
7°9'0"LS

7°9'0"LS

ZAMAN
ú SIMBOL PEMERIAN

KALA
381,25
SATUAN
75

Kelapa
343,

! Ci Mati
337

!
Satuan ini terdiri atas batupasir
,5
35

325

dan batulempung dimana


0

Ci Tatah
memiliki warna segar
! Malandang abu-abu dan warna lapuk kecok-
! 350 latan dengan struktur masif.
31

368, Nyegog Ukuran butir pasir sedang sam-


8,7

75
35

! 5
3,7
0
7°9'15"LS

7°9'15"LS
5

25 pai halus, bentuk butir membu-


3 81, 29 dar, sortasi baik, kemas tertutup
362


komposisi matriks pasir sedang
375
,5

LP 5
387 Palayangan sampai pasir halus, semen sili-
,5 PERSELINGAN
! ka. Satuan ini menempati seki-
BATUPASIR tar 100% dari lokasi penelitian
dan memiliki ketebalan kurang
5

356 DENGAN
7,

,25

PLIOSEN
TERSIER
33

lebih 50 - 150 Meter. Batulemp-


343,75 10°
LEMPUNG ung memiliki warna segar
LP 6
HALANG abu-abu tua dan warna lapuk
coklat kehitaman. Struktur masif,
ukuran butir lempung, bentuk
ú287,5
7°9'30"LS

7°9'30"LS

Bulaklega butir membulat, kemas tertutup,


! sortasi baik. Komposisi
331,25
fragmen -, matriks lempung,
356,2 Ci Langkap semen silika.
5 300
337,5 ! 325
Cikondang
!
362,5 343,75 30°
350
31 325 LP 1 KETERANGAN SIMBOL
2,5
350 325
381,2 318,7
5

ba
375 5 5 a. Indeks kontur
8,7

306,
7°9'45"LS

7°9'45"LS

400 393 25 Jalan


2,5
36

35

36 , 2 5 b. Interval kontur
Kelapa
7,5 406 41 ,7 300
6,

418,75 2,5 5 300


25

! 38

ú
293,75

A 108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT Jembatan Kedudukan batuan


17°
SKALA GRAFIS
0 125 250 500 750 1.000 .. Batas administrasi BULAKLEGA Toponimi
Meter

PEMBAGIAN ADMINISTRASI
Sungai 350 m Elevasi
I. Provinsi Jawa Tengah
A. Kabupaten Brebes
a. Kecamatan Salem 6 2

1. Desa Malandang
2. Desa Pasirpanjang Wetan
3. Desa Nyegog
4. Desa Cikondang
5. Desa Cigareng
6. Desa Pasirpanjang Kulon 1 LP 6 Lokasi pengamatan LP 4 Lokasi pengambilan sampel
a I

B
3

LP 1 Lokasi pengambilan Arah sayatan geologi


A
5
4
data kolom litologi

Sumbu antiklin Sumbu sinklin

PENAMPANG GEOLOGI
SKALA H:V = 1:1

500 m 500 m

375 m
A Sinklin Ganggarok
375 m
Atiklin Ganggarok

250 m B 250 m
Sungai Ci Binong
125 m 125 m
Lampiran lepas 3-9
108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
36 375 36
2,5 ! 375 3381,25 FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

362,5

,5
2,5 68,7

362
375 ,75 5 INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKRIND YOGYAKATA
368
368,7
5 2021
362,5
ú

362
,5
362
,5 ú Pabuaran Kulon
!
Ci Panyurudan

! 7°

7°8'15"LS
7°8'15"LS

Ci Leuweung
!

36 ,25
!

5
Cibuhun

8,7
6
LP 4 Pasirpanjang Wetan

35
!
Tegalonyam 362,5
! PETA SEBARAN BATUBARA
36
8, DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA

362
75
ú

,5
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES

331,
PROVINSI JAWA TENGAH

25
Cisitu
356,2

33
!

7,

7°8'30"LS
7°8'30"LS

5
1/9 LEMBAR PETA NOMOR 1308-541 (SALEM)
ú
343,75
5

Sembungrugul

ú ! U

2
375 Se m B
Se
am
!
Cikaray

350
B
B T
a
Se

A
am

34 50
5
3,7
3
Ci Binong
!
C
387,5

S
ú Cogreg
Se am A

!
Se am
am B
400

Se
381
412,5

SKALA 1 : 12.500

7°8'45"LS
7°8'45"LS

393,75
C
,25
406

Cikopeng31
! 2,5
,25

Oleh
15ͦ 325
LP 3 Alfi Firhandika
!
Ganggarok
ú !
Cogreg 17ͦ 171.10.1014
!
Kelapa
LP 2
ú URUTAN SEAM

SIMBOL SEAM PEMERIAN


362,5

KETEBALAN (m)
387 306,25
,5
7°9'0"LS

7°9'0"LS
Batubara dimana memiliki warna
381,25 ú segar hitam dan warna lapuk hit-
75

Kelapa
am kecolatan dengan struktur
343,

! Ci Mati
337

! masif. Memiliki pecahan hackly


,5

A 1,21
35

325

(runcing-runcing), cerat hitam


0

Ci Tatah
! Malandang
kecoklatan, Kilap mengkilap,
! 350 kekerasan moderately soft,
31

368, Nyegog
8,7

75
35

! 3,7
5 pecahan cubical, pengotor resin
0

7°9'15"LS
5
7°9'15"LS

25
3 81, 29 /amber, cleat -.
362


375

Batubara dimana memiliki warna


,5

LP 5
387 C Palayangan
,5 SeamSeam B ! segar hitam dan warna lapuk
Seam A
hitam kecolatan dengan struktur
5

356
7,

,25
masif. Memiliki pecahan hackly
33

343,75 10°
LP 6
B 0,82 (runcing-runcing), cerat hitam
kecoklatan, kilap mengkilap,
ú287,5 kekerasan moderately soft,
7°9'30"LS
7°9'30"LS

Bulaklega
! pecahan cubical, parting -,
331,25

356,2 Ci Langkap
pengotor - cleat -.
5 300
337,5 ! 325
Cikondang
! Batubara dimana memiliki warna
362,5 343,75 segar hitam dan warna lapuk hi-
30°
350 LP 1 tam kecolatan dengan struktur
31 325
350
2,5 325 masif. Memiliki pecahan hackly
381,2 318,7 C 2,90 (runcing-runcing), cerat hitam
5

375 5 5
8,7

306,
7°9'45"LS
7°9'45"LS

400 393 25
2,5 kecoklatan, kilap mengkilap,
36

35

36 , 2 5
Kelapa
7,5 406 41 ,7 300
6,

418,75 2,5 5 300


25

! 38 293,75 kekerasan moderately soft, peca-


han cubical, parting lempung,
A 108°47'30"BT 108°47'45"BT 108°48'0"BT 108°48'15"BT
resin -, cleat -.
SKALA GRAFIS
0 125 250 500 750 1.000 KETERANGAN SIMBOL
Meter
ba
a. Indeks kontur
b. Interval kontur Jalan
PEMBAGIAN ADMINISTRASI

I. Provinsi Jawa Tengah


A. Kabupaten Brebes
a. Kecamatan Salem
1. Desa Malandang
2. Desa Pasirpanjang Wetan
3. Desa Nyegog
4. Desa Cikondang
5. Desa Cigareng
6. Desa Pasirpanjang Kulon
6

a I
2

ú Jembatan
17°
Kedudukan batuan

.. Batas administrasi BULAKLEGA Toponimi


3

4
5

Sungai 350 m Elevasi

LP 6 Lokasi pengamatan LP 4 Lokasi pengambilan sampel

LP 1 Lokasi pengambilan Aah sebaran batubara


data kolom litologi
B
Arah sayatan sebaran
Sumbu antiklin A batubara

Sumbu sinklin

PENAMPANG SEBARAN BATUBARA


SKALA H:V = 1:1

500 m 500 m

375 m
A Sinklin Ganggarok
375 m
Atiklin Ganggarok

250 m B 250 m
Sungai Ci Binong
125 m 125 m
Lampiran lepas 4-9
PROFIL SINGKAPAN LP 1
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
...... -.---.---.---.---.---.--- Batulempung
........................ Batupasir sedang ----------------- --- ...... Batubara
............ ---------------- --- Batulempung -------------- --- --- sisipan pasir
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

.................. Batupasir sedang memiliki warna


........................ segar abu-abu dan warna
lapuk kecoklatan dengan struktur
........................ masif. Ukuran butir pasir sedang
........................ sampai halus, bentuk butir mem-
1,72

bundar, sortasi baik, kemas tertut-


........................ up, komposisi matriks pasir

........................ sedang sampai pasir halus,


semen silika.
........................ Batubara dimana warna segar
hitam dan warna lapuk hitam
............ kecolatan dengan struktur
masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam
kecoklatan. kilap mengkilap,
kekerasan moderately soft, peca-
1,21

han cubical, parting -, resin -,


cleat -.SEAM A.

.................. Batupasir sedang dimana memi-

........................
liki warna segar abu-abu dan wa-
rna lapuk coklat kehitaman den-
........................ gan truktur masif. Ukuran butir
pasir sedang sampai halus,
........................ bentuk butir membundar, sortasi

........................ baik, kemas tertutup,


komposisi matriks pasir seda-
........................ ng sampai pasir halus, semen
silika.
........................
3,29

Batulempung memiliki warna


........................ segar abu-abu tua dan warna la-
puk coklat kehitaman. Struktur
........................ masif, ukuran butir lempung, be-

........................
ntuk butir membulat, kemas ter-
tutup, sortasi baik. Komposisi
........................ fragmen -, matriks lempung, se
men silika.
........................ Batubara dimana memilik warna
........................ segar hitam dan warna lapuk
hitam kecolatan dengan struktur
........................ masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam

-----
............ kecoklatan, kilap mengkilap,
kekerasan moderately soft, peca-
-----
--- han cubical, parting -,resin -,
-------
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

0,9

----- cleat -.SEAM B.


---
-------
-----
Batulempung sisipan batupasir
memiliki warna segar abu-abu tua
0,82

dan warna lapuk coklat kehitaman.


Struktur masif, ukuran butir
lempung, bentuk butir membulat,
------- kemas tertutup, sortasi baik.
------- Komposisi fragmen -, matriks
------------- lempung, semen silika. Batupasir
PLIOSEN

-------
........................
--- sedang dimana memiliki warna
segar abu-abu dan warna lapuk
1,45

........................ kecoklatan dengan struktur masif.


Ukuran butir pasir sedang sampai
--- halus, bentuk butir membundar,
--------- sortasi baik, kemas tertutup,
------------- komposisi matriks pasir sedang
------
--- sampai pasir halus, semen silika.
Batubara dimana memiliki warna
segar hitam dan warna lapuk
hitam kecolatan dengan struktur
masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam
kecoklatan, kilap mengkilap,
kekerasan moderately soft, peca-
han cubical, parting -, resin -,
cleat -.SEAM C.
2,90

Batulempung memiliki warna


segar abu-abu cerah dan warna
lapuk coklat kehitaman. Struktur
masif, ukuran butir lempung, be-
ntuk butir membulat, kemas ter-
tutup, sortasi baik. Komposisi
fragmen -, matriks lempung, se
men silika.
- - Batupasir halus dimana memiliki
- --- warna segar abu-abu gelap dan
- -
- --- warna lapuk coklat kehitaman
- -
- ---
0,8

dengan struktur masif. Ukuran


- -
- --- butir pasir sedang sampai halus,
- -- bentuk butir membundar, sortasi
............... baik, kemas tertutup, komposisi
.................... matriks pasir sedang sampai
............... pasir halus, semen silika.

.........................
1,20

....................
..........
Lampiran lepas 5-9
PROFIL SINGKAPAN LP 2
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
......
........................ Batupasir sedang ----------------- ---
Batubara
............ ---------------- --- Batulempung
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

Batupasir sedang memiliki warna


........................ segar abu-abu dan warna
0,4

............ lapuk kecoklatan dengan struktur


masif. Ukuran butir pasir sedang
sampai halus, bentuk butir mem-
bundar, sortasi baik, kemas tertut-
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

0,8

up, komposisi matriks pasir


sedang sampai pasir halus,
semen silika.
- -- Batubara dimana memiliki warna
-
- -- segar hitam dan warna lapuk
-
---- hitam kecolatan dengan struktur
--
1,2

-- masif. Memiliki pecahan hackly


PLIOSEN

- (runcing-runcing), cerat hitam


- --
- kecoklatan, kilap mengkilap,
- -- kekerasan moderately soft, peca-
--
-- han cubical, parting -,resin -,
-
cleat -. SEAM B

Batulempung memiliki warna


segar abu-abu tua dan warna
lapuk coklat kehitaman. Struktur
masif, ukuran butir lempung,
bentuk butir membulat,kemas
tertutup, sortasi baik. Komposisi
fragmen -, matriks lempung,
semen silika.
Lampiran lepas 6-9
PROFIL SINGKAPAN LP 3
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
......
........................ Batupasir sedang ----------------- ---
Batubara
............ ---------------- --- Batulempung
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

Batubara dimana memiliki warna


segar hitam dan warna lapuk
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

hitam kecolatan dengan struktur


masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam
1,3

kecoklatan, kilap mengkilap,


kekerasan moderately soft, peca-
han cubical, parting -,pengotor
resin/amber, cleat -.SEAM A

........................ Batupasir sedang memiliki warna

............
segar abu-abu dan warna
0,6

lapuk kecoklatan dengan struktur


PLIOSEN

masif. Ukuran butir pasir sedang


- -- sampai halus, bentuk butir mem-
0,3

-
- -- bundar, sortasi baik, kemas tertut-
up, komposisi matriks pasir
sedang sampai pasir halus,
semen silika.
Batulempung memiliki warna
segar abu-abu tua dan warna
lapuk coklat kehitaman. Struktur
masif, ukuran butir lempung,
g bentuk butir membulat,kemas
pun
tu lem tertutup, sortasi baik. Komposisi
Ba fragmen -, matriks lempung,
semen silika.
Lampiran lepas 7-9
PROFIL SINGKAPAN LP 4
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
Batubara parting lempung
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

Batubara dengan parting lempung


dimana memiliki warna segar
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

hitam dan warna lapuk hitam


kecolatan dengan struktur
masif. Memiliki pecahan hackly
1,65

(runcing-runcing), cerat hitam


kecoklatan, kilap mengkilap,
kekerasan moderately soft, peca-
han cubical, parting lempung,
resin -, cleat -.Terdiri atas SEAM
C UPPER dan SEAM C
LOWER
0.3

Parting batulempung memiliki


PLIOSEN

warna segar abu-abu tua dan


warna lapuk coklat kehitaman.
Struktur masif, ukuran butir
lempung, bentuk butir membulat,
kemas tertutup, sortasi baik.
1,65

Komposisi fragmen -, matriks


lempung, semen silika.
Lampiran lepas 8-9
PROFIL SINGKAPAN LP 5
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
...........................
..............
...........................
BATUPASIR SISIPAN BATUBARA
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

Batupasir sedang sisipan batubara

........................
memiliki warna segar abu-abu
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

dan warna lapuk kecoklatan

........................
dengan struktur masif. Ukuran
butir pasir sedang sampai halus,
1,8

........................
bentuk butir membundar, sortasi
baik, kemas tertutup, komposisi

........................ matriks pasir sedang sampai pasir


halus, semen silika.

........................ Batubara dimana memiliki warna


segar hitam dan warna lapuk
...... hitam kecolatan dengan struktur
masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam
PLIOSEN

kecoklatan, kilap mengkilap,


1,2

kekerasan moderately soft, peca-


han cubical, parting -,resin -,
cleat -. SEAM A

........................
0,57

............
Lampiran lepas 9-9
PROFIL SINGKAPAN LP 6
DAERAH BENTAR DAN SEKITARNYA , KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
Skala 1 : 30
Disusun oleh:

Alfi Firhandika
171.10.1014
Keterangan
...........................
..............
...........................
BATUPASIR SISIPAN BATUBARA
Satuan Batuan

Ukuran Butir Simbol Foto Singkapan Pemerian


Tebal (M)

Pasir sangat kasar

Pasir sangat halus


Pasir sedang
Pasir kasar
Umur

Pasir halus

Lempung
Brangkal
Bongkah

Krakal

Lanau
Krikil

Batupasir sedang sisipan batubara

........................
memiliki warna segar abu-abu
PERSELINGAN BATUPASIR DENGAN LEMPUNG

dan warna lapuk kecoklatan

........................
dengan struktur masif. Ukuran
butir pasir sedang sampai halus,
1,8

........................
bentuk butir membundar, sortasi
baik, kemas tertutup, komposisi

........................ matriks pasir sedang sampai pasir


halus, semen silika.

........................ Batubara dimana memiliki warna


segar hitam dan warna lapuk
...... hitam kecolatan dengan struktur
masif. Memiliki pecahan hackly
(runcing-runcing), cerat hitam
PLIOSEN

kecoklatan, kilap mengkilap,


kekerasan moderately soft, peca-
han cubical, parting -,resin -,
cleat -. SEAM A
1,9

........................
............
0,6

Anda mungkin juga menyukai