Anda di halaman 1dari 6

PERANAN PERAWAT DALAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH

SAKIT
Angel Ester Simanjuntak / 181101142
angelester85@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang
peranan penting dalam upaya tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan kesehatan bergantung
pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien.Tujuan
: untuk mengetahui peranan perawat dalam keselamatan pasien di rumah sakit Metode : analisis data
sekunder. Hasil: bahwa Perawat sebagai salah satu komponen sumber daya manusia (SDM) dalam
sistem pelayanan kesehatan dirumah sakit, yang bertugas langsung pada garis depan dan mempunyai
waktu lebih banyak berhadapan dengan pasien, tanpa mengabaikan peran tenaga kerja lainnya.
Pembahasan : Tingkat pengetahuan tenaga medis khususnya perawat sangatlah penting dalam
meiaksanakan asuhan keperawatan. Semakin tinggi pengetahuan perawat tentang kode etik dan
hukum kesehatan maka semakin baik pula kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Penutup : peranan perawat dalam keselamatan pasien sangat penting, sedikit saja keselamatan pasien
mengalami lecet maka akan membuat dampak buruk.

Kata kunci : Peran Perawat, Keselamatan Pasien ( Patient Safety ), Kebutuhan Dasar Pasien.
LATAR BELAKANG tanggung jawab para professional di
bidang kesehatan, khususnya tenaga medis
Perawat sebagai salah satu tenaga
dan tenaga keperawatan dalam
kesehatan di rumah sakit memegang
menjalankan tugas dan kewenangannya.
peranan penting dalam upaya tujuan
Tidak selamanya layanan medis yang
pembangunan kesehatan. Keberhasilan
diberikan oleh tenaga kesehatan dapat
kesehatan bergantung pada partisipasi
memberikan hasil yang sebagaimana
perawat dalam memberikan asuhan
diharapkan semua pihak.
keperawatan yang berkualitas bagi pasien.
Salah satu tujuan penting dari
Hal ini terkait dengan keberadaan
penerapan sistem keselamatan pasien di
perawat yang bertugas selama 24 jam
rumah sakit adalah mencegah dan
melayani pasien, serta jumlah perawat
mengurangi Insiden Keselamatan Pasien
yang mendominasi tenaga kesehatan di
(IKP). IKP merupakan suatu kejadian atau
rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%.
situasi yang dimana dapat mengakibatkan
Rumah sakit harus memiliki perawat
atau berpotensi teradinya cidera pada
dengan kinerja baik yang akan menunjang
pasien.
kinerja rumah sakit sehingga dapat
tercapai kepuasan pelanggan atau pasien. Keselamatan pasien rumah sakit
adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
Agar dapat mewujudkan
mencegah terjadinya cedera akibat
pelayanan yang berkualitas dan berkinerja
perawatan medis dan kesalahan
tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang
pengobatan melalui suatu sistem
memiliki kemampuan intelektual, teknikal
assesment resiko, identifikasi dan
dan teliti adalah pengaruh antara faktor-
pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan
faktor yang interpersonal, bekerja
analisis insiden, kemampuan belajar dan
berdasarkan standar praktik,
tindak lanjut dari insident serta
memperhatikan kaidah etik dan moral .
implementasi solusi untuk meminimalkan
Rumah sakit sebagai organisasi timbulnya risiko (Dep Kes RI, 2006).
badan usaha di bidang kesehatan
Penilaian kinerja rumah sakit dapat
mempunyai peranan penting dalam
diukur dari kualitas layanan, tingkat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
kinerja yang tinggi dianggap dapat
secara optimal. Oleh karena itu rumah
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan
sakit dituntut agar mampu mengelola
pasien.
kegiatannya dengan mengutamakan pada
Pengembangan mutu di rumah HASIL
sakit telah mengarah pada upaya
Pada jurnal Keperawatan
peningkatan mutu yang berorientasi
Soedirman (The Soedirman Journal of
pada keselamatan pasien. Keselamatan
Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016
pasien (patient safety) merupakan suatu
,yang berjudul BEBAN KERJA
variabel untuk mengukur dan
PERAWAT TERHADAP
mengevaluasi kualitas pelayanan
IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY DI
keperawatan yang berdampak terhadap
RUANG RAWAT INAP mengatakan
pelayanan kesehatan.
bahwa bahwa Perawat sebagai salah satu
Kinerja perawat dipengaruhi oleh 3
komponen sumber daya manusia (SDM)
variabel yaitu variabel individu, variabel
dalam sistem pelayanan kesehatan dirumah
organisasi dan variabel psikologis.
sakit, yang bertugas langsung pada garis
Variabel individu, terdiri dari kemampuan,
depan dan mempunyai waktu lebih banyak
keterampilan, pengetahuan, demografi dan
berhadapan dengan pasien, tanpa
latar belakang keluarga, variabel
mengabaikan peran tenaga kerja lainnya.
psikologis terdiri dari persepsi, sikap,
Mutu pelayanan rumah sakit sebagian
motivasi, kepribadian dan belajar.
ditentukan juga oleh peran perawat.
Sedangkan variabel organisasi terdiri dari
Dimensi mutu pelayanan rumah sakit yang
sumber daya, imbalan, beban kerja,
luas dapat berubah sebagai dinamisasi dan
struktur, supervisi dan kepemimpinan
adaptasi perkembangan waktu dan tuntutan
(Firmansyah 2009).
pasien. Akhir-akhir ini mutu pelayanan
TUJUAN yang berorientasi kepada keselamatan
Kajian ini bertujuan untuk pasien menjadi lebih menonjol (prahasto,
mengetahui peranan perawat dalam 2008).
keselamatan pasien di rumah sakit.
Kinerja perawat dipengaruhi oleh 3
variabel yaitu variabel individu, variabel
METODE organisasi dan variabel psikologis.
Variabel individu, terdiri dari kemampuan,
Metode yang digunakan dalam
keterampilan, pengetahuan, demografi dan
kajian menggunakan analisis data sekunder
latar belakang keluarga, variabel
yang dimana kajian bersumber dari jurnal
psikologis terdiri dari persepsi, sikap,
dan buku.
motivasi, kepribadian dan belajar.
Sedangkan variabel organisasi terdiri dari
sumber daya, imbalan, beban kerja, komunikasi yang efektif untuk
struktur, supervisi dan kepemimpinan menjelaskan subyek yang menekankan
(Firmansyah 2009). Salah satu tujuan dari keselamatan pelayanan kesehatan.
sistem keselamatan pasien (patient safety)
Perawat memiliki tanggung jawab
yaitu menurunnya KTD di rumah sakit.
terhadap keselamatan dan keamanan
(Gibson, 1987) Menurut (Agency For
pasien selama berada di rumah sakit.
Healtcare Research And Quality) AHRQ,
Perawat membutuhkan aturan hukum yang
(2003) dalam Mulyati (2011), menyatakan
lebih tinggi yang dapat mengatur kualitas
bahwa KTD bisa terjadi dikarenakan oleh
dan pelayanan, termasuk juga sanksi bagi
beberapa masalah. Masalah tersebut yakni
perawat yang tidak melaksanakan tugasnya
masalah sumber daya manusia,kebijakan
dengan baik. Perawat dalam menjalankan
dan prosedur yang tidak adekuat dan
tugasnya harus sesuai dengan kode etik
kegagalankegagalan teknis faktor yang
dan Standar Operasicnal Prosedur (SOP)
berpengaruh dalam resiko terjadinya
yang telah ditetapkan.
infeksi dirumah sakit salah satunya yaitu
beban kerja yang tidak sesuai dengan staf/ Tingkat pengetahuan tenaga medis
perawat yang tersedia. khususnya perawat sangatlah penting
dalam meiaksanakan asuhan keperawatan.
PEMBAHASAN
Semakin tinggi pengetahuan perawat
Kemampuan komunikasi yang baik tentang kode etik dan hukum kesehatan
dari perawat dalam menyampaikan edukasi maka semakin baik pula kinerja perawat
secara lugas mengenai patient safety dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
diperlukan untuk pelaksanaan Global
Trigger Tool di rumah sakit. Dengan
Mutu layanan kesehatan di rumah
penggunaan Global Trigger Tool, alat yang
sakit perlu dilakukan pengukuran yaitu
digunakan untuk mengukur keselamatan
dengan pengukuran setiap dimensi mutu
pasien, dilaporkan bahwa lebih dari
layanan kesehatan untuk mengetahui
setengah kejadian yang tidak diinginkan
tingkat kepuasan pasien yang diberikan
dapat dicegah selama masa perawatan di
layanan. Ada sepuluh dimensi mutu
rumah sakit. Karena itu, perawat sebagai
layanan kesehatan yaitu : dimensi
pemberi edukasi kepada pasien harus
kompetensi teknis, dimensi
mampu mendorong keikutsertaan pasien
keterjangkauan, dimensi efektivitas,
dalam menghadapi pentingnya
dimensi efisiensi, dimensi kesinambungan,
keselamatan pasien. Mereka membutuhkan
dimensi keamanan, dimensi kenyamanan, kebijakan dari atasan dan semua Petugas
dimensi informasi, dimensi ketepatan medis harus bisa menindaklanjuti setiap
waktu, dan dimensi hubungan antar kebijakan yang dibuat. Jika itu semua
manusia (Pohan, 2007). dilakukan maka budaya keselamatan
Kurangnya kepuasan pasien terjadi Pasien akan berjalan dengan baik.
karena dinamika tuntunan pasien yang
Hal ini terkait dengan keberadaan
demikian cepat berubah namun tidak di
perawat yang bertugas selama 24 jam
imbangi dengan kecepatan perubahan pola
melayani pasien, serta jumlah perawat
kerja dan tindakan perawat. Perawat lebih
yang mendominasi tenaga kesehatan di
banyak berfokus pada kinerja medik atau
rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%.
teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi
Rumah sakit harus memiliki perawat
dependent atau fungsi pelimpahan dari
dengan kinerja baik yang akan menunjang
dokter) padahal pasien nampaknya justru
kinerja rumah sakit sehingga dapat
mengharapkan kinerja perawat sesuai
tercapai kepuasan pelanggan atau pasien.
normatisnya yaitu lebih berfokus pada
aspek yang berkaitan dengan dimensi non Agar dapat mewujudkan
teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi pelayanan yang berkualitas dan berkinerja
indenpendent) (Potter dan Perry, 2005). tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang
memiliki kemampuan intelektual, teknikal
masalah utama yang harus menjadi
dan teliti adalah pengaruh antara faktor-
prioritas untuk diselesaikan adalah
faktor yang interpersonal, bekerja
perawatan terhadap pasien yang tidak
berdasarkan standar praktik,
aman. Perlu ada Perubahan budaya
memperhatikan kaidah etik dan moral .
didalam rumah sakit agar budaya
keselamatan pasien semakin baik. Budaya PENUTUP
keselamatan yang baik dapat mengurangi
dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa
risiko terjadinya kejadian yang tidak peranan perawat dalam keselamatan pasien
diinginkan' Maka' diperlukan pelatihan sangat penting, sedikit saja keselamatan
pasien mengalami lecet maka akan
secara rutin bagi petugas medis agar benar-
membuat dampak buruk.
benar nnernahami budaya keselamatan
pasien' Pengawasan dari atasan juga harus REFERENSI
ditingkatkan sebagai salah satu upaya Bantu, A. (2014). Hubungan Pengetahuan
untut< menerapkan budaya keselamatan Perawat Dengan Penerapan Patient Safety
pasien. Semua itu harus didukung dengan
di RSUP Ratatotok Buyat Kabupaten Potter, P. &. (2005). Buku ajar
Minahasa Tenggara fundamental keperawatan; konsep, proses
& praktik, Ed. 4. Jakarta: EGC.
Cahyono. (2008). Membangun Budaya
Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius. Setyarini, E. A., & Herlina, L. L. (2013).
Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar
Fatmawati, R. ( 2016). BEBAN KERJA
Prosedur Operasional Pencegahan Pasien
PERAWAT TERHADAP
Resiko Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan
IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY DI
Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus.
RUANG. Jurnal Keperawatan Soedirman
Jurnal Kesehatan.
(The Soedirman Journal of Nursing),
Volume 11, No.1 . Simamora, R. H. (2019). Buku ajar
keselamatan pasien melalui timbang terima
Kurniawati, d. (2014). Faktor yang
pasien berbasis komunikasi efektif: SBAR.
Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan
SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU
Simamora, R. H. (2018). Menjadi Perawat
RSUD. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.
yang CIH'HUY. Surakarta: kekata
28, Suplemen No. 1, .
publisher.
Mudayana, A. A. (2014). PERAN ASPEK
ETIKA TENAGA MEDIS DALAM Soejadi. (1996). Pedoman penilaian
PENERAPAN. Supplemen Majalah kinerja rumah sakit umum. Jakarta: Katiga
Kedokteratr Andalas, Vol 3T No.Supl 1 . Bina.

Mukti, W., Hamzah, A., Nyorong, M. Witdiawati, d. (2019). Intervensi Perawat


(2013). Pengaruh Mutu Layanan Dalam Penatalaksanaan Resiko Jatuh.
Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 .
Rawat Inap di Rumah Sakit Woodward
Wulandari, M. R. (2019). Peningkatan
Kota Palu. Jurnal AKK, Vol 2 No. 3. (35 -
Budaya Keselamatan Pasien Melalui
41).
Peningkatan Motivasi Perawat dan. Jurnal
Mulyadi, d. (2015). HUBUNGAN Kepemimpinan dan Manajemen
PELAKSANAAN IDENTIFIKASI Keperawatan, Vol 2 No 2 , 58-66.
PASIEN SECARA BENAR DENGAN
KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI.
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3
Nomor 2, .

Anda mungkin juga menyukai