Hakikat Iptek DLM Pandangan Islam
Hakikat Iptek DLM Pandangan Islam
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-
nilai islami yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan
manusia. Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman
merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan
peranan ini, maka ilmu itu suci. (Mahdi Ghulsyani, 1998: 57).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi
dari konsep ilmu dalam Al Qur‟an yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu
adalah menemukan sesuatu yang baru bagi masyarakat, artinya penemuan
sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui orang (Imam Mushoffa, dan
Aziz.Musbikin. 2001: XII)
Namun satu fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam
seluruh dunia saat ini adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal untuk
kebutuhan kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat ditawar, terlebih-lebih iptek dapat membantu dan mempermudah manusia
dalam memahami (mema‟rifati) kekuasaan Allah dan melaksanakan tugas
kekhalifahan (Zalbawi Soejoeti, 1998: XIII)
Realitas tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali
kepada ajaran Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam bangkit
untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal iptek, karena sebenarnya dalam
sejarah dijelaskan bahwa umat Islam pernah memegang kendali dalam dunia
intelektual, jadi sangat mungkin jika saat ini umat Islam bangkit dan meraih
kembali kejayaan Islam tersebut.
1. Pengertian IPTEKS
Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap
merupakan singkatan dari dua komponen yaitu “ilmu pengetahuan” dan
“teknologi” dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga
singkatannya menjadi ipteks.
Mengenai definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di susun secara
logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:371)
Lebih jauh Zalbawi Soejati mendefinisikan ilmu pengetahuan atau sains
sebagai sunnatullah artinya adalah ilmu yang mengarah perhatiaannya kepada
perilaku alam (bagaimana alam bertingkah laku). (Zalbawi Soejoeti, 1998: 148)
Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin
Rais, Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya.
Ilmu merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia bertugas
menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri manusia,
alam, dan entitas-entitas lainnya (M.Amin Rais, 1999: 108)
Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos" berarti
"teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi
bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti suatu
metode penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia (Komaruddin, 1987:
275-276)
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia
yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan / sains
sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia
(Zalbawi Soejoeti, 1998: 150)
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia tentang
alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya
adalah untuk kemaslahatan manusia.
Berkaitan dengan terma teknologi ini, Achmad Baiquni menambahkan
bahwa dalam perjalanan umat manusia menuju masyarakat industrial, proses
yang menyertainya akan menimbulkan pergeseran nilai dan benturan budaya
yang tidak dapat dielakkan karena memang budaya santai dari masyarakat agraris
yang bertenaga hewani berlainan dengan budaya tepat waktu pada masyarakat
industrial yang tenaganya serba mesin, dan nilai-nilai bergeser pada saat wanita,
yang semula sangat terikat dengan rumah dan keluarga, merasa bebas
menggunakan kendaraan bermesin sebagai sarana transportasi dan pesawat
telpon sebagai alat komunikasi. Dengan keimanan dan ketakwaan dapatlah
dipilih nilai-nilai baru dan budaya baru yang sesuai dengan ajaran agama
(Achmad Baiquni, 1995: 154).
Untuk definisi seni, dalam Ensiklopedia Indonesia diartikan sebagai
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan
perantaraan gerak (seni tari, drama) (Tim Penyusun Ensiklopedia Indonesia,
3080-3081)
Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang
filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut realisasinya entah
menurut pandangan subyektif (Dick Hartoko, 1993: 16)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa yang
timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan
oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan misalnya dapat
dianalisa menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika. Komposisi
warna dapat dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.
Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (di dalam al-Qur'an disebut
dengan ad-Dukhan)
QS. Fushshilat [41]: 11
yang disandari (mudhaf) dan kata yang disandarkan (mudhaf ilaihi). Kata sunnat
Artinya:
“Kami datangkan bagi setiap sesuatu dengan adanya sebab”. (QS. al-Kahfi
[18]: 84)
Artinya:
“(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan yang terhadap
rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati
perubahan bagi ketetapan Kami itu”
Surat Al-Ahzab [33]: 38
Artinya:
“Tidak ada suatu keberatan pun atas nabi tentang apa yang telah ditetapkan
Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya
pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu
suatu ketetapan yang pasti berlaku”.
Artinya:
“Dan tidak ada sesesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanah
(sumber)-nya dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran-
ukuran yang tertentu”.
3. Ketentuan Sunatullah
Sunnatullah adalah hubungan ilmiah, dan dapat diterangkan secara
ilmiah dan logika
Sunnatullah adalah hukum kausal, hubungan sebab akibat yang
terjadi di alam, yang dapat diterangkan secara ilmiah. Misalnya seseorang
sakit, kemudian dia (si sakit) memakan obat, lantas sembuh. Ini adalah
sunnatullah, hubungan sebab akibat, jika makan obat maka bakteri penyebab
sakit akan mati dan, penyakit yang disebabkan oleh bakteria tersebut akan
hilang atau sembuh. Jika tidak makan obat kemungkinan sembuh dengan
segera itu kecil.
Dengan mengetahui hubungan sunnatullah di alam di alam maka kita
harus tidak meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan si sakit, tetapi
tetap Allah swt karena dengan sunnatullah yang berlaku dialamlah yang
menyebabkan si sakit sembuh setelah makan obat. Obat disini hanyalah
usaha manusia. Dengan makan obat maka hubungan sebab akibat berlaku,
dan menyembuhkan si sakit.
Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur, diperhitungkan dan diramalkan
Dengan mengetahui adanya sunnatullah di alam kita dapat
membedakan mana ramalan atau prediksi ilmiah dengan ramalan yang
menyebabkan syirik. Ramalan Cuaca, Ramalan akan terjadi Gerhana
matahari, adalah contoh-contoh ramalan prediksi ilmiah yang didapat
melalui penelitian dan perhitungan ilmiah. Tetapi jika ramalan nasib
memakai kartu, ramalan nasib dengan bintang berdasarkan tanggal lahir,
astrologi adalah contoh-contoh ramalan yang dapat jatuh kepada
kemusyrikan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Baghdadi, Abdurrahman. Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik &
Tari. Gema Insani Press. Jakarta. 1991
Bucaille, Maurice. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel AL-Quran Sain. Mizan
Bandung. 1998.
Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Dep Dik Bud.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka .Jalarta 1999.
Endang Saifuddin Anshari. Ilmu Filsafat dan Agama, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1981.