Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DETERMINAN

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada


mata kuliah Aljabar Linear”

Dosen Pengampu :
Ir. Agus Purwoto, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 7 Kelas 1D32

1. Andi Aulia Huseng (112111891)


2. Baiq Ajwa Suswantari (112111949)
3. Fajar Malik Noor Ahmad (112112037)

PROGRAM STUDI D-III POLITEKNIK STATISTIKA STIS


TAHUN AJARAN 2021/2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Matriks ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak Ir. Agus Purwoto, M.Si selaku dosen pengampu
untuk mata kuliah Aljabar Linear. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Matriks” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Agus Purwoto,M.Si.


selaku dosen mata kuliah Aljabar Linear yang telah membimbing kami sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni melalui tugas pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 27 Agustus 2021

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Pengertian Matriks.........................................................................................2

2.2 Jenis Matriks...................................................................................................2

2.3 Operasi Matriks..............................................................................................6

2.4 Sifat-Sifat Operasi Matriks.............................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

3.1 Kesimpulan...................................................................................................10

3.2 Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Determinan merupakan suatu konsep penting dalam mencari invers suatu


matriks bujur sangkar. Secara umum berkembang paradigma bahwa determinan
merupakan selisih dari hasil kali diagonal-diagonal pada suatu matriks. Sejauh ini
determinan selalu dikaitkan dengan matriks bujur sangkar karena yang memiliki
diagonal-diagonal hanya pada matriks tersebut. Walaupun dalam menentukan
suatu determinan banyak pendekatan yang dapat digunakan di antaranya dengan
aturan creamer, ekspansi kofaktor, definisi permutasi, bahkan dengan pendekatan
geometri (Suherman, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu permutasi dan hasil kali elementer?


2. Apa itu determinan?
3. Bagaimana sifat-sifat determinan?
4. Apa saja teknik penghitungan determinan?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui permutasi dan hasil kali elementer


2. Untuk mengetahui apa itu determinan
3. Untuk mengetahui sifat-sifat determinan
4. Untuk mengetahui teknik penghitungan determinan

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian permutasi dan hasil kali elementer

Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah
susunan bilangan-bilangan bulat ini menurut aturan tertentu “tanpa
menghilangkan” “tanpa mengurangi” bilangan bulat tersebut.
Contoh 1.
 Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1).
 Permutasi dari {1,2,3} adalah (1,2,3), (3,1,2), (2,3,1), (2,1,3),
(1,3,2), dan (3,2,1).
Dari definisi permutasi,apabila ada 4 bagian,maka banyaknya permutasi
adalah 24 buah. Hal ini dapat di hitung dari rumus n. Dapat dilihat untuk n =
2,maka ada 2 permutasi.Untuk n = 3,maka ada 6 = 3.2.1 permutasi.Untuk n =
4,maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi.
Contoh 2.
Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut :
a. (6,5,3,1,4,2)
b. (2,4,1,3)
c. (1,2,3,4)
Penyelesaian :
 Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12
 Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3
 Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini
Dalam permutasi,di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan
bulat yang lebih besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil.
Contoh 3.
Hitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3).caranya sebuah berikut :

vi
 Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j 1 = 2 dan
mengikuti (yaitu j3 = 1),dapat di lihat pada permutasi
(2,4,1,3).Dalam permutasi tersebut j1 = 2 , j2 = 4, j3 = 1, dan j4 = 3.
 Banyak nya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j 2 = 4 dan
mengikutinya,ada dua ( yaitu j3 = 1 dan j4 = 3).
 Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j3 = 1 dan
mengikutinya adalah nol.
 Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0
=3
Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam
permutasi tersebut genap.Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi
ganjil jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil.
Contoh 4.
Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi dalam
permutasi tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah permutasi
genap. tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari {1,2,3}
sebagai genap atau ganjil

Permutasi Jumlah Inversi klasifikasi


(1,2,3) 0 Genap
(1,3,2) 1 Ganjil
(2,1,3) 1 Ganjil
(2,3,1) 2 Genap
(3,1,2) 2 Genap
(3,2,1) 3 Ganjil

Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil


perkalian elemen-elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang
sama.
Contoh 5.
Hasil kali elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a31 a22 a43 a14.

a11 a12 a13 a14

vii
a21 a22 a23 a24
a31 a32 a33 a34
a41 a42 a43 a44

Sementara itu ,a11,a12,a23,a34 adalah bukan hasil perkalian elementer sebab


bentuk a11,a12,a23,a34 mempunnyai elemen pada baris yang sama,yaitu elemen a11
dan a12 terletak pada baris yang sama. Cara mencari seluruh hasil perkalian
elementer dalam matriks A yang berukuran n x n adalah sebagai berikut.
1. Tulislah bentuk a1.,a2.,a3.,....,an.
2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi (j1 ,j2, j3, ....
jn) maka tentulah di dapat n. Hasil perkalian elementer.
Contoh :
a11 a12 a13
Dipunyai matriks a = a21 a22 a23
a31 a32 a33

maka kita tuliskan a1.,a2.,a3. Dan permutasi-permutasi dari n = 3 adalah :


(1,2,3,) (2,1,3) (3,1,2)
(1,3,2) (2,3,1) (3,2,1)
Hasil perkalian elemennya adalah :
(1,2,3) a11 a22 a33
(2,1,3) a12 a21 a33
Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil
perkalian elementer (a1.,a2.,...an) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasi nya
genap dan dikalikan dengan – 1 jika permutasinya ganjil.
Contoh :
Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari a 11
a23 a 32 adalah – a11 a23 a32 (karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2) yang
merupakan permutasi ganjil.
A adalah matriks bujur sangkar.Determinan matriks A yang di simbolkan det
(A) dapat di definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer
bertanda dari matriks A.

viii
Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk :
Det(A) = ∑ ± a1j1 a2j2 a3j3 . . .an jn
(j1j2jn)

2.2 Pengertian determinan

Determinan merupakan suatu konsep penting dalam mencari invers suatu


matriks bujur sangkar. Secara umum berkembang paradigma bahwa determinan
merupakan selisih dari hasil kali diagonal-diagonal pada suatu matriks. Sejauh ini
determinan selalu dikaitkan dengan matriks bujur sangkar karena yang memiliki
diagonal-diagonal hanya pada matriks tersebut.
Walaupun dalam menentukan suatu determinan banyak pendekatan yang
dapat digunakan di antaranya dengan aturan creamer, ekspansi kofaktor, definisi
permutasi, bahkan dengan pendekatan geometri (Suherman, 2010). Namun dalam
banyak referensi pembahasan determinan matriks masih banyak yang terfokus
pada matriks bujur sangkar saja. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, bahwa
penelitian secara detail tentang determinan untuk matriks non-bujur sangkar masih
sangat jarang dilakukan.

2.3 Sifat-sifat determinan

2.3.1 Jika A adalah sebarang matriks bujursangkar, maka :

det A = det At

−6 1 5

Contoh : Diketahui Matriks


A= 3 −2 7
−8 4 −1 [ ]
−6 3 −8

Maka Transpos dari Matriks A adalah


A = 1 −2 4
5 7 −1
t

[ ]

ix
6 1 5
det A  3 2 7 
8 4 1

2 7 3 7 3 2
(6)  (1)  (5)
4 1 8 1 8 4

 ( 6)(2  28)  ( 1)( 3  56)  (5)(12  16)  83

6 3 8
det At  1 2 4 
5 7 1

2 4 1 4 1 2
( 6)  (3)  (8)
7 1 5 1 5 7

 ( 6)(2  28)  (3)( 1  20)  ( 8)(7  10)  83

Dari penyelesaian di atas, diperoleh bahwa det A = det At


2.3.2 Jika A dan B adalah dua matriks berukuran n x n, dan k adalah sebarang
skalar, maka :
(i) det (A + B) ≠ det A + det B
(ii) det (kA) = k n det A

Contoh : Diberikan dua buah matriks, A dan B

1 2 1 −2 0 5

[
A= −2 −4 −3
3 5 0 ] [
B= −3 −1 3
4 6 7 ]

x
1 2 1 −2 0 5 −1 2 6

3 5 [
A +B= −2 −4 −3 + −3 −1 3 = −5 −5 0
0 4 6 7 7 11 7 ][ ][ ]
1 2 1
det A  2 4 3 

3 5 0

4 3 2 3 2 4
(1)  ( 2)  (1)
5 0 3 0 3 5

 (1)(0  15)  (2)(0  9)  (1)(10  12)  1

2 0 5
det B  3 1 3 
4 6 7

1 3 3 3 3 1
( 2 )  (0)  (5)
6 7 4 7 4 6

 (2)(7  18)  (0)(21  12)  (5)(18  4)  20

det A + det B = − 1 − 20 = −21

1 2 6
det( A  B )  5 5 0 
7 11 7

5 0 5 0 5 5
( 1)  ( 2)  (6)
11 7 7 7 7 11

xi
=(−1 )(−35−0 )−(2 )(−35−0 )+(6 )(−55+35 )=−15

Maka diperoleh det (A + B)  det A + det B

Sekarang dimisalkan k = 5 dan dikalikan dengan matriks A,


maka akan diperoleh :

 1 2 1  5 10 5
   
kA  5  -2 -4 -3   10 20 15
   
 3 5 0  15 25 0

5 10 5
det(5 A)  10 20 15 

15 25 0

20 15 10 15 10 20


(5)  (10)  (5)
25 0 15 0 15 25

 (5)(0  375)  (10)(0  225)  (5)(250  300)  125

Karena matriks A adalah matriks berukuran 3 x 3, maka


kn det A = 53 (-1) = -125
Maka diperoleh bahwa det (5A) = 53 det A = 125 det A.

2.3.3 Jika A dan B adalah matriks bujursangkar yang ukurannya sama, maka :

det (AB) = det A det B

Contoh : Diberikan Matriks A dan B

xii
1 3 0 3 −1 4

[
A= 4 6 −1
−5 0 2 ] [
B= −2 0 6
1 5 −3 ]
1 3 0 3 −1 4

[
AB= 4 6 −1 −2 0 6
−5 0 2 1 5 −3 ][ ]
(1)(3 )+(3)(−2)+(0)(1) (1)(−1)+(3)(0)+(0 )(5) (1 )(4 )+(3 )(6)+(0)(−3)

[
= ( 4 )(3)+(6)(−2)+(−1)(1) (4)(−1)+(6)( 0)+(−1)(5 ) ( 4)(4)+(6)(6 )+(−1)(−3)
(−5)(3)+(0 )(−2)+(2)(1) (−5)(−1)+(0)(0)+(2 )(5) (−5 )(4)+(0 )(6 )+(2)(−3)
−3 −1 22
]
[
= −1 −9 55
−13 15 −26 ]
1 3 0
det A  4 6 1 6 1 4 1 4 6

5 0 2 0 2  (3) 5 2 5 0
= (1) + (0)

= (1)(12  0)  (3)(8  5)  (0)(0  30)  3

3 1 4
det B  2 0 6 0 6 2 6

1 5 3 5 3 1 3
= (3)  (1)  (4)

2 0
1 5

 (3)(0  30)  (1)(6  6)  (4)(10  0)  130

xiii
3 1 22
det( AB )  1 9 55 9 55 1 55

13 15 26 15 26 13 26


= (3)  (1)

1 9
13 15
+ (22)

 (3)(234  825)  (1)( 26  715)  ( 22)(15  117)  390

Maka dari penjabaran di atas dapat diperoleh hasil :

det (AB) = (det A)(det B)


2.3.4 Jika A adalah matriks diagonal, maka :

det A = a11 × a22 × a33 × … × ann

Dengan kata lain, determinan A adalah semua perkalian bilangan yang


berada pada diagonal utama.
−2 0 0
Contoh : Matriks A = 0 5 0
[
0 0 −3 ]
Sehingga determinan A = −2 × 5 × −3 = 30

2.3.5 Jika matriks A dapat dibalik (invertible) atau mempunyai invers, maka :

det ( A−1) = 1 ÷ det (A)

Contoh : Diketahui Matriks A = [ 17 −42 ]


Maka dapat dapat dicari determinan A−1 dengan :
1/ (1×2)−(−4×7) = 1/30

xiv
2.3.6 Jika A adalah matriks persegi yang memuat baris nol atau kolom nol,
maka :

det(A) = 0

0 7 −1 0 0 0

[ ]
Contoh : Matriks A = 0 5 3 dan matriks B = 8 −4 1
0 2 4 11 2 −3 [ ]
Maka determinan dari matriks A dan matriks B akan bernilai 0

2.3.7 Jika A adalah matriks persegi dengan memuat baris atau kolom yang
saling berkelipatan, maka :

det (A) = 0

Contoh : Jika matriks A = [−53 −15


9 ]
Maka det (A) = (−5×9)−(−15×3) = −45−(−45) = 0

Dapat diperhatikan bahwa kolom kedua pada matriks A merupakan


kelipatan tiga dari kolom pertama. Maka berlaku sifat det (A) = 0.

2.3.8 Misalkan A adalah matriks persegi, kemudian A kita kenakan Operasi


Baris Elementer maka berlaku :

(i) Jika A* diperoleh dari A dengan cara mengalikan satu baris dari A
dengan sembarang bilangan k selain 0, maka
det (A*) = k × det (A)
(ii) Jika A* diperoleh dari A dengan cara menukar posisi baris ataupun
kolom, maka
det (A*) = −det (A)
(iii) Jika A*diperoleh dari A dengan cara menjumlahkan satu baris
dengan kelipatan baris lain, maka
det (A*) = det (A)

xv
2.4 Teknik Perhitungan Determinan

2.4.1 Cara Sarrus

Metode sarrus atau juga sering orang menyebutnya metode anyaman


(Basketweave Method) adalah jalan alternatif dalam menghitung determinan
dari matriks 3 x 3. Determinan matriks dengan metode sarrus dapat
ditentukan dengan menuliskan kembali komponen matriks A dan
menambahkan 2 kolom pada sebelah kanan yang berisi elemen 2 kolom
pertama pada matriks. Kemudian determinan diperoleh dengan perkalian
silang pada diagonal turun (+) dan perkalian silang pada diagonal naik (-).

¿abc
[ ]
jika matriks A = ¿ d e f
¿ ghi

¿abc
[ ]
maka det(A) = |A|= ¿ d e f
¿ ghi

= (aei + bfg+cdh) - (ceg+afh+bdi).

2.4.2 Cara Ekspansi Kofaktor

Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan


mengalikan elemen – elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor
– kofaktornya dan menambahkan hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, maka
det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj (ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke –
j) Dan det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin (ekspansi kofaktor sepanjang baris
ke – i)

Bila A adalah sebuah matriks bujursangkar, maka minor elemen aij


(disimbolkan dengan Mij) didefinisikan sebagai determinan dari submatriks
yang ada setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari A. Nilai (-1) i+j Mij
ditulis sebagai Cij dan dinamakan sebagai kofaktor elemen aij.

Jadi, Cij = (-1)i+jMij

xvi
Tanda untuk Cij dapat digambarkan dari posisinya pada matriks berikut
+¿−¿+¿−¿+¿ ⋯

[ −¿+¿−¿+¿−¿ ⋯
+¿−¿+¿−¿+¿ ⋯ ⋮¿⋮¿⋮¿⋮¿¿
−¿+¿−¿+¿−¿ ⋯
¿
]
Teorema dari cara ekspansi kofaktor adalah Apabila diberikan matriks
A yang berukuran nxn, maka determinan matriks A dapat dihitung dengan
menggunakan:
 Expansi kofaktor sepanjang
kolom j:
det(A) = a1jC1j + a2jC2j +...+ anjCnj
 Expansi kofaktor sepanjang
baris i:
det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2+...+ ainCin
Contoh:

¿ 12 1
[
Diketahui A = ¿−1 3−3
¿ 2−2 1 ]
¿ 12 1
Maka M32 = det ¿−1 3−3
¿ 2−2 1 [ ] = det
¿1 1
[ ¿−1−3 ]
= (1)(-3) – (1)(-1)

= -3+1 = -2

Jadi, C32 = (-1)3+2 M32 = (-1)(-2) = 2

2.4.3 Cara Reduksi Baris / Kolom

Reduksi Metode ini digunakan untuk menghindari perhitungan yang


panjang dalam penerapan definisi determinan secara langsung. Determinan

xvii
suatu matriks dapat dihitung dengan mereduksi matriks tersebut dalam
bentuk eselon baris. Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap
setelah baris ke – i dan kolom ke – j dicoret dari A . Dinyatakan dengan |
Mij|.Sedangkan bilangan (-1) i+j |Mij| dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor.
Cara ini bertujuan untuk mengubah matrik tersebut menjadi matrik
diagonal/segitiga atas/segitiga bawah agar mudah dihitung determinannya.
Untuk mengaplikasikan teknik penghitungan determinan dengan cara
reduksi baris/ kolom maka perlu diketahui beberapa teorema dan sifat terkait
determinan.
Jika A adalah matriks persegi yang mengandung sebaris bilangan nol,
maka det(A) = 0

det(A) = det (AT)

Jika A adalah matriks segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali


entri-entri pada diagonal utama.

det(A) = a11a22...ann

Misalkan A adalah matriks n x n, maka :

(a) Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila baris tunggal A


dikalikan oleh konstanta k, maka det (A’) = k det (A)

(b) Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila 2 baris A


dipertukarkan, maka det(A’)=-det(A)

(c) Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila kelipatan satu baris A
ditambahkan pada baris lain, maka det (A’) = det (A)

k a11 k a12 k a13 a 11 a12 a13

| a 21
a 31
a22
a32 ||
a23 =k a 21 a22 a23
a33 a 31 a32 a33 |
a11 a12 a 13 a11 a12 a 13

|
a31 a32 a 33
a 21 a22 a 23 ||
=− a21 a22 a 23
a31 a32 a 33 |
xviii
a11 +k a31 a12+ k a32 a13 +k a 33 a11 a12 a13

| a21
a31
a22
a32 ||
a23 = a 21 a22 a 23
a33 a 31 a32 a33 |
k a11 k a12 k a13 a11 a12 a13

|k a31 k a32 k a33


3

||
k a21 k a22 k a23 =k a21 a22 a23
a31 a32 a33 |
Anggap A, B, dan C adalah matriks nxn yang berbeda hanya pada salah
satu barisnya, katakanlah beris ke –r, dan anggap baris ke-r dari C bisa
diperoleh dengan menambahkan anggota-anggota yang berpadanan pada baris
ke-r dari A dan B. Maka:

Det ( C ) = det (A) + det ( B )

Hasil yg sama berlaku untuk kolom

Jika matriks A dapat dibalik, maka

1
det ( A−1 ) =
det ⁡( A)

xix
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

xx
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. 2000. Dasar-Dasar Aljabar Linear (terj. Hari Suminto).


Interaksara: Jakarta.

Azhar, W. Y., Supriyadi, dan Y. Yanitasari. 2017. Kriptanalisis Hill Cipher


Terhadap Known Plaintext Attack Menggunakan Metode Determinan
Matriks Berbasis Android. Jurnal SIMETRIS. Vol. 8. No. 2. 579 – 592.

Fauzijah, A., Ira Fitriani W (2004) "Visualisasi Aljabar Matriks sebagai Alat
Bantu Pembelajaran", Proceedings Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi, Yogyakarta, 19 Juni, hal. B57-B62.

Nur, A.S., 2014. Konsep Determinan Pada Matriks Nonbujur Sangkar. Jurnal
Magistra. Vol. 2 No. 1. Hal 176 – 185.
Profematika. 2019. 10 Sifat Determinan dan Reduksi Baris Beserta Contohnya.
Rizal. 2021. Determinan Matriks. https://kabarkan.com/determinan-matriks/.
Diakses pada 5 September 2021 pukul 19.10.
Suherman. 2010. Pendekatan Geometri untuk Determinan. Jurnal Mutiara Ilmu.
Vol. 5. No. 1. Hal 30 – 34.
https://www.profematika.com/10-sifat-determinan-dan-reduksi-baris-beserta-
contohnya/. Diakses pada 5 September 2021 pukul 19.27

xxi

Anda mungkin juga menyukai