“Matriks 3”
Dosen Pengampu:
Drs. Yasifati Hia, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 4 - Aljabar Linear Elementer
Isaura Maria Asumta Silaban (4211111020)
Melky Djetro Sinaga (4213311064)
Muhammad Dermawan Siregar (4213311030)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun topik materi yang dibahas dalam makalah ini yaitu “Determinan
Matriks”. Kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Aljabar Linear Elementer yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, apabila
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami meminta
maaf karena sesungguhnya pemahaman dan kemampuan kami masih terbatas.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi menyempurnakan tulisan ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca khususnya para mahasiswa. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Kelompok 4-PSPM D 21
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
elementer (OBE), operasi kolom elementer (OKE), dan gabungan dari OBE
dengan ekspansi kofaktor tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, terlihat bahwa betapa pentingnya
suatu perhitungan determinan matriks untuk ordo yang besar. Oleh karena
itu, dalam makalah ini penulis mengambil judul “Matriks 3” yang
membahas tentang determinan matriks.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
merupakan hasil penjumlahan elemen-elemen baris ke-r pada matriks A
dan B, maka:
Contoh:
Diketahui matriks-matriks berikut
0 1 5 0 1 5 0 1 5
𝐴 = [2 −4 6] , 𝐵 = [2 −4 6] , 𝐶 = [2 −4 6 ]
1 −2 6 1 0 6 2 −2 12
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa matriks A, B, dan C hanya berbeda pada baris ketiga,
dan elemen-elemen baris kketiga pada matriks C merupakan
penjumlahan elemen-elemen baris ketiga pada matriks A dan B, sehingga
0 1 5 0 1 5
|2 −4 6 | = | 2 −4 6 |
2 −2 12 1 + 1 −2 + 0 6 + 6
0 1 5 0 1 5
= |2 −4 6 | + |2 −4 6|
2 −2 12 2 0 6
8 = −6 + 14
Atau det(𝐶) = det(𝐴) + det(𝐵)
4
d) Determinan Invers Suatu Matriks
Tidak semua matriks bujursangkar mempunyai invers (invertible).
Teorema berikut ini menunjukkan bagaimana mengetahui suatu matriks
mempunyai invers atau tidak.
Contoh:
1 2 3
Tentukan invers dari matriks 𝐴 = [4 5 6]
7 2 9
Penyelesaian:
Determinan matriks A yang diberikan adalah
1 2 3
det(𝐴) = [4 5 6] = (1). 33 − 2(−6) + 3(−27)
7 2 9
= −36
Minor dari matriks A
1 2 3
5 6
𝑀11 = [4 5 6] = [ ] = (3. (−4) − (0.4) = 33
2 9
7 2 9
1 2 3
4 6
𝑀12 = [4 5 6] = [ ] = (−2. (−4) − (0. −3) = −6
7 9
7 2 9
5
1 2 3
4 5
𝑀13 = [4 5 6] = [ ] = (−2. (−4) − (3.3) = −27
7 2
7 2 9
1 2 3
2 3
𝑀21 = [4 5 6] = [ ] = (2. (−4) − (1.4) = −4
2 9
7 2 9
1 2 3
1 3
𝑀22 = [4 5 6] = [ ] = (1. (−4) − (2.3) = 12
7 9
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀23 = [4 5 6] = [ ] = (1. (4) − (2. (−3)) = −12
7 2
7 2 9
1 2 3
2 3
𝑀31 = [4 5 6] = [ ] = (2. (0) − (−1.3) = −12
5 6
7 2 9
1 2 3
1 3
𝑀32 = [4 5 6] [ ] = (1.0) − ((−1). 3) = −3
4 6
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀32 = [4 5 6] [ ] = (1.0) − ((−1). (−2)) = −6
4 5
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀33 = [4 5 6] [ ] = (1.3) − ((2). (−2)) = −3
4 4
7 2 9
33 6 −27
Kofaktor 𝐴 = [−12 −12 12 ]
−3 6 −3
Lalu, cari adjint dari matriks dengan mengambil transpos kofaktor dari
matriks yang diberikan.
33 6 −27 𝑡 33 −12 −3
𝑎𝑑𝑗 (𝐴) = [−12 −12 12 ] = [ 6 −12 6 ]
−3 6 −3 27 12 −3
1
Jadi, invers dari matriks yang diberikan adalah 𝐴−1 = det(𝐴) . 𝑎𝑑𝑗 (𝐴)
−11 1 1
12 3 12
1 1 1
𝐴−1 = − −
6 3 6
3 1 1
[ 4 − ]
3 12
6
2.2 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor
Teorema 2.2.1 Ingat bahwa matriks 2 × 2
𝑎 𝑏
𝐴=[ ]
𝑐 𝑑
Dapat dibalik jika dan hanya jika 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0 dan pernyataan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
dinyatakan sebagai determinan dari matriks A. ingat juga bahwa
determinannya dilambangkan dengan tulisan
𝑑 −𝑏
det(𝐴) = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 | | = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
−𝑐 𝑎
dan invers dari A dapat dinyatakan dalam determinan sebagai
1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ]
det(𝐴) −𝑐 𝑎
Salah satu tujun utama dalam materi ini adalah untuk mendapatkan
analog dari rimus (2) yaitu berlaku matriks kuadrat dari semua ordo. untuk
itu kita akan mnggunakan entri subsscrupt saat menulis matriks atau
determinan jika kita akan menyatakan A 2 × 2 matriks sebagai
𝑎11 𝑎12
𝐴 = [𝑎 ]
21 𝑎22
dalam situasi dimana tidak yakin meletakkan suatu nama ke matriks kita
dapat menyatakan denngan rumus sebagai
𝑎11 𝑎12
𝑑𝑒𝑡 [𝑎 ] = 𝑎11 𝑎22 − 𝑎12 𝑎21
21 𝑎22
7
a) Menentukan Minor dan Kofaktor
Definisi 1. Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar, maka minor dari
entri 𝑎𝑖𝑗 , dinyatakan dengan 𝑀𝑖𝑗 , adalah determinan dari submatriks A
dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j, sedangkan kofaktor
dari entri 𝑎𝑖𝑗 dinyatakan dengan 𝐶𝑖𝑗 = (−1)𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
Misal:
3 1 −4
𝐴 = [2 5 6]
1 4 8
Minor dari entri 𝑎11 adalah
3 1 −4
5 6
𝑀 = [2 5 6 ]| | = 16
4 8
1 4 8
Sehingga Kofaktor dari 𝑎11 adalah
𝐶11 = (−1)1+1 𝑀11 = 16
Demikian pula entri dari 𝑎32 adalah
3 1 −4
3 −4
𝑀32 = [2 5 6 ]| | = 26
2 6
1 4 8
Sehingga Koefaktor dari 𝑎32 adalah
𝐶32 = (−1)3+3 𝑀32 = −26
Catatan. Antara minor dan koefaktor hanya beda tanda, yaitu 𝐶𝑖𝑗 = ±𝑀𝑖𝑗
Contoh:
1 2 −1
Tentukanlah minor dan kofaktor martiks 𝐴 = [−2 0 3 ]
−3 4 −4
Penyelesaian:
Misalkan
8
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝑎
𝐴 = ( 21 𝑎22 𝑎23 )
𝑎31 𝑎32 𝑎33
Maka
1 2 −1
𝐴 = [−2 0 3 ]
−3 4 −4
9
b) Ekspansi Kofaktor
Pola dari Sebuah matriks 2 × 2 = [𝑎𝑖𝑗 ] adalah
+ −
[ ]
− +
Sehingga
𝐶11 = 𝑀11 = 𝑎22 𝐶11 = 𝑀11 = 𝑎22
𝐶21 = −𝑀21 = −𝑎12 𝐶22 = 𝑀22 = 𝑎11
Kita menggunakan rumus (3) untuk membenarkan det(a) dapat
dinyatakan dalam kofaktor dalam empat cara berikut
10
(kolom) dengan kofaktornya dan menjumahkannya, untuk seriap
1 ≤ 𝑖, 𝑗 ≤ 𝑛, maka:
(i) Ekspensi kofaktor sepanjang baris ke-i adalah
𝑛
11
e) Menentukan Determinan Matriks 𝟒 × 𝟒
Jika A adalah Matriks berordo 𝟒 × 𝟒
1 0 0 −1
3 1 2 2
𝐴=[ ]
1 0 −2 1
2 0 0 1
Kemudian untuk menentukan det(A) akan lebih mudah menggunaab
ekspensi kofaktor sepanjang kolom kedua, karena memiliki nol paling
banyak. sehingga
1 0 −1
det(𝐴) = 1. |1 −2 1 |
2 0 1
untuk determinan matriks 3x3, akan lebih mudah menggunakan ekspensi
kofaktor sepanjang kolom kedua, karena memiliki nilai nol paling
banyak. sehingga
1 −1
det(𝐴) = 1. (−2). | | = −2(1 + 2) = −6
2 1
12
Teorema Aturan Cramer. Jika 𝐴𝑥 = 𝑏 adalah sistem dengan n persamaan
linear dalam n yang tidak diketahui sehingga det(𝐴) ≠ 0, maka sistem
tersebut memiliki solusi unik, solusi ini adalah
det(𝐴)1 det(𝐴)2 det(𝐴)𝑛
𝑥1 = , 𝑥2 = , … , 𝑥𝑛
det 𝐴 det 𝐴 det 𝐴
Dimana A adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti entri
dalam kolom ke-j dari A ke dalam entri matriks
𝑏1
𝑏
𝑏 = [ 2]
⋮
𝑏𝑛
Dimana:
A = matriks koefisien (matriks kuadrat)
X = matriks kolom dengan variabel
b = matriks kolom dengan konstanta
Pembuktian : jika det(𝐴) ≠ 0, maka A dapat dibalik, dan dari teorema
1.6.2 𝑥 = 𝐴−1 𝑏 adalah solusi unik dari 𝐴𝑥 = 𝑏, sehingga
𝐶11 𝐶12 ⋯ 𝐶1𝑛 𝑏1
1 1 𝐶 𝐶22 ⋯ 𝐶2𝑛 𝑏2
𝑥 = 𝐴−1 𝑏 = 𝐴𝑑𝑗(𝐴)𝑏 = [ 21 ][ ]
det(𝐴) det(𝐴) ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝐶𝑛1 𝐶𝑛2 ⋯ 𝐶𝑛𝑛 𝑏𝑛
Mengalikan matriks, menghasilkan
𝑏1 𝐶11 𝑏2 𝐶12 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶1𝑛
1 𝑏1 𝐶21 𝑏2 𝐶22 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶2𝑛
𝑥= [ ]
det(𝐴) ⋮ ⋮ ⋮
𝑏1 𝐶𝑛1 𝑏2 𝐶𝑛2 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑛
Sehingga, entri pada baris ke-f jadi x adalah
𝑏1 𝐶1𝑗 + 𝑏2 𝐶2𝑗 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑗
𝑥𝑗
det(𝐴)
Sekarang misalkan
𝑎11 𝑎12 ⋯ 𝑎1𝑗−1 𝑏1 𝑎1𝑗+1 ⋯ 𝑎1𝑛
𝑎21 𝑎22 ⋯ 𝑎𝑗−1 𝑏2 𝑎2𝑗+1 ⋯ 𝑎2𝑛
𝐴𝑗 = [ ⋮ ⋮ ⋮ ][ ⋮ ⋮ ⋮ ]
𝑎𝑛1 𝑎𝑛2 ⋯ 𝑎𝑗−1 𝑏𝑛 𝑎𝑛𝑗+1 ⋯ 𝑎𝑛𝑛
Karena 𝐴𝑗 berbeda dari A hanya pada kolom ke-j, maka kofaktor dari
entri, 𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏, dalam A adalah sama dengan kofaktor dari entri-entri
13
yang bersesuaian pada kolom ke-A, ekspansi kofaktor dari det(𝐴)
sepanjang kolom ke-j adalah
det(𝐴𝑗 ) = 𝑏1 𝐶1𝑗 + 𝑏2 𝐶2𝑗 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑗
det(𝐴𝑗 )
𝑥𝑗 = (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
det(𝐴)
Dimana :
𝑎1 𝑏1
Matriks koefisien (𝐴) = [ ]
𝑎2 𝑏2
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑐1
Matriks konstan 𝑏 = [𝑐 ]
2
𝑎1 𝑏1
𝐷 = |𝐴| = [ ] = 𝑎1 𝑏2 + 𝑎2 𝑏1
𝑎2 𝑏2
𝑐1 𝑏1
𝐷𝑥 = [ ] = 𝑐1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1
𝑐2 𝑏2
𝑎1 𝑐1
𝐷𝑦 = [𝑎 𝑐 ] = 𝑎1 𝑐2 + 𝑎2 𝑐1
2 2
14
Solusi :
Tuliskanlah persamaan ke dalam bentuk persamaan linear dalam bentuk
𝐴𝑋 = 𝑏
2 −1 𝑥 5
[ ][ ] = [ ]
1 1 𝑦 4
Dimana,
2 −1
Matriks koefisien (𝐴) = [ ]
1 1
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
5
Matriks konstan (𝑏) = [ ]
4
Cari determinan matriks 𝐴(𝐷 = |𝐴|)
2 −1
𝐷 = |𝐴| = [ ] = 5(1) − (−1)(4) = 9
1 1
Karena nilai determinan dari matriks A = 9, maka sistem persamaan yang
diberikan memiliki solusi yang unik.
5 −1
𝐷𝑥 = | | = 5(1) − (−1)(4) = 9
4 1
2 5
𝐷𝑦 = | | = 2(4) − (5)(1) = 3
1 4
Maka, didapat
𝐷𝑥 9
𝑥= = =3
𝐷 3
𝐷𝑦 3
𝑦= = =1
𝐷 3
15
Dimana :
𝑎1 𝑏1 𝑐1
Matriks koefisien (𝐴) = [𝑎2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑐3
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑧
𝑑1
Matriks (𝑏) = [𝑑2 ]
𝑑3
𝑎1 𝑏1 𝑐1
𝐷 = |𝐴| = [𝑎2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑐3
𝑑1 𝑏1 𝑐1
𝐷𝑥 = [𝑑2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑑3 𝑏3 𝑐3
𝑎1 𝑑1 𝑐1
𝐷𝑦 = [𝑎2 𝑑2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑑3 𝑐3
𝑎1 𝑏1 𝑑1
𝐷𝑦 = [𝑎2 𝑏2 𝑑2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑑3
Variabel x dan y didapat dengan membagi determinan matriks
𝐷𝑥 𝐷𝑦 𝐷𝑧
𝑥= ,𝑦 = ,𝑧 =
𝐷 𝐷 𝐷
Contoh :
Selesaikanlah sistem persamaan linear tiga variabel berikut menggunakan
aturan cramer.
𝑥+𝑦+𝑧 = 6
𝑦 + 3𝑧 = 11
𝑥−2+𝑧
Penyelesaian
Tuliskan persamaan ke dalam bentuk persamaan linear dalam
bentuk𝐴𝑋 = 𝑏
1 1 1 𝑥 6
[0 1 3] [𝑦] = [11]
1 −2 1 𝑧 0
16
Dimana,
1 1 1
Matriks koefisien (𝐴) = [0 1 3]
1 −2 1
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑧
6
Matriks konstan (𝑏) = [11]
0
Cari determinan matriks 𝐴 (𝐷 = |𝐴|)
1 1 1
𝐷 = |𝐴| = |0 1 3| = 1(1 + 6) − 1(0 − 3) + 1(0 − 1) = 9
1 −2 1
Karena nilai determinan dari matriks 𝐴 = 9, maka sistem
persamaan yang diberikan memiliki solusi yang unik.
6 1 1
𝐷𝑥 = |11 1 3| = 6(1 + 6) − 1(11 − 0) + 1(−22 − 0) = 9
0 −2 1
1 6 1
𝐷𝑦 = |0 11 3| = 1(11 − 0) − 6(0 − 3) + 1(0 − 11) = 18
1 0 1
1 1 6
𝐷𝑧 = |0 1 11| = 1(0 + 22) − 1(0 − 11) + 6(0 − 1) = 27
1 −2 0
Maka, didapat
𝐷𝑥 9
𝑥= = =1
𝐷 9
𝐷𝑦 18
𝑦= = =2
𝐷 9
𝐷𝑧 27
𝑧= = =3
𝐷 9
17
dalam menentukan determinan matriks yang memiliki ordo 𝑛 ×
𝑛 dengan 𝑛 ≥ 3.
Kondensasi CHIO menyusutkan determinan matriks ordo 𝑛 ×
𝑛 menjadi ordo (𝑛 − 1) × (𝑛 − 1) dan dikalikan dengan elemen 𝑎11 . Proses
kondensasi ini berakhir pada determinan matriks ordo 2 × 2. Yang
menggunakan matriks persegi dengan syarat elemen 𝑎11 ≠ 0 . Apabila nilai
elemen 𝑎11 = 0 maka dilakukan proses operasi baris/kolom yaitu
menukarkan baris/kolom pada determinan matriks untuk memperoleh 𝑎11 ≠
0.
Perhatikan untuk matrik dengan ordo 3 × 3. Persamaan yang
digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13
1 |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎23 |
21
det(𝐴) = | 21 22
𝑎13 |
(𝑎11 )3−2 |𝑎11 𝑎12 | |𝑎11
𝑎31 𝑎32 𝑎31 𝑎33 |
Selanjutnya untuk matrik dengan ordo 4 × 4. Persamaan yang
digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14
|𝑎 | | | | 𝑎24 |
21 𝑎22 𝑎21 𝑎23 𝑎21
1 | 𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14 |
det(𝐴) = |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎32 ||
(𝑎11 )4−2
| 31 32 31 33 31
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14
|𝑎 | |𝑎 | |𝑎 𝑎44 |
41 𝑎42 41 𝑎43 41
Contoh Soal:
−2 1 4
1. Hitung determinan matriks 𝐴 = [ 3 −5 2]
5 2 1
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat
18
−2 1 −2 4
1 | | | |
det(𝐴) = | 3 −5 3 2|
(− 2)3−2 |− 2 4| |− 2 4|
5 2 5 1
1 (−5)(−2) − (3)(1) (−2)(2) − (3)(4)
= | |
−2 (−2)(2) − (1)(5) (−2)(1) − (4)(5)
1 7 −16
= | |
−2 −9 −22
1
= ((7(−22) − (−16)(−9))
−2
1
= (−154 − 144)
−2
1
= (−298)
−2
= −149
2 1 6 7
2. Hitung determinan matriks 𝐵 = [3 2 4 5]
4 4 2 3
5 6 1 4
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat
2 1 2 6 2 7
| | | | | |
3 2 3 4 3 5
1 |2 1 2 6 2 7|
det(𝐵) = | | | | | |
(2)4−2 | 4 4 4 2 4 3|
2 1 2 6 2 7
| | | | | |
5 6 5 1 5 4
(2)(2) − (3 − 1) (2)(4) − (3)(6) (2)(5) − (3)(7)
1
= 2 | (2)(4) − (1)(4) (2)(2) − (4)(6) (2)(3) − (7)(4)|
2
(2)(6) − (1)(5) (2)(1) − (6)(5) (2)(4) − (7)(5)
1 1 −10 −11
= |4 −20 −22|
4
7 −28 −27
1 −10 −11
Misal , 𝐶 = |4 −20 −22| diperoleh
7 −28 −27
1 − 10 1 − 11
1 | | | |
det(𝐶) = |4 − 20 4 − 22 |
(1) 3−2 1 − 10 1 − 11
| | | |
7 − 28 7 − 27
19
1 (1)(−20) − (4)(−10) (1)(−22) − (−11)(4)
= | |
1 (1)(−28) − (−10)(7) (1)(−27) − (−11)(7)
20 22
=| |
42 50
= (20 ∙ 50 − 22 ∙ 42)
= 1000 − 924
= 76
1
Jadi, det(𝐵) = 4 det(𝐶)
1
= (76)
4
= 19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, berdasarkan tulisan yang kami buat dengan topic determinan
matriks, maka kami dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sifat-sifat dari fungsi determinan adalah determinan dari perkalian
matriks dengan suatu skalar, penjumlahan matriks, hasil kali matriks, dan
determinan invers suatu matriks.
2. Metode-metode yang digunakan dalam mencari determinan matriks
adalah metode ekspansi kofaktor, metode cramer, dan metode chio.
3. Metode ekspansi kofaktor adalah suatu metode untuk menghitung
determinan dengan menggunakan kofaktor yang mengutamakan
kemampuan berhitung secara manual dan secara teoritis.
4. Metode cramer dalam mencari determinan matriks adalah salah satu
metode untuk menetukan nilai variable dari sistem persamaan linier
dengan menggunakan determinan matriks. Dalam aljabar linear, kaidah
Cramer adalah rumus yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dengan banyak persamaan sama dengan banyak
variabel, dan berlaku ketika sistem tersebut memiliki solusi yang tunggal.
5. Kondensasi CHIO merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam menentukan determinan matriks yang memiliki ordo 𝑛 ×
𝑛 dengan 𝑛 ≥ 3 dan merupakan matriks persegi (matriks yang memiliki
jumlah baris sama dengan jumlah kolom). Metode ini (metode chio)
merupakan jalan keluar yang dapat memudahkan kita untuk menghitung
determinan dari suatu matriks yang memiliki ordo lebih dari sama
dengan 3.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membacanya dan menambah wawasan para pembaca tentang “Determinan
Matriks”. Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan yang memadai dan masih perlu disempurnakan. Dan
21
apabila didalam laporan ini terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
penulisan maupun dalam penyampaian, maka penulis memohon maaf atas
kekurangannya. Penulis juga menerima saran yang membangun dari
pembaca dan bapak dosen sebagai dosen pengampu di mata kuliah “Aljabar
Linear Elementer” agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23