Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER

“Matriks 3”

Dosen Pengampu:
Drs. Yasifati Hia, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 4 - Aljabar Linear Elementer
Isaura Maria Asumta Silaban (4211111020)
Melky Djetro Sinaga (4213311064)
Muhammad Dermawan Siregar (4213311030)

PROGRAM STUDI S1-PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun topik materi yang dibahas dalam makalah ini yaitu “Determinan
Matriks”. Kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Aljabar Linear Elementer yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, apabila
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami meminta
maaf karena sesungguhnya pemahaman dan kemampuan kami masih terbatas.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi menyempurnakan tulisan ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca khususnya para mahasiswa. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2023


Hormat kami,

Kelompok 4-PSPM D 21

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulis ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3


2.1 Sifat-Sifat Fungsi Determinan ...................................................................3

2.2 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor .....................................................7

2.3 Metode Cramer ........................................................................................12

2.4 Metode Chio ............................................................................................17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................21


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................21

3.2 Saran ........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep matriks merupakan salah satu cabang matematika dibidang
aljabar linear. Konsep dari suatu matriks berguna untuk menyelesaikan
permasalahan dalam ilmu matematika modern, salah satunya adalah
penyelesaian permasalahan dengan menggunakan konsep determinan
matriks.
Determinan adalah satu pokok bahasan yang termasuk dalam Aljabar
Linear. Determinan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan Aljabar Linear, antara lain mencari invers matriks,
menentukan persamaan karakteristik suatu permasalahan dalam menentukan
nilai eigen, dan untuk menyelesaikan persamaan linear Determinan
merupakan suatu bilangan real yang didapat dari proses aturan tertentu
terhadap matriks bujur sangkar. Determinan dari sebuah matriks bujur
sangkar A, dinotasikan dengan det 𝐴 atau |𝐴|. Determinan suatu matriks
dapat ditentukan dengan beberapa metode diantaranya metode ekspansi
kofaktor, aturan sarrus, aturan segitiga. Menurut pola entri-entri
penyusunnya, suatu matriks terdiri dari beberapa jenis antara lain matriks
bujur sangkar, matriks nol, matriks diagonal, matriks identitas, matriks
segitiga, matriks simetris. Selain matriks diatas ada juga matriks toeplitz.
Perhitungan nilai determinan matriks yang diketahui selama ini yaitu
metode Sarrus dan ekspansi kofaktor atau ekspansi Laplace. Metode Sarrus
digunakan untuk matriks ordo 2 × 2 dan 3 × 3. Sedangkan untuk ordo
lebih dari 3 biasanya digunakan ekspansi kofaktor yaitu pengambilan baris
atau kolom sebarang, setelah itu dijumlahkan. Ekspansi kofaktor atau
ekspansi Laplace merupakan perluasan dari kofaktor, karena dalam
perhitungan determinan dengan ini memuat kofaktor dari baris atau kolom
sebarang. Metode lain untuk menghitung determinan matriks selain metode
Sarrus dan ekspansi kofaktor atau Laplace juga digunakan operasi baris

1
elementer (OBE), operasi kolom elementer (OKE), dan gabungan dari OBE
dengan ekspansi kofaktor tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, terlihat bahwa betapa pentingnya
suatu perhitungan determinan matriks untuk ordo yang besar. Oleh karena
itu, dalam makalah ini penulis mengambil judul “Matriks 3” yang
membahas tentang determinan matriks.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu deteminan dan sifat-sifat fungsi determinan matriks?
2. Apa saja metode-metode yang digunakan dalam mencari determinan
matriks?
3. Bagaimana penjabaran metode ekspansi kofaktor dalam mencari
determinan matriks?
4. Bagaimana penjabaran metode cramer dalam mencari determinan
matriks?
5. Bagaimana penjabaran metode chio dalam mencari determinan matriks?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk mengetahui deteminan dan sifat-sifat fungsi determinan matriks.
2. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam mencari
determinan matriks.
3. Untuk mengetahui penjabaran metode ekspansi kofaktor dalam mencari
determinan matriks.
4. Untuk mengetahui penjabaran metode cramer dalam mencari determinan
matriks.
5. Untuk mengetahui penjabaran metode chio dalam mencari determinan
matriks.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat-Sifat Fungsi Determinan


Sifat-sifat dari fungsi determinan, yang menyangkut determinan dari
perkalian matriks dengan suatu skalar, penjumlahan matriks, hasil kali
matriks, dan determinan invers suatu matriks.
a) Determinan Perkalian Skalar dengan Suatu Matriks
Misalkan A adalah suatu bujursangkar dan k adalah sebarang skalar.
Akan dicari determinan matriks kA, atau det (kA). Karena skalar k dari
semua baris pada matriks A dapat dikeluarkan dari determinan, maka:
𝑘𝑎11 𝑘𝑎12 ⋯ 𝑘𝑎1𝑛 𝑘𝑎11 𝑘𝑎12 ⋯ 𝑘𝑎1𝑛
𝑘𝑎21 𝑘𝑎22 ⋯ 𝑘𝑎2𝑛 𝑘𝑎 𝑘𝑎22 ⋯ 𝑘𝑎2𝑛
[ ] = 𝑘 𝑛 [ 21 ]
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑘𝑎𝑛1 𝑘𝑎𝑛2 ⋯ 𝑘𝑎𝑛𝑛 𝑘𝑎𝑛1 𝑘𝑎𝑛2 ⋯ 𝑘𝑎𝑛𝑛
det(𝑘𝐴) = 𝑘 𝑛 det(𝐴)
Contoh:
𝑎11 𝑎12
Jika 𝐴 [𝑎 𝑎22 ] dan diambil nilai 𝑘 = 4, maka
21

𝑑𝑒𝑡(2𝐴) = 22 𝑑𝑒𝑡(𝐴) = 4 det (𝐴)


2 1
Jika 𝐴 [ ] dan diambil nilai 𝑘 = 2, maka
3 5
2 1
𝑑𝑒𝑡(𝐴) = | | = (2.5) − (1.3) = 7
3 5
𝑑𝑒𝑡(2𝐴) = 22 𝑑𝑒𝑡(𝐴) = 4.7 = 28

b) Determinan Penjumlahan Matriks


Secara umum jika terdapat matriks A dan B yang berukuran 𝑛 × 𝑛,
biasanya det(𝐴) + det(𝐵) ≠ 𝑑𝑒𝑡 (𝐴 + 𝐵)
Namun, det(𝐴) dan det(𝐵) dapat dihubungkan dalam operasi
penjumlahan dengan syarat tertentu melalui teorema berikut:
Teorema 2.1.1. Misalkan A, B, dan C adalah matriks-matriks
bujursangkar yang memiliki ukuran 𝑛 × 𝑛 dan berada hanya pada salah
satu baris, misal baris ke-r. Jika elemen-elemen baris ke-r pada matriks C

3
merupakan hasil penjumlahan elemen-elemen baris ke-r pada matriks A
dan B, maka:

det(𝐶) = det(𝐴) + det(𝐵)


Hal yang sama berlaku untuk kolom

Contoh:
Diketahui matriks-matriks berikut
0 1 5 0 1 5 0 1 5
𝐴 = [2 −4 6] , 𝐵 = [2 −4 6] , 𝐶 = [2 −4 6 ]
1 −2 6 1 0 6 2 −2 12
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa matriks A, B, dan C hanya berbeda pada baris ketiga,
dan elemen-elemen baris kketiga pada matriks C merupakan
penjumlahan elemen-elemen baris ketiga pada matriks A dan B, sehingga
0 1 5 0 1 5
|2 −4 6 | = | 2 −4 6 |
2 −2 12 1 + 1 −2 + 0 6 + 6
0 1 5 0 1 5
= |2 −4 6 | + |2 −4 6|
2 −2 12 2 0 6
8 = −6 + 14
Atau det(𝐶) = det(𝐴) + det(𝐵)

c) Determinan Hasil Kali Matriks


Teorema 2.1.2. Jika A dan B adalah dua matriks bujursangkar yang
berukuran sama, maka det(𝐴𝐵) = det(𝐴) . det(𝐵)
Contoh:
Diketahui matriks-matriks berikut
1 2 2 0 12 12
𝐴=[ ],𝐵 = [ ] , 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝐵 = [ ]
3 4 5 6 26 24
Dengan menghitung determinan dari masing-masing matriks diatas,
diperoleh:
det(𝐴) = −2, det(𝐵) = 12, 𝑑𝑎𝑛 det(𝐴𝐵) = −24
Jadi diperoleh det(𝐴𝐵) = det(𝐴) . det(𝐵)

4
d) Determinan Invers Suatu Matriks
Tidak semua matriks bujursangkar mempunyai invers (invertible).
Teorema berikut ini menunjukkan bagaimana mengetahui suatu matriks
mempunyai invers atau tidak.

Teorema 2.1.3. Semua matriks bujursangkar A mempunyai invers jika


dan hanya jika 𝑑𝑒𝑡 (𝐴) = 0. Suatu matriks bujursangkar A disebut
singular jika matriks tersebut tidak mempunyai invers (𝑑𝑒𝑡 (𝐴) = 0).
Sedangkan jika matriks A mempunyai invers (𝑑𝑒𝑡 (𝐴) ≠ 0), maka
matriks tersebut disebut nonsingular.

Teorema 2.1.4. Jika A adalah matriks bujusangkar yang mempunyai


invers (singular), maka
1
det(𝐴−1 ) =
det(𝐴)
Bukti: Misal A mempunyai invers 𝐴−1 karena 𝐴𝐴−1 = 𝐼, maka
det 𝐴𝐴−1 = det(𝐼), berdasarkan lemma diatas, diperoleh det 𝐴𝐴−1 =
det(𝐴) . det 𝐴−1 , sedangkan det(𝐼) = 1, karena det(𝐴) ≠ 0 maka
1
det(𝐴−1 ) = det(𝐴)

Contoh:
1 2 3
Tentukan invers dari matriks 𝐴 = [4 5 6]
7 2 9
Penyelesaian:
Determinan matriks A yang diberikan adalah
1 2 3
det(𝐴) = [4 5 6] = (1). 33 − 2(−6) + 3(−27)
7 2 9
= −36
Minor dari matriks A
1 2 3
5 6
𝑀11 = [4 5 6] = [ ] = (3. (−4) − (0.4) = 33
2 9
7 2 9
1 2 3
4 6
𝑀12 = [4 5 6] = [ ] = (−2. (−4) − (0. −3) = −6
7 9
7 2 9

5
1 2 3
4 5
𝑀13 = [4 5 6] = [ ] = (−2. (−4) − (3.3) = −27
7 2
7 2 9
1 2 3
2 3
𝑀21 = [4 5 6] = [ ] = (2. (−4) − (1.4) = −4
2 9
7 2 9
1 2 3
1 3
𝑀22 = [4 5 6] = [ ] = (1. (−4) − (2.3) = 12
7 9
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀23 = [4 5 6] = [ ] = (1. (4) − (2. (−3)) = −12
7 2
7 2 9
1 2 3
2 3
𝑀31 = [4 5 6] = [ ] = (2. (0) − (−1.3) = −12
5 6
7 2 9
1 2 3
1 3
𝑀32 = [4 5 6] [ ] = (1.0) − ((−1). 3) = −3
4 6
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀32 = [4 5 6] [ ] = (1.0) − ((−1). (−2)) = −6
4 5
7 2 9
1 2 3
1 2
𝑀33 = [4 5 6] [ ] = (1.3) − ((2). (−2)) = −3
4 4
7 2 9
33 6 −27
Kofaktor 𝐴 = [−12 −12 12 ]
−3 6 −3
Lalu, cari adjint dari matriks dengan mengambil transpos kofaktor dari
matriks yang diberikan.
33 6 −27 𝑡 33 −12 −3
𝑎𝑑𝑗 (𝐴) = [−12 −12 12 ] = [ 6 −12 6 ]
−3 6 −3 27 12 −3
1
Jadi, invers dari matriks yang diberikan adalah 𝐴−1 = det(𝐴) . 𝑎𝑑𝑗 (𝐴)

−11 1 1
12 3 12
1 1 1
𝐴−1 = − −
6 3 6
3 1 1
[ 4 − ]
3 12

6
2.2 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor
Teorema 2.2.1 Ingat bahwa matriks 2 × 2
𝑎 𝑏
𝐴=[ ]
𝑐 𝑑
Dapat dibalik jika dan hanya jika 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0 dan pernyataan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
dinyatakan sebagai determinan dari matriks A. ingat juga bahwa
determinannya dilambangkan dengan tulisan
𝑑 −𝑏
det(𝐴) = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 | | = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
−𝑐 𝑎
dan invers dari A dapat dinyatakan dalam determinan sebagai

1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ]
det(𝐴) −𝑐 𝑎
Salah satu tujun utama dalam materi ini adalah untuk mendapatkan
analog dari rimus (2) yaitu berlaku matriks kuadrat dari semua ordo. untuk
itu kita akan mnggunakan entri subsscrupt saat menulis matriks atau
determinan jika kita akan menyatakan A 2 × 2 matriks sebagai
𝑎11 𝑎12
𝐴 = [𝑎 ]
21 𝑎22

maka dua persamaan (1) terbentuk menjadi


𝑎11 𝑎12
det(𝐴) = [𝑎 ] = 𝑎11 𝑎22 − 𝑎12 𝑎21
21 𝑎22

dalam situasi dimana tidak yakin meletakkan suatu nama ke matriks kita
dapat menyatakan denngan rumus sebagai
𝑎11 𝑎12
𝑑𝑒𝑡 [𝑎 ] = 𝑎11 𝑎22 − 𝑎12 𝑎21
21 𝑎22

Ada berbagai metode untuk mendifinisikan determinan matriks


kuadrat orde tinggi. Dalam teks ini, kami aakan memberikan “definisi
induktif” yang kami maksud dengan determinan dari matriks persegi dengan
orde tertentu akan didefinisikan dalam bentuk detetminan kudrat matriks
orde bawh berikutya. untuk memulai prosesnya, mari kita tentukan
determinan dari a 1x1 martiks sebagai berikut
det[𝑎11 ] = [𝑎11 ]
dari rumus (4) dapat dinyatakan sebagai
𝑎11 𝑎12
𝑑𝑒𝑡 [𝑎 ] = det[𝑎11 ]det[𝑎22 ] − det[𝑎12 ]det[𝑎21 ]
21 𝑎22

7
a) Menentukan Minor dan Kofaktor
Definisi 1. Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar, maka minor dari
entri 𝑎𝑖𝑗 , dinyatakan dengan 𝑀𝑖𝑗 , adalah determinan dari submatriks A
dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j, sedangkan kofaktor
dari entri 𝑎𝑖𝑗 dinyatakan dengan 𝐶𝑖𝑗 = (−1)𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
Misal:
3 1 −4
𝐴 = [2 5 6]
1 4 8
Minor dari entri 𝑎11 adalah
3 1 −4
5 6
𝑀 = [2 5 6 ]| | = 16
4 8
1 4 8
Sehingga Kofaktor dari 𝑎11 adalah
𝐶11 = (−1)1+1 𝑀11 = 16
Demikian pula entri dari 𝑎32 adalah
3 1 −4
3 −4
𝑀32 = [2 5 6 ]| | = 26
2 6
1 4 8
Sehingga Koefaktor dari 𝑎32 adalah
𝐶32 = (−1)3+3 𝑀32 = −26
Catatan. Antara minor dan koefaktor hanya beda tanda, yaitu 𝐶𝑖𝑗 = ±𝑀𝑖𝑗

Contoh:
1 2 −1
Tentukanlah minor dan kofaktor martiks 𝐴 = [−2 0 3 ]
−3 4 −4
Penyelesaian:
Misalkan

8
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝑎
𝐴 = ( 21 𝑎22 𝑎23 )
𝑎31 𝑎32 𝑎33
Maka
1 2 −1
𝐴 = [−2 0 3 ]
−3 4 −4

9
b) Ekspansi Kofaktor
Pola dari Sebuah matriks 2 × 2 = [𝑎𝑖𝑗 ] adalah
+ −
[ ]
− +
Sehingga
𝐶11 = 𝑀11 = 𝑎22 𝐶11 = 𝑀11 = 𝑎22
𝐶21 = −𝑀21 = −𝑎12 𝐶22 = 𝑀22 = 𝑎11
Kita menggunakan rumus (3) untuk membenarkan det(a) dapat
dinyatakan dalam kofaktor dalam empat cara berikut

Masing-masing dari 4 persamaan tersebut disebut ekspensi kofaktor dari


det(A). Dalam setiap kofaktor ekspensi entri dan kofaktor semua berasal
dari baris yang sama atau kolom yang sama dari A.

Teorema 2.2.2. jika A adalah matriks 𝑛 × 𝑛 maka tanpa memperhatikan


baris atau kolom mana dari A dipilih, angka yang diperoleh dari
mengalikan entri-entri pada baris atau kolom itu dengan kofaktor yang
sesuai dan menaambahkan produk yang dihasilakan selalu sama.

Hasil tersebut menghasilkan sebuah defenisi sebagai berikut:


Definisi 2. Jika A adalah matriks bujursangkar 𝑛 × 𝑛, maka determnan
matriks A dapat dicari dengan menglikan enrti-entri pada sebarang baris

10
(kolom) dengan kofaktornya dan menjumahkannya, untuk seriap
1 ≤ 𝑖, 𝑗 ≤ 𝑛, maka:
(i) Ekspensi kofaktor sepanjang baris ke-i adalah
𝑛

det(𝐴) = ∑ = 𝑎1𝑖 𝑐1𝑖 + 𝑎2𝑖 𝑐2𝑖 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑖 𝑐𝑛𝑖


𝑖

(ii) Ekspensi kofaktor sepanjang kolom ke-i adalah


𝑛

det(𝐴) = ∑ = 𝑎1𝑗 𝑐1𝑗 + 𝑎2𝑗 𝑐2𝑗 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑗 𝑐𝑛𝑗


𝑗

c) Ekspansi Kofaktor Sepanjang Baris Pertama


Contoh:
Tentukan determinan dari sebuah matriks
3 1 0
𝐴 = [−2 −4 3 ]
5 4 −2
Dengan ekspensi kofaktor sepanjang baris pertama dapat ditemukan
determinan dari senuah matriks A
Penyelesaian:
3 1 0
−4 3 −2 3 −2 −4
det(𝐴) = |−2 −4 3 | = 3 | | − 1| | + 0| |
4 −2 5 −2 5 4
5 4 −2
= 3(−4) − (1)(−11) + 0 = −1

d) Ekspansi Kofaktor Sepanjang Kolom Pertama


Tentukan determinan dari sebuah matriks
3 1 0
𝐴 = [−2 −4 3 ]
5 4 −2
Dengan ekspensi kofaktor sepanjang Kolom pertama dapat ditemukan
determinan dari senuah matriks A
Penyelesaian:
3 1 0
−4 3 1 0 1 0
det(𝐴) = |−2 −4 3 | = 3 | | − (−2) | | +5| |
4 −2 4 −2 −4 3
5 4 −2
= 3(−4) − (−2)(−2) + 5(3) = −1

11
e) Menentukan Determinan Matriks 𝟒 × 𝟒
Jika A adalah Matriks berordo 𝟒 × 𝟒
1 0 0 −1
3 1 2 2
𝐴=[ ]
1 0 −2 1
2 0 0 1
Kemudian untuk menentukan det(A) akan lebih mudah menggunaab
ekspensi kofaktor sepanjang kolom kedua, karena memiliki nol paling
banyak. sehingga
1 0 −1
det(𝐴) = 1. |1 −2 1 |
2 0 1
untuk determinan matriks 3x3, akan lebih mudah menggunakan ekspensi
kofaktor sepanjang kolom kedua, karena memiliki nilai nol paling
banyak. sehingga
1 −1
det(𝐴) = 1. (−2). | | = −2(1 + 2) = −6
2 1

2.3 Metode Cramer


Teorema berikutnya menggunakan rumus invers dari matriks yang
dapat dibalik untuk menghasilkan sebuah rumus yang disebut aturan cramer,
untuk solusi sistem persamaan linear 𝐴𝑥 = 𝑏 dari 𝑛 yang tidak diketahui,
dimana matriks koefisien A dapat dibalik (ekuivalen) ketika det (𝐴) ≠ 0.
Dalam aljabar linear, aturan cramer adalah rumus eksplisit untuk solusi
sistem persamaan linear dengan persamaan sebanyak yang tidak diketahui,
berlaku setiap kali sistem memiliki solusi unik. Ini menyatakan solusi dalam
hal determinan dari matriks koefisien (persegi) dan matriks yang diperoleh
darinya dengan mengganti satu kolom dengan vektor kolom sisi kanan
persamaan. Hal ini dinamai Gabriel Cramer (1704-1752) matematikawan
dari Swiss, merupakan orang pertama yang menerbitkan aturan Cramer,
yang menerbitkan aturan untuk jumlah yang tidak diketahui sewenang-
wenan pada tahun 1750.

12
Teorema Aturan Cramer. Jika 𝐴𝑥 = 𝑏 adalah sistem dengan n persamaan
linear dalam n yang tidak diketahui sehingga det(𝐴) ≠ 0, maka sistem
tersebut memiliki solusi unik, solusi ini adalah
det(𝐴)1 det(𝐴)2 det(𝐴)𝑛
𝑥1 = , 𝑥2 = , … , 𝑥𝑛
det 𝐴 det 𝐴 det 𝐴
Dimana A adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti entri
dalam kolom ke-j dari A ke dalam entri matriks
𝑏1
𝑏
𝑏 = [ 2]

𝑏𝑛
Dimana:
A = matriks koefisien (matriks kuadrat)
X = matriks kolom dengan variabel
b = matriks kolom dengan konstanta
Pembuktian : jika det(𝐴) ≠ 0, maka A dapat dibalik, dan dari teorema
1.6.2 𝑥 = 𝐴−1 𝑏 adalah solusi unik dari 𝐴𝑥 = 𝑏, sehingga
𝐶11 𝐶12 ⋯ 𝐶1𝑛 𝑏1
1 1 𝐶 𝐶22 ⋯ 𝐶2𝑛 𝑏2
𝑥 = 𝐴−1 𝑏 = 𝐴𝑑𝑗(𝐴)𝑏 = [ 21 ][ ]
det(𝐴) det(𝐴) ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝐶𝑛1 𝐶𝑛2 ⋯ 𝐶𝑛𝑛 𝑏𝑛
Mengalikan matriks, menghasilkan
𝑏1 𝐶11 𝑏2 𝐶12 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶1𝑛
1 𝑏1 𝐶21 𝑏2 𝐶22 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶2𝑛
𝑥= [ ]
det(𝐴) ⋮ ⋮ ⋮
𝑏1 𝐶𝑛1 𝑏2 𝐶𝑛2 ⋯ 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑛
Sehingga, entri pada baris ke-f jadi x adalah
𝑏1 𝐶1𝑗 + 𝑏2 𝐶2𝑗 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑗
𝑥𝑗
det(𝐴)
Sekarang misalkan
𝑎11 𝑎12 ⋯ 𝑎1𝑗−1 𝑏1 𝑎1𝑗+1 ⋯ 𝑎1𝑛
𝑎21 𝑎22 ⋯ 𝑎𝑗−1 𝑏2 𝑎2𝑗+1 ⋯ 𝑎2𝑛
𝐴𝑗 = [ ⋮ ⋮ ⋮ ][ ⋮ ⋮ ⋮ ]
𝑎𝑛1 𝑎𝑛2 ⋯ 𝑎𝑗−1 𝑏𝑛 𝑎𝑛𝑗+1 ⋯ 𝑎𝑛𝑛
Karena 𝐴𝑗 berbeda dari A hanya pada kolom ke-j, maka kofaktor dari
entri, 𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏, dalam A adalah sama dengan kofaktor dari entri-entri

13
yang bersesuaian pada kolom ke-A, ekspansi kofaktor dari det(𝐴)
sepanjang kolom ke-j adalah
det(𝐴𝑗 ) = 𝑏1 𝐶1𝑗 + 𝑏2 𝐶2𝑗 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝐶𝑛𝑗
det(𝐴𝑗 )
𝑥𝑗 = (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
det(𝐴)

a) Aturan Cramer Matriks 𝟐 × 𝟐


Aruran Cramer untuk matriks 𝟐×𝟐 diterapkan untuk
menyelesaikan sistem persamaan dua variabel. Mari kita pertimbangkan
dua persamaan linear dalam dua variabel.
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐1
Tuliskan kedua persamaan linear dalam bentuk 𝐴𝑋 = 𝑏
𝑎1 𝑏1 𝑥 𝑐1
[ ] [𝑦 ] = [𝑐 ]
𝑎2 𝑏2 2

Dimana :
𝑎1 𝑏1
Matriks koefisien (𝐴) = [ ]
𝑎2 𝑏2
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑐1
Matriks konstan 𝑏 = [𝑐 ]
2

𝑎1 𝑏1
𝐷 = |𝐴| = [ ] = 𝑎1 𝑏2 + 𝑎2 𝑏1
𝑎2 𝑏2
𝑐1 𝑏1
𝐷𝑥 = [ ] = 𝑐1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1
𝑐2 𝑏2
𝑎1 𝑐1
𝐷𝑦 = [𝑎 𝑐 ] = 𝑎1 𝑐2 + 𝑎2 𝑐1
2 2

Variabel x dan y didapat dengan membagi determinan matriks


𝐷𝑥 𝐷𝑦
𝑥= ,𝑦 =
𝐷 𝐷
Contoh :
Tuliskanlah persamaan ke dalam bentuk persamaan linear dalam bentuk
𝐴𝑋 = 𝑏
2𝑥 − 𝑦 = 5
𝑥+𝑦 =4

14
Solusi :
Tuliskanlah persamaan ke dalam bentuk persamaan linear dalam bentuk
𝐴𝑋 = 𝑏
2 −1 𝑥 5
[ ][ ] = [ ]
1 1 𝑦 4
Dimana,
2 −1
Matriks koefisien (𝐴) = [ ]
1 1
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]

5
Matriks konstan (𝑏) = [ ]
4
Cari determinan matriks 𝐴(𝐷 = |𝐴|)
2 −1
𝐷 = |𝐴| = [ ] = 5(1) − (−1)(4) = 9
1 1
Karena nilai determinan dari matriks A = 9, maka sistem persamaan yang
diberikan memiliki solusi yang unik.
5 −1
𝐷𝑥 = | | = 5(1) − (−1)(4) = 9
4 1
2 5
𝐷𝑦 = | | = 2(4) − (5)(1) = 3
1 4
Maka, didapat
𝐷𝑥 9
𝑥= = =3
𝐷 3
𝐷𝑦 3
𝑦= = =1
𝐷 3

b) Aturan Cramer Matriks 𝟑 × 𝟑


Untuk menemukan rumus aturan Cramer untuk matriks 𝟑 × 𝟑, kita
perlu mempertimbangkan sistem 3 persamaan dengan tiga variabel.
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 𝑧 = 𝑑1
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 𝑧 = 𝑑2
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 + 𝑐3 𝑧 = 𝑑3
Tuliskan kedua persamaan linear dalam bentuk 𝐴𝑋 = 𝑏
𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑥 𝑑1
[𝑎 2 𝑏2 𝑐2 ] [𝑦] = [𝑑2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑧 𝑑3

15
Dimana :
𝑎1 𝑏1 𝑐1
Matriks koefisien (𝐴) = [𝑎2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑐3
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑧
𝑑1
Matriks (𝑏) = [𝑑2 ]
𝑑3
𝑎1 𝑏1 𝑐1
𝐷 = |𝐴| = [𝑎2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑐3
𝑑1 𝑏1 𝑐1
𝐷𝑥 = [𝑑2 𝑏2 𝑐2 ]
𝑑3 𝑏3 𝑐3
𝑎1 𝑑1 𝑐1
𝐷𝑦 = [𝑎2 𝑑2 𝑐2 ]
𝑎3 𝑑3 𝑐3
𝑎1 𝑏1 𝑑1
𝐷𝑦 = [𝑎2 𝑏2 𝑑2 ]
𝑎3 𝑏3 𝑑3
Variabel x dan y didapat dengan membagi determinan matriks
𝐷𝑥 𝐷𝑦 𝐷𝑧
𝑥= ,𝑦 = ,𝑧 =
𝐷 𝐷 𝐷

Contoh :
Selesaikanlah sistem persamaan linear tiga variabel berikut menggunakan
aturan cramer.
𝑥+𝑦+𝑧 = 6
𝑦 + 3𝑧 = 11
𝑥−2+𝑧
Penyelesaian
Tuliskan persamaan ke dalam bentuk persamaan linear dalam
bentuk𝐴𝑋 = 𝑏
1 1 1 𝑥 6
[0 1 3] [𝑦] = [11]
1 −2 1 𝑧 0

16
Dimana,
1 1 1
Matriks koefisien (𝐴) = [0 1 3]
1 −2 1
𝑥
Variabel matriks (𝑋) = [𝑦]
𝑧
6
Matriks konstan (𝑏) = [11]
0
Cari determinan matriks 𝐴 (𝐷 = |𝐴|)
1 1 1
𝐷 = |𝐴| = |0 1 3| = 1(1 + 6) − 1(0 − 3) + 1(0 − 1) = 9
1 −2 1
Karena nilai determinan dari matriks 𝐴 = 9, maka sistem
persamaan yang diberikan memiliki solusi yang unik.
6 1 1
𝐷𝑥 = |11 1 3| = 6(1 + 6) − 1(11 − 0) + 1(−22 − 0) = 9
0 −2 1
1 6 1
𝐷𝑦 = |0 11 3| = 1(11 − 0) − 6(0 − 3) + 1(0 − 11) = 18
1 0 1
1 1 6
𝐷𝑧 = |0 1 11| = 1(0 + 22) − 1(0 − 11) + 6(0 − 1) = 27
1 −2 0
Maka, didapat
𝐷𝑥 9
𝑥= = =1
𝐷 9
𝐷𝑦 18
𝑦= = =2
𝐷 9
𝐷𝑧 27
𝑧= = =3
𝐷 9

2.4 Metode Chio


Determinan merupakan suatu fungsi dari himpunan semua matriks
persegi ke himpunan semua bilangan real. Determinan matriks 𝐴 biasanya
dinyatakan oleh |𝐴| atau det (𝐴). Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan determinan matriks yaitu
metode Sarrus, Ekspansi Kofaktor, dan Kondensasi (Penyusutan) CHIO.
Kondensasi CHIO merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

17
dalam menentukan determinan matriks yang memiliki ordo 𝑛 ×
𝑛 dengan 𝑛 ≥ 3.
Kondensasi CHIO menyusutkan determinan matriks ordo 𝑛 ×
𝑛 menjadi ordo (𝑛 − 1) × (𝑛 − 1) dan dikalikan dengan elemen 𝑎11 . Proses
kondensasi ini berakhir pada determinan matriks ordo 2 × 2. Yang
menggunakan matriks persegi dengan syarat elemen 𝑎11 ≠ 0 . Apabila nilai
elemen 𝑎11 = 0 maka dilakukan proses operasi baris/kolom yaitu
menukarkan baris/kolom pada determinan matriks untuk memperoleh 𝑎11 ≠
0.
Perhatikan untuk matrik dengan ordo 3 × 3. Persamaan yang
digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13
1 |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎23 |
21
det(𝐴) = | 21 22
𝑎13 |
(𝑎11 )3−2 |𝑎11 𝑎12 | |𝑎11
𝑎31 𝑎32 𝑎31 𝑎33 |
Selanjutnya untuk matrik dengan ordo 4 × 4. Persamaan yang
digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14
|𝑎 | | | | 𝑎24 |
21 𝑎22 𝑎21 𝑎23 𝑎21
1 | 𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14 |
det(𝐴) = |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎 | |𝑎 𝑎32 ||
(𝑎11 )4−2
| 31 32 31 33 31
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎14
|𝑎 | |𝑎 | |𝑎 𝑎44 |
41 𝑎42 41 𝑎43 41

Apabila ukuran matriksnya diperluas atau diperumum menjadi 𝑛 × 𝑛,


maka diperoleh persamaan untuk metode CHIO adalah sebagai berikut.
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎1𝑛
|𝑎 | |𝑎 𝑎 | ⋯ |𝑎 |
21 𝑎 22 21 23 21 𝑎2𝑛
1 | 𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎1𝑛 |
det(𝐴) = |𝑎31 𝑎32 | |𝑎31 𝑎33 | ⋯ |𝑎31 𝑎3𝑛 |
(𝑎11 )𝑛−2
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
| |
𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎1𝑛
|𝑎 | |𝑎 | ⋯ |𝑎 |
𝑛1 𝑎𝑛2 𝑛1 𝑎𝑛3 𝑛1 𝑎𝑛𝑛

Contoh Soal:
−2 1 4
1. Hitung determinan matriks 𝐴 = [ 3 −5 2]
5 2 1
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat

18
−2 1 −2 4
1 | | | |
det(𝐴) = | 3 −5 3 2|
(− 2)3−2 |− 2 4| |− 2 4|
5 2 5 1
1 (−5)(−2) − (3)(1) (−2)(2) − (3)(4)
= | |
−2 (−2)(2) − (1)(5) (−2)(1) − (4)(5)
1 7 −16
= | |
−2 −9 −22
1
= ((7(−22) − (−16)(−9))
−2
1
= (−154 − 144)
−2
1
= (−298)
−2
= −149

2 1 6 7
2. Hitung determinan matriks 𝐵 = [3 2 4 5]
4 4 2 3
5 6 1 4
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat
2 1 2 6 2 7
| | | | | |
3 2 3 4 3 5
1 |2 1 2 6 2 7|
det(𝐵) = | | | | | |
(2)4−2 | 4 4 4 2 4 3|
2 1 2 6 2 7
| | | | | |
5 6 5 1 5 4
(2)(2) − (3 − 1) (2)(4) − (3)(6) (2)(5) − (3)(7)
1
= 2 | (2)(4) − (1)(4) (2)(2) − (4)(6) (2)(3) − (7)(4)|
2
(2)(6) − (1)(5) (2)(1) − (6)(5) (2)(4) − (7)(5)

1 1 −10 −11
= |4 −20 −22|
4
7 −28 −27
1 −10 −11
Misal , 𝐶 = |4 −20 −22| diperoleh
7 −28 −27

1 − 10 1 − 11
1 | | | |
det(𝐶) = |4 − 20 4 − 22 |
(1) 3−2 1 − 10 1 − 11
| | | |
7 − 28 7 − 27

19
1 (1)(−20) − (4)(−10) (1)(−22) − (−11)(4)
= | |
1 (1)(−28) − (−10)(7) (1)(−27) − (−11)(7)
20 22
=| |
42 50
= (20 ∙ 50 − 22 ∙ 42)
= 1000 − 924
= 76
1
Jadi, det(𝐵) = 4 det(𝐶)
1
= (76)
4
= 19

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, berdasarkan tulisan yang kami buat dengan topic determinan
matriks, maka kami dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sifat-sifat dari fungsi determinan adalah determinan dari perkalian
matriks dengan suatu skalar, penjumlahan matriks, hasil kali matriks, dan
determinan invers suatu matriks.
2. Metode-metode yang digunakan dalam mencari determinan matriks
adalah metode ekspansi kofaktor, metode cramer, dan metode chio.
3. Metode ekspansi kofaktor adalah suatu metode untuk menghitung
determinan dengan menggunakan kofaktor yang mengutamakan
kemampuan berhitung secara manual dan secara teoritis.
4. Metode cramer dalam mencari determinan matriks adalah salah satu
metode untuk menetukan nilai variable dari sistem persamaan linier
dengan menggunakan determinan matriks. Dalam aljabar linear, kaidah
Cramer adalah rumus yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dengan banyak persamaan sama dengan banyak
variabel, dan berlaku ketika sistem tersebut memiliki solusi yang tunggal.
5. Kondensasi CHIO merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam menentukan determinan matriks yang memiliki ordo 𝑛 ×
𝑛 dengan 𝑛 ≥ 3 dan merupakan matriks persegi (matriks yang memiliki
jumlah baris sama dengan jumlah kolom). Metode ini (metode chio)
merupakan jalan keluar yang dapat memudahkan kita untuk menghitung
determinan dari suatu matriks yang memiliki ordo lebih dari sama
dengan 3.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membacanya dan menambah wawasan para pembaca tentang “Determinan
Matriks”. Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan yang memadai dan masih perlu disempurnakan. Dan

21
apabila didalam laporan ini terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
penulisan maupun dalam penyampaian, maka penulis memohon maaf atas
kekurangannya. Penulis juga menerima saran yang membangun dari
pembaca dan bapak dosen sebagai dosen pengampu di mata kuliah “Aljabar
Linear Elementer” agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard, Aljabar Linear Elementer, Jakarta: Erlangga, 1991.


Indira, G., & Hia, Y. (2022). Aljabar Linear Elementer. Medan: Literasi
Nusantara.
AIM. (2015, Desember 15). Determinan Matriks dengan Metode Chio. Diakses
pada tanggal 14 Maret 2023, dari wordpress.com:
https://aimprof08.wordpress.com/2015/12/15/determinan-matriks-dengan-
metode-chio/

23

Anda mungkin juga menyukai