Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN 1

BAB I
TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
(PENGAMATAN)

Pemandangan rumah-rumah liar di kota besar

1. Pernahkah kamu membaca teks laporan hasil observasi?


2. Apa yang kamu ketahui tentang teks laporan hasil observasi?
3. Pernahkan kamu melakukan observasi terhadap kehidupan di sekitarmu?
4. Menurutmu, bagaimana kehidupan sosial di lingkungan sekitarmu?
5. Bagaimana kesenjangan kehidupan sosial di kota besar?
PERTEMUAN 2
BAB I
TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
(PENGAMATAN)
Pada pertemuan 1 kita telah menjawab 5 pertanyaan berdasarkan tampilan gambar.
Semoga kita semua tahu apa itu teks laporan hasil observasi yaitu kegiatan pengumpulan
informasi melalui pengamatan langsung di lapangan atau lokasi pengamatan.
Setelah Ananda melakukan kegiatan pengamatan (observasi), Ananda dapat menyusun teks
laporan hasil observasi. Teks laporan ini menyampaikan informasi apa adanya sebagai hasil pengamatan
(observasi) berdasarkan fakta di lapangan.
Ananda sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara
penyusunan teks laporan hasil observasi dengan baik. Oleh karena itu, bapak berikan dua contoh teks
laporan hasil observasi.
Teks 1
Orang Tua Dukung Anak untuk Mengemis

Maraknya anak jalanan (anjal) dan pengemis di Kota Depok membuat pemkot kerap
melakukan razia. Karena, anjal dan pengemis itu melanggar Peraturan Daerah (Perda) No 16
tahun 2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum. Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok Diah Sadiah mengatakan, anak jalanan dan pengemis yang
terkena razia melanggar perda itu sudah mendapatkan pembinaan. Sedangkan, para
gelandangan dikembalikan ke daerahnya masing-masing, seperti Jakarta, Bogor dan sebagian
kota di Jawa.
Kebanyakan anak jalanan memang asli warga Depok. Mereka ini punya orang tua. Tapi,
justru orang tuanya yang seolah mendukung untuk mengemis, ngamen, dan lain-lain,
Sedangkan yang tidak punya orang tua hanya sedikit jumlahnya. Walaupun begitu, pihaknya
tetap memberikan pembinaan kepada anak jalanan. Hanya satu persen yang tidak punya orang
tua dan itu dibina oleh yayasan. Anak jalanan yang sudah kembali kepada orang tuanya
dimungkinkan kembali lagi ke jalanan.
Dari hasil razia, ada juga anak jalanan yang diurus di panti asuhan. Bahkan, pihaknya
menyediakan rumah binaan yang diperuntukan bagi pengamen dan pengemis berusia dewasa.
Pemberdayaan dan pembinaan ini bukan penjara sehingga tidak ada penjagaan ketat. Padahal,
mereka diberi makan gratis dan fasilitas bagus. Namun, sulit mengajak mereka untuk berhenti
dari jalanan karena mental ‘meminta-minta’ tidak hilang.
Teks 2
Wisata Mahal,
Sejumlah Anak Pilih Mengamen daripada Berlibur

Liburan tidak selamanya bisa dinikmati anak-anak. Buktinya sebagian anak tidak mampu
di Jakarta memilih mencari uang untuk mengisi liburannya. Di Terminal Bus Kali Deres, Jakarta
Barat, anak di bawah umur mengamen di jalanan. Salah satu pengamen cilik yang enggan
disebutkan namanya menjelaskan alasan ia mengamen untuk mengisi liburan.
"Iseng aja daripada main doang. Lumayan bisa buat jajan sama bantu bapak ibu," kata
pengamen cilik tersebut.
Selain mengamen, ada yang menjadi “pak ogah” di simpang empat jalan, ada yang
meminta-minta, dan berkerja sebagai tukang parkir. Sementara itu, menurut KPAI ada tiga
penyebab anak sampai mencari nafkah dengan berbagai macam pekerjaan tersebut. Pertama,
sebagian anak yang melakukan aktifitas tersebut, karena adanya pembiaran dari orang tuanya.
Kedua, sebagian anak dieksploitasi oleh ortu atau pihak lain untuk melakukan aktifitas itu.
Ketiga, anak tidak ada alternatif bermain dan berlibur yang gratis dan menyenangkan.
Akhirnya, mereka menjadi pengamen, “pak ogah”, atau awak bus hanya untuk mendapatkan
uang untuk biaya berlibur. Pada saat ini tiket masuk ke tempat wisata mahal dan tidak ada yang
gratis. Arena bermain anak yang gratis dan aman bagi anak sangat sulit ditemukan karena
sudah digantikan dengan gedung dan bangunan. Akibatnya anak bermain layang-layang di rel
kereta api, dan tempat berbahaya. Padahal, momentum liburan anak sangat membutuhkan
arena bermain yang aman dan gratis.
PERTEMUAN 3
BAB I
TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
(PENGAMATAN)
Struktur/Bagian Teks Laporan Hasil Observasi
1. Pernyataan umum
Pernyataan umum dalam teks laporan hasil observasi yaitu bagian yang terdapat
pada paragraf pertama. Pada teks laporan hasil observasi biasanya terdapat kalimat definisi.
Kalimat definisi adalah kalimat yang menjelaskan arti sebauh kata. Definisi sama juga
dengan istilah, yaitu istilah yang hanya digunakan secara khusus pada bidang tertentu.
Misalnya, kata SUNGAI (istilah). Kalimat definisinya adalah (SUNGAI ADALAH AIR YANG
MENGALIR SECARA ALAMIAH MELALUI SEBUAH SALURAN ALAM).
Kalimat definisi ditandai dengan kata penghubung (konjungsi) seperti adalah, ialah,
yaitu, merupakan, termasuk, digolongkan, terdiri atas, disebut, atau meliputi.
Bacalah contoh teks laporan hasil observasi berikut!

Kehidupan Pemulung

Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang-barang bekas yang sudah
tidak terpakai lagi. Dan paling banyak dari pemulung adalah mencari barang bekas berbahan
plastik seperti bekas botol atau gelas air mineral. Barang bekas berbahan plastik paling banyak
mereka cari karena mungkin lebih mudah untuk menjualnya kembali. Jadi, bisa dikatakan
bahwa pemulung adalah pengumpul barang bekas plastik. (BAGIAN TEKS LAPORAN HASIL
OBSERVASI YAITU PERNYATAAN UMUM DITANDAI DENGAN KALIMAT DEFINISI)
Hampir setiap hari kita melihat pemulung baik di depan rumah maupun dijalanan,
mereka dengan setia memungut sampah yang nantinya akan dijual. Mereka memungut cup air,
botol-botol plastik, kardus bekas. Ternyata pekerjaaan pemulung ikut membersihkan
lingkungan dari sekitar tempat tinggal dan tempat beraktifitas kita. Pemulung turut memainkan
peranan penting dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Mereka mencari barang yang bernilai
ekonomis dari tumpukan sampah, TPS, dan TPA, atau dari rumah ke rumah. Dari jam kerja yang
panjang dan tak tentu (dari pagi hingga malam), gangguan kesehatan yang menghatui para
pemulung sampai masalah kondisi lingkungan TPA yang sewaktu-waktu dapat mengancam
nyawa mereka. Semua itu seakan tidak dapat menghalangi mereka untuk mengais sampah
demi kelangsungan kehidupan keluarganya di tengah desakan kebutuhan ekonomi yang
semakin tinggi.
Di setiap kota besar pasti terdapat banyak sampah. Setiap hari para pemulung
mengambil sampah. Jumlah sampah di daerah perkotaan mulai dari gedung pemerintah sampai
pemukiman kumuh mencapai 25.600 m3 (setara dengan 6.000 ton) per hari. Bagi seorang
pemulung dan perajin barang bekas, sampah tersebut memberikan keuntungan tersendiri.
Hubungan Antara keduanya sangat erat karena sampah dan pemulung sama-sama saling
membutuhkan. Sampah membutuhkan tangan-tangan para pemulung untuk mengambilnya
agar tidak mengganggu kesehatan warga. Pemulung membantu mengurangi sampah-sampah
supaya tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir. Pemulung membutuhkan sampah demi
memenuhi kebutuhan ekonomi agar mereka dapat mempertahankan hidup.

Anda mungkin juga menyukai