Anda di halaman 1dari 11

FENOMENA BADUT JALANAN DILAMPU MERAH KOTA PALEMBANG

Di Susun Oleh :

Sonny Irawan ( 07021381823149 )

Deichman yeremy s (07021381823141 )

Thomas stefen peter chan (07021381823102)

Mata Kuliah : Praktek Penelitian Sosial

Dosen Pengampuh : DR. Mulyanto, MA

Yulasteriyani, M.SOS

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................5
2.2 Kerangka Pemikiran.........................................................................6

BAB III.....................................................................................................................7
3.1 Desain Penelitian..............................................................................7
3.2 Lokasi Penelitian..............................................................................7
3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian........................................................7
3.4 Fokus Penelitian...............................................................................7
3.5 Strategi Penelitian.............................................................................7
3.6 Sumber Data.....................................................................................8
3.7 Teknik Pengumpulan Data...............................................................8
BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia Badut jalan sudah tidak asing lagi kita dengar atau kita saksikan,
terkhusus beberapa bulan terakhir ini, keberadaan badut jalanan memang sedang menjamur di
area Kota Palembang. Badut-badut jalanan tersebut bisa ditemukan di area lampu merah kota.

Sejak sore hari hingga malam, mereka beraksi menantikan para dermawan memberikan
sedikit uang Salah satunya, terlihat para badut jalanan di lampu Merah terkhusus yang sering
kita jumpai di daerah RS. Charitas Palembang

Begitu kendaraan roda dua dan roda empat keluar dari parkiran, para badut tersebut
segera melambaikan tangan mereka. Berharap adanya yang menyodorkan sebagian uang
yang bagi mereka sangat berarti. Keberadaan badut jalanan memang sedang menjamur di
area sumatera selatan. Mereka bisa ditemui di mana saja, hampir di seluruh titik
persimpangan jalan utama. Begitu lampu lalu lintas menyala merah, para badut itu bergegas
mengambil ancang-ancang,

Fenomena badut jalanan ini terkadang juga meresahkan pengguna mobil dan motor
dikarenakan menghambat laju kendaraan yang lewat ketika lampu lalu lintas sudah terlihat
hijau dan sering kali terlihat berdiri di bibir jalan, selain itu dari pihak pemerintah Satpol-pp
juga sudah mencoba untuk mentertibkan para badut untuk tidak menghalangi pengguna jalan,
banyak sekali yang bekerja adalah anak-anak bila bila ditanyakan "Alasannya bermacam-
macam. Mencari uang jajan, membantu orang tua dan seterusnya.

Ditambah sulitnya perekonomian , yang dialami akibat dari dampak covid 19 , mengharuskan
untuk tetap bertahan hidup dari kondisi yang terdesak ini, banyak sekali karyawan swasta
yang di PHK yang di akibatkan dampak pandemi , mengharuskan mereka untuk beralih
profesi demi mencukupi kebutuhan salah satunya dengan cara menjadi badut jalanan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas,maka dapat dirumuskan suatu


permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :

1. Apa saja penyebab masyarakat lebih memilih untuk beralih profesi menjadi
badut jalanan ?
2. Bagaimana tanggapan pemerintahan terkait maraknya fenomena badut
jalanan ?

1.3 TUJUAN PENELITAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui kegiatan dan kehidupan badut jalanan dalam
menghadapi situasi kondisi terkhusus nya untuk berjuang memenuhi kebutuhan hidup

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus nya ialah untuk mengetahui bagaimana cara bertahan hidup dari
kondisi pandemic yang menyebabkan banyak orang harus dikeluarkan dari pekerjaannya dan
yang latar belakang perekonomian nya dibawah rata-rata, yang menyebabkan harus beralih
profesi menjadi badut jalanan .

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 MANFAAT TEORITIS

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mempertajam pengetahuan


sosiologi,khususnya di bidang “Masalah Sosial” dimana kita mengkritisi bagaimana cara kita
melihat dari sudut pandang yang luas terhadap fenomena badut jalanan yang sering dijumpai
di kota-kota besar, serta membantu untuk mengedukasi seorang yang berprofesi menjadi
badut jalanan

1.4.2 MANFAAT PRAKTIS


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah
agar lebih memperhatikan kehidupan seorang yang beralih profesi menjadi badut jalanan
untuk dapat diberikan bekal keterampilan demi menciptakan peluang usaha yang bisa di
manfaatkan untuk menjalani kehidupan, terkhusus di kota Palembang,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU

2.1.1. Eksplotasi anak jalanan sebagai pengamen dan pengemis di terminal tidar oleh
keluarga oleh yuliarti (2012)

metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan


cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak
jalanan di terminal tidar berasal dari keluarga miskin dan pendidikan rendah, anak-anak
dieksploitasi menjadi pengamen anak jalanan untuk kepentingan ekonomi.

2.1.2. Tindakan sosial anak jalanan di kawasan pantai losari oleh Riady (2011)

Di latar belakangi oleh fenomena anak jalanan dianggap sebagai produk gagal dari
pembangunan yang sedang digalak oleh pemerintah kita saat ini. anak jalanan memilih hidup
di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi lingkungan di jalan. Pantai losari yang
merupakan kawasan pariwisata di kota makasar, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung
sore maupun malam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi para pengamen
mencari nafka dan mendapatkan teman. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan melakukan survey dan menyebarkan angket atau kuesioner, wawancara, serta
dokumentasi pada saat penelitian di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa
tindakan mereka pada umumnya didasari pada hasrat ingin menuangkan kreatifitas mereka
akan bakat nyanyi lewat pengamen. Sebab pengamen menurut mereka merupakan kegiatan
yang menyenangkan bagi mereka karena dengan mengamen mereka bisa menyalurkan hobi
dan bakat mereka dibidang seni.

2.1.3. Citra diri pengamen pedesaan oleh fitriadi (2011)


Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dalam penelitian tersebut di
temukan bahwa motivasi menjadi seorang pengamen terdiri dari himpitan ekonomi, pengaruh
lingkungan konflik internal keluarga atau pelampiasan dan kenakalan remaja. Pembagian
kerja pengamen mengenal dua pola yaitu secara individu dan secara berkelompok, pengamen
dalam penelitian tersebut mengalami kemiskinan struktur dimana pengamen tidak memiliki
sarana untuk terlibat dalam proses politik sehingga menyebabkan mereka berada dalam
lapisan paling bawah di pedesaaan.

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi muculnya badud jalanan. Salah satu
faktor utama yang menyebabkan munculnya badud jalanan adalah kemiskinan. Kemiskinan
struktural yang dialami oleh keluarga badud jalanan dianggap menjadi faktor utama memilih
untuk hidup sebagai badud jalanan.

Badud jalanan merupakan orang-orang yang terpaksa ataupun dipaksa untuk mencari
nafkah bagi diri, keluarga atau orang lain dengan melambai tangan, maupun membawa
sebuah alat pemutar musik berharap orang-orang memberi uang. Pekerjaan ini dapat
menghasilkan uang yang tidak memperlukan keterampilan dan dapat dilakukan oleh semua
kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa.

Telah banyak dilakukan studi atau penelitian untuk menanganinya, kenyataanya


dilapangan arah kebijakan pemerintah kota dalam penanganan badud jalanan atau tunawisma
memilikki banyak kendala dan masih dirasa belum menyentuh kepda permasalahan
sebenarnya, sehingga masih perlu banyak pembenahan di sana sini untuk mengetauhi kondisi
anak jalanan yang pernah mendapatkan penanganan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya
menarik realitas itu ke permukaan sebagi suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau
gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

3.2 LOKASI PENELITIAN


Lokasi penelitian ini dilakukan di area lampu merah RS. Charitas dan persimpangan
lampu merah daerah bukit Kecil. Alasan memilih lokasi sebagai tempat penelitian karena di
lokasi penelitian tersebut banyak terdapat anak-anak serta dewasa muda yang berprofesi
sebagai badut jalanan.

3.3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara tatap muka, ditengah era pandemic ini penelitian
melakukan sesuai arahan protokol kesehatan saat mengamati dan mewawancarai badud
jalanan.

3.4 FOKUS PENELITIAN

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Dalam penelitian ini dapat
difokuskan sebagai berikut :

1.Apa saja penyebab masyarakat lebih memilih untuk beralih profesi menjadi badut jalanan ?

2. Bagaimana tanggapan pemerintahan terkait maraknya fenomena badut jalanan ?

3.5 STRATEGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus sebagai strategi penelitian
yaitu melakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau
kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam
melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasilnya.
Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu
terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya.

3.6 SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan 2 sumber data sebagai berikut :

1. Data Primer

Menurut lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, kata-kata dan tindakan merupakansumber data yang diperoleh melalui lapangan
dengan cara mengamati dan mewawancarai narasumber yaitu badud jalanan dilampu merah
bukit.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber penunjang yang berkaitan dapat berupa dokumen-
dokumen dan bahan bacaan yang digunakan berkaitan dengan penelitian

3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Di dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data
kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). Dokumentasi.

3.7.1.Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi


dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan
kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap
muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan
untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan
yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka
terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan
maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan
(Yunus, 2010: 358).

Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif


sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis
lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang
kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4).  bersikap hormat dan
ramah terhadap informan, 5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan  masalah/tema
penelitian, 7). tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang
membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10)
ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada
informasi yang belum lengkap.

Terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview),
di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang
disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara
terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah
disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat  dengan pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa
kaku.

Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi jawaban “tidak
tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain.
Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:

1. Informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari


jawaban “tidak mengerti”, dia menjawab “tidak tahu”.
2. Informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana
tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3. Pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga
jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman.
4. Informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Karena itu, jawaban “tidak tahu” merupakan jawaban sebagai data penelitian yang
benar dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.

Teknik wawancara dilakukan dengan sumber badut jalanan di lampu merah bukit dan
lampu mera simpang dprd.

3.7.2 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam
metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Teknik dalam observasi ini ialah dengan media wawancara dan
melihat langsung tempat yang akan diteliti yaitu Badut Jalanan yang berada di lampu merah
bukit dan lampu merah simpang DPRD.

3.7.3 Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, adapun dokumentasi yang diperoleh dalam
penelitian berupa foto-foto bersama sumber.

Anda mungkin juga menyukai