Anda di halaman 1dari 12

JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

KARAKTERISTIK ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM:


( PENGUATAN ASPEK TEOSENTRIS DAN HUMANISTIK)
Anwar 1 STAIN Parepare

Abstrak
Artikel ini merupakan kajian tentang substansi materi pendidikan Islam.
Dilihat dari aspek ontologinya, tampak dengan jelas garis pembeda sekaligus
penggambaran karakteristik pendidikan Islam yang membedakannya dengan substansi
pendidikan pada umumnya. Dasar kajian bertitik tolak dari pandangan filosofis tentang
hakikat realitas dari segala yang ada dan tidak terpisahkan dengan kaedah religius
yang sumbernya dari Al-Qur’an sebagai firman Tuhan Yang Maha Kuasa, di dalamnya
berisi kebenaran yang tidak diragukan.
Pembeda yang tegas dan mutlak terletak pada aspek teosentris dan
humanistiknya. Beradasarkan atas pandangan kesatuan wujud, maka segalah yang ada
merupakan satu kesatuan konsistensi struktural yang utuh, sehingga ilmu-ilmu
kealaman, humaniora/sosial, dan ilmu-ilmu keagamaan berasal dari sumber rujukan
yang sama, yakni Allah Swt. Pemahaman yang bercorak teosentris seperti ini,
berimplikasi secara mendasar dalam rumusan konsep dan pendekatan pendidikan Islam
yang berorientasi humanistik.

Kata Kunci: Ontologi, Pendidikan Islam, Teosentris dan Humanistik.

1
Penulis adalah tenaga pengajar, peratama kali ditugaskan di STAIN Sulawesi Utara ( sekarang IAIN),
sejak tahun 1993- 2004, selanjutnya pindah tugas sebagai tenaga pengajar di IAIN Parepare sampai sekarang

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 30


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

Pendidikan jika dipandang dari sudut Ideologi suatu masyarakat dijadikan sistem
ontologinya ( hakikat konsepsi) antara satu nilai dan diyakini kebenarannya, selanjutnya
dengan lainnya sudah pasti berbeda. dikembangkan menjadi suatu wujud
Pemahaman tentang hakikat yang ada dan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk itu,
menjadi obyek pemikiran adalah sangat jika suatu ideologi bercorak liberal-
variatif. Pada aspek tertentu bermuara kebendaan, maka ontologi pendidikannya
kepada pandangan yang saling bertentangan, sejalan dengan orientasi ideologinya, yaitu
bahkan saling mengingkari. Gejala seperti membangun optimistis mengenai hakikat
ini merupakan sesuatu yang membentuk dan kemampuan manusia dalam konsep
pemahaman penolakan terhadap dimensi sinergitas positif. 3 Demikian pula halnya
tertentu dari hakikat yang ada, dan dengan ideologi suatu masyarakat yang
mengakui dimensi-dimensi lainnya. Hal ini bercorak sosialis, maka pandangan yang
menunjukkan bahwa kesepahaman yang dikembangkan tentang hakikat pendidikan
mendasar tentang obyek pemikiran sesuai dan sejalan dengan corak ideologinya,
pendidikan adalah hal yang pasti sulit yaitu ketidaksederajatan di antara manusia
untukdiwujudkan. Pada aspek lain, bahwa merupakan keharusan alami, dan kelemahan
konsepsi pendidikan juga sangat terikat dari kelemahan dari masing-masing subyek.
dengan ideologi yang mendasari Untuk itu, pengembangan hak-hak otoritas
keberadaannya yang berdampak terhadap dan kebebasan perlu terus dilakukakan.4
wujud pendidikan yang diaplikasikan oleh Pengembangan konsep pendidikan
masyarakat. Untuk itu, pendidikan dipahami yang semata-mata terpusat pada manusia
sebagai perwujudan dan sekaligus releflesi (antropocentris) pada aspek tertentu
ideologi yang ada, misalnya konservatif- mempunyai keunggulan dan kelebihan,
sosialis, atau liberal-kapitalis, dan misalnya menekankan penguatan rasional,
humanistik-teosentris. Ketiga hal tersebut, positivisme, kebebasan, dan kesatuan hidup
masing-masing mempunyai corak kolektivitas, dan penguasaan materi-
pandangan yang berbeda tentang ekonomi serta penguasaan teknologi.
pendidikan. Manusia (Peserta didik) diarahkan untuk
Bahwa setiap konsep pendidikan, mengoptimalkan seluruh daya dan
apakah liberal-kapitalis atau sosialis masing- potensinya yang semata-mata digunakan
masing mempunyai karakteristik tersendiri, untuk penguasaan kebendaan. Konsepsi
sesuai dan berdasarkan ideologinya. 2
judul “Ideologi-Ideologi Pendidikan”, ( Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 ), h. 11-26
2 3
Penjelasan tentang hal tersebut, lihat William F.O’Neill, Educational
William F.O’Neill, Educational Ideologies; Ideologies.,h. 353
4
Contemporary Expressions of Educational William F.O’Neill, Educational Ideologies.
Philosophies, alih bahasa Omi Intan Naomi, dengan ,h. 333

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 31


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

pendidikan tersebut memahami dan dibutuhkan oleh manusia dalam dimensi


menempatkan manusia pada esensinya tidak kehidupan duniawi dan ukhrawinya. 6
utuh, pengembangan manusia mengalami Aspek-aspek tersebut, menjadi
proses dikotomik yang sangat tajam antara fokus pengembangan secara seimbang dan
dimensi spiritual-rohani dengan akal dan atas dasar prinsip keserasian. Keunggulan
fisiologinya. selanjutnya, yaitu pendidikan Islam
Berbeda dengan konsepsi menyatu-padukan nilai-nilainya dengan
pendidikan Islam, memahami dan sikap dan perilaku hidup.Tujuannya agar
memandang manusia sebagai makhluk manusia menjadi makhluk yang beradab,
pribadi seutuhnya dan kebutuhannya memiliki harkat dan kemuliaan martabat.
merupakan refleksi dari esensinya sebagai Al-Qur’an sangat memberikan penegasan
manusia yang sempurna. Pada aspek dan mengangkat derajat manusia pada
normatif, bahwa pendidikan Islam dilandasi tingkat yang luhur, jika manusia pada setiap
oleh kebenaran teosentris, diyakini aktivitasnya selalu taat pada azas moralitas.
kebenarannya sampai pada tingkat Moralitas yang kuat menjadi instrumen
5
keyakinan yang sebenarnya. Aspek normatif pembatas antara sifat-sifat manusiawi
pendidikan Islam merupakan gambaran dengan cara hidup yang tidak beradab dan
nilai-nilai yang dapat mengokohkan sifat- tidak bermartabat, bahkan menjadi
sifat manusia sebagai makhluk yang barometer untuk melihat apakah manusia
manusiawi, sudah pasti sangat berbeda terbebas dari cara-cara hidup binatang (
dengan kebenaran yang sumbernya dari berada dalam kontrol nafsu destruktifnya).
pandangan rasional-positivisme. Kebenaran Pendidikan seharusnya memberikan
yang nilai-nilai justeru mereduksi sifat-sifat jawaban dengan konsepsi yang tepat
manusia. Selain itu, mengenai orientasi terhadap apa yang menjadi dimensi hakikat
dimensinya, pendidikan Islam meliputi manusia dan apa yang menjadi kebutuhan
ruang lingkup menyeluruh, sekaligus hidupnya secara totalitas, antara unsur
merupakan jawaban terhadap apa yang fisiologis dengan unsur psikologis, atau
kebutuhan material-kebendaan dengan
kebutuhan yang terkait dengan aspek-aspek
metafisisnya. Sebab manusia tidak dapat
diparsialkan tentang hakikatnya dan apa
5
Al-Qur’an merupakan sumber kebenaran yang menjadi kebutuhannya. Jika hanya
sejati, sebagai kebenaran wahyu bukan kebenaran
akal. Untuk itu, kualitas ajaran moralitas di dalamnya dilihat dari sudut tertentu, maka itu berarti
sangat kuat.(Al Qur’an, S.6: 114).Hal ini termaktub,
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu
(Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pentafshih Al-Qur’an Kerjasama dengan Kerajaan Pendekatan Interdisipliner, ( Cet.IV; Jakarta: Bumi
Arab Saudi, 2013), h. 206 Aksara, 1996), h. 31

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 32


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

manusia kehilangan identitasnya sebagai prinsip umum dari hal yang ada, sedangkan
makhluk yang sempurna di antara makhluk dalam hal pemakiannya akhir-akhir ini
ciptaan Tuhan. ontologi dipandang sebagai teori mengenai
Berdasar pada penjelasan tersebut, apa yang ada. 9Jadi ontologi menyelidiki,
tampak dengan jelas bahwa pendidikan mempelajari esensi tentang sesuatu
Islam berisi konsep, pemikiran, pandangan, kenyataan yang ada. Berdasarkan hasil
struktur materi, sejalan dan sesuai apa yang pemahaman terhadap apa yang ada, manusia
diharapkan dan menjadi tujuan hidup melakukan proses konstruksi ilmu
manusia. Untuk itu, permasalahan utama pengetahuan secara sistematis-rasional,
artikel ini adalah apa substansi ontologi dengan sendirinya maka ontologi lazim juga
pendidikan Islam sebagai karakteristik disebut teori tentang hakikat yang ada.
keunggulannya ? Dalam kajian filsafat, ontologi oleh
para ahli diartikan sebagai salah satu cabang
A. Arti Ontologi Pendidikan Islam filsafat yang menyelidiki dan mempelajari
Kata ontologi berasal dari bahasa mengenai hakikat yang ada dari sesuatu
Yunani; on= being, dan logos=logic. Jadi yang ada dan berkeberadaan. Hakikat yang
ontologi adalah the theory of being qua ada masing-masing mempunyai gejala yang
being (teori tentang keberadaan sebagai menandai akan adanya sesuatu dan
keberadaan). 7 Menurut Noeng Muhadjir, keberadaannya. Atas dasar itu, Sidi Gazalba
bahwa ontologi adalah ilmu yang menegaskan bahwa ontologi mempersoalkan
membicarakan tentang the being; yang sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan.
dibahas yaitu hakikat realitas. 8 Penjelasan Karena itu disebut sebagai ilmu hakikat,
yang lebih lengkap tentang ontologi, adalah hakikat yang bergantung pada pengetahuan.
apa yang dikemukakan oleh A. Dardiri, Dalam agama ontologi memikirkan tentang
bahwa ontologi adalah menyelidiki sifat Tuhan. 10
dasar dari apa yang nyata secara Selanjutnya, apa yang dimaksud
fundamental dan cara yang berbeda di mana dengan ontologi pendidikan Islam.
entitas dari kategori-kategori yang logis Pendidikan Islam secara teoritis merupakan
yang berlainan (obyek-obyek fisis, hal rumusan-rumusan konsepsional terhadap
universal, abstrak) dapat dikatakan ada; hakikat realita-kenyataan atau hakikat dari
dalam kerangka tradisional ontologi hal yang ada. Jadi hakikat yang ada itu
dianggap sebagai teori mengenai prinsip- menjadi bersumber pemaknaan secara

7 9
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet.I; A. Dardiri, Humaniora, Filsafat, dan
Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2004), h. 132 Logika, (Cet.I; Jakarta: Rajawali, 1986), h. 17
8 10
Mukhtar Latif, Filsafat Ilmu Orientasi ke Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,
Arah Pemahaman, (Cet.III; Jakarta: Prenadamedia Pengantar kepada Teori Pengetahuan, ( Cet.I;
Group, 2016), 173 Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 106

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 33


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

filosofis. Ontologi filsafat pendidikan tertentu. Ia tersusun dari serangkaian sikap


berkaitan dengan persoalan-persoalan terhadap berbagai lembaga serta proses
mendasar tentang hal ihwal hakikat masyarakat. Ia menyediakan sebuah potret
pendidikan dalam ruang filsafat. 11 Secara dunia sebagaimana adanya dan sebagaimana
khusus pendidikan Islam, maka ontologinya seharusnya dunia itu bagi mereka yang
diwujudkan dalam bentuk memberikan meyakininya. 12
pemahaman yang mendasar tentang Jika konsep ideologi dilihat dari
kenyataan sebenarnya dalam rumusan perspektif Islam, maka yang dimaksud
konsep pendidikan yang berintikan dengan adalah sistem keyakinan yang sarat dengan
nilai-nilai yang sumbernya dari Al-Qur’an nilai-nilai ketuhanan yang substansinya
dan Hadits, dan sudah barang tentu dalam sebagai nilai kebenaran mutlak, menjadi
ruang pemikiran filsafat. Jadi ontologi panduan dalam bersikap dan mengatur
pendidikan, ilmu yang membahas secara pandangan hidup bagi setiap pribadi muslim.
mendasar tentang seluk-beluk pendidikan. Sistem keyakinan berintikan ketuhanan
memandu manusia dengan pandangan hidup
B. Karakteristik Ontologi Pendidikan yang sebanarnya tentang dunia dan akhirat.
Islam Karena sumbernya dari wahyu Tuhan, maka
Pada bagian ini dikelompokkan ke setiap doktrin pandangannya adalah
dalam 4 kategori, adalah sebagai berikut; kebenaran yang tidak perlu diragukan, ia
1. Berdasar pada ideolgi ketuhanan; bukan hasil renungan dan manipulasi akal
2. Komponen materi kesatuan manusia, tetapi suatu konsepsi keyakinan
holistik; yang diwahyukan olehTuhanYang Maha
3. Bercorak Humanistik; Kuasa.
4. Jawaban atas hakikat dan Pandangan ketuhanan yang menjadi
eksistensi manusia landasan-asas pendidikan Islam. Seluruh
kegiatan pendidikan Islam dijiwai dan
1.Berdasar pada ideologi ketuhanan diarahkan untuk menyakini Keesaam Tuhan,
Sargent (bukunya Contemporary dan membentuk kesadaran manusia tentang
Political Ideologies), mengindikasikan keberadaannya sebagai hamba. Dalam Al
sebagaimana dikemukakan oleh William F. Qur’an, surat pertama yang diturunkan
O’neil, bahwa ideologi adalah sebuah sistem kepada Rasulullah Saw., perintah membaca
nilai atau keyakinan yang diterima sebagai (iqra’) merupakan keharusan yang mesti
fakta atau kebenaran oleh kelompok

11 12
Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat William F.O’Neill, Educational
Pendidikan; Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Ideologies; Contemporary Expressions of
(Cet.I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 90 Educational Philosophies, h.33

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 34


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

diawali dengan menyebut nama Allah. 13Hal berada pada satu kondisi eko-sistem wujud.
ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas Di mana semua wujud-realitas bersumber
penjelajahan ilmiah dalam konsepsi dari satu wujud yang satu, yaitu Tuhan Yang
pendidikan Islam, harus berititik tolak dari Maha Kuasa. Dia adalah wujud yang hakiki
motif kesadaran ketuhanan. Ayat-ayat Al- dan mutlak keberadaan-Nya, sementara
Qur’an yang menjadi landasan atau dasar wujud lain berada dalam posisi bersifat
untuk memahami dan menerjemahkan kemungkinan dan tabi’atnya bersifat relatif-
segala gejala alam secara konsepsional. Pada nisbi. 15Kesatuan holistik, menurut
dasarnya, segala realitas merupakan struktur pemahaman Yusuf Al-Qardawi, bahwa
ilmu pengetahuan yang hukum-hukumnya karena dunia dan akhirat merupakan satu
adalah ciptaan Allah Swt, di mana hukum- kesatuan konsistensi struktural yang utuh,
hukum itu mewujudkan teori ilmu maka ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan
pengetahuan. Untuk itu, tabi’at dasar ilmu (natural dan social sciences) dan ilmu-ilmu
pengetahuan adalah berintikan keesaan dan keagamaan hendaknya mempunyai rujukan
penguatan keyakinan kepada Allah Swt. yang sama, yakni Allah swt. 16Atas dasar
Wawasan tentang Yang Kudus merupakan pandangan tersebut, maka pendidikan Islam
titik sentral dalam teori Islami pengetahuan. juga bersumber dari ontologi yang demikian.
Cara berpikir Islami…adalah keyakinan Dengan demikian, konsepsinya merupakan
yang tidak tergoyahkan dari cara berpikir perwujudan dari pandangan yang
bahwa segala hal atau segala sesuatunya menganggap segala wujud merupakan satu
berasal dari satu-satunya sumber, yaitu kesatuan holistic, sehingga implikasinya
Allah. 14 adalah satu kesatuan antara ilmu-ilmu
2. Komponen materi kesatuan holistik kealaman dan ilmu-ilmu sosial serta dengan
Bertitik tolak dari pandangan ilmu-ilmu keagamaan.
keagamaan bahwa realita yang ada Pandangan yang memandang bahwa
merupakan satu kesatuan wujud, antara satu apa yang ada merupakan kesatuan sistem,
dengan yang lainnya terikat dengan tidak ada pemisahan antara unsur jasmani
koneksitas hukum alam dan senantiasa dan rohani, akal dan spritual, antara manusia
sebagai makhluk individu dan sebagai
13
Ayat ini memberikan penegasan bahwa makhluk sosial, antara urusan duniawi dan
aktivitas keilmuan dilakukan oleh setiap manusia
semestinya berdasar pada landasan ketuhanan, ( Al ukhrawi, serta antara pengetahuan yang
Qur’an, S. 96:1-5). Departemen Agama RI,Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
15
Penterjemah dan Pentafshih Al-Qur’an kerjasama Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (
dengan Kerajaan Arab Saudi, 2013), h. 1079 Cet. V; Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h.90
14 16
C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Yusuf Al-Qardlawi, Al-Rasul wa al-‘Iim,
Islamic World, alih bahasa Hasan Basri, dengan judul diterjemahkan oleh Kamaluddin A. Marzuki, dengan
“Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”, (Cet. judul “Metode dan Etika Pengembangan Ilmu”, (Cet.
II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 5 I; Bandung: CV. Rosdaya Karya, 1989), h. 1

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 35


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

bersumber dari al-Qur’an dengan Bersinergi secara harmonis dan saling


pengetahuan yang bersumber dari responsif antara satu dengan yang lainnya
sunnatullah-hukum alam. tanpa celah kelemahan. Kesemuanya saling
Manusia sebagai subyek memberi respon dan berfungsi atas azas
pendidikan, dengan kapasitas yang ada hukum kerapian dan keteraturan. Dari aspek
padanya merupakan satu kesatuan seutuhnya psikologi, manusia manusia mempunyai
dengan unsur-unsur yang ada dalam kapasitas yang menjadikannya sehingga
identitas kemanusiaannya, juga merupakan disebut sebagai makhluk yang sempurna.
satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan Kapasitas psikis adalah modal kejiwaan
budaya dan sosialnya dan terhadap alam yang menyebabkan manusia dapat memiliki
semesta, sekalikgus menunjukkan bahwa keunggulan dan kualitas. Keunggulan dan
eksistensinya menurut pandangan agama kualitas merupakan sesuatu yang diperoleh
meliputi dua ruang lingkup utama, yaitu melalui pengalaman dan pendidikan.
duniawi dan ukhrawi. Atas dasar tersebut, Manusia adalah subyek pendidikan
maka dapat ditegaskan bahwa hakikat materi memiliki potensi manusiawi. Potensi itu
pendidikan Islam berintikan atas pandangan mengisyaratkan bahwa dia-manusia dapat
bahwa segala yang ada merupakan kesatuan mengembangkan dirinya untuk mencapai
holistik. tingkat yang lebih bermartabat dan
manusiawi. Kapasitas yang bersifat
3. Manusia sebagai makhluk manusiawi itu membutuhkan proses
antropocentris pendidikan dan pengalaman yang baik,
Di dalam Al-Qur’an Allah Swt., berupa pengalaman yang berlangsung secara
menegaskan bahwa manusia diciptakan konsistensi sejak dari kecil (bahkan sejak
dengan struktur fisiologi dan psikologi yang dalam kandungan) sampai usia dewasa.
paling sempurna.17 Wujud fisik manusia Kapasitas manusiawi yang ada pada
menggambarkan komposisi struktur yang setiap manusia menjadi alat ukur utama
sangat ideal dan benilai estetika yang sangat yang memberi penegasan bahwa manusia
sempurna. Kesempurnaan itu hanya ada adalah makhluk antropocentris. Jadi
pada manusia, tidak dipunyai oleh makhluk- manusia dalam hubungannya dengan
makhluk lain. Fisik manusia menunjukkan pendidikan menjadi titik pusat pembinaan.
komposisi yang tepat serta teratur, dan letak Setiap aktivitas pembinaan yang dilalui dan
organ-organ tubuh tertata secara rapi sesuai dialami senantiasa memperhatikan kapasitas
kedudukan dan fungsinya masing-masing. manusiawinya. Manusia mempunyai modal
17
fisik dan psikhis yang dibutuhkan untuk
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, ( Jakarta: Yayasan Penterjemah dan mengembangkan dirinya ke arah yang
Pentafsih Al-Qur’an Kerjasama Dengan Kerajaan beradab. Jika hal itu dikembangkan maka
Arab Saudi, 2013), h. 1076

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 36


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

manusia menjadi makhluk yang bertuhan, Islam menegaskan pandangannya tentang


beradab, bermoral dan berbudaya. eksistensi manusia berawal dari realita
Kemampuan seperti inilah yang emperis, selanjutnya berproses dan berakhir
membedakannya dengan makhluk lain. pada realita metafisis hari kemudiaan.
Potensi manusiawi yang bersifat b. Hakikat hidup manusia. Manusia
antropocentris, yaitumanusia adalah sebagai makhluk edukatif sangat
makhluk individualitas, makhluk bermoral, membutuhkan proses pendidikan sepanjang
dan makhluk sosial. Ketiga aspek ini sangat hayat. Pendidikan berlangsung sejak masa
mendasar ketika manusia dipandang sebagai pranatalis, selanjutnya berlanjutnya pada
subyek pendidikan, dan jika terabaikan masa post-natalis. Pada intinya bahwa
maka justeru menjadikan manusia hanya seluruh interaksi manusia dengan dirinya
sebagai makhluk yang memiliki sifat-sifat dan dengan lingkungannya merupakan
primitif. pengalaman yang diperoleh secara eduaktif.
Maksudnya sudah jelas yaitu membentuk
4. Jawaban terhadap esensi dan kesadaran diri sebagai hamba yang mengerti
eksistensi Manusia dari mana dia berasal dan kemana akan
Pendidikan Islam berfungsi pergi, kesadaran untuk berubah.
mengantar, membina dan menguatkan c. Hakikat tujuan hidup manusia yaitu
kualitas hidup manusia yang tercermin pada mencapai kualitas metafisis-keagamaan
tiga hal sebagai berikut; (segalanya mencari keredhaan dari Tuhan
a. Keberadaan manusia, pendidikan Sang Pencipta). Konsepsi dasar pendidikan
Islam memandang bahwa keberadaan Islam menempatkan segala yang berkaitan
manusia mencakup tiga ruang waktu yang duniawi hanya merupakan tujuan elementer
saling berkesinambungan; keberadaan yang perlu diusahakan dicapai secara
sebelum lahir (alam rahim ibu), sesudah seimbang tujuan yang lebih substansial,
lahir (alam dunia). Ketika di alam dunia ini yaitu tujuan akhirat. Tujuan ini merupakan
manusia diikat kewajiban agar senantiasa tujuan hakiki, abadi. Tujuan aspek kedua ini
memelihara hubungan dengan Tuhan, diri berimplikasi pada pembentukan kesadaran
sendiri, sesama manusia, alam lingkungan, spiritual yang kuat pada setiap pribadi
dan lingkungan sosial-budaya. Selanjutnya muslim.
keberadaan manusia sesudah meninggal,
ketika berada di alam akhirat.Dari aspek ini, C. Pendidikan berbasis Teosentris-
dapat dipahami bahwa hakikat sumber Humanistik
bahan (ontologi) pendidikan Islam mengatur Intisari ontologi pendidikan Islam
secara jelas dan tepat tentang esensi dan menekankan dua hal yang utama dan
eksistensi manusia. Ontologi pendidikan substansial, yaitu pendidikan berbasis

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 37


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

teosentris dan berorientasi humanistik. Oleh kebebasan dari dorongan nafsu,


karena apa yang dikembangkan menjadi ketergantungan urusan duniawi, keserakahan
teori, konsep pendidikan Islam merupakan materi/ekonomi. Karena kebebasan yang
semuanya berasal dan bersumber dari Tuhan dicita-citakan oleh pendidikan Islam, adalah
Yang Maha Kuasa. Konsep ini berlandaskan kepasrahan dan kehambaan secara totalitas
pada keyakinan tauhid, keyakinan yang kepada Allah Swt. Itulah kebebasan sejati
mengesakan Tuhan secara murni dan utuh. yang dimiliki oleh manusia berkomitmen
Mahmud Syaltut, menjelaskan unsur asasi pada keyakinan tauhid dan
akidah Islamiyah yaitu keberadaan Allah mengimplikasikan ke dalam kehidupannya.
dengan kemahaesaan-Nya, keesaan dalam Syahadat merupakan kunci yang dengannya
penciptaan, pengelolaan dan kebebasan manusia masuk ke dalam Islam dan
dalam bertindak-Nya terhadap alam semesta, diberlakukan kepadanya semua hukumnya.
kesuciaan-Nya dari kemusyrikan dalam Maka pengakuan terhadap keesaan Allah
keagungan dan kekuatan, kesucian dari mengandung kesempurnaan kepercayaan
penyamaan Dzat dan sifat-sifat-Nya. 18 kepada Allah dari dua aspek, yaitu aspek
Kalimat tauhid yang termaktub rububiyah (penciptaan, pendidikan dan
dalam kalimat syahadat mengandung makna Pengelolaan), serta aspek uluhiyah
19
yang sangat mendalam (filosofis), yaitu (peribadatan).
penegasan bahwa keislaman seseorang Pendidikan Islam yang berbasis
mutlak dengan mengawali membaca kalimat teosentris yang dengannya membebaskan
tauhid tersebut, selanjutnya secara konsisten manusia dengan kebebasan yang sejati.
mengamalkan makna-makna kalim itu ke Mengapa demikian, manusia tidak perlu
dalam seluruh aktivitas di dunia, termasuk memperbudak dirinya atau membelenggu
dimensi pendidikan. Jika manusia berikrar kebebasannya kepada obyek, simbol-simbol
dengan syahadat itu, maka ia menemukakan yang statusnya sama dengan manusia
otoritas-kebebasannya yang sejati. sebagai makhluk ciptaan Tuhan, bahwa
Kebebasan manusia tidak boleh dibelenggu manusia kadang-kadang manusia memuja
oleh nafsu duniawi, dibelenggu oleh sesuatu hal yang derajat status dan
kepentingan kebendaan-material dan segala kesempurnaan jauh di bawah kemuliaan
simbol-simbol yang didewakan, justeru manusia itu sendiri.Dengan demikian,
merusak kebebasan manusia itu sendiri. pendidikan Islam yang berpijak pada
Pendidikan Islam sarat dengan muatan keyakinan yang mengesakan Tuhan
membebaskan manusia dari belenggu merupakan ruang normatif agar manusia
18
senantiasa harkat kebebasannya, dimana
Mahmud Syaltut, Al-Islamu ‘Aqidatun wa
Syari’atun, diiterjemahkan oleh Abdurrahman Zain,
19
dengan judul “Islam Aqidah dan Syari’ah”, (Cet. I; Mahmud Syaltut, Al-Islamu ‘Aqidatun wa
Jakarta: Pustaka Amani, 1986), h. 15 Syari’atun, h.17

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 38


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

ketaatan dan ketundukan, kepasrahan secara 2. Pendidikan berbasis teosentris


totalitas hanya semata-mata ditujukan menguatkan ikatan tali kasih sayang,
kepada Tuhan yangMaha Pencipta dan kebersamaan, kesederajatan di antara
Maha Berkuasa. sesama manusia. Perwujudan seperti
Konsep pendidikan yang demikian, hal ini merupakan hasil dari
sudah pasti dapat berimplikasi terhadap penghayatan akan sifat-sifat Tuhan,
sikap dan perilaku yang humanistik di antara di antaranya Tuhan Yang Maha
sesama manusia. Artinya konsep pendidikan Pengasih, Penyayang dan
yang berorientasi humanistik dengan tabi’at memandang hamba-Nya atas dasar
yang sebenarnya hanya dapat dialami dan kualitas derajat ketaqwaannya. Hal
dirasakan oleh manusia, jika hal itu berasal ini menjadi modal spiritual yang
dari pendidikan yang berbasis teosentris. mesti dimiliki dalam rangka
Implikasi humanistik dari suatu pendidikan menghadapi keragaman kultur
yang jelas basis ketuhanannya, secara jelas kemanusiaan yang menandai
dapat dideskripsikan adalah sebagai berikut; kehidupan manusia. Sebab Tuhan
1. Hak-hak onotomi setiap manusia, menciptakan manusia tidak dalam
secara khusus individu muslim keseragaman, akan tetapi dalam
terlayani dan terpenuhi dengan baik keragaman suku, bangsa, bahasa,
dan secara tepat. Karena setiap budaya dan agama pada intinya
individu berdasarkan kodratnya hanya untuk memperkaya khasanah
terlahir dengan hak-hak kebebasan budaya manusia itu sendiri.
tanpa perlu menempatkan diri di 3. Eksistensi manusia berlangsung
bawah belenggu hawa nafsu atau menuju arah yang tepat, yaitu
memperbudak diri terhadap obyek, menghadap kepada Tuhan yang
simbol-simbol yang pada dasarnya Maha Pencipta. Karena sejak awal,
juga hanya makhluk ciptaan Tuhan. setiap sikap dan perilaku manusia
Kepasrahan dan ketaatan secara total diarahkan agar senantiasa berjalan
merupakan hak Tuhan yang harus pada garis-garis ketentuan agama.
ditunaikan dan diberikan oleh setiap Penyimpangan terhadap agama
pribadi muslim. Dari aspek ini, merupakan suatu bentuk bahwa
dipahami bahwa eksistensi manusia tersebut keluar dari gari
kehambaan bahwa manusia milik eksistensinya. Jadi dalam Islam,
Allah Swt sepenuhnya, hanya eksistensi manusia haruslah
kepada-Nya kewajiban mengabdi membangun suatu garis lurus antara
ditujukan. komitmennya dangan cita-cita hidup
yang hakiki, yaitu mencapai

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 39


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

keredaan Tuhan Penciptanya. Untuk sosial, ilmu-ilmu humaniora, terlebih


itu pendidikan yang berbasis lagi ilmu-ilmu agama) pada
teosentris memberikan kepastian prinsipnya diyakini berasal dari satu
pandangan hidup yang dituju, bukan sumber azasi, yaitu Tuhan. Di antara
pandangan hidup yang menyesatkan; bagian dari aspek ini, adalah hukum-
menafikkan adanya hal-hal metafisis hukum ilmiah merupakan ketetapan
spiritual di luar batas-batas emperis. Tuhan melalui hokum alamnya;
Jelas, setiap pribadi muslim harus sunnatullah.
selalu berpegang teguh pada tali 3. Konsep pendidikan yang demikian,
Allah dengan kokoh, sebagai upaya berimplikasi secara mendalam
memelihara garis eksistensi tetap terhadap sikap dan perilaku manusia
pada yang diatur agama. dari aspek humanistiknya. Manusia
secara moral bertanggung jawab
D. Kesimpulan mengembangkan sifat-sifat
1. Ontologi pendidikan Islam humanistik di tengah-tengah sifat itu
memaparkan hakikat pendidikan mengalami reduksi kualitas karena
yang sebenarnya dan sesuai dengan pandangan pendidikan yang tidak
kebutuhan manusia sebagai upaya didasarkan pada konsep keesaan
untuk menguatkan eksistensi dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi
esensi manusia sebagai makhluk pendidikan Islam, memberikan
bertuhan dan memiliki sifat-sifat pandangan humanistik yang
humanistik. Untuk itu, pendidikan sesungguhnya terhadap pribadi
yang dikembangkan adalah muslim.
pendidikan yang memperhatikan
aspek-aspek realitas kenyataan
manusia secara terpadu dan holistik Daftar Pustaka
dengan aspek metafisis-spritualnya.
2. Pendidikan Islam jika dilihat dari Al-Qardlawi, Yusuf, 1989. Al-Rasul wa al-
karakteristik ontologinya, maka ‘Iim, diterjemahkan oleh
tampak perbedaannya medasar Kamaluddin A. Marzuki, dengan
dengan konsep-konsep pendidikan judul “Metode dan Etika
pada umumnya. Karakteristik itu Pengembangan Ilmu”, Cet. I;
adalah pendidikan yang berbasis Bandung: CV. Rosdaya Karya.
teosentris; segala hal yang ada, Abdin, Zainal, 2006. Filsafat Manusia:
termasuk dalam pengembangan Memahami Manusia melalui
keilmuan (ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 40


JPPI (Jurnal Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipliner Vol 3 No 1 (2019)

Filsafat, Cet. IV; Bandung: CV. Latif, Mukhtar, 2016.Filsafat Ilmu Orientasi
Remaja Rosdakarya. ke Arah Pemahaman, Cet.III;
Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Jakarta: Prenadamedia Group.
Tinjauan Teoritis dan Praktis Mudyahardjo, Redja, 2008. Filsafat Ilmu
Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Suatu Pengantar, Cet.
Interdisipliner, Cet.IV; Jakarta: V; Bandung: CV. Remaja
Bumi Aksara. Rosdakarya.
Bakhtiar, Amsal, 2004. Filsafat Ilmu, Cet.I; O’Neill,William F, 2008. Educational
Jakarta: PT. Radja Grafindo Ideologies; Contemporary
Persada Expressions of Educational
Departemen Agama RI, 1979. Al-Qur’an Philosophies, alih bahasa Omi
dan Terjemahnya, (Jakarta: Intan Naomi, dengan judul
Yayasan Penyelenggara “Ideologi-Ideologi Pendidikan”,
Penterjemah dan Pentafshih Al- Cet. II; Yogyakarta: Pustaka
Qur’an kerjasama dengan Pelajar.
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Qadir,C.A. 2002. Philosophy and Science in
Dardiri, A. 1986. Humaniora,Filsafat, dan the Islamic World, alih bahasa
Logika, Cet.I; Jakarta: Rajawali, Hasan Basri, dengan judul “Filsafat
1986. dan Ilmu Pengetahuan dalam
Gazalba, Gazalba, 1973.Sistematika Islam”, Cet. II; Jakarta: Yayasan
Filsafat, Pengantar kepada Teori Obor Indonesia.
Pengetahuan, Cet.I; Jakarta: Bulan Syaltut, Mahmud, 1986.Al-Islamu ‘Aqidatun
Bintang. wa Syari’atun, diiterjemahkan oleh
Gandhi HW, Teguh Wangsa, 2011. Filsafat Abdurrahman Zain, dengan judul
Pendidikan; Mazhab-Mazhab “Islam Aqidah dan Syari’ah”, Cet.
Filsafat Pendidikan, Cet.I; I; Jakarta: Pustaka Amani.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hanafi, Ahmad, 1991. Pengantar Filsafat
Islam, Cet. V; Jakarta: Bulan
Bintang.

Vol 3 No 1 (2019): JPPI Volume 3 Nomor 1 Juni 2019 Halaman 41

Anda mungkin juga menyukai