Abstrak
Artikel ini merupakan kajian tentang substansi materi pendidikan Islam.
Dilihat dari aspek ontologinya, tampak dengan jelas garis pembeda sekaligus
penggambaran karakteristik pendidikan Islam yang membedakannya dengan substansi
pendidikan pada umumnya. Dasar kajian bertitik tolak dari pandangan filosofis tentang
hakikat realitas dari segala yang ada dan tidak terpisahkan dengan kaedah religius
yang sumbernya dari Al-Qur’an sebagai firman Tuhan Yang Maha Kuasa, di dalamnya
berisi kebenaran yang tidak diragukan.
Pembeda yang tegas dan mutlak terletak pada aspek teosentris dan
humanistiknya. Beradasarkan atas pandangan kesatuan wujud, maka segalah yang ada
merupakan satu kesatuan konsistensi struktural yang utuh, sehingga ilmu-ilmu
kealaman, humaniora/sosial, dan ilmu-ilmu keagamaan berasal dari sumber rujukan
yang sama, yakni Allah Swt. Pemahaman yang bercorak teosentris seperti ini,
berimplikasi secara mendasar dalam rumusan konsep dan pendekatan pendidikan Islam
yang berorientasi humanistik.
1
Penulis adalah tenaga pengajar, peratama kali ditugaskan di STAIN Sulawesi Utara ( sekarang IAIN),
sejak tahun 1993- 2004, selanjutnya pindah tugas sebagai tenaga pengajar di IAIN Parepare sampai sekarang
Pendidikan jika dipandang dari sudut Ideologi suatu masyarakat dijadikan sistem
ontologinya ( hakikat konsepsi) antara satu nilai dan diyakini kebenarannya, selanjutnya
dengan lainnya sudah pasti berbeda. dikembangkan menjadi suatu wujud
Pemahaman tentang hakikat yang ada dan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk itu,
menjadi obyek pemikiran adalah sangat jika suatu ideologi bercorak liberal-
variatif. Pada aspek tertentu bermuara kebendaan, maka ontologi pendidikannya
kepada pandangan yang saling bertentangan, sejalan dengan orientasi ideologinya, yaitu
bahkan saling mengingkari. Gejala seperti membangun optimistis mengenai hakikat
ini merupakan sesuatu yang membentuk dan kemampuan manusia dalam konsep
pemahaman penolakan terhadap dimensi sinergitas positif. 3 Demikian pula halnya
tertentu dari hakikat yang ada, dan dengan ideologi suatu masyarakat yang
mengakui dimensi-dimensi lainnya. Hal ini bercorak sosialis, maka pandangan yang
menunjukkan bahwa kesepahaman yang dikembangkan tentang hakikat pendidikan
mendasar tentang obyek pemikiran sesuai dan sejalan dengan corak ideologinya,
pendidikan adalah hal yang pasti sulit yaitu ketidaksederajatan di antara manusia
untukdiwujudkan. Pada aspek lain, bahwa merupakan keharusan alami, dan kelemahan
konsepsi pendidikan juga sangat terikat dari kelemahan dari masing-masing subyek.
dengan ideologi yang mendasari Untuk itu, pengembangan hak-hak otoritas
keberadaannya yang berdampak terhadap dan kebebasan perlu terus dilakukakan.4
wujud pendidikan yang diaplikasikan oleh Pengembangan konsep pendidikan
masyarakat. Untuk itu, pendidikan dipahami yang semata-mata terpusat pada manusia
sebagai perwujudan dan sekaligus releflesi (antropocentris) pada aspek tertentu
ideologi yang ada, misalnya konservatif- mempunyai keunggulan dan kelebihan,
sosialis, atau liberal-kapitalis, dan misalnya menekankan penguatan rasional,
humanistik-teosentris. Ketiga hal tersebut, positivisme, kebebasan, dan kesatuan hidup
masing-masing mempunyai corak kolektivitas, dan penguasaan materi-
pandangan yang berbeda tentang ekonomi serta penguasaan teknologi.
pendidikan. Manusia (Peserta didik) diarahkan untuk
Bahwa setiap konsep pendidikan, mengoptimalkan seluruh daya dan
apakah liberal-kapitalis atau sosialis masing- potensinya yang semata-mata digunakan
masing mempunyai karakteristik tersendiri, untuk penguasaan kebendaan. Konsepsi
sesuai dan berdasarkan ideologinya. 2
judul “Ideologi-Ideologi Pendidikan”, ( Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 ), h. 11-26
2 3
Penjelasan tentang hal tersebut, lihat William F.O’Neill, Educational
William F.O’Neill, Educational Ideologies; Ideologies.,h. 353
4
Contemporary Expressions of Educational William F.O’Neill, Educational Ideologies.
Philosophies, alih bahasa Omi Intan Naomi, dengan ,h. 333
manusia kehilangan identitasnya sebagai prinsip umum dari hal yang ada, sedangkan
makhluk yang sempurna di antara makhluk dalam hal pemakiannya akhir-akhir ini
ciptaan Tuhan. ontologi dipandang sebagai teori mengenai
Berdasar pada penjelasan tersebut, apa yang ada. 9Jadi ontologi menyelidiki,
tampak dengan jelas bahwa pendidikan mempelajari esensi tentang sesuatu
Islam berisi konsep, pemikiran, pandangan, kenyataan yang ada. Berdasarkan hasil
struktur materi, sejalan dan sesuai apa yang pemahaman terhadap apa yang ada, manusia
diharapkan dan menjadi tujuan hidup melakukan proses konstruksi ilmu
manusia. Untuk itu, permasalahan utama pengetahuan secara sistematis-rasional,
artikel ini adalah apa substansi ontologi dengan sendirinya maka ontologi lazim juga
pendidikan Islam sebagai karakteristik disebut teori tentang hakikat yang ada.
keunggulannya ? Dalam kajian filsafat, ontologi oleh
para ahli diartikan sebagai salah satu cabang
A. Arti Ontologi Pendidikan Islam filsafat yang menyelidiki dan mempelajari
Kata ontologi berasal dari bahasa mengenai hakikat yang ada dari sesuatu
Yunani; on= being, dan logos=logic. Jadi yang ada dan berkeberadaan. Hakikat yang
ontologi adalah the theory of being qua ada masing-masing mempunyai gejala yang
being (teori tentang keberadaan sebagai menandai akan adanya sesuatu dan
keberadaan). 7 Menurut Noeng Muhadjir, keberadaannya. Atas dasar itu, Sidi Gazalba
bahwa ontologi adalah ilmu yang menegaskan bahwa ontologi mempersoalkan
membicarakan tentang the being; yang sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan.
dibahas yaitu hakikat realitas. 8 Penjelasan Karena itu disebut sebagai ilmu hakikat,
yang lebih lengkap tentang ontologi, adalah hakikat yang bergantung pada pengetahuan.
apa yang dikemukakan oleh A. Dardiri, Dalam agama ontologi memikirkan tentang
bahwa ontologi adalah menyelidiki sifat Tuhan. 10
dasar dari apa yang nyata secara Selanjutnya, apa yang dimaksud
fundamental dan cara yang berbeda di mana dengan ontologi pendidikan Islam.
entitas dari kategori-kategori yang logis Pendidikan Islam secara teoritis merupakan
yang berlainan (obyek-obyek fisis, hal rumusan-rumusan konsepsional terhadap
universal, abstrak) dapat dikatakan ada; hakikat realita-kenyataan atau hakikat dari
dalam kerangka tradisional ontologi hal yang ada. Jadi hakikat yang ada itu
dianggap sebagai teori mengenai prinsip- menjadi bersumber pemaknaan secara
7 9
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet.I; A. Dardiri, Humaniora, Filsafat, dan
Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2004), h. 132 Logika, (Cet.I; Jakarta: Rajawali, 1986), h. 17
8 10
Mukhtar Latif, Filsafat Ilmu Orientasi ke Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,
Arah Pemahaman, (Cet.III; Jakarta: Prenadamedia Pengantar kepada Teori Pengetahuan, ( Cet.I;
Group, 2016), 173 Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 106
11 12
Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat William F.O’Neill, Educational
Pendidikan; Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Ideologies; Contemporary Expressions of
(Cet.I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 90 Educational Philosophies, h.33
diawali dengan menyebut nama Allah. 13Hal berada pada satu kondisi eko-sistem wujud.
ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas Di mana semua wujud-realitas bersumber
penjelajahan ilmiah dalam konsepsi dari satu wujud yang satu, yaitu Tuhan Yang
pendidikan Islam, harus berititik tolak dari Maha Kuasa. Dia adalah wujud yang hakiki
motif kesadaran ketuhanan. Ayat-ayat Al- dan mutlak keberadaan-Nya, sementara
Qur’an yang menjadi landasan atau dasar wujud lain berada dalam posisi bersifat
untuk memahami dan menerjemahkan kemungkinan dan tabi’atnya bersifat relatif-
segala gejala alam secara konsepsional. Pada nisbi. 15Kesatuan holistik, menurut
dasarnya, segala realitas merupakan struktur pemahaman Yusuf Al-Qardawi, bahwa
ilmu pengetahuan yang hukum-hukumnya karena dunia dan akhirat merupakan satu
adalah ciptaan Allah Swt, di mana hukum- kesatuan konsistensi struktural yang utuh,
hukum itu mewujudkan teori ilmu maka ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan
pengetahuan. Untuk itu, tabi’at dasar ilmu (natural dan social sciences) dan ilmu-ilmu
pengetahuan adalah berintikan keesaan dan keagamaan hendaknya mempunyai rujukan
penguatan keyakinan kepada Allah Swt. yang sama, yakni Allah swt. 16Atas dasar
Wawasan tentang Yang Kudus merupakan pandangan tersebut, maka pendidikan Islam
titik sentral dalam teori Islami pengetahuan. juga bersumber dari ontologi yang demikian.
Cara berpikir Islami…adalah keyakinan Dengan demikian, konsepsinya merupakan
yang tidak tergoyahkan dari cara berpikir perwujudan dari pandangan yang
bahwa segala hal atau segala sesuatunya menganggap segala wujud merupakan satu
berasal dari satu-satunya sumber, yaitu kesatuan holistic, sehingga implikasinya
Allah. 14 adalah satu kesatuan antara ilmu-ilmu
2. Komponen materi kesatuan holistik kealaman dan ilmu-ilmu sosial serta dengan
Bertitik tolak dari pandangan ilmu-ilmu keagamaan.
keagamaan bahwa realita yang ada Pandangan yang memandang bahwa
merupakan satu kesatuan wujud, antara satu apa yang ada merupakan kesatuan sistem,
dengan yang lainnya terikat dengan tidak ada pemisahan antara unsur jasmani
koneksitas hukum alam dan senantiasa dan rohani, akal dan spritual, antara manusia
sebagai makhluk individu dan sebagai
13
Ayat ini memberikan penegasan bahwa makhluk sosial, antara urusan duniawi dan
aktivitas keilmuan dilakukan oleh setiap manusia
semestinya berdasar pada landasan ketuhanan, ( Al ukhrawi, serta antara pengetahuan yang
Qur’an, S. 96:1-5). Departemen Agama RI,Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
15
Penterjemah dan Pentafshih Al-Qur’an kerjasama Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (
dengan Kerajaan Arab Saudi, 2013), h. 1079 Cet. V; Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h.90
14 16
C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Yusuf Al-Qardlawi, Al-Rasul wa al-‘Iim,
Islamic World, alih bahasa Hasan Basri, dengan judul diterjemahkan oleh Kamaluddin A. Marzuki, dengan
“Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”, (Cet. judul “Metode dan Etika Pengembangan Ilmu”, (Cet.
II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 5 I; Bandung: CV. Rosdaya Karya, 1989), h. 1
Filsafat, Cet. IV; Bandung: CV. Latif, Mukhtar, 2016.Filsafat Ilmu Orientasi
Remaja Rosdakarya. ke Arah Pemahaman, Cet.III;
Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Jakarta: Prenadamedia Group.
Tinjauan Teoritis dan Praktis Mudyahardjo, Redja, 2008. Filsafat Ilmu
Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Suatu Pengantar, Cet.
Interdisipliner, Cet.IV; Jakarta: V; Bandung: CV. Remaja
Bumi Aksara. Rosdakarya.
Bakhtiar, Amsal, 2004. Filsafat Ilmu, Cet.I; O’Neill,William F, 2008. Educational
Jakarta: PT. Radja Grafindo Ideologies; Contemporary
Persada Expressions of Educational
Departemen Agama RI, 1979. Al-Qur’an Philosophies, alih bahasa Omi
dan Terjemahnya, (Jakarta: Intan Naomi, dengan judul
Yayasan Penyelenggara “Ideologi-Ideologi Pendidikan”,
Penterjemah dan Pentafshih Al- Cet. II; Yogyakarta: Pustaka
Qur’an kerjasama dengan Pelajar.
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Qadir,C.A. 2002. Philosophy and Science in
Dardiri, A. 1986. Humaniora,Filsafat, dan the Islamic World, alih bahasa
Logika, Cet.I; Jakarta: Rajawali, Hasan Basri, dengan judul “Filsafat
1986. dan Ilmu Pengetahuan dalam
Gazalba, Gazalba, 1973.Sistematika Islam”, Cet. II; Jakarta: Yayasan
Filsafat, Pengantar kepada Teori Obor Indonesia.
Pengetahuan, Cet.I; Jakarta: Bulan Syaltut, Mahmud, 1986.Al-Islamu ‘Aqidatun
Bintang. wa Syari’atun, diiterjemahkan oleh
Gandhi HW, Teguh Wangsa, 2011. Filsafat Abdurrahman Zain, dengan judul
Pendidikan; Mazhab-Mazhab “Islam Aqidah dan Syari’ah”, Cet.
Filsafat Pendidikan, Cet.I; I; Jakarta: Pustaka Amani.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hanafi, Ahmad, 1991. Pengantar Filsafat
Islam, Cet. V; Jakarta: Bulan
Bintang.