Anda di halaman 1dari 7

3.

Teori-Teori Belajar

Ada banyak teori belajar yang berasal dari berbagai aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut
memiliki tafsiran sendiri-sendiri tentang belajar, menurut pandangannya masing-masing. Pandangan-
pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan tersediri. Menurut Bigge dan
Hunt (1980 : 226) dikutip dari Sukmadinata (1987) ada tiga keluarga atau rumpun besar teori belajar
menurut pandangan psikologi, yaitu teori disiplin mental, behaviorysme, dan teori Cognitive Gestalt
Field.

3.1 Teori disiplin mental

Menurut rumpun teori disiplin mental dari kelahirannya atau secara herediter, anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembankan potensi-potensi tersebut.
Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental, yaitu: disiplin mental theistik, disiplin mental
humanistik, naturalisme dan apersepsi.

3.1.1 Teori disiplin mental theistik

Teori mental theistik berasal dari psikologi daya (phsycology faculty). Menurut teori ini individu atau
anak mempunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggap, mengingat,
berpikir, memecahkan masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut.
Kalau daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk menghadapi atau
memecahkan berbagai masalah.

3.1.2 Teori disiplin mental humanistik

Teori disiplin mental humanistik berasal dari psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles.
Menurut rumpun psikologi teori disiplin mental ini individu mengembangkan diri dari kekuatan,
kemampuan, dan potensi-potensi tertentu, dan potensi-potensi individu. Potensi-potensi itu perlu
dikembangkan. Perbedaan dengan teori disiplin mental theitik, teori tersebut menekankan bagian-
bagian, latihan bagian, atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistik lebih menekakan
keseluruhan, keutuhan. Pendidikannya menekankan pendidikan umum (general education). Kalau
seseorang menguasai hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransfer atau diaplikasikan kepada hal-
hal lain yang bersifat khusus.

3.1.3 Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self actualization

Teori ini berpangkal dari Psikologi Naturalisme Romantik dengan tokoh utamanya Jean Jacques
Rousseau. Sama dengan kedua teori sebelumnya potensi atau kemampuan. Kelebihan teori ini adalah
mereka berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi dan kemampuan untuk berbuat atau
melakukan berbagai tugas, tetapi juga memiliki kemampuan dan kemampuan untuk belajar dan
berkembang sendiri. Agar anak dapat berkembang dan mengaktualisasikan segala potensi yang
dimilikinya pendidik atau guru perlu menciptakan situasi yang permisif yang jelas. Melalui situasi
demikian, ia dapat belajar sendiri dan mencapai perkembangan secara optimal.

3.1.4 Teori apersepsi

Teori apersepsi disebut juga Herbatisme, bersumber pasa Psikologi Strukturalisme dengan tokoh utama
Herbart. Menurut aliran ini belajar adalah membentuk massa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan
untuk memperlajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu massa
apersepsi,dan massa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau menguasai pengetahuan
selanjutnya. Demikian seterusnya semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pula massa
apersepsinya.

3.2 Behaviorisme

Rumpun teori ini disebut behaviorme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur. Teori-teori dalam dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang
kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur tersebut seperti halnya molekul-molekul. Ada beberapa ciri
dari rumpun teori ini yaitu: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil; (2) bersifat
mekanistis; (3) menekankan pada peranan lingkungan; (4) mementingkan pembentukan reaksi atau
respon; dan (5) menekankan pentingnya latihan (Sukmadinata, 2003:168).

3.2.1 Teori S-R Bond (Stimulus Respond)


Teori ini bersumber dari psikologi koneksionime atau teori asosiasi dan merupakan teori pertama dari
dari rumpun Behaviorisme. Menurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk kepada hukum stimulus-
respons atau aksi reaksi. Setangkai bunga dapat merupakan suatu stimulus dan direspons oleh mata
dengan cara meliriknya. Kesan indah yang diterima individu dapat merupakan stimulus yang
mengakibatkan terespons memetik bunga tersebut. Demikian halnya dengan belajar, terdiri atas
rentetan hubungan stimulus respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus
respons sebanyak-banyaknya.

Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah Thorndike (1874-1949), dengan
eksperimennya belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia yang disebut Thorndike dengan
”trial and eror”. Thorndike menghasilkan teori belajar ”connectionism” karena belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Thorndike mengemukakan tiga
prinsip atau hukum dalam belajar yaitu: (1) law of readiness, belajar akan berhasil apabila inividu
memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut; (2) law of exercise yaitu belajar akan berhasil
apabila banyak latihan dan ulangan; dan (3) law of effect yaitu belajar akan bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

3.2.2 Teori Conditioning

Teori kedua dari behaviorisme adalah conditioning atau stimulus response with conditioning. Teori ini
merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh utama teori ini adalah Watson
dan Plavlov, mereka percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia.
Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu kondisi tertentu.

Plavov melakukan percobaan dengan seekor anjing. Dalam percobaannya, Plavlov ingin membentuk
tingkah laku tertentu pada anjing. Dalam keadaan lapar, sebelum diberikan makanan dibunyikan
lonceng, diperlihatkan makanan, dan air liur anjing keluar. Keadaan ini terus menerus diulang: bunyikan
lonceng, perlihatkan makanan, air liur anjing keluar. Setelah beberapa kali dilakukan ternyata pada
akhirnya setiap lonceng berbunyi air liur anjing keluar, walau tampa diberikan makanan. Dalam keadaan
ini anjing belajar bahwa kalau lonceg berbunyi pasti ada makanan sehingga menyebabkan air liurnya
keluar.
Dari eksperimen itu dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus
dilakukan harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu.
Pengkondisian itu dengan melakukan pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah
laku itu.

3.2.3 Teori penguatan (reinforcement)

Teori penguatan atau reinforcement merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme.
Kalau pada pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangannya (stimulus), maka
pada teori penguatan yang dikondisikan atau diperkuat adalah responsnya.

Seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau
ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak ini dengan nilai yang tinggi, pujian atau hadiah.
Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat
lagi.

3.3 Teori Cognitive Gestalt-Field

Teori belajar Gestalt (Gestal Theory) lahir di Jerman pada tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan
oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari
pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghapal di sekolah, dan menghendaki agar
murid belajar dengan pengertian bukan hapalan akademis.

3.3.1 Teori Pemahaman (insight)

Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan
pemahaman mendadak tentang hubungan-hubungan antar bagian-bagiandalam suatu situasi
permasalahan. Dalam pelaksannan pembelajaran teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-
potongan atau bagian-bagian bahan ajar, tetapi selalu dalam satu kesatuan yang khusus. Guru
memberikan satu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak
harus berusaha menemukan hubungan antar bagian, memperoleh insight agar ia dapat memahami
keseluruhan situasi atau bahan ajar tersebut. Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada
awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari
keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera seperti mata dan telingan.

3.3.2 Teori belajar Goal Insight

Teori belajar Goal Insight menurut para ahli ialah individu selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Perbuatan individu selalu bertujuan, diarahkan kepada perbuatan hubungan dengan lingkungan. Belajar
adalah usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman yang bermutu tingkat
tinggi adalah pemahaman yang telah teruji, yang berisi kecakapan menggunakan suatu objek, fakta,
proses, ataupun ide dalam berbagai situasi. Pemahaman tingkat tinggi memungkinkan seseorang
bertindak inteligen, berwawasan luas, mampu memecahkan berbagai masalah.

3.3.3 Teori belajar Cognitive Field

Kurt Lewin ( 1892-1947) yang mengembangkan teori ini, dengan menaruh perhatian kepada kepribadian
dan psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-
kekuatan, baik yang dari diri individu seperti tujuan, kebutuhan, takanan kejiwaan, maupun dari luar diri
individu seperti tantangan dan permasalahan.

Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut life space yang mencakup perwujudan
lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang-orang yang mereka temui, objek materiil yang ia
hadapi dan funsi-fungsi kejiwaan yang mereka miliki

4. Proses Belajar

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf indivdu yang belajar. Proses
belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu,
proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelummnya . Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun
psikomioriknya. Dimyadi dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau
tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapain tujuan pendidikan amat tergantung
dari proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah
maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Menurut Gagne (1984) belajar sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

4.1 Proses Belajar menurut pandangan Jerome S. Bruner

Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Bruner tidak
mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana
orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasika informasi secara efektif, ialah menurut
Bruner inti dari belajar. Menurutnya dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu: (1)
informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang
telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang bertentangan
dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, mislnya ada energi yang lenyap; (2) transformasi,
informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam yang lebih abstrak, atau
konseprual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat
diperlukan; dan (3) Evaluasi kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses belajar ketiga episode ini selalau ada, yang menjadi masalah ialah berapa banyak
informasi diperlukan agar dapat ditrasformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama, hal ini antara lain
tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untul mengetahui, dan
dorongan untuk menemukan sendiri.

4.2 Proses belajar menurut pandangan Robert M. Gagne

Belajar adalah proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne (1970) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebabkan; (1) stimulusi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian
dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulai ligkungan,
melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang
dapat dipelihatkan, anak-anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang
telah pernah didengar atau dipelajari
Gagne (1970) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana
keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat di
gambarkan sebagai (S) stimulus——– (R) respons. S yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R
adalah respons dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam
diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem syaraf dimana terjadi
transformasi perangsang yang dierima melalui alat dria. Stimulus itu merupakan input yang berada
diluar individu, sedangkan respons adalah outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil
belajar yang dapat diamati (Nasution, 2000:136)

Ada tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar,
kondisi internal yang menggambarkan keadaa internal da proses kognitif siswa dan hasil belajar yang
menggambarkan informal verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Kondisi internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar, dari interaksi tersebut
tampaklah hasil belajar.

Anda mungkin juga menyukai