Oleh
MUH SARKOWI
i
BUKU AJAR
Dosen
MUH SARKOWI
LAMPUNG
2010
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Perpustakaan
Universitas Lampung
3
33
PRAKATA
Buku “Pengantar Teknik Geofisika” ini ditulis untuk memenuhi buku-buku
pegangan dasar bagi mahasiswa Program Studi Teknik Geofiska. Buku ini
digunakan untuk mahasiswa tahun pertama agar mereka mengenal cakupan
kegiatan dibidang Geofisika, prinsip-prinsip kerja dan latar belakang teori,
pendekatan untuk penggunaan dalam rekayasa serta beberapa contoh
penggunaan. Selain buku ini diharapakan mahasiswa juga mencari sumber
referensi yang lain agar mempunyai pemahaman yang lebih baik.
Penulis,
4
4
DAFTAR ISI
hal
Halaman Judul
Prakata
Daftar Isi
BAB IV Gayaberat 52
4.1 Pendahuluan 52
4.2 Hukum Gravitasi Universal 54
4.3 Konstanta Gravitasi Universal (G) 55
4.4 Massa Bumi 63
4.5 Percepatan Gravitasi Bumi Teoritik 63
4.6 Pengukuran Gayaberat 67
4.7 Alat-alat Ukur Gayaberat 68
4.8 Jaring Gayaberat di Indonesia 70
4.9 Isostasi 72
4.10 Aplikasi Metode Gayaberat 74
5
5
6.5 Manfaat Gunung Api 96
6.6 Bahaya Gunung Api 96
Pustaka 119
Pengantar Teknik Geofisika
BAB I
TINJAUAN GEOFISIKA UMUM DALAM
ILMU KEBUMIAN
Geofisika berasal dari kata geo, yang artinya bumi, dan fisika. Dari akar
keilmuannya sendiri, geo berasal dari kata geologi. Jadi, geofisika ialah
ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula
diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika.
Karena perkembangannya yang sangat cepat, batas yang jelas antara
geologi, fisika, dan geofisika menjadi semakin kabur. Sebagian orang
menganggap geofisika sebagian dari geologi, sementara yang lain
menganggapnya sebagai bagian dari ilmu fisika.
Pada dasarnya akar bidang keilmuan ada empat, yaitu kimia, fisika,
geologi, dan biologi (Gambar 1.1).
G e o lo g
i
Paleontologi
F is ik a K im ia F is ik K im ia
a
1
• Kimia adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk materi.
• Fisika adalah ilmu yang mempelajari semua proses atau gaya yang
bekerja pada materi.
Pengambilan sumber energi dan mineral yang berguna dari muka bumi
secara terus-menerus dengan intensitas yang semakin meningkat telah
memacu kemungkinan terjadinya bahaya kekurangan sumber energi
yang dapt berakibat buruk pada perekonomian dan kehidupan penduduk
di seluruh dunia. Peristiwa di sekitar tahun 1970 telah memperlihatkan
bagaimana permasalahan tersebut sangat mungkin terjadi. Sebagaimana
diketahui, minyak bumi, gas bumi dan mineral logam di muka terdapat
dalam jumlah terbatas. Namun, masalah utama yang perlu diselesaikan
sesegera mungkin adalah bagaimana mencari dan menemukan sumber
cadangan energi baru di muka bumi ini yang dapat menggantikan mineral
yang telah digunakan atau dikonsumsi. Pencarian sumber energi dan
mineral ini semakin lama semakin sulit, tidak ‘semudah’ menemukan dan
mengeksploitasi sumber itu.
10
10
memburuk, sehingga perusahan itu bangkrut. Pada tahun 1920-an,
DeGolyer, Wakil Presiden Perusahaan Amerada memutuskan untuk
menyiapkan kemungkinan penggunaan teknologi geofisika dalam
ekslporasi minyak bumi. Perusahaan Geophysical Research Corp didirikan
sebagai anak perusahaan Amerada dan Karcher kembali dalam bisnis
minyak. Hasil yang dicatat ialah dikembangkannya instrumen seismik
yang diserahkan ke Houston pada tahun 1926, sehingga Gulf menyewa
dua kelompok refraksi pada tahun yang sama. Satu kelompok berhasil
menemukan dua buah kubah garam dalam waktu 3 bulan. Geologiwan
Kepala, L.P.Garret, mengembangkan teknik ‘penembakan kipas’ dengan
hasil memuaskan. Dalam kurun waktu 1927-1928 GRC berhasil
menemukan 11 kubah garam dalam waktu hanya 4 bulan hanya untuk
satu klien.
11
11
menghubungkan pengambilan data (data aquisition) dan interprestasi
data. Ketiga bagian ini -pengambilan data, interprestasi data dan
pengolahan data- sekarang berkembang pesat dalam teknologi seismik.
Contoh lain dilakukan oleh Huang dkk. (1998) yang melakukan integrasi
antara seismik selang waktu dan data produksi untuk manajemen
reservoir untuk memperbaiki production history matching yang dilakukan
di reservoir batupasir, Teluk Meksiko, Lepas Pantai Louisiana. Beberapa
contoh kegunaan lain dilaporkan oleh He dkk. (1998), Anderson dkk.
(1998) dan sejumlah peneliti lain.
Hanya Indonesia yang bergantung pada produksi minyak dan gas untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Ini sama saja bergantung pada
kandungan mineral untuk membiayai ekonomi industri yang merupakan
dasar peradaban modern. Angka kandungan mineral yang terus digali
menunjukkan permintaan yang terus meningkat sesuai dengan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan teknologi geofisika dapat
membantu menemukan cadangan migas dan ini harus digunakan dengan
sebaik-baiknya supaya kebutuhan mineral menjadi lebih tercukupi.
Bijih besi yang memiliki daya tarik ekonomi besar adalah yang
mengandung magnetit dan hematit. Magnetit memiliki suspitibilitas
magnetik yang paling tinggi dibandingkan dengan mineral lain. Teknik
magnetik sangat sesuai untuk mencari besi dalam bentuk ini. Hematit
tidak banyak mengandung magnetic, tetapi sering dihubungkan secara
genesa atau secara statigrafi sebagai unit litotlogi yang mengandung
mineral magnet. Jadi, magnetometer dapat digunakan dalam eksplorasi
hematit sebagaimana digunakan untuk magnetit. Selain itu, karena
densitas manetit biasanya lebih besar daripada densitas batuan yang
mengandung mineral ini, survei gayaberat dapat digunakan unuk mencari
kedua jenis bijih ini.
Salah seorang perintis awal eksplorasi geofisika ialah Robert Fox yang
pada tahun 1815 menemukan bahwa mineral dapat berpolarisasi dengan
spontan. Ia mengajukan peralatan yang memakai efek ini untuk
mendapatkan bijih besi. Eksplorasi geofisika dengan menggunakan teknik
ini baru berusia satu abad, namun sebuah penemuan komersial telah
diciptakan berdasarkan teknik ini. Pada tahun 1916 Corad Schlumberger
menggunakannya untuk mencari lokasi deposit sulfida di Bonn. Kira-kira
pada waktu yang sama dia mengembangkan tempat pelatihan teknik
untuk resistivity (tahanan jenis). Teknik yang berbasis pada percobaan
diperkenalkan oleh Osborn dan peneliti lainnya sebelum pergantian abad
di area penambangan ‘The Great Lakes’.
Sebelum Perang Dunia II, basis teori untuk eksplorasi bahan tambang
dibatasi dan interprestasinya hanya pada bagian kuantitatif. Sejak perang
telah terjadi banyak perkembangan dalam teori metode interprestasi
yang digunakan dalam geofisika pertambangan, terutama yang
bersangkutan dengan gaya magnetik dan elektromagnetik.
2.1 Pendahuluan
Agar kita dapat lebih menghayati dan mendalami sifat sifat yang
terkandung dalam bumi, maka perlu disimak juga sedikit perihal
bagaimana terjadinya bumi ini. Untuk tujuan itu kita akan
mengawalinya dengan melihat kedudukan bumi ini dari sudut yang
lebih luas dan besar; yakni dengan menempatkan bumi ini sebagai
bagian dari Tata Surya. Kemudian beralih ke bagian-bagian yang lebih
kecil dan rinci, yaitu bahan-bahan pembentuknya, dan dari sini kita
melangkah mengungkapkan bentuk dan bangunnya, proses dan
peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dan menimpa bumi seperti
pembentukan batuan, pengikisan permukaan bumi, pembentukan
pegunungan dan lain sebagainya.
20
20
terjadinya planit-planit yang mengitari Matahari. Tetapi rupanya
kesemuanya itu lebih memfokuskan terhadap pembentukan planit-
planit itu sendiri saja tanpa mempedulikan bagaimana sebenarnya
Matahari itu sendiri terbentuk.
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales
di Inggeris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali
dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman
Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman
ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung.
30
30
j. Jaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.
Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini
Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan
Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang
menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul.
India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Jaman ini adalah jaman
akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala
Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada
32
32
10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang
berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit
terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian
besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu
pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan
Himalaya
Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan
flora dan fauna yang hidup sekarang, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.6.
Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang
mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam
bumi. Pada dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi
gelombang Primer (P) atau gelombang Longitudinal dan gelombang
Sekunder (S) atau gelombang Transversal. Sifat rambat kedua jenis
gelombang ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari material yang
dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material berfasa padat
maupun cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada
materi yang berfasa cair. Perpedaan sifat rambat kedua jenis
gelombang inilah yang dipakai untuk mengetahui jenis material dari
interior bumi.
Pada Gambar 3.1 diperlihatkan rambatan gelombang P dan S
didalam interior bumi yang berasal dari suatu sumber gempa.
Sifat/karakter dari rambat gelombang gempa (seismik) di dalam
bumi diperlihatkan oleh gelombang S (warna merah) yang tidak
merambat pada Inti Bumi bagian luar sedangkan gelombang P
(warna hijau) merambat baik pada Inti Bagian Luar maupun Inti
Bagian Dalam. Berdasarkan sifat rambat gelombang P dan S
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Inti Bumi Bagian Luar
berfasa cair. Pada Gambar 3.2 diperlihatkan rambatan gelombang
P dan S kearah interior bumi, terlihat disini bahwa gelombang S
tidak menjalar pada bagian Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair
(liquid), sedangkan gelombag P tetap menjalar pada bagian luar Inti
Bumi yang berfasa cair, namun terjadi perubahan kecepatan rambat
gelombang P dari bagian Mantel Bumi ke arah Inti Bumi bagian luar
menjadi lambat.
Gambar 3.1. Rambatan gelombang Primer Gambar 3.2. Sifat rambat gelombang P
(P) dan Sekunder (S) pada interior bumi. dan S pada interior bumi. Terlihat
Gelompang P (garis hijau) merambat pada gelombang P dapat merambat pada interior
semua bagian dari lapisan material bumi bumi baik yang berfasa padat maupun
sedangkan gelombang S (garis merah) berfasa cair, sedangkan gelombang S tidak
hanya merambat pada bagian mantel dari merambat pada Inti Bumi bagian luar yang
interior bumi. berfasa cair.
3.2 Material dan Susunan Kulit Bumi
a. Selaput Batuan (Litosfir)
Inti, yang terdiri dari dua bagian. Inti bagian dalam yang
bersifat padat, dan ditafsirkan sebagai terdiri terutama dari
unsur besi, dengan jari-jari 1216 Km., Inti bagian luar,
berupa lelehan (cair), dengan unsur–unsur metal mempunyai
ketebalan 2270 Km;
Gambar 3.3 Bagian-bagian utama bumi: Inti Bumi, Mantel Bumi, dan
Kerak Bumi
KERAK BENUA
KERAK BUMI
LITOSFIR ( 0 - 100 KM )
KERAK SAMUDRA
ASTENOSFIR ( 100 - 350 KM )
KERAK SAMUDRA
KERAK
BENUA
LITOSFIR
MANTEL
ATAS
ASTENISFIR
MANTEL ATAS
MANTEL
MANTEL BAWAH
2885 KM
2270 KM
INTI LUAR
INTI
1216 KM
INTI DALAM
38
38
Teori yang pada saat itu dianggap sangat radikal karena
bertentangan dengan anggapan yang berkembang pada waktu
itu, bahwa benua dan samudra merupakan bagian dari bumi
yang permanen, maka teori tersebut tidak mendapatkan tempat
diantara para ilmuwan Kebumian. Gambaran tentang struktur
interior bumi yang dikemukakan 50 tahun kemudian sebagai
hasil kerja keras para peneliti dengan cara mengumpulkan data
lebih banyak lagi, baik di daratan maupun di samudra, telah
melahirkan pandangan yang sangat maju dalam Ilmu Kebumian,
sehingga dianggap sebagai suatu revolusi dalam pemikiran di
bidang Ilmu ini.
Total 100
b. Selaput udara (atmosfir)
40
40
dengan unsur-unsur lainnya didalam suatu proses yang lazim
kita kenal sebagai oxidasi.
42
42
SEBARAN AIR DARAT
VOL %
2.15
2.5
1.5
0.62
1
0.1
0.5
0
GLETSER AIR TANAH LAIN-2 Series 1
PENGUAPAN
380.000 KM3
JATUH KEDARAT; HUJAN
96000 KM3
SALJU
JATUH KEMBALI
KE LAUT 284000KM3
ALUR PERMUKAAN
36000KM3
DANAU
LAUT
INFILTRASI
a. Pengikisan sungai
2. Air-Tanah (Groundwater)
48
48
permanen, adalah tempat-tempat dimana muka air-tanah
muncul ke permukaan. Di tempat-tempat kering dimana air sulit
diperoleh di permukaan, diperkirakan bahwa muka air-tanah
letaknya dalam. Kedalaman dari muka air-tanah sangat beragam
dan ditentukan oleh bentuk bentang alam dan keadaan iklim.
Mengetahui kedalaman muka air-tanah adalah sangat penting
dalam upaya untuk menentukan keberhasilan melakukan
pemboran air-tanah. Berdasarkan data dari sejumlah bor air,
danau, rawa, dan sumber-air, muka air tanah dapat diketahui
dan dipetakan. Kedudukan muka air-tanah dapat berada dalam
keadaan yang tetap apabila terjadi keseimbangan antara
pengisian (recharge) dan yang keluar (discharge). Suatu bentuk
atau lapisan massa batuan yang mampu meloloskan dan secara
nyata dapat menyimpan air-tanah, dinamakan aquifer. Pada
bagian ini kita dapat mengambil dan memanfaatkan air-tanah
untuk keperluan rumah-tangga, pertanian dan industri. Aquifer
yang paling baik adalah yang terdiri dari pasir dan kerakal yang
lepas, batupasir yang tidak tersemenkan dengan baik atau
batuan yang retak-retak.
Gambar 3.7 Aquiclude yang berada diatas muka air tanah akan terbentuk
pengumpulan air tanah setempat.
Kita mengenal adanya dua jenis aquifer:
50
50
Gambar 3.8 Lapisan batuan lulus air/permeable (aquifer tertekan) dan lapisan
impermeable (aquiclude)
BAB IV
GAYABERAT (GRAVITY)
4.1 Pendahuluan
Pada saat ini semua orang tahu bahwa benda jatuh ke bumi diakibatkan
oleh gaya tarik-menarik antara benda tersebut dengan bumi. Gaya tarik-
menarik tersebut, secara teori gravitasi ditemukan oleh seorang ahli ilmu
pengetahuan dari abad 17, yaitu Sir Isaac Newton (1642 - 1727), yang
dituangkan dalam bukunya “Principia Matematica”. Sudah menjadi
dongeng selama ini, seolah Newton menemukan hukum gravitasi pada
saat dia berjalan-jalan di taman lalu tertimpa buah apel. Sesungguhnya
penemuan hukum Newton ini dilakukan melalui banyak sekali tahapan dari
hasil pengamatan tentang pergerakan Bumi dan Matahari. Teori gravitasi
Newton didasarkan atas hasil penelitian Kepler tentang pergerakan planet-
planet. Dari hasil pengamatan Kepler (1753) membuat hukum pergerakan
planet yang berbentuk elips.
Hukum Kepler I :
( x + 2aε ) yh
2
(4-1)
h = 1
2 + b2
a
dimana a,b adalah jarak terpanjang dan terpendek dari revolusi bumi
terhadap Matahari
Hukum kepler II adalah :
dS (4-2)
=C
dt
2 3
T =a (4-3)
Dengan demikian :
4 h G m1 m
τ θc = (4-10)
2
2
dc
-8
G = 6.754 x 10 cgs unit (4-14)
g = G ρ m 4/3 π R (4-17)
3
ρm = 5.448 gr/cm
Sampai saat ini, metoda pengukuran Henry Cavendish ini menjadi acuan
-8 3
G= 6.658 x 10 cgs unit dan ρm = 5.5270 gr/cm
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa bumi bukan berbentuk
bola sempurna, akan tetapi bumi mengalami pepatan, atau rotational
ellipsoid. Dengan demikian, harga Me dalam persamaan (4-16) adalah :
2
Me = 4/3 ρm π a b ( a dan b menunjukkan jari-jari bumi dari sumbu
mayor dan minor), R adalah Rp dan Re.
2
Rφ = Re (1- e sin φ) , dengan e = 1/298.247 (4-18)
2 2 2
Rφ = a (1- e sin φ + 5/8 e sin 2φ) m (4-20)
2 2
gφ = ge (1+ β sin φ - β’ sin 2φ) mgal (4-21)
Re = 6.378,388 km
60
60
2
4/3 π a b ρ m
g=G 2
R
(4-22)
4/3 π Re 2 Rp ρm
g=G4 42
R (4-23)
atau :
2
3/4 g Rh 3
(4-24)
ρm = 2 gr/cm
G π Re Rp
Gambar 4.5 Hasil pengukuran nilai G (konstanta universial gravitasi) dari waktu
ke waktu
Tabel 4.2. Daftar nilai pengukuran G dan ρm
λ : sudut lintang
-2
ge : g di ekuator = 9.7803185 ms
-3
α : 5.278895 x 10
-5
β : 2.3462 x 10
flattening kutub.
2 2
g = ge (1 + β Sin φ - β‘ Sin 2φ) (4-32)
dimana :
φ = Lintang pengamatan,
dimana:
a = 6.378.200 m,
b = 6.358.818 m,
1
f = 298,2 m
Harga ge diambil dari harga umum untuk khatulistiwa 978,038 dari
(
gφ = 978.039 1 + 5.529410−3 Sin 2φ − 710 −6 Sin 2 2φ ) (4-35)
dimana : 1
f = 297.4
(
gφ = 978.049 1 + 0.0052884Sin φ −
2
2φ ) (4-36)
2
0.0000059Sin
dimana : 1
f = 297,
4. P
ada pertemuan tahunan (1930) "General Assembly of the
International Association of Geodesy" diusulkan penggunaan
persamaan baru, persamaan tersebut adalah :
(
gφ = 978.0490 1 + 0.0052884Sin 2φ − 2φ ) (4-37)
0.0000059Sin 2
dimana : a = 6.278.338 m,
b = 6.356.909 m dan
1/f = 297
5. Jeffreys (1952), seorang ahli falsafah dan matematika Inggris,
melahirkan harga :
(
gφ = 978.037,3 1 + 5.289110−3 Sin 2φ − 5.9x10−6Sin 2 2φ ) (4-38)
1) Postdam : pendulum
2) Viena : pendulum
3) Paris : pendulum
4) Roma : pendulum
5) Teddington : jatuh bebas
6) Washington : jatuh bebas
7) Ottawa : jatuh bebas
Cara pengukuran absolut : pendulum, jatuh bebas, dan gravimeter.
Gravimeter adalah alat pengukur Gaya berat relatif yang prinsip kerjanya
didasarkan atas memanjangnya pegas akibat perbedaan gaya tarik yang
berlaku pada beban, bila sebuah Gravimeter dibawa kedua tempat yang
berbeda harga gaya beratnya,pergeseran tersebut dibaca pada mistar
sekala. Ada dua macam alat gravimeter yaitu tipe stabil dan unstabil,tipe
yang unstabil saat ini lebih banyak digunkan karena tinggi harga ketelitian
dan akurasinya,contoh dari tipe ini adalah Worden, Scintrex Autograv
dan Lacoste Ramberg Gravimeter.
maka
m(gA-gB) = k(xA-xB) (4.43)
dengan demikian :
m(g A - g B ) = k (x A − x B )
k
gA −gB = (x A − x B )
m
k
∆g = ∆x
m (4.44)
atau bila x dinyatakan dalam skala pembacaan S maka :
∆g = K (S1 − S 2 )
= K (S1 − S 2 ) (4.45)
dimana K adalah harga sekala alat, S adalah nilai pembacaan.
Selain itu masih ada alat gravimeter yang lain yaitu Gravimeter La Coste
Romberg dan Scintrex Autograv untuk mendapatkan ketidak stabilan dengan
mengikatkan pegas kedinding alat lihat Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan
Gambar 4.10..
8a. Pri nsi p pengukuran Gambar 4.8b. Al at pengukur
Gambar 4. l i i l i imeter beban
gayaberat re at f grav meter beban
gravimeter Lacoste & Romberg gayaberat re
gravimeter at f & Romberg
Lacoste
grav
70
70
diluruskan kembali. Pada masa pendudukan Jepang pendirian Sistem
Potsdam di Indonesia juga telah dilakukan melalui Singapura dan Tokyo,
hasil pengukuran tersebut juga hilang (Higasinaka, 1967).
Gambar 4.11. Map of Indonesia showing principal gravity station locations and
base lines used in 1976 and 1977
0 0
X = 06 53’ 90.5’’ S ; Y = 107 37’ 90’’ E
4.9 ISOSTASI
Airy berasumsi bahwa lapisan paling atas dari Bumi mempunyai suatu
kepadatan seragam, dengan masing-masing kolom yang mengapung
dalam suatu lapisan kulit bumi yang mempunyai kepadatan ρs, dalamnya
apungan ini sesuai dengan teori apungan Archimedes. Akhirnya terjadi
berbagai variasi dalam ketebalan menyangkut kepadatan yang seragam
lapisan kerakbumi, daerah tinggi memperlihatkan suatu yang lebih tebal
dibanding kerak normal ( Gambar 4.13 ).
Medan magnet bumi adalah salah satu besaran vektor yang mempunai
besaran (magnitude) dan arah, besaran ini dapat diuraikan menjadi
komponen–komponennya. Medan magnet utama timbul karena adanya
arus listrik yang mengalir berputar di dalam inti luar yang membentang
dari jari–jari 1.300 km hingga 1.500 km. Medan utama ini tidak konstan
terhadap waktu, dan perubahannya relatif lamban.
Magnet bumi memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan selatan. Kutub
utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan bumi. Adapun kutub
selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara bumi. Magnet bumi
memiliki medan magnet yang dapat memengaruhi jarum kompas dan
magnet batang yang tergantung bebas. Medan magnet bumi
digambarkan dengan garis-garis lengkung yang berasal dari kutub
selatan bumi menuju kutub utara bumi. Magnet bumi tidak tepat
menunjuk arah utara-selatan geografis. Penyimpangan magnet bumi
ini akan menghasilkan garis-garis gaya magnet bumi yang
menyimpang terhadap arah utara-selatan geografis (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Letak Kutub magnet bumi yang menyimpang dari arah kutub utara
Selatan
5.2 Kutub Magnet Bumi
Gaya Magnetik
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb antara dua kutub
magnetik m1 dan m2 (e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk
m1 m2
F= (dyne) (3.1)
r
µ 0r 2
Konstanta µo adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak
berdimensi dan berharga satu (Telford, 1976), yang besarnya dalam SI
-7 2
adalah 4π x 10 newton/ampere
Intensitas Kemagnetan
a. Diamagnetisme
b. Paramagnetisme
Sifat ini material ini adalah nilai susceptibilitas positif dan sedikit lebih
besar dari satu serta nilai susceptibilitas tergantung pada temperatur.
Mineral ini mempuunyai susceptibilitas (4<36000)x10-6 emu, contoh:
pyroxene, fayalite, amphiboles, biotite, garnet. Efek paramagnetik
merupakan suatu efek orientasi, mirip dengan efek orientasi dari
molekul-molekul polar yaitu dalam hal sifatnya yang bergantung pada
temperatur, membesar jika temperatur menurun karena agitasi termis
dari atom-atom atau melekul-molekul cenderung untuk mencegah
orientasi.
Dalam benda-benda paramagnetik, medan yang dihasilkan oleh
momen-momen magnet atomik permanen, cenderung untuk
80
80
membantu medan magnet luar, sedangkan untuk dielektrik medan
dari dipol-dipol cenderung untuk melawan medan luar.
c. Ferromagnetik
Sifat yang dimiliki oleh material ini adalah susceptibilitas positif dan
jauh lebih besar dari satu, serta nilai susceptibilitasnya bergantung
pada temperatur. Nilai susceptibilitas mineral ini adalah
(100<(1.6x106))x10-6 em, contoh: besi, nikel, dan kobal. Bahan-
bahan feromagnetik intensitas magnetisasi besarnya sejuta kali lebih
besar dari pada bahan-bahan diamagnetik dan paramagnetic
(Santoso, 2002).
Secara lebih spesifik batuan terbagi menjadi tiga macam, yaitu batuan
sedimen, batuan beku, batuan metamorf yang memiliki susceptibilitas
yang berbeda, berikut nilai susceptibilitas masing-masing batuan :
85
85
terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka
koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian
yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
∆H = Htotal ± ∆Hharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama
bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik
utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik
utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai
medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan
koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
∆H = Htotal ± ∆Hharian ± H0
dimana H0 = IGRF
86
86
ketebalan sedimen, makin tebal makin bagus dan potensial untuk
source rock.
b. Eksplorasi Panasbumi
Gambar 6.2 Penampang diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter
bentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme
peleburan batuan yangmenghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah
samudera, busur gunungapi tengahbenua dan busur gunungapi dasar samudera.
(Modifikasi dari Sigurdsson, 2000).
90
90
6.2 Struktur Gunungapi
Struktur gunung api terdiri atas beberapa bagian (Gambar 6.4), yaitu :
a. Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat
kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar;
b. Kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih
dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi akibat letusan
besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kalderaruntuhan,
terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran
material yangsangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent,
terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuhgunungapi diikuti dengan
runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi
terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera;
c. Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh
gunungapi yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya
ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok
diantara rekahan disebut graben;
d. Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volumebesar magma asam ke permukaan yang berasal dari
kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer
dengan kedalaman ribuan meter.
Gambar 6.4 Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya
Gambar 6.6. Gunung api tipe perisai (G. Gambar 6.7. Gunungapi tipe Piroclastik.
Manua Loa Hawai) Gunung Paricutin Mexico
Gambar 6.8 Gunungapi tipe Kaldera (G. Gambar 6.9 Tipe Strato (Strato type,
Krakatau) composite volcano type),
Gambar 6.12 Contoh foto aliran lava letusan gunung Merapi Jawa Tengah
4. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah.
Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi
ancamanlangsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur
panas.
5. Gas vulkanikberacun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO,
CO2,HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat
membunuh.
1. Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi
gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut
olehhujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur
yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai
ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat
mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah
topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
2. Banjir bandang
Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada
lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi.
Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup
membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-
tiba terjadi aliran lumpur.
3. Longsoran vulkanik
100
1001
Pengantar Teknik
Geofisika
Penyebab Gempabumi
Gambar 7.2 Alat pendeteksi gempabumi pertama yang digunakan oleh bangsa
China.
Pemancaran energi gempa bumi dapat besar ataupun kecil, hal ini
tergantung dari karakteristik batuan yang ada dan besarnya stress yang
dikandung oleh suatu batuan pada suatu daerah. Pada suatu batuan yang
rapuh ( batuan yang heterogen ), stress yang dikandung tidak besar
karena langsung dilepaskan melalui terjadinya gempa gempa-gempa kecil
yang banyak. Sedangkan untuk batuan yang lebih kuat ( batuan yang
homogen ), gempa kecil tidak terjadi ( jarang terjadi ) sehingga stress
yang dikandung sangat besar dan pada suatu saat batuannya tidak
mampu lagi menahan stress, maka akan terjadi gempa dengan magnitude
yang besar.
Dengan kata lain untuk batuan yang lebih rapuh ( heterogen ), energi yang
dikumpulkan tidak terlalu besar karena langsung dilepaskan dalam bentuk
gelombang seismik, sedangkan untuk batuan yang lebih kuat, energinya
akan dikumpulkan dalam waktu relatif lebih lama sehingga pada saat
dilepaskan (karena batuan sudah tidak mampu lagi menahan stress),
energinya sudah terkumpul banyak dan gempabumi yang terjadi akan
lebih besar.
Skala Keterangan
MMI
I Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan hening oleh beberapa orang.
II Getaran dirasakan oleh beberapa orang yang tinggal diam, lebih-lebih di rumah
tingkat atas. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III Getaran dirasakan nyata dalam rumah tingkat atas. Terasa getaran seakan ada
truk lewat, lamanya getaran dapat ditentukan
IV Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa
orang. Pada malam hari orang terbangun, piring dan gelas dapat pecah, jendela
dan pintu berbunyi, dinding berderik karena pecah-pecah. Kacau seakan-akan
truk besar melanggar rumah, kendaraan yang sedang berhenti bergerak dengan
jelas.
V Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun.
Jendela kaca dan plester dinding pecah, barang-barang terpelanting, pohon- pohon
tinggi dan barang-barang besar tampak bergoyang. Bandul lonceng dapat berhenti.
VI Getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari keluar,
kadang-kadang meja kursi bergerak, plester dinding dan cerobong asap pabrik
rusak. Kerusakan ringan.
VII Semua orang keluar rumah, kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan
dan konstruksi yang baik. Cerobong asap pecah atau retak-retak. Goncangan terasa
oleh orang yang naik kendaraan.
VIII Kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-
retak pada bangunan yang kuat. Banyak kerusakan pada bangunan yang tidak
kuat. Dinding dapat lepas dari kerangka rumah, cerobong asap pabrik-pabrik dan
monumen-monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh, orang naik
sepeda motor terasa terganggu.
IX Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus,
banyak lubang-lubang karena retak-retak pada bangunan yang kuat. Rumah
tampak bergeser dari pondasinya, pipa-pipa dalam tanah putus.
X Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari pondasinya,
tanah terbelah, rel melengkung. Tanah longsor di sekitar sungai dan tempat-tempat
yang curam serta terjadi air bah.
XI Bangunan-bangunan kayu sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah.
Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung
sekali.
XII Hancur sama sekali. Gelombang tampak pada permukaan tanah,
pemandangan menjadi gelap, benda-benda terlempar ke udara.
b. Skala Richter
Salah satu contoh kegiatan prediksi gempa di Cina yang sangat sukses
adalah peristiwa gempabumi Menglian yang terjadi pada 12 Juli 1995
dengan Magnitude Ms = 7,3 satu hari sebelum gempa utama terjadi
diumumkan kepada masyarakat sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.
Grant, F.S., dan West, G.F. (1965) : Interpretation theory in applied geophysics,
McGraw-Hill Book Company, 210-232.
Kearey, P., dan F.J. Vine, Global Tectonics. Blackwell Scientific Publications,
1990.
Ludman, A., dan N.K. Coch, Physical Geology, McGraw-Hill, Inc., 1982
Mussett, A.E. and Khan, M.A. (2000) Looking into the Earth: An Introduction to
Geological Geophysics, Cambridge University Press, Cambridge, 470
pp.
Nettleton, L.L. (1976) Gravity and Magnetics in Oil Prospecting, McGraw- Hill,
New York, 464 pp.
Skinner, B.J., dan S.C. Porter, The Dynamic Earth : an Introduction to Physical
Geology, John Willey & Sons, Inc., 2000.
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. and Keys, D.A. (1990) Applied
Geophysics (Second Edition), Cambridge University Press,
Cambridge, 770 pp.
120
1201