Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Manajemen
Strategik
Disusun oleh:
NELA ASTRIANI
NIM. 181011200933
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2021
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah dalam masalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Lima Strategi Generik Michael Porter?
2. Bagaimana Sarana-sarana untuk mencapai strategi?
3. Bagaimana Manajemen Strategis di Organisasi Nirlaba dan Organisasi
Pemerintah?
4. Bagaimana Manajemen Strategis di Perusahaan Kecil?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kompetitif berasal dari lingkungan sekitar di mana perusahaan didirikan. Perubahan
lingkungan berlangsung terus dan perusahaan melalui inovasi memiliki peluang
dalam memengaruhi lingkungan. Dengan itu perusahaan dapat menciptakan
keunggulan kompetitif secara berkelanjutan .
4
The Diamond yang dikembangkan oleh Porter juga membincangkan
tentang faktor pergerakan individu yang memiliki gagasan (ide) dan
berketerampilan tinggi dalam kompetisi global. Teori diamond Porter ini berfokus
pada penentu produktivitas, juga menjelaskan daya tarik faktor-faktor pergerakan
(mobile) tersebut. Jadi, lingkungan diciptakan melalui usaha saling penguatan
kembali (mutual reinforcement) terhadap faktor-faktor yang menentukan.
Untuk menghindari kekaburan konsep diamond tersebut, Porter
menyodorkan hasil penelitiannya mengenai pengelompokan industri (clusters)
dalam satu lokasi. Cara pengelompokan industri dalam satu lokasi, akan
memuculkan industri pemasok, industri pelanggan, dan industri lainnya untuk
berkompetisi. Porter beralasan bahwa strategi cluster untuk industri akan
memudahkan penyediaan tiga sumber daya keunggulan kompetitif perusahaan,
yakni: (1) Keuntungan produktivitas (Productivity gains); (2) Kesempatan inovasi
(Innovation opportunities); dan (3) Formasi bisnis baru (New business formation).
Implikasi lain dari teori ini adalah perlunya mempertimbangkan aspek
geografis (konsentrasi geografis), khususnya untuk pengembangan wilayah dan
perkotaan. Dalam tataran nasional, pengelompokan industri akan menjadi daya
tarik interaksi yang menentukan. Poin pentinya adalah bagaimanapun perusahaan
kadang kala dapat gagal bukan disebabkan oleh faktor lingkungan melainkan juga
oleh faktor internal manajerial yang tidak adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Menurut Porter, terdapat lima kekuatan kompetitif yang menentukan
kekuatan industri. Kelima kekuatan tersebut adalah:
a. Pemain baru potensial
b. Pemasok
c. Pembeli
d. Substitusi
e. Pesaing dalam industry
Dalam mengemukakan strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif
atau daya saing, Porter mengajukan cara deferensiasi dan biaya rendah yang
terkenal dengan strategi generik Porter (Porter, 1985; 1991). Artinya, pada strategi
biaya rendah harga jual ke pembeli berada atau mendekati harga rata-rata industri.
5
Produk atau jasa yang dijual dipersepsikan sebagai layak dibandingkan dan bisa
diterima. Struktur biaya berarti terendah di antara para pesaing. Pada strategi
deferensi produk atau jasa di mata pembeli merupakan hal yang unik dengan harga
premium.
Porter juga menjelaskan pentingnya kerangka kerja rantai nilai (value
chain) sebagai fondasi meraih keunggulan kompetitif (Porter, 1985; 1991).
Kerangka kerja rantai nilai menggambarkan dua kegiatan, yakni kekiatan utama
(primary activities) dan kegiatan yang mendukung kegiatan utama (support
activities). Perusahaan mampu melakukan aktivitas dengan biaya rendah atau
mampu menciptakan keunggulan nilai daripada perusahaan yang lain karena
adanya konsep penggerak (the concept of driver).
Pemikiran Stratejik Porter, dapat dikategorikan menjadi tiga: (1) Strategi
Generik (SG); Strategi Cluster (SC); Strategi Dinamik (SD). Pada Strategi Generik,
Porter menjelaskan 4 hal ini: kepemimpinan biaya, deferensiasi, fokus pada biaya,
dan fokus pada deferensiasi sebagai basis pilihan perusahaan. Berdasarkan model
tersebut, maka perusahaan dapat memilih bagaimana kemampuan yang diinginkan,
didasarkan pada perpaduan antara bentuk- bentuk dan target pasar sebagai kunci
pilihan tersebut.
6
Alasan utama mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan kemitraan
sebagai sarana untuk mencapai strategi adalah globalisasi. Teknologi juga
menjadi alasan di balik kebutuhan untuk membentuk aliansi strategis, dengan
internet menjadi penghubung antarmitra yang tersebar luas. Internet membuka
jalan dan melegitimasi kebutuhan akan aliansi untuk menjadi sarana utama bagi
pertumbuhan perusahaan.
Usaha patungan antara perusahaan-perusahaan yang dulunya rival lazim
dipakai untuk menjalankan strategi mulai dari penciutan sampai pengembangan
pasar. Walaupun usaha patungan dan kemitraan lebih disukai daripada merger
sebagai sarana untuk mencapai strategi, tentu saja cara ini tidak selalu berhasil.
Beberapa persoalan yang umumnya menyebabkan usaha patungan gagal adalah:
Para manajer yang seharusnya bekerjasama setiap hari dalam menjalankan usaha
tidak dilibatkan dalam penciptaan atau pembentukan usaha tersebut.
Usaha tersebut mungkin menguntungkan perusahaan-perusahaan yang
bermitra tetapi tidak buat konsumen, yang kemudian mengeluhkan soal layanan
yang memburuk atau mengkritik perusahaan dengan satu cara lain. Usaha itu
mungkin tidak mendapat dukungan yang sama besarnya dari kedua mitra. Jika
demikian, persoalan dipastikan akan muncul. Usaha tersebut mulai bersaing
lebih dengan salah satu mitra daripada mitra yang lain.
Empat pedoman tentang kapan usaha patungan dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif.
1) Ketika sebuah organisasi milik swasta membentuk svatu usaha patungan
dengan organisasi milik pemerintah;
2) Ketika sebuah organisasi domestic membentuk suatu usaha patungan
dengan organisasi asing.
3) Ketika kompetensi khusus dari dua atau lebih pervsahaan saling melengkapi
dengan baik.
4) Ketika proyek tertentu berpotensi menghasilkan laba yang sangat besar
tetapi membutuhkan sumber daya dan mengandvng resiko yang lvar biasa
7
2. Merger/Akuisisi
Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk
menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran
kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu unit usaha. Akuisisi
(acquisition) terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli (mengakuisisi)
suatu perusahaan yang lebih kecil atau sebaliknya. Ketika merger atau akuisisi
tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut pengambilalihan
(takeover) atau pengambilalihan secara paksa/sepihak (hostile takeover).
Sebaliknya jika diinginkan kedua pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger
yang bersahabat (friendly merger). Akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi
besar membeli suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya.
Alasan untuk melakukan merger dan akuisisi :
1) Untuk menydiakan pemanfaatan kapasitas yang lebih baik.
2) Untuk memanfaatkan secara lebih baik tenaga penjualan yang ada.
3) Untuk mengurangi staf manajerial.
4) Untuk mencapai skala ekonomi.
5) Untuk mengatasi masalah tren musiman pada penjualan.
6) Untuk memperoleh akses ke pemasok, distributor, konsumen, produk, dan
kreditor baru.
7) Untuk menguasai teknologi baru.
8) Untuk mengurangi kewajiban pajak.
Ada beberapa alasan mengapa banyak merger dan akuisisi yang gagal :
1) Kesulitan – kesulitan integrasi.
2) Evaluasi target yang kurang memadai.
3) Utang yang besar atau luar biasa.
4) Ketidak mampuan untuk mencapai sinergi.
5) Terlalu banyak divestasi.
6) Para manajer terlampau berfokus pada akuisisi.
7) Akuisisi yang terlalu besar.
8) Kesulitan dalam menyatukan budaya organisasi yang beragam.
9) Turunnya semangat kerja karyawan karena pemecatan dan relokasi.
8
3. Joint Venture
Joint Venture merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul
ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium
dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi
ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang melakukan
Joint Venture tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak
jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk
suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud.
Joint Venture bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan
sistem distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk
mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender.
Joint Venture dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas
karena kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja,
untuk melakukan operasi secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan
kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung
juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk
mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu
teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.
9
satu factor yang menyebabkan trauma bagi lembaga pendidikan yang tidak
membuat rencana terkait pendaftaran mahasiswa baru yang berubah. Kelas
online menjadi semakin lazim dan menjadi ancaman bagi kampus dan
universitas tradisional.
2. Organisasi Kesehatan
Rumah sakit yang pada mulanya dimaksudkan sebagi penampungan
orang-orang yang sekarat karena tuberkolosis, cacar, kanker, pneumonia, dan
penyakit-penyakit menular lain saat ini menciptakan berbagai strategi baru sebab
kemajuan dalam diagnosis dan perlakuan terhadap penyakit kronis memperluas
misi awal tersebut. Strategi rumah sakit yang berhasil untuk masa depan akan
membutuhkan kerjasama yang baru dan mendalam dengan para dokter, yang
sangat penting bagi kesejahteraan rumah sakit, serta relokasi sumberdaya
perawatan akut ke kronis di rumah dan lingkungan komunitas.
Strategi-strategi yang saat ini dijalankan oleh banyak rvmah sakit meliputi
penyediaan layanan dirumah, penyediaan tenaga perawat di rumah, dan
pembangunan berbagai pusat rehabilitasi.
3. Badan dan Departemen Pemerintah
Badan dan departemen pemerintah, seperti kepolisian, kamar dagang,
asosiasi kehutanan, dan departemen kesehatan bertanggungjawab untuk
merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi-strategi yang
menggunakan uang hasil pajak rakyat dengan seefektif mungkin untk
menyediakan layanan program. Konsep-konsep manjemen strategis umumnya
diperlukan dan karenanya secara luas digvnakan untuk memampukan berbagai
organisasi pemerintah bekerja secara efektif dan efisien.
Para penyusun strategi di organisasi-organisasi pemerintah beroperasi
dengan otonomi strategis yang lebih sedikit dibandingkan sejawat mereka
diperusahaan swasta. Perusahaan umum biasanya dapat melakukan diversifikasi
ke bisnis yang tak terkait atau merger dengan perusahaan lain. Penyusun strategi
pemerintahan tidak terlalu bebas untuk mengubah misi organisasi atau
mengarahkan kembali tujuannya.
10
Badan dan departemen pemerintah menemukan bahwa karyawan mereka
sangat senang dengan peluang untuk berpartisipasi dalam proses manajemen
strategis dan dengan demikian memiliki pengaruh terhadap misi, tujuan, strategi,
dan kebijakan organisasi. Selain itu, badan-badan pemerintah menggunakan
pendekatan manjemen strategis untuk mengembangkan dan menyusun
permintaan akan dana tambahan secara formal.
11
permasalahan secara “tambal sulam” yang bersifat sementara sehingga harus
dilakukan secara terus menerus (tidak efisien).
3. Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh atau Mixed
Scanning Planning Approach atau Third Approach (Amitai Etzioni), yang
merupakan kombinasi antara pendekatan rasional menyeluruh dengan
pendekatan terpilah, yaitu menyederhanakan pendekatan menyeluruh dalam
lingkup wawasan secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas unsur yang
strategis terhadap permasalahan menyeluruh.
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara
lebih substantif, pendekatan ini dapat dibagi atas:
1. Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam dan penyusunan perencanaan
strategi industri dipertimbangkan faktor-faktor determinan yang dianggap
mempengaruhi dalam penentuan arah pengembangan, seperti kebijakan-
kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi dinamika global, dan lain-
lain.
2. Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam penyusunan perencanaan
strategi industri dipertimbangkan faktor-faktor lingkungan strategis yang
berpengaruh, seperti kondisi fisik dan lingkungan, kependudukan,
perekonomian, kelembagaan, dll.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Porter mengemukakan bahwa perusahaan harus mengubah strateginya jika
perubahan struktural terjadi pada industri tersebut. Menurutnya, operasional
perusahaan yang efektif bukanlah merupakan strategi. Pemikiran stratejik dalam
pandangan Porter adalah bagaimana menjadikan perusahaan memiliki posisi yang
unik dalam persaingan. Pemikiran Stratejik Porter, dapat dikategorikan menjadi
tiga: (1) Strategi Generik (SG); Strategi Cluster (SC); Strategi Dinamik (SD).
Dalam mencapai tujuan atau sasaran dalam strategi, maka diperlukan
beberapa sarana dalam mencapai streategi tersebut, yaitu : kemitraan biasanya
didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerjasama antara beberapa
pihak, baik pemerintah maupun swasta. Merger dan akuisisi merupakan dua cara
yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua
organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu unit
usaha. Joint Venture merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul
ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium
dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama.
Proses manajemen strategis digunakan secara efektif oleh banyak
organisasi nirlaba dan organisasi pemerintah, seperti Palang Merah, kamar dagang,
lembaga pendidikan, fasilitas umum, perpvstakaan, badan-badan pemerintah, dan
gereja. Secara mengejutkan, sector nirlaba merupakan “institusi” pemberi kerja
terbesar di Amerika.
Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) pendekatan perencanaan yang dapat
digunakan dalam penyusunan perencanaan Strategi Industri Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) , yaitu : pendekatan rasional, pendekatan perencanaan terpilah
atau Disjointed Incremental Planning Approach, dan pendekatan terpilah
berdasarkan pertimbangan menyeluruh atau Mixed Scanning Planning Approach
atau Third Approach (Amitai Etzioni).
13
3.2 Saran
Dari isi makalah di atas, saran yang dapat kami berikat dalam pembuatan
makalah ini, yaitu :
1. Di harapkan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran
Manajemen Strategik.
2. Di harapkan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi teman-teman semua
karena masih banyak hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya
manajemen strategi dalam suatu perusahaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15