Anda di halaman 1dari 10

MATERI KIMIA

HUKUM DASAR KIMIA, PERSAMAAN REAKSI,


KONSEP MOL, DAN PERHITUNGAN KIMIA.

NAMA: MUHAMMAD RISQI


NO ABSEN: 18
KELAS: X MIPA 4

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 3 LUMAJANG


Jl. Jendral Panjaitan No.79, Kec.Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67316,
Telepon (0623)34881057. Website: //www.sman3lumajang.sch.id E-mail:
admin@sman3lumajang.sch.id

2019.
HUKUM DASAR KIMIA, PERSAMAAN REAKSI, KONSEP
MOL, DAN PERHITUNGAN KIMIA.

Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)


Antoine Laurent Lavoisier (1743–1794) seorang ahli kimia berkebangsaan Prancis
telah menyelidiki hubungan massa zat sebelum dan sesudah reaksi. Lavoisier menimbang
zat-zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hasil-hasil reaksinya. Ternyata massa zat
sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Akan tetapi, perubahan-perubahan materi
umumnya berlangsung dalam system terbuka sehingga apabila hasil reaksi ada yang
meninggalkan sistem (seperti pembakaran lilin) atau apabila sesuatu zat dari lingkungan
diikat (seperti proses perkaratan besi yang mengikat oksigen dari udara) maka seolah-olah
massa zat sebelum dan sesudah reaksi menjadi tidak sama. Dari percobaan yang dilakukan
Lavoisier terhadap merkuri cair dan oksigen hingga terbentuk merkuri oksida yang berwarna
merah, Lavoiser mengambil kesimpulan yang dikenal dengan hukum kekekalan massa
yaitu:
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh:
- hidrogen + oksigen → air
(4g) (32g) (36g)
- Logam magnesium dibakar dengan gas oksigen akan menghasilkan senyawa magnesium
oksida. Jika massa gas oksigen yang digunakan 6 gram, maka massa senyawa
magnesium oksida yang dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut.
massa zat-zat sebelum reaksi = massa zat-zat hasil reaksi
m magnesium oksida = m magnesium + m oksigen
= 4 gram + 6 gram
hukum dasar dan perhitungan kimia
kimia telusuri
= 10 gram

Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Pada tahun 1799, Joseph Louis proust (1754-1826) dari Perancis melakukan
eksperimen, yaitu mereaksikan unsur hidrogen dan unsur oksigen. Ia menemukan bahwa
unsur hidrogen dan unsur oksigen selalu bereaksi membentuk senyawa air dengan
perbandingan massa yang tetap, yaitu 1 : 8. Proust juga meneliti beberapa senyawa yang lain
dan memperoleh kesimpulan yang sama, yaitu perbandingan berat unsur-unsur yang
menyusun suatu senyawa tidak pernah berubah. Dari percobaan yang dilakukannya, Proust
mengemukakan teorinya yang terkenal dengan sebutan hukum perbandingan tetap, yang
berbunyi: "Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap".
Contoh Soal
- Jika kita mereaksikan 4 g hidrogen dengan 40 g oksigen, berapa g air yang terbentuk?
Jawab:
Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8.
Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen yang dicampurkan = 4 : 40.
Oleh karena perbandingan hidrogen dan oksigen = 1 : 8 maka 4 gr hidrogen memerlukan 4
x 8 g oksigen yaitu 32 g. Pada kasus ini oksigen yang dicampurkan tidak bereaksi
semuanya, oksigen masih bersisa sebanyak ( 40 – 32 ) g = 8 g. Nah, sekarang kita akan
menghitung berapa massa air yang terbentuk dari 4 g hidrogen dan 32 g oksigen.
Jawabannya tentu saja 36 g.
Ditulis sebagai H2 + O2 → H2O
Perbandingan massa 1 g 8 g 9 g
Jika awal reaksi 4 g 40 g . . . g
Yang bereaksi 4 g 32 g 36 g
Oksigen bersisa 8 g
- Ketika 0,1 g sampel magnesium direaksikan dengan oksigen akan dihasilkan 0,166 g
magnesium oksida. Jika 0,144g sampel magnesium yang lainnya juga direaksikan dengan
oksigen, maka berpakah magnesium oksida yang dihasilkan?
Jawab:
Proporsi magnesium dalam magnesium oksida = 0,1g magnesium/0,166g magnesium
oksida
Perbandingan ini harusnya sama pada semua sampel magnesium oksida. Karenanya
pada sampel kedua akan dihasilkan magnesium oksida sebesar =
0,144 g X (0,166 g / 0,1 g) = 0,239 magnesium
contoh soal:
1. Ketika campuran padatan yang ,engandung 10,5 g kalsiumhidroksida dan 11,125 g
ammonium klorida dipanaskan, maka akan terbentuk gas dan meninbulkan sisa
padatan seberat 14,336 g. Jika gas yang dihasilkan tersebut dilewatkan kedalam
62,316 g air, maka berat airnya menjadi 69,605 g. dengan mempertimbangkan
batas kesalahan eksperimen, tunjukkanlah bahwa eksperimen ini mendukung
hukum kekekalan massa!
2. Diketahui perbandingan massa kalsium dan oksigen dalam membentuk
senyawa kalsium oksida adalah 5 : 2. Bila direaksikan 10 gram kalsium
dan 12 gram oksigen, tentukan massa kalsium oksida (CaO) yang
terbentuk dan sisa pereaksi!

Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)


Komposisi kimia ditunjukkan oleh rumus kimianya. Dalam senyawa, seperti air, dua
unsur bergabung dan masing-masing menyumbangkan sejumlah atom tertentu untuk
membentuk suatu senyawa. Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa senyawa dengan
perbandingan berbeda-beda. Misalnya, belerang dengan oksigen dapat membentuk senyawa
SO2 dan SO3. Dari unsur hidrogen dan oksigen dapat dibentuk senyawa H2O dan H2O2.
Dalton menyelidiki perbandingan unsur-unsur tersebut pada setiap senyawa dan
mendapatkan suatu pola keteraturan. Pola tersebut dinyatakan sebagai hukum
perbandingan berganda yang bunyinya: "Apabila dua unsur dapat membentuk lebih dari
satu
senyawa, massa salah satu unsur tersebut tetap (sama) maka perbandingan massa unsur
yang lain dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana".
Contoh:
Nitrogen dan oksigen dapat membentuk senyawa-senyawa N2O, NO, N2O3, dan N2O4
dengan komposisi massa terlihat dalam tabel berikut.
Senyawa Massa Nitrogen (g) Massa Oksigen (g) Perbandingan
N2O 28 16 7:4
NO 14 16 7:8
N2O3 28 48 7:12
N2O4 18 64 7:16
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa apabila massa N dibuat tetap (sama) sebanyak 7 g maka
perbandingan massa oksigen dalam:
N2O : NO : N2O3 : N2O4 = 4 : 8 : 12 : 16 atau 1 : 2 : 3 : 4

Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)


Menurut Gay Lussac, 2 volume gas hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas oksigen
membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi pembentukan uap air, agar reaksi sempurna, untuk
setiap 2 volume gas hidrogen diperlukan 1 volume gas oksigen, menghasilkan 2 volume uap
air. "Semua gas yang direaksikan dengan hasil reaksi, diukur pada suhu dan tekanan yang
sama atau (T,P) sama."
Hukum perbandingan volume (Gay Lussac):
dengan P dan T tetap
Keterangan : P = tekanan gas (atm)
T = suhu (K)
V = volume gas (L)
N= banyaknya gas (mol)

Hukum perbandingan volume atau dikenal dengan hukum Gay Lussac menyatakan
bahwa:
"Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan hasil
reaksi berbanding sebagai bilangan bulat".
Contoh:
Pembakaran gas etana menurut persamaan reaksi sebagai berikut.
2 C2H6 + 7 O2 → 4 CO2 + 6H2O. Volume gas CO2 yang terbentuk pada pembakaran 3 L
gas
etana adalah…L
Jawab:
Perbandingan volume = perbandingan koefisien.
V CO2 : V C2H6 = 4: 2
V CO2 = 4/2 x V C2H6
= 4/2 x 3L
=6L

Hipotesis Avogadro
Pada hukum perbandingan volume, yang menyatakan bahwa : volume gas yang
bereaksi dan volume gas asil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sam (T,P),
merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana (Hukum Gay Lussac). Penemuan ini
digunakan oleh Amadeo Avogadro untuk mengajukan hipotesisnya yang terkenal dan disebut
hipotesis Avogadro. Menurut Avogadro:
“Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan
memiliki jumlah molekul yang sama pula”
Ternyata perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien
reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti bahwa, jika volume salah satu gas diketahui, maka
volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara membandingkan koefisien reaksinya.
Hubungan volume gas, jumlah partikel dan koefisien reaksi dar suatu reksi kimia
dalam fasa gas adalah sebagai berikut.
Volume yang dicari = x volume yang diketahui
Jumlah molekul yang dicari = x jumlah molekul yang diketahui
Contohnya: Pada reaksi pembentukkan uap air.
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25o C dan tekanan 1 atm adalah 10 liter, maka
volume gas O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang sama dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut :
Volume H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2
Volume O2 = ½ x volume H2
Volume O2 = ½ x 10 L = 5 Liter
Tentukan volume H2O!
Jawab :
Volume H2O = 2/2 x 10 L = 10L

Perhitungan Kimia
Perhitungan kimia adalah aplikasi dari hukum-hukum dasar kimia. Melalui perhitungan
kimia, kita dapat menghitung jumlah zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi.
1. Penentuan volume gas pereaksi dan hasil reaksi
Berdasarkan hukum Gay Lussac dan hipotesis Avogadro, perbandingan volume gas
dalam suatu reaksi sesuai dengan koe_sien reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti
bahwa, jika volume salah satu gas diketahui, maka volume gas yang lain dapat
ditentukan dengan cara membandingan koe_sien reaksinya. Perhatikan contoh
perhitungan kimia berikut:
Gas metana (CH4) terbakar di udara menurut reaksi:
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
Jika gas metana terbakar (pada suhu dan tekanan yang sama) sebanyak 1 liter:
1. Berapa liter O2 yang diperlukan?
2. Berapa liter uap air dan gas CO2 yang dihasilkan?
Pembahasan:
Persamaan reaksi kimia pembakaran gas metana:
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
Volume CH4 = 1 L
Maka:
Volume O2 = 2 x 1 L = 2 L
Volume H2O = 2 x 1 L = 2 L
Volume CO2 = 1 x 1 L = 1 L

Konsep Mol
Satu mol adalah jumlah partikel yang terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama
dengan partikel yang terdapat dalam 12 gram atom C-12 atau setara dengan 6,02.10-23
partikel. Itu artinya:
1 mol = 6,02.10-23 partikel
Untuk lebih mudahnya, perhatikan contoh soal konsep mol berikut ini:
1 mol besi (Fe) mengandung 6,02.10-23 atom. Berapakah jumlah atom besi yang terdapat
dalam 2 mol besi?
Pembahasan:
Diketahui:
Jumlah atom dalam 1 mol besi = 6,02.10-23 atom.
Ditanya:
Jumlah atom dalam 2 mol besi?
Jawab:
1 mol besi = 6,02.10-23 atom
2 mol besi = 2 x 6,02.10-23 atom = 12,04.10-23 atom.
3. Massa Molar
Massa molar adalah massa 1 mol zat yang berkaitan dengan Ar atau Mr dari suatu zat.
Massa molar untuk partikel yang berupa atom dinyatakan dalam Ar gram/mol.
Sedangkan massa molar untuk partikel yang berupa molekul dinyatakan dalam Mr
gram/mol. Sehingga massa molar dapat dirumuskan sebagai:
4. Persamaan Gas Ideal
Persamaan gas ideal adalah persamaan gas yang kita gunakan untuk mencari volume
gas dalam keadaan tidak setandar. Gas ideal dirumuskan sebagai:
PV = nRT
Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
n = jumlah mol gas (mol)
V = volume gas (L)
T = suhu mutlak (K)
R = tetapan gas = 0,082 L.atm/mol.K
Perhatikan contoh persamaan gas ideal berikut:
Berapakah volume 14 gram gas nitrogen pada suhu 270C dan tekanan 2 atm? (Ar N=14)
Pembahasan:
Diketahui:
massa gas nitrogen = 14 gr
jumlah mol = gr/Mr = 14/28 gram/mol = 0,5 mol
T = 27 + 273 = 300K
P = 2 atm
Ditanya: V…?
Jawab:
PV = nRT
V = nRT : P
V = 0,5 mol x 0,082 L.atm/mol.K x 300K : 2 atm
V = 6,15 L
Rumus empiris dan rumus molekul
Rumus empiris adalah rumus perbandingan paling sederhana dari atom-atom penyusun
senyawa. Sedangkan rumus molekul adalah rumus senyawa yang sesuai dengan jumlah
atom-atom penyusun senyawa. Contohnya rumus molekul C6H12O6 mempunyai rumus
empiris CH2O.
Massa dan Kadar unsur dalam senyawa
Massa unsur dalam senyawa dapat kita tentukan dengan rumus:
Sedangkan kadar unsur dalam senyawa dapat kita tentukan dengan rumus:
Menentukan kadar air kristal dalam senyawa
Bagaimana cara menentukan massa air kristal dalam perhitungan kimia? Perhatikan
contoh berikut!
Kristal NaCl.xH2O dipanaskan hingga semua air kristalnya menguap. Massa kristal kini
menjadi 44,9% dari massa semula. Berapakah nilai x dan rumus kimia kristal? Diketahui
(Ar Na = 23, Cl = 35,5, H = 1, O = 16).
Pembahasan:
Diketahui:
Rumus kimia = NaCl.xH 2O
Massa akhir kristal = 44,9%
Ditanya: Nilai x dan rumus kimia kristal…?
Jawab:
Kita andaikan massa kristal 100 gram. Itu artinya,
Massa kristal = 44,9% x 100 gram = 44,9 gram
Mol kristal = 44,9/58,5 = 0,77 mol
Massa air = (100% – 44,9%) x 100 gram = 55,1 gram
Mol air = 55,1/18 = 3,06 mol
Perbandingan mol NaCl : H2 O = 0,77 : 3,06 = 1 : 4
Jadi, nilai x adalah 4 dan rumus kimia kristal adalah NaCl.4H2O

Persamaan Reaksi

Persamaan reaksi kimia adalah pernyataan yang ditulis dengan rumus kimia yang
memberikan informasi identitas dan kuantitas zat-zat yang terlibat dalam suatu perubahan
kimia ataupun fisika. Semua zat yang terlibat dalam reaksi yang di mana jumlahnya
berkurang setelah reaksi, disebut pereaksi (reaktan), ditempatkan di sebelah kiri tanda panah
yang mengarah ke kanan. Pada sebelah kanan tanda panah terdapat hasil reaksi (produk),
yakni semua zat yang dihasilkan dari reaksi.
Dalam rumus kimia, terdapat indeks, yaitu angka yang ditulis dalam format subscript
(berukuran kecil dengan posisi agak ke bawah) pada sebelah kanan simbol unsuratau
kelompok atom unsur (gugus), yang menyatakan jumlah atom unsur atau kelompok atom
unsur. Contoh: Br2 menunjukkan terdapat 2 atom Br yang saling berikatan; dan
Fe(NO3)3 menunjukkan terdapat 1 atom Fe, 3 atom N, dan 9 atom O saling berikatan.
Dalam persamaan reaksi, dikenal koefisien reaksi, yaitu bilangan yang berada di sebelah kiri
rumus kimia untuk mengalikan jumlah semua atom dalam rumus kimia tersebut. Contoh:
2SO3 menunjukkan terdapat 2 molekul SO3. Perbandingan koefisien-koefisien reaksi
menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang bereaksi dalam reaksi kimia tersebut. Pada
setiap reaktan dan produk perlu dituliskan wujud zatnya, seperti s yaitu padat (solid), l yaitu
cair (liquid), g yaitu gas, atau aq yaitu larutan dengan pelarut air (aqueous) di dalam tanda
kurung di sebelah kanan rumus molekul masing-masing.
Menuliskan Persamaan Reaksi
Penulisan persamaan reaksi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menuliskan persamaan dalam kata-kata yang terdiri dari nama dan wujud zat dari
semua pereaksi beserta hasil reaksi;
2. Menerjemahkan persamaan kata-kata ke dalam persamaan rumus kimia dari masing-
masing zat berikut keterangan wujudnya; dan
3. Menyetarakan persamaan dengan memberi koefisien yang sesuai.
Contoh:

Aluminium oksida direaksikan dengan larutan asam klorida membentuk larutan aluminium
klorida dan air.

1. Persamaan kata-kata: aluminium oksida padat + larutan asam klorida → larutan


aluminium klorida + air
2. Persamaan rumus kimia: Al2O3(s) + HCl(aq) → AlCl3(aq) + H2O(l) (belum setara)
3. Persamaan reaksi setara: Al2O3(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Persamaan reaksi dikatakan setara, bila jumlah atom-atom zat-zat pereaksi (pada ruas kiri)
sama dengan zat-zat hasil reaksi (pada ruas kanan). Apabila jumlah atom sebelum dan
sesudah reaksi belum sama, maka perlu disetarakan dengan cara membubuhkan koefisien
reaksi, namun indeks tidak boleh diubah. Pengubahan indeks akan mengubah rumus kimia
zat menjadi zat lain, misalnya O2 (oksigen) jika diubah dapat menjadi O3 (ozon) yang
merupakan dua zat yang berbeda.
Contoh persamaan reaksi kimia setara:
P4 berwujud padat dan 6Cl2 berwujud gas adalah pereaksi. 4PCl3 berwujud cair adalah hasil
reaksi. Koefisien reaksi untuk masing-masing zat yaitu 1 (tidak perlu ditulis), 6, dan 4 berurut
dari kiri ke kanan.
Menyetarakan Persamaan Reaksi
Penyetaraan persamaan reaksi kimia umumnya dapat dilakukan dengan metode trial and error
(coba-coba). Namun, sebenarnya penyetaraan reaksi dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sistematis dengan menyusun dan menyelesaikan persamaan matematis. Berikut langkah-
langkah dalam menyetarakan persamaan reaksi dengan cara menyusun persamaan matematis.
1. memberikan koefisien reaksi yang dinyatakan dengan variabel (misalnya a, b, c, dan
d) pada setiap zat;
2. menyusun persamaan matematis berdasarkan kesamaan jumlah atom unsur yang sama
di ruas kiri maupun kanan, di mana jumlah atom = koefisien × indeks; dan
3. menyelesaikan persamaan-persamaan matematis yang diperoleh dari langkah 2
dengan sebelumnya menetapkan koefisien salah satu zat sama dengan 1, di mana zat
yang dipilih biasanya adalah zat dengan rumus kimia paling kompleks.
Contoh:

Reaksi kalsium karbonat dengan larutan asam klorida menghasilkan larutan kalsium klorida,
karbon dioksida, dan air.

CaCO3(s) + HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)


1. pemberian koefisien reaksi pada setiap zat dalam variabel:
aCaCO3(s) + bHCl(aq) → cCaCl2(aq) + dCO2(g) + eH2O(l)
2. persamaan matematis berdasarkan kesamaan jumlah atom unsur yang sama:
atom Ca : a = c
atom C   : a = d
atom O   : 3a = 2d + e
atom H  : b = 2e
atom Cl  : b = 2c

3. penyelesaian persamaan dengan menetapkan salah satu koefisien sama dengan 1, misalnya
a, sehingga: a = 1; c = 1; d = 1; e = 1; dan b = 2.

Jadi, persamaan reaksi setaranya adalah CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) +


H2O(l)

Contoh Soal Persamaan Reaksi Kimia dan Pembahasan


Tuliskan persamaan reaksi setara untuk setiap reaksi berikut.

a. larutan kalium hidroksida dengan larutan asam fosfat membentuk larutan kalium fosfat dan
air.
b. aluminium dengan larutan asam nitrat membentuk larutan aluminium nitrat, air, dan gas
nitrogen dioksida.

Jawab:

KOH(aq) + H3PO4(aq) → K3PO4(aq) + H2O(l) (belum setara)


1. aKOH(aq) + bH3PO4(aq) → cK3PO4(aq) + dH2O(l)
2. atom K : a = 3c
atom O   : a + 4b = 4c + d
atom H  : a + 3b = 2d
atom P   : b = c
3. Misalkan, c = 1; maka a = 3; b = 1; dan d = 3
Jadi, persamaan reaksi setaranya adalah 3KOH(aq) + H3PO4(aq) → K3PO4(aq) + 3H2O(l)
b. Al(s) + HNO3(aq) → Al(NO3)3(aq) + H2O(l) + NO2(g) (belum setara)
1. aAl(s) + bHNO3(aq) → cAl(NO3)3(aq) + dH2O(l) + eNO2(g)
2. atom Al : a = c
atom H  : b = 2d
atom N   : b = 3c + e
atom O   : 3b = 9c + d + 2e
3. Misalkan, a = 1; maka c = 1; b = 6; d = 3; dan e = 3
Jadi, persamaan reaksi setaranya adalah Al(s) + 6HNO3(aq) → Al(NO3)3(aq) + 3H2O(l) +
3NO2(g)

Anda mungkin juga menyukai