Landasan Pendidikan
Landasan Pendidikan
Dosen
Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd
Kelompok 4
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam
memberikan pengajaran, bantuan, pengarahan, informasi dan sebagainya hingga selesainya
pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan antara lain kepada yang
terhormat:
Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Landasan Pendidikan.
Teman – teman Mahasiswa mata kuliah Landasan Pendidikan.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran dan kritik yang
membangun serta dorongan semangat dan motivasi.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah berjasa dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang.......................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2. Pengertian dan Landasan Pendidikan
2.1 Landasan Pendidikan
2.1.1 Landasan Filosofis..................................................................................
2.1.2 Landasan Sosiologis...............................................................................
2.1.3 Landasan Kultural..................................................................................
2.1.4 Landasan Psikologi.................................................................................
3. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar...........................................................
4. Pendidikan Seumur Hidup (Long life education)..................................................
5. Tugas dan Latihan..................................................................................................
BAB III PENUTUP
3. Kesimpulan............................................................................................................
3.1 Saran....................................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
Lampiran....................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan pengertian dan landasan pendidikan
b. Memahami berbagai landasan pendidikan, utamanya landasan filosofis,
landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis
c. Menyebutkan konsepsi mengajar, mendidik dan belajar
d. Menjelaskan pendidikan seumur hidup atau (life long education)
1
1
3
BAB II
PEMBAHASAN
c. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
hidup yang setinggi-tingginya.
d. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha
dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya agar
senantiasa mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan
tanggung jawab.
f. Francis J. Brown
Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan
perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam
kelompok.
3
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai sutu
kegiatan yang sistematis dan sitemik dan terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi dapat dilakukan
melalui komunikasi antara orang dewasa dan anak.
3
3).Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan ;
4).Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan. ( Wayan Ardhana,1986:Modul 1 /9 ).
Hasil – hasil kajian filsafat tersebut utamanya tentang konsepsi
manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya yang
dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat sangat bervariasi. Secara
historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan yakni idealisme dan
naturalisme ( positivisme), dengan segala variasinya masing - masing.
Wayan Ardhana, dkk ( 1986:Modul 1/12-18) mengemukakan bahwa
aliran – aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi
juga melahirkan aliran filsafat pendidikan seperti :
1). Idealisme
Menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai
gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah
bayangan atau refleksi dari ide sebagi kebenaran spiritual atau mental.
Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai
sejati yang absolut dan abadi. Namun pada umumnya aliran ini
menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide – ide yang masih laten. Oleh karena itu sebagai
lembaga pendidikan, sekolah berfungsi untuk membantu siswa
mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan kehidupan yang
luhur.
2). Realisme
Pendidikan menekankan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki
yang objektif, diluar manusia.
3). Perenialisme
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perenial. Prinsip pendidikan antara lain :
a. Konsep pendidikan itu bersifat abadai karena hakekat manusia yang
tidak pernah berubah.
b. Inti pendidikan harus mengembangkan kekhususan manusia yang unik
yaitu kemampuan berfikir.
c. Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
d. Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenernya.
3
4). Esensialisme
Filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip Idealisme dan Realisme
secara ekletis. Esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak adanya
semacam pertentangan antara para pendidik, sehingga mulai timbul pemisah
antara pelajaran teoritik ( Liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan
pelajaran praktek.
3
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia
menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Sebagai makhluk kebudayaan
manusia hidup dalam suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia itu
harus hidup dan bertindak baik dalam kehidupannya secara perorangan atau
sebagai anggota masyarakat.
Sistem pendidikan di Indonesia berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia, pancasila dan UUD 1945.
3
Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil
mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru
matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak
penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru
sebatas mengajar belum mendidik.
a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami
pengetahuan lebih lanjut.
3
menyelesaikan pendidikannya tak ada lagi ikatan pedagosis antara pendidik
dan anak didik. Anak didik itu sendiri akan terus menyempurnakan hidupnya
namun pada saat – saat tertentu dapat saja memperoleh pendidikan
untuk menyempurnakan kepribadiannya,. Oleh karena itu pendidikan bisa
berlangsung seumur hidup.
3
c).Landasan kultural yang mempunyai hubungan timbal balik yang berakar
pada kebudayaan indonesia berdasarkan pancasila seperti pendidikan perlu
mengembangkan nilai budaya bangsa sendiri.
d).Landasan psikologis, pemahaman peserta didik menjadi kunci keberhasilan
pendidikan dengan implikasinya pendidik tidak memperlakukan sama pada setiap
peserta didik karena setiap anak memiliki kemampuan dan minat yang berbeda.
3
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia guna
menumbuhkembangkan potensi dasar yang ada pada diri manusia. Pada dasarnya
pendidikan tidak mengenal batasan waktu, usia, dan tempat, namun mengenai batas-
batas pendidikan maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses
pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Batas awal pendidikan dimulai dengan
pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu
dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang
sesungguhnya baru terjadi kemudian. Adapun batas terakhir pendidikan yaitu sampai
akhir hayat.
3.1 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut
perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara
sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia
agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.Dengan meningkatnya kualitas
pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya
dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di
dunia internasional.
3
3
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen MKDK UNJ, 2013. Landasan Ilmu Pendidikan. Jakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan UNJ.
Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta : Erlangga
10
LAMPIRAN
11
memantapkan usaha pengembangan filsafat di Jakarta. Inilah dies natalis pertama
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada tahun 1969
Prof. Dr. Martinus Jan Langeveld belajar sejarah dan Bahasa Inggris di
Universitas Utrecht, tapi gelar PhD diperoleh dari Linguistic tahun 1994. Berkat
dorongan dari gurunya Philip Kohntamm, Lavengeld berhasil memperoleh gelar
professor dibidang Pedalogi dari Universitas Utrecht dari 1931-1971. Bersama
Buytendijk, Rumke en Pompe, Lavengeld mendirikan program studi IVLOS sekarang
bernama ilmu sosial.
3. Ki Hajar Dewantara
11
Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai bapak pendidikan suryaningrat. Beliau
merupakan keturunan dari Keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau merubah
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan
sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di Stovia yang
merupakan sekolah dokter untuk bumi putera, tetapi selama seolah di Stovia beliau
tidak tamat karena sakit. Beliau juga pernah bekerja menjadi wartawan diberbagai
media cetak seperti Mideem Java, Sedyotomo, De Express, Kaoem Moeda, Poesara,
Poetoesan Hindia, dan Tjahaya Timur. Tulisan beliau sangat komukatif dan juga kritis
sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada sat itu.ada banyak sekali hal yang
harus kita banggakan terhadap beliau. Pada tahun 1908 beliau aktif sebagai pengurus
di organisasi Boedi Toemoe. Selanjutnya beliau juga membuat organisasi sendiri
bersama Dowes Dekeer atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirja Setia Budi dan dr.
Cipto Mangunkusumo mendirikan sebuah organisasi bernama Indische Partij pada
tanggal 25 desember tahun 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di
Indonesia dan beralira nasionalisme. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka
ditolak oleh Belanda karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat
Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya membuat komite boemi poetra
yang digunakan untuk membuat kritikan ke pemerintahan belanda. Mereka menulis
berbagai kritikan dan ditulis disurat kabar De Express.
John Dewey adalah seorang filsuf Amerika psikologi dan pembaharu pendidikan.
Ia diakui sebagai pencetus sekolah filsafat pragmatisme, pelopor dalam psikologi
fungsional dan seorang pengembang gerakan pendidikan.
11
fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis dan pragmatis sehingga
dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan metode learning by doing.
5. Francis J. Brown
6. Arthur K. Ellis
11
Menurut Arthur K. Ellis, pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar
seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pendidikan formal. Ini adalah proses
seseorang mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.
11