Anda di halaman 1dari 5

RESUME FARMAKOTERAPI DAN TERMINOLOGI MEDIS

INFLUENZA

Disusun Oleh: Kelompok 2


Ana Susanti (2004026126)
Awlia Mustia Putri (2004026137)
Citra Dewi Cahyani (2004026143)
Imas Masruroh (2004026174)
Leli Rukmana (2004026181)
Risma Pradita (2004026220)
Tiara Syifa Azzumar (2004026232)
Tiya Restiana (2004026233)
Widia Wanava Albab (2004026237)
Kelas: Apoteker A
Dosen Pengampu: Dr. apt. Siska, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
SESI TANYA JAWAB MATERI INFLUENZA
1. Putri Rahmaseni
Adakah kriteria khusus atau hasil lab seperti apa untuk memutuskan kapan
seseorang harus memulai pengobatan antivirus? Selain itu, apa fungsi
endonuklease dan neuroaminidase untuk virus?
Jawaban:
Tidak ada kriteria khusus untuk influenza akan tetapi untuk memulai terapi
antiviral dapat dilihat dari timbulnya tanda dan gejala. Jika tanda dan gejalanya
sudah muncul mengarah pada tanda dan gejala influenza serta dicurigai
penyebab gejala tersebut adalah virus, maka terapi antiviral bisa langsung
dimulai. Hal tersebut dikarenakan penyebab munculnya tanda dan gejala klinis
yang menjadi pembeda terapi apa yang cocok diberikan nantinya kepada
pasien. Semakin cepat obat antivirus diberikan setelah tanda dan gejala muncul
yaitu dalam jangka waktu 48 jam setelah tanda dan gejala muncul, maka obat
antivirus tersebut akan semakin efektif (DiPiro, 2019). Adapun fungsi
endonuklease dan neurominidase bagi virus adalah enzim yang berperan
penting dalam berlangsungnya replikasi virus.
2. Wulan Dwi Septia
Mengapa dan bagaimana kehamilan dapat mempengaruhi hasil diagnosis
klinis?
Jawaban:
Flu yang terjadi saat hamil, umumnya bisa berujung pada komplikasi flu,
seperti pneumonia dan dehidrasi. Saat seseorang hamil, wanita jadi lebih rentan
berisiko terkena penyakit dan bisa berujung pada perawatan lebih intens di
rumah sakit. Dari beberapa studi ditemukan, jika terkena flu saat hamil dapat
meningkatkan peluang keguguran, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir
rendah.
Wanita yang sedang hamil disarankan untuk melakukan vaksin flu untuk
mencegah flu selama kehamilan. Vaksin atau suntik flu ini terbilang aman bagi
ibu dan janin. Efek samping melakukan suntik vaksin flu hanya terasa nyeri
saat penyuntikan, dan kemerahan pada bagian tubuh yang disuntik. Vaksin flu
nasal spray (LAIV) tidak direkomendasikan untuk wanita hamil, atau yang
yang sedang berusaha hamil. Karena nasal spray mengandung strain virus yang
hidup, sehingga membahayakan kondisi wanita.
3. Sinta Nurfadila
Apabila kita baru pertama kali terkena influenza, obat lini pertama apa yang
sebaiknya diberikan?
Jawaban:
Oseltamivir dan zanamivir adalah penghambat neuraminidase yang
memiliki aktivitas melawan baik virus influenza A dan influenza B. Jika
diberikan dalam waktu 48 jam onset penyakit, oseltamivir dan zanamivir dapat
mengurangi durasi penyakit. Khasiatnya sangat bergantung pada waktu
mulainya pengobatan, idealnya dalam waktu 12 jam setelah onset penyakit
karena pada prinsipnya, obat-obat antivirus influenza akan semakin efektif jika
langsung diberikan setelah tanda dan gejala muncul (DiPiro, 2015).
4. Akbar Ramadhan
Diagnosa klinis influenza cukup mirip dengan penyakit infeksi saluran nafas
yang lain, lalu apa ciri khas dari diagnosa klinis influenza yang membedakan
dengan penyakit infeksi saluran nafas yang lain?
Jawaban:
Tidak ada diagnosa khusus yg membedakan influenza dgn penyakit saluran
pernafasan lainnya. Akan tetapi, terdapat diagnosis yang biasanya ditemui pada
pasien influenza dan belum tentu ditemui pada penyakit saluran pernafasan
lainnya yaitu batuk kering atau batuk non-produktif. Selain itu ada gejala lain
yg timbul antara lain demam tinggi, mual, muntah, sakit kepala.
5. Agung Wibisono
Jika telah melakukan vaksinasi flu, apakah masih dapat terkena flu lagi?
Jawaban:
Tergantung pada varian virus yang sedang ada pada daerahnya. Setelah
mendapatkan vaksin, tubuh membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu
untuk mengembangkan imunitas terhadap influenza. Jika seseorang mengalami
flu dalam jangka waktu dua minggu setelah mendapatkan vaksin, itu
kemungkinannya adalah orang tersebut terpapar virus tepat sebelum dia
divaksin atau tepat setelah dia divaksin. Oleh karena itu ada beberapa orang
yang beranggapan bahwa seseorang terkena flu yang disebabkan oleh vaksin
flu itu sendiri. Namun dapat dipastikan bahwa seluruh vaksin flu baik yang
terbuat dari virus mati atau virus yang dilemahkan tidak dapat menyebabkan
flu pada orang tersebut.
Vaksin flu memberikan perlindungan terhadap strain atau varian virus yang
sudah diketahui variannya saja. Namun, varian virus influenza ini cenderung
berubah setiap tahunnya, baik dengan perubahan antigen maupun dengan
pergeseran antigen, terutama pada bulan-bulan di musim dingin. Oleh karena
itu penyakit influenza sering disebut dengan flu season (bulan oktober-
november, musim dingin di luar negeri). Jika terdapat virus influenza dengan
antigen baru yang belum diketahui sebelumnya, maka seseorang yang telah
divaksinasi influenza pasti dapat terpapar oleh virus tersebut.
6. Nola Lisdawati Lingga
Jika anak-anak terkena influenza, terapi farmakologi manakah yang dapat
diberikan dan berapa dosis yang dianjurkan?
Jawaban
Menurut CDC (CDC, 2020) ada 4 jenis antiviral yang dapat digunakan
untuk anak-anak yaitu Oseltamivir (anak usia 2 minggu atau lebih), Zanamivir
(anak – anak usia 7 tahun atau lebih tetapi tidak untuk anak yang memiliki
riwayat penyakit pernapasan seperti asma dan paru – paru konis), peramivir
(diberikan secara intravena dan direkomendasikan untuk anak usia 2 tahun atau
lebih) dan baloxavir (untuk anak usia 12 tahun keatas dan disetujui untuk
pengobatan rawat jalan). Untuk dosis menurut (DiPiro, 2020)
a. Oseltamivir
1) 0-8 bulan 3mg/kg 2 kali sehari, durasi 5 hari
2) 9-11bulan 3,5 mg/kg 2 kali sehari atau 3 mg/kg 2 kali, durasi 5 hari
3) anak ≥ 1 tahun, durasi 5 hari
4) ≤ 15 kg: 30 mg 2 kali sehari, durasi 5 hari
5) >15-23 kg: 45 mg 2 kali sehari, durasi 5 hari
6) >23-40 kg: 60 mg 2 kali sehari, durasi 5 hari
7) 75 kg: 5 mg 2 kali sehari, durasi 5 hari
b. Zanamivir: 10 mg (2 dari 5 inhalasi) 2 kali sehari, durasi 5 hari
c. Peramivir: 12 mg/kg, hingga 600 mg melalui intravena infus minimal 15-
30 menit
d. Baloxavir:
1) 40-80 kg: satu 40 mg dosis
2) >80 kg: satu 80 mg dosis
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., dan Ellingrod,
V. 2020. Pharmacotheraphy: a Pathophysiology Approach Eleventh Edition.
New York: McGraw-Hill Education.
Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., & Dipiro, C.V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook 9th. New York : McGraw-Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai