Kritikan Natalius Pigai
Kritikan Natalius Pigai
Rasisme atau rasialisme adalah suatu paham yang merasa ras diri sendiri merupakan ras yang
paling tinggi daripada ras lainnya. Rasisme ini biasanya dikaitkan dengan paham diskriminasi
suku, agama, ras, adat, golongan atau ciri-ciri fisik pada seseorang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia rasisme diartikan sebagai rasialisme. Di mana rasialisme adalah prasangka
berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-
beda. Jadi, rasisme merupakan paham diskriminasi suku, agama, ras, adat (SARA), golongan
ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan tertentu (biologis).
Pramoedya Ananta Toer Rasisme atau rasialisme ialah pemahaman yang menolak suatu
golongan masyarakat yang berdasarkan atau berbeda ras. Dengan kata lain, mempunyai
kelainan daripada umumnya.
Alo Liliweri Rasisme adalah suatu ideologi yang mendasarkan diri pada diskriminasi
terhadap seseorang atau sekelompok orang karena ras mereka bahkan ini menjadi doktrin
politis.
Human Rights and Equal Opportunity Commission Rasisme merupakan suatu ideologi
yang menyumbangkan pernyataan mitos perihal kelompok ras dan etnis lainnya yang
merendahkan kelompok atau komunitas tersebut. Rasisme merupakan peristiwa, situasi yang
menilai berbagai tindakan, dan nilai dalam suatu kelompok berdasar perspektif kulturalnya
yang memandang semua nilai sosial masyarakat lain di luar diri mereka itu salah dan tidak
dapat diterima.
Untuk memahami secara keseluruhan dari isi teks narasi Aktivis HAM Natalius Pigai apakah
mengandung unsur rasisme, sarah atau bentuk lainya yang menyudutkan pemimpin asal
Jawa tengah Joko Widodo dan Ganjar Pranowo. Untuk lebih detailnya kita akan bagi dalam
lima bagian sesuai kalimat serta bagaimana kandungan maknanya.
Kalimat ini adalah sebuah akumulasi serta ungkapan larangan dari hasil refleksi kritis dari
tokoh Indonesia asal Papua, Natalius Pigai mantan komisioner komnas HAM yang
mempunya data lengkap dan akurat soal mengapa Natalius Pigai larang orang Papua percaya
Jokowi & Ganjar sebagai magnet politik serta publik figur Masa depan Indonesia.
Artinya bahwa orang Papua jangan lagi dipolitisir kemudian di kapitalisasi oleh kepentingan
seseroang yang orientasinya berbasis pada politik Masa depan Indonesia di Papua,
kemudian kepentingan tersebut tidak berdampak apa-apa terhadap kehidupan rakyat
Papua.
Untuk saol ini Netizen di Indonesia perlu berguru dari latar belakang Natalius sebagai Aktivis
HAM sebelum memberikan komentar, sanggahan, kritikan atau saran, apalagi digiring ke isu
rasisme yang unsur-unsurnya tidak bersyarat secara hukum, definisi maupun frasa yang
menyinggung entitas suku atau ras. Sebab kritikan yang dilontarkan Natalius Pigai kepada
Jokowi & Gajar memang multitafsir tetapi dari berbagai pihak sesuai presepsi tetapi yang
jelas basis indikasinya di dorong oleh persoalan penuntasan pelanggaran HAM yang belum
berujung di Papua. Kemudian benang merahnya adalah timbul pertanyaan dimana letak kata
rasis?.
Bagian kedua ini sangat jelas alasanya, kenapa Natalius Pigai mengkritisi berdasarkan frasa
Jawa Tengah untuk mengingatkan Ganjar Pranowo sebagai figur publik masa depan
Indonesia agar tidak mengulangi jejak pelanggaran HAM serta pembiaran yang dilakukan
oleh Jokowi sebagai pemimpin negara Indonesia di Papua. Sebab pembiaran ini jiak terjadi
terus menerus maka potensi dikotomisasi berbasis HAM akan menguak dengan sendiri di
langit biru Indonesia, hal ini yang sebenarnya Natalius Pigai counter sebelumnya.
Kemudian kenapa kritikannya Natalius Pigai beralamatkan kepada JOKOWI & GANJAR?.
Jawabanya adalah Karena,
2. GANJAR PRANOWO.
Rakyat Indonesia perlu telusuri jejak karir Ganjar di bumi pertiwi ini. Sebab dalam catatan
sejarah pembagian kekuasaan secara nasional Ganjar Pranowo pernah menjadi wakil Ketua
Komisi II DPR RI Bidang Pemerintahan Dlm Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara,
Reformasi Birokrasi, Pemilu, Pertanahan Dan Reformasi Agraria 2009-2013 sebelum
menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah. Sehingga pantas mendaptkan kritikan, saran dan
masukan sebagai respon publik terhadap kapastias publik yang Ia emban.
Bagaimanapun Otonomi khusus bagi provinsi Papua adalah ideologi jakarta yang Ganjar
Pimpin saat itu, sehingga di dalam proses implementasi kebijakan Otonomi khusus yang
tidak membangun kepercayaan pemerintah pusat terhadap rakyat bangsa Papua yang juga
hak-haknya diabaikan setelah hadirnya Otsus yang di pimpin oleh Ganjar Pranowo. Selain
itu, kritikan Natalius Pigai mengarah pada antisipasi langka Pranowo serta proses politknya
di Indonesia agar tidak menyimpang dari hal-hal fundamental dari keinginan dan kebutuhan
rakyat.
Kata "KAMI" disini yang perlu kita pahami maksud Natalius Pigai adalah "KAMI" (Orang Asli
Papu) kemudian tujuanya adalah mengingatkan kepada siapapun dia di republik ini terutama
diluar Papua yang menyebut atau mengstigmasi Orang Asli Papua sebagai Monyet, Gorila,
kera, sampah, kriminal dan lainya yang membuat psikologi orang Papua terganggu untuk
hidup sebagai manusia yang hak hidupnya sama seperti manusia lain di Indonesia.
Harga diri orang Papua mahal harganya di hadapan Tuhan yang menciptakan orang Papua
kemudian di mata hukum, biarpun kadang hukum dalam proses penegakanya terjadi rasisme
sistemik serta terinstitusional terhadap orang Papua tetapi kami orang Papua harus akui sifat
dari hukum itu sendiri.
Di bagian ini juga tentu kita maknai terkait artikulasi secara matang serta mendalam. jika
tidak, maka akan merujuk kepada penafsiran yang justru memeca-bela persatuan bangsa.
Sehingga perlu kita lihat kata subjek yang di maksud disini kata (KITA) yang di maksud adalah
Orang Asli Papua dengan bentuk kalimat pernyataan oleh Natalius Pigai sebagai penentang
utama ketidakadilan di republik ini. Pernyataan ini juga tentu berasal dari multiproblematik
yang secara menyeluruh dan terus-menerus di Bangsa Papua, sehingga Natalius Pigai
sebagai Aktivis penentang ketidakadilan mau agar rakyat Papua tidak terbak dalam euforia
pemerintah yang kadang bicara keadilan tanpa tidakan nyata di mata rakyat Papua.
Berdasarkan ulasan yang sudah dibahas secara terperinci diatas maka simpulnya sudah jelas bahwa
cuitan Natalius Pigai di akun twiternya adalah tidak mengandung unsur rasisme atau diskriminasi
sama sekali. Sehingga jika kita tarik benang merahnya maka apa yang terjadi semua ini terutama
Natalius Pigai di laporkan ke polisi adalah upaya giringan opini dan kriminlisasi untuk memperburuk
citra Natalius di mata rakyat Indonesia, kemudian juga kelompok Baranusa ingin memperbesarkan
nama Ganjar Pranowo untuk kepentingan politik Pilpres 2024.