Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Definisi
Cerebro Vascular Accident (CVA) atau stroke merupakan penyakit
serebrovaskuler yang menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara
fungsional maupun stuktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doenges,
2000).
Stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah ke otak dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara tepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda dengan
daerah lokal di otak yang terganggu (Chedar, 2004).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi
suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis,
terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap
perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma). (Lynda Juall Carpenito, 2007).
Stroke adalah suatu kondisi sistem susunan saraf pusat yang patologis
akibat adanya gangguan peredaran darahnya (Satya Negara, 2001).

1.1.2 Etiologi
1) Trombosis Cerebral.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan trombosis
otak :
(1) Atherosklerosis
(2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
(3) Arteritis (radang pada arteri)
(4) Emboli
2) Hemoragi
Perdarahan ini terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi
3) Hipoksemia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksemia umum adalah :
(1) Hipertensi yang parah.
(2) Henti jantung – patu
(3) Curah jantung turun akibat aritmia
4) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :
(1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
(2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
1.1.3 Patofisiologi
Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, miokard infark, fibrilasi, arteriovenous
artesis endokarditis 
  Perdarahan intraserebral
Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh 
 darah otak oleh bekuan Perembesan darah ke
Pembuluh darah oklusi darah, lemak dan udara dalam parenkim otak
  
Iskemik jaringan otak Emboli serebral Penekanan jaringan otak
 
Edema dan kongesti Infark otak, edema dan
jaringan sekitar Stroke hemiasi otak

Infark Hemoragik

Bagian otot dan Infark Pons Hipotalamus Kesadaran


mempersyarafi motorik serebral  
dan bahasa  Jantung Regulasi
Risiko dan paru
Disfungsi Kehilangan perfusi
bahasa dan kontrol serebral Defisit neurologis
tidak efektif
komunikasi volunter 
  Penurunan kapasitas adaptif
Disartria, Hemiolegi intrakranial
disfasia, dan
atau afasia, hemiparesis 
apraksia  Herniasi falk serebri ke foramen
 Gangguan Kurangnya magrum
Gangguan mobilitas pengetahuan 
komunikasi fisik  Kompresi batang otak
verbal
Ansietas 
Depresi saraf kardiovaskuler dan
pernafasan
Koma

   
Intake nutrisi tidak Disfungsi persepsi Kelemahan fisik Kematian
adekuat visual spasial dan umum
 kehilangan sensori 
Risiko defisit  Defisit perawatan
nutrisi Gangguan persepsi diri
sensori
1.1.4 Klasifikasi Stroke (Syaifulloh Nur, 2002)
1) Stroke Iskemik
(1) TIA (Transient Iskemik Attack) terjadi singkat, kelainan tidak melebihi 24
jam, masih reversible vasospasme dan hipertensi
(2) Trombosis Serebral
Terjadi penyumbatan total dari 24 jam disebabkan oleh sumbatan lambat,
penebalan, kekakuan dinding pembuluh darah
(3) Emboli Serebri
Penyumbatan oleh karena : lemak, vena, bekuan darah dan kuman
2) Stroke Hemoragik
(1) Perdarahan Intra Serebral : Perdarahan di jaringan otak
(2) Perdarahan Sub Arakhnoid yang disebabkan oleh pecahnya anuritme
arteri venous malformation (AVM)

1.1.5 Manifestasi Klinis


1) Serangan iskemik sepintas
2) Kelemahan wajah, jari-jari tangan dan tungkai kontra lateral
3) Nyeri pegal pada bagian tubuh kontra lateral terhadap iskemia
4) Iskemia pada batang otak (ditandai dengan vertigo)
5) Gangguan neurologi, iskemia reversible (berlangsung lebih lama)
6) Stroke involution
7) Stroke lengkap (gangguan neurologi menetap, menentukan infark pada
jaringan otak)

1.1.6 Faktor Resiko Stroke


1) Hipertensi, merupakan faktor resiko utama
2) Penyakit kardiovaskuler – embolisme serebral berasal dari jantung
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infakr serebral
6) Diabetes, terkait dengan aterogenesis terakselrasi
7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensidan kadar estrogen tinggi)
8) Merokok
9) Penyalahgunaan obat
10) Konsumsi alkohol

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Angiografi serebral (mencari blok atau penyumbatan)
2) CT – scan (memperlihatkan edema, hematoma, iskemia)
3) Lumbal fungsi (menunjukkan TIK)
4) MRI (menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik)
5) Ultrasonografi doppler
6) EEG (melihat area spesifik dari lesi otak)
7) Sinar x-tengkorak
8) Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia
darah

1.1.8 Penatalaksanaan (Lumbantobing, 2001)


1) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat
2) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten
3) Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan khusus
4) Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi
5) Suhu tubuh harus dipertahankan normal
6) Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
7) Bila ada dugaan trombosis vena dalam diberikan heparin atau heparnad
dosis rendah sub kutan bila tidak ada kontra indikasi

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
Yang perlu ditanyakan pada saat melakukan anamnesa pada pasien
dengan CVA yaitu :
1) Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem persyarafan
2) Sakit kepala
3) Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan
4) Kelemahan ekstremitas dan kesulitan berjalan
5) Penyimpangan sensori atau kehilangan sensori pada wajah, badan dan
ekstremitas
6) Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
7) Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obatan tertentu
8) Penggunaan obat-obat yang digunakan baik yang diresepkan maupun
yang dibeli sendiri

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak ada bicara dan pada tanda-tanda
vital, tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
2) B1 (Breathing)
(1) Inspeksi : Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu pernapasan, peningkatan frekuensi pernapasan
(2) Auskultasi : Bunyi napas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya meningkat dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah > 200 mmHg)
4) B3 (brain)
Stroke meyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat) ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
5) Pengkajian tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisara pada
tingkat letargi, stuipor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien
dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan
6) Pengkajian fungsi serebral
(1) Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien
(2) Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi
(3) Kemampuan bahasa : Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah
lesi yang mempengaruhi fungsi serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (disfasia
reseptif), lesi pada bagtian posterior dari girus temporalis inferior
(disfagia ekspresif, disartria, apraksia)
(4) Lobus frontal : disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang
menyebabkan klien mengalami frustasi
(5) Hemisfer : Stroke hemisfer kanan hemiparese kiri, pada hemisfer kiri
mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-
hati,kelainan bidang padang sebelah kanan, disfagia global, afasia dan
mudah frustasi.
7) Pengkajian saraf kranial
(1) Saraf I : Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
(2) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
diantara mata dan korteks visual
(3) Saraf III, IV dan VI : Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit
(4) Saraf VI : Keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf triyeminus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke didi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot
pteriogoideus internus dan eksternus
(5) Saraf VII : Tidak ditemukan adanya tuli konduksi dan tuli persepsi
(6) Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut
(7) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
(8) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi
serta indra pengecapan normal
8) Pengkajian sistem motorik
(1) Inspeksi : didapatkan hemipoelgi atau hemipareses
(2) Fasikulasi : didapatkan pada otot-otot ekstremitas
(3) Tonus otot : didapatkan peningkatan
(4) Kekuatan otot : tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0
(5) Keseimbangan dan koordinasi mengalami gangguan karena gangguan
hemiparese dan hemiplegia
9) Pengkajian refleks
(1) Refleks profunda
(2) Reflek patologis : pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang, setelah beberapa hari akan muncul kembali diikuti dengan
reflek patologis
(3) Gerakan involunter : Tidak ditemukan adanya tremor, tic dan distonia
10) Pengkajian sistem sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan untuk
mengeinterpretasikan sensasi.
11) B4 (Blader)
Mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi
12) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Pada defekasi biasanya terajdi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
13) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise atau hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan istirahat
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2) Risiko defisit nutrisi
3) Defisit perawatan diri

1.2.3 Rencana Asuhan keperawatan


No SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan tekanan
kapasitas keperawatan selama 2x24 jam intrakranial
adaptif Kapasitas adaptif intrakranial 1. Tindakan
intrakranial meningkat dengan kriteria - Observasi
hasil: - Identifikasi oenyebab
1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK (mis.
meningkat (5) Lesi menempati ruang,
2. Fungsi kognitif meningkat gangguan metabolisme
(5) tubuh, edema serebral,
3. Sakit kepala menurun (5) peningkatan tekanan vena,
4. Gelisah menurun (5) obstuksi aliran cairan
5. Tekanan darah membaik serebrospinal, hipertensi
(5) itrakranial idiopatik)
6. Tekanan intrakranial - Monitor peningkatan TD
membaik (5) - Monitor pelebaran tekanan
nadi (selisih TDS dan
TDD)
- Monitor penurunan
frekuensi jantung
- Monitor ireguleritas irama
nafas
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon
pupil
- Monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang
yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi
serebral
- Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik drainase
cairan serebrospinal
- Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
2. Terapeutik
- Ambil sampel drainase
cairan serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan strerilitas
sistem pemantauan
- Pertahankan posisi kepala
dan leher netral
- Bilas sistem pemantauan,
jika perlu
- Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2. Risiko defisit Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi


nutrisi keperawatan selama 2x24 jam 1. Tindakan
Status nutrisi meningkat - Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang - Identifikasi alergi dan
dihabiskan meningkat (5) intoleransi makanan
2. Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi makanan yang
meningkat (5) disukai
3. Kekuatan otot menelan - Identifikasi kebutuhan
meningkat (5) kalori dan jenis nutrien
4. Frekuensi makan membaik - Identifikasi perlunya
(5) penggunaan selang
5. Nafsu makan membaik (5) nasogastrik
6. Bising usus membaik (5) - Monitor asupan makanan
- Monitior berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tingi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyei,
antlemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri
perawatan diri keperawatan selama 2x24 jam Tindakan
perawatan diri meningkat 1. Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi kebiasaan
1. Kemampuan mandi aktivitas perawatan diri
meningkat (5) sesuai usia
2. Kemampuan mengenakan - Monitor tingkat
pakaian meningkat (5) kemandirian
3. Kemampuan makan - Identifikasi kebutuhan alat
meningkat )5) bantu kebersihan diri,
4. Kemampuan ke toilet berpakaian, berhias dan
(BAB/BAK) meningkat (5) makan
2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
terapeutik (mis. Suasana
hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi
(mis. Parfum, sikat gigi,
dan sabun)
- dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
3. Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2007). Diagnosa Keperawatan. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Chedar. (2004). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Doengoes, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Noer, Syaifullah. (2002). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

S.N. Lumbantobing. (2001). Neurogeriatri. Jakarta : FKUI.

Satya negara. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Rineka Cipta EGC,
Jakarta.

Harsono, 2004, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Harsono, 2003, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Hudak C.M., Gallo B.M., 2003, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi
VI, Volume II, EGC, Jakarta.

Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 2001, Medical Surgical Nursing, A Nursing


Process Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai