Anda di halaman 1dari 110

1

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

Oleh :

KELOMPOK 82

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
2

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
Oleh :

BTARI PRATIDINA (115080300111128)

EKA PUJI LESTARI (115080300111112)

FATIHATU RIZQIY (115080300111116)

FITA KURNIASARI (115080300111120)

HAMMAD MAHRUSI (115080300111118)

JERRY IVAN M. (115080300111110)

NENDI ROHENDI (115080300111126)

SEPTIAN GANA P. (115080300111124)

SIGIBERTUS V. BALUN (115080300111114)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
3

PENGGUNAAN
MIKROSKOP
4

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leewenhoek
(1632 - 1723), yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop masing-
masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam
kerangka Kuningan dan perak. Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat
dicapainya hanyalah 200-300 kali. Mikroskop ini sedikit sekali perannya
dibandingkan dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang
(Purba, 1999).
Mikroskop merupakan alat bantu utama untuk melakukan
pengamatan dan penelitian karena dapat dipergunakan untuk mempelajari
struktur dan bentuk-bentuk benda yang sangat kecil. Mikroskop ada 2
macam , yaitu mikroskop electron dan mikroskop cahaya (Anonymous,
2008).
Pada mikroskop banyak bagian-bagian yang harus diketahui dan
diperhatikan oleh para praktikan agar dapat memakai mikroskop tersebut
dengan benar (Nelson and cox,2004).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum BIOLOGI DASAR tentang MIKROSKOP ialah
untuk mengenalkan mikroskop Monokuler Dan Binokuler, cara
penggunaannya dan pemeliharaannya. Serta para praktikan dapat
mengetahui dan terampil menggunakan mikroskop.
Tujuan dari praktikum BIOLOGI DASAR tentang MIKOSKOP ialah
agar praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari mikroskop beserta
dengan fungsinya dan praktikan dapat menggunakan mikroskop dengan baik
dan benar serta cara perawatannya juga.

1.3 Waktu dan Tempat


Pratikum BIOLOGI DASAR tentang MIKROSKOP yang dilaksanakan
pada hari Kamis, 29 September 2011, pukul 07.00 WIB – 09.00 WIB, dan
bertempat di gedung C lantai 1, Laboratorium IIP (Ilmu – Ilmu Perairan),
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univerrsitas Brawijaya, Malang.
5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroskop


Mikroskop (bahasa Yunani : micros = kecil dan scopein = melihat)
adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopik yang artinya sangat kecil dan
tidak mudah dilihat oleh mata.(Jacklet, 1998).
Mikroskop merupakan salah satu alat penting dalam kegiatan
praktikum biologi disekolah.Mikroskop yang banyak digunakan di sekolah
adalah mikroskop monokuler.Seiring dengan kemajuan ilmu dan
tekhnologi, jenis mikroskop dan kemampuan memperbesar benda juga
semakin maju.(Anonymous, 2009).
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leewenhoek
(1632 - 1723), yang berkebangsaan Belanda dengan mikroskop yang
masing-masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang
ditanam dalam kerangka kuningan dan perak.Kekuatan perbesaran
tertinggi yang dapt dicapainya hanyalah 200-300 kali, mikroskop ini
sedikit sekali perannya dibandingkan dengan mikroskop cahaya majemuk
yang ada sekarang.(Purba, 1999).

2.2 Sejarah Mikroskop


Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan
pengamatan dan penalitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan
untuk mengamati stuktur benda – benda yang kecil. Mikroskop pertama
kali ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Belanda, Anthony Van
Leuwenhook..Mikroskop yang digunakan yaitu mikroskop sederhana
(berlensa tunggal).Pada tahun 1600 Hans dan Zaccharias Jansen
menemukan mikroskop yang sangat canggih yaitu mikroskop majemuk
(berlensa ganda), mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk
merupakan mkroskop cahaya dimana keduanya memanfaatkan pancaran
cahaya untuk membentuk bayangan benda.Seiring berjalannya waktu,
pada tahun 1932 Koll dan Ruska menemukan mikroskop elekron yang
menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya.(Wildan, 2003).
6

Pada tahun 1661 Kebler merancang cara membuat mikroskop


kompleks. Tahun 1655, Robert Hooke menggunakan mikroskop
kompleks untuk melihat pori – pori kecil pada irisan batang pohon gabus
yang dimana sel. Tahun 1674 Leuwenhook melaporkan penemuan
protozoa danberhasil bercerita 9 tahun kemudian. Tahun 1886, Zeisis
membuat lensa dengan desain Abbe yang menjadi kop perbesern lebih
baik.(Monrow, 2010).
Pemuatan mikroskop pertama yang paling dikenal alah Hans
Jansen dan Zaccharias. Jansen (Ayah – Anak). Pada tahun 1590, temuan
itu mendorong ilmuan lain seperti Galileo Galilei (Italia) untuk membuat
alat yang sama pada tahun 1690. (Hiramirawan, 2008).

2.3 Macam – macam Mikroskop


Menurut Volk dan Whileer (1984), macam – macam mikroskop
adalah sebagai berikut :
 Mikroskop Medan – Terang
Pada Mikroskop medan – terang, daerah yang diamati diterangi
dengan benderang sehingga objek – objek yang sedang ditelaah
tampak lebih gelap dari pada latarbelakangnnya. Mikrokop ini bias
menghasilkan perbesaran maksimum sampai 1000 diameter.
 Mikroskop Medan – Gelap
Mikroskop ini tidak jauh berbeda dengan mmikrskop medan – terang.
Perbedaanya pada mikroskop medan – terang dilengkapi dengan
kondensor.
 Mikroskop Flouresensi
Mikroskop ini digunakan untuk memeriksa spesimen yang telah
diwrnai dengan zat – zat berwarna, flourokrommemungkinkan
identifikasi mikroorgnisme dengan cepat.Bahannya dinamakan
flourosen.
 Mikroskop Kontrs – Fax
Mikrokop ini adalah tipe mikroskop cahaya yang memungkinkan
kontras yang lebih besar antara subtensi dengan ketebalan.
 Mikroskop Elektron
Mikroskop ini memberi perbesaran yang lebih besar dari pada
perbesaran yang diberikan mikroskop cahaya.Hal ini dimungkinkan
7

oleh daya pisah yang lebih besar yang diperoleh karena berkas –
berkas electron yang digunakan untuk perbesaran dan mempunyai
panjang gelombang yang sangat pendek.
 Mikroskop Cahaya
Mikroskop ini meggunakan cahaya putih biasa untuk melihat
mikroorganisme.Cahaya dapat dikeluarkan secara langsung melalui
objek atau disekitar objek atau ditepi objek. Polaritas cahaya dengan
melewatkan cahaya biasa melalui dua filter dapat digunakan untuk
melihat bagian – bagian objek yang lebih jelas.
 Mikroskop Ultra – Violet (UV)
Mikroskop ini menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang
lebih pendek dari cahaya untuk melihat organisme mikroskop UV
dapat melihat objek yang lebih kecil dari objek yang dapat dilihat.
 Mikroskop Akustik
Mikroskop ini menggunakan komponen untuk menghasilkan
gelombang suara untuk melihat objek.Mikroskop akustik menghasilkan
bayangan objek secara objek secara elektronik pada layar televisi dan
bisa memperbesar objek secara elektronik sampai 5000 kali ukuran
sebenarnya.

Menurut Yekti (1994), Mcam – macam mikroskop adalah sebagai


berikut :
 Mikroskop Cahaya
Memiliki dua lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler system
kerjannya dibantu dengan cahaya yang menembus objek yang
diamati.Perbesaran bayangan objek hingga 1000 kali.
 Mikroskop Elektron
Mempunyai day resolusi sangat tinggi (0,1 nM) mampu memperbesar
bayangan hingga jutaan kali.
 Scaning Electron Microscope
Digunakan untuk studi detail arsitektur permukaan sel atau struktur
jasad renik dan objek teramati secara tiga dimensi.
8

Menurut Winata Sasmita (1986), macam – macam mikroskop


adalah sebagai berikut :
 Mikroskop Cahaya
 Mikroskop Elektron
 Mikroskop Ultra – Violet (UV)
 Mikroskop Medan – Gelap
 Mikroskop Stereo
 Mikroskop Pender
 Mikroekop Fase Kontras
2.4 Bagian – bagian Mikroskop
Menurut Wargan (2009), ada beberapa bagian-bagian mikroskop
yang memiliki bagian tertentu, yaitu :
 Lensa Objektif
Untuk menangkap dan memperbesar bayangan dari objek dengan
pembesaran 4x, 10x, 40x dan 100x.
 Revolvel
Untuk mengatur lensa objektif.
 Lensa Okuler
Untuk memperbesar bayangan dari lensa objektif.
 Tubulus Okuler
Untuk menghubungkan lensa okuler, revolver dan lensa objektif.
 Difragma
Untuk mengatur bayangan sedikitnya bayangan yang masuk.
 Kondensor
Untuk memusatkan cahaya pada preperat yang diamati.
 Dasar atau Kaki
Untuk penyangga mikroskop.
 Tiang Penyangga
Untuk menghubungkan dasar dengan pegangan mikroskop.
 Meja Benda
Sebagai tempat untuk preperat yang akan diamati.
 Penjepit
Sebagai penjepit preparat agar preparat tidak bergeser.
 Makrometer
Untuk menggerakkan lensa naik turun secara cepat.
9

 Mikrometer
Untuk menggerakkan lensa naik turun secara perlahan – lahan.
Menurut Sulistyodiani (2010),ada beberapa bagian – bagian
mikroskop ialah sebagai berikut :
 Lensa Okuler
 Lensa Objektif
 Makrometer
 Mikrometer
 Revolver
 Diafragma
 Kondensor
 Meja Mikroskop
 Penjepit Kaca
 Lengan Mikroskop
 Kaki Mikroskop
 Sendi Ingdinasi
Menurut Purba (1966), bagian – bagian mikroskop ialah
sebagai berikut :
 Lensa Okuler
 Revolver
 Penjepit Preparat
 Lensa Objektif
 Meja Preparat
 Diafragma
 Sumber Cahaya
 Mikrometer
 Makrometer
 Pengatur Letak Preparat
10

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Alat yang digunakan pada Praktikum Biologi Dasar materi
penggunaan mikroskop sebagai berikut :
 Mikroskop : Melihat benda-benda yang sangat kecil.
 Objek Glass : Meletakkan objek yang akan diamati.
 Cover Glass : Sebagai penutup objek glass.
 Washing Bottle : Sebagai wadah aquadest.
 Gunting : Untuk memotong kertas koran.
 Pinset : Untuk mengambil benda kecil.
 Pipet Tetes : Untuk mengambil larutan.
 Nampan : Tempat meletakkan alat.

3.2 Bahan dan Fungsi


Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar materi
penggunaan mikroskop adalah sebagai berikut :
 Potongan Kertas Koran : Sebagai objek yang diamati.
 Aquadest : Untuk memperjelas bayangan
objek.
 Tissue : Untuk membersihkan coverglass
dan objek glass.
11

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pembuatan Preparat

Disiapkan alat dan bahan Disiapkan kertas Koran

Dipotong / gunting huruf

Diletakkan diatas objek glass

Ditetesi dengan aquades

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45⁰

Hasil Hasil

3.3.2 Pengamatan Mikroskop

Disiapkan alat dan bahan Disiapkan kertas Koran

Dihubungkan kabel mikroskop ke listrik

Dinyalakan saklar mikroskop

Diletakkan preparat di meja preparat

Diatur fokusnya
12

Diamati

Hasil

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Dalam melakukan Praktikum BIOLOGI DASAR mengenai
penggunaan mikroskop, pertama praktikan harus menyiapkan alat dan
bahan, antara lain mikroskop untuk melihat benda – benda yang sangat
kecil, objek glass untuk metakkan objek yang akan diamati, cover glass
sebagai penutup objek glass, washing bottle sebagai wadah aquades,
gunting untuk memotong koran, pinset untuk mengambil benda kecil, pipet
tetes untuk mengambil larutan dalam skala kecil dan nampan sebagai wadah
alat dan bahan. Bahan – bahan yang digunakan antara lain potongan kertas
koran sebagai objek pengamatan, aquades untuk memperjelas bayangan
objek dan tissue untuk membersihkan cover glass dan objek glass.
Setelah alat-alat dan bahan siap, mikroskop diletakkan dengan hati-
hati diatas meja dengan tangan mikroskop menghadap kea rah kita dan
meja objek menghadap ke arah yang berlawanan.Setelah itu, tabung di
naikan dengan pengatur kasar hingga lensa objektif tidak membentur meja
objek bila revolver di putarkan.Lalu lensa objektif lemah ditempatkan tepat di
bawah lensa okuler. Selanjutnya diafragma di buka lebar-lebar dengan cara
menggeser bagian-bagian yang menonjol.
Setelah mikroskop siap, kemudian kertas koran diguakan gunting
untuk menggunting 1 hufuf, kemudian kertas tersebut di letakkan di atas
objek glass menggunakan pinset. Kemudian objek pengamatan di tetesi
aquades.Lalu ditutup cover glass dengan kemiringan 45⁰ dan dengan pelan-
pelan gelas penutup ditambah kemiringan sampai menuju penuh objek
dalam objek glass agar tidak terdapat gelembung udara. Selanjutnya objek
13

yang akan diamati diletakkan di atas meja preparat pada mikroskop. Setelah
itu objek diamati dan dicatat hasil pengamatannya.
14

4.2 Analisa Hasil


Hasil analisa dari Praktikum Biologi Dasar tentang penggunaan
mikroskop adalah sebagi berikut :
Mengadakan pengamatan terhadap hufuf “M” dari potongan kertas
koran dengan perbesaran .
Lensa Okuler × Lensa Objektif = 10 × 40
= 400 kali

Sebelum diamati Setelah diamati

Gambar 4.2.1 Gambar 4.2.2

Sifat yang dihasilkan adalah Maya, terbalik, dan diperbesar.

4.3 Data hasil pengamatan


Hasil dari Praktikum Biologi Dasar tentang penggunaan mikroskop
adalah sebagai berikut :
Pengamatan terhadap huruf “M” dari potongan kertas koran.

Sebelum diamati Setelah diamati

Gambar 4.3.1 Gambar 4.3.2

Sifat yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar.


15

4.3.3 Gambar Mikroskop


16

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Biologi Dasar untuk
mikroskop adalah sebagai berikut :
1. Mikroskop merupakan alat yang berfungsi untuk melihat benda-benda
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar.
2. Sifat bayangan yang diperoleh dari mikroskop yaitu maya,terbalik, dan
diperbesar.

5.2 Saran
Dalam Praktikum Biologi Dasar materi penggunaan mikroskop yaitu,
sebaiknya praktikan harus sabar dan teliti untuk mendapatkan gambar objek
yang diamati oleh mikroskop dan menggunakan waktu sebaik mungkin,
karena itu yang membantu agar berjalannya praktikum lancar.
17

DAFTAR PUSTAKA

Afdhom.2008.Macam-macam mikroskop.http://www.afdhom-mikros.com/
Diakses tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB.
Anonymous.2008.Pengertian mikroskop.http://Wikipedia.org/wiki/mikros
Diakses tanggal 29 september 2011, pukul 21.00 WIB.
.2008.Pengertian mikroskop.http://id.shroong.com/
exact/sciences/physic/212570/. Diakses tanggal 29 September 2011,
pukul 21.00.
Jacklet, Alice.1998.Laboratory manual life third Edition.
Kadri.2010.Sejarah mikroskop.http://kadri-blogspot.copm/2010/02/sejarah-
leuwenhoek-dan-mikroskopnya.html. Diakses tanggal 29 September
2011, pukul 21.00 WIB.
Warghor.2000.Bagian-bagian mikroskop.http://service-microcope.blogspot.com
Diakses tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB.
Nelson, DL and Cox, MM.2004.Morcular and cellular biologi.4ed. New York :
W.H. Freeman.119P. Diakses tanggal 30 September 2011, pukul
07.00 WIB.
Purba.1999.Sejarah mikroskop.http://www.purba.blogspot.com/
Diakses tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB.
18

SEL TUMBUHAN, SEL


HEWAN DAN BENDA-
BENDA KECIL
LAINNYA
19

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan segumpal protoplasma berinti sebagai individu yang
berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya.
Atau dengan kata lain sel merupakan unit struktural kehidupan dan
merupakan unit fungsional dari kehidupan (Kartosapoetra, 2004).
Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional dan herediter yang
terkecil.Sel terbagi menjadi dua tipe, yaitu prokariot dan eukariot. Perbedaan
karakteristik antara dua sel tersebut adalah keberadaan membran yang
menyelubungi nukleus maupun organel lainnya yang memiliki fungsi spesifik,
seperti mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi dn lisosom. Sel
eukariot memiliki karakteristik tersebut, sedangkan pada sel prokariot tidak
(Nelson and Cox, 2004).
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang
ilmuan Inggris Robert Hooke, yang telah meneliti irisan gabus melalui
mikroskop yang dirancang sendiri. Kata sel berasal dari bahasa latin, cellula
artinya rongga/ruangan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di
dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi (Gilliand, 1985).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud diadakannya Praktikum Biologi Dasar tentang Sel
Tumbuhan, Sel Hewan dan Benda Kecil Lainnya adalah memahami
penggunaan mikroskop untuk mengamati bentuk sel.
Tujuan diadaannya Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan,
Sel Hewan dan Benda Kecil Lainnya adalah agar praktikan dapat memahami
ciri-ciri sekaligus dapat membedakan perbedaan antara sel hewan dan sel
tumbuhan.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan, Sel Hewan dan
Benda Kecil Lainnya dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 29 September
2011, pukul 07.00 WIB-09.00 WIB dan bertempat di Laboraturium IIP (Ilmu-
20

ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,


Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sel


Sel adalah unit terkecil dalam organisme hidup, baik dalam dunia
tumbuhan ataupun hewan, sel terbungkus oleh membran atau selaput sel.
Dan terdapat protoplasma sel yang dibungkus oleh membran (Anonymous,
2008).
Sel merupakan unit fungsional dari organisme multiseluler. Bagian sel
ada yang disebut sentral yaitu nukleus, dan dikelilingi oleh sitoplasma yang
dibatasi oleh membran inti dan bats terluar dilapisi oleh lapisan tipis dan sulit
ditembus yaitu membran plasma (Hart, 1972).
Sel sebagai unit fungsional makhluk hidup menyatakan bahwa
protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan.Protoplasma bukan hanya
bagian struktural sel, tetapi juga merupakan bagian penting sel sebagai
tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia kehidupan.Berdasarkan hal ini
muncullah teori sel yang menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan
fungsional kehidupan (Schultze, 1874).

2.2 Sejarah Penemuan Sel


Wikipedia (2011), menerangkan sejarah penemuan sel bahwa pada
awal abad 17, Galileo Galilei dengan alat dua lensa ia menggambarkan
struktur tipis dari mata serangga berupa pola geometri. Galileo Galilei yang
bukan seorang biologiwan sesungguhnya orang pertama yang mencatat
hasil pengamatan biologi melalui mikroskop.Pada pertengahan abad, Robert
Hooke, seorang kurator dari Inggris melihat gambaran dari suatu sayatan
tipis gabus suatu kompartemen atau ruang-ruang. Disebut struktur yang
dilihatnya itu dengan nama latin yaitu cellulae (yang berarti ruang kecil),
itulah asal kata sel berasal.
Pada akhir tahun 1600-an Antony Van Leeuwenhoek, seorang
penjaga toko bangsa Belanda, dan terampil menyusun lensa-lensa hingga
dapat digunakan untuk melihat dan mengamati berbagai macam protista,
spermatozoa, bakteri dan organisme kecil yang tidak dapat dilihat lagi 2
abad kemudian.
21

Tahun 1820-an, peningkatan pada desain lensa terjadi dan


membawa sel menjadi lebih dapat terfokus diamati.Robert Brown seorang
ahli botani, mengamati adanya titik buran yang selalu ada pada sel telur.Sel
polen atau serbuk sari dari jaringan anggrek yang sedang tumbuh.Dia
menyebut titik tersebut sebagai nukleus.Pada tahun 1838 Matthias
Schleiden, juga seorang ahli botani berpendapat bahwa nukleus dan
perkembangan sel erat hubungannya. Berdasarkan hasil penalitiannya,
Schleiden menyimpulkan bahwa masing-masing sel tumbuhan mengarah ke
suatu kehidupan ganda, satu tergantung pada kehidupannya sendiri dan
yang lain sebagai integral tanaman. Pada tahun 1939, Theodor Schwann,
seorang ahli zoologi, berdasrakan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun
terhadap struktur dan pertumbuhan jaringan hewan mengemukakan bahwa
hewan sama seperti tanaman, terdiri atas sel dan produk-produk sel. Dan
bahwa walaupun sel adalah bagian dari organisme, mereka pada tingkat
tertentu adalah kehidupan tersendiri. Satu abad kemudian Rudolfrang
Virchow, seorang ahli fisiologi, melaporkan hasil penelitiannya mengenai
pertumbuhan dan reproduksi sel bahwa sel membelah menjadi dua sel.
Setiap sel berasal dari sel yang sudah ada.Analisis mikroskop (hasil
penelitian pada pertengahan abad 19) membuktikan bahwa sel adalah unit
terkecil kehidupan dan bahwa kehidupan yang berlangsung terus-menerus
berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal.Konsep-konsep
tersebut menjadi teori sel.
Sentraedukasi (2011), mengemukakan pemahaman mengenai
struktur sel perlu penggunaan mikroskop. Ada tiga konsep mengenai sel,
yaitu:
1. Semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel.
2. Sel adalah unit terkecil yang memiliki semua persyaratan hidup.
3. Keberlangsungan kehidupan secara langsung berasal dari pertumbuhan
dan pembelahan sel tunggal.

2.3 Bentuk-bentuk Sel dan Contohnya.


Ukuran sel pada umumnya mikroskopis, namun kita masih bias
menganalisis bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop. Berikut adalah
bentuk-bentuk sel beserta contohnya menurut penjelasan Anonymous
(2009):
22

- Pipih, contohnya sel epitel.


- Panjang, contohnya sel saraf atau neuron.
- Bikonkaf, contohnya sel eritrosit.
- Bentuk sel yang tetap, contohnya spermatozoa.
- Bentuk sel yang berubah-ubah, contohnya amoeba.

2.4 Bagian-bagian sel dan Fungsinya.


Pramesti (2011), mengemukakan beberapa bagian-bagian sel. Sel
mempunyai bagian-bagian atau organel-organel yang mempunyai fungsi
sendiri-sendiri, diantaranya yaitu:
a. Membran sel : untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran zat dari luar sel.
b. Nukleus (inti) : untuk mengendalikan semua kegiatan
sel.
c. Sitoplasma : untuk menetralkan kondisi yang
ekstrim (terlalu asam atau terlalu
basa).
d. Ribosom : untuk sintesis protein.
e. Lisosom : untuk mencerna bahan dari luar dan
menghancurkan organel-organel yang
rusak.
f. Reticulum endoplasma : sebagai jembatan antara inti sel dan
sitoplasma.
g. Plastida : sebagai pigmen klorofil.
h. Vakuola : untuk menyimpan makanan, mencerna
makanan serta pengeluaran berupa
cairan.
i. Mitokondria : sebagai respirasi sel.
j. Sitoskleton : sebagai penyokong.
23

2.5 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan.


Menurut penjelasan Pramesti (2010), perbedaan sel hewan dan sel
tumbuhan adalah sebagi berikut:

No. Sel Hewan Sel Tumbuhan

1. Tidak memiliki dinding sel. Memiliki dinding sel.


2. Tidak memiliki plastida. Memiliki plastida.
3. Tidak memiliki klorofil. Memiliki klorofil.
4. Memiliki sentrosom. Tidak memiliki sentrosom.
5. Memiliki ribosom. Tidak memiliki ribosom.
6. Timbunan zat berupa lemak. Timbunan zat berupa pati.
7. Bentuk tidak tetap. Bentuk sel tetap.
8. Pada hewan tertentu memiliki Memiliki vakuola besar dan
vakuola, ukurannya kecil dan sedikit.
banyak.
9. Jumlah mitokondria banyak. Jumlah mitokondria sedikit.
24

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi.


Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Sel
Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut :
a. Mikroskop monokuler/binokuler : untuk melihat benda-benda
kecil.
b. Objek glass : untuk meletakkan media yang
akan diamati.
c. Cover glass : untuk menutup objek glass.
d. Tissue : untuk membersihkan alat-alat
praktikum yang akan
digunakan.
e. Jarum pentul : untuk mengambil bagian ketela
pohon yang diamati.
f. Batang korek api : untuk mengambil ephitelium
squamosum pipi.
g. Silet : untuk menyayat ketela pohon.

3.2 Bahan dan Fungsi.


Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar
tentang Sel Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut :
a. Ketela pohon : sebagai objek pengamatan.
b. Aquades : untuk memperjelas objek yang
akan diamati.
c. Lugol : untuk memperjelas objek yang
diamati.
d. Larutan Y-KY : untuk memperjelas objek yang
25

akan diamati.
e. Ephitelium squamosum pipi : sebagai media pengamatan.
f. Daun hydrilla : sebagai media pengamatan.
g. Larutan biru methylene : untuk memperjelas objek yang
akan diamati.
h. Paramecium : sebagai objek yang akan
diamati.

3.3 Skema Kerja.


3.3.1 Ketela pohon

Diambil ketela pohon


dengan jarum pentul

Ditetesi dengan larutan Y-KY

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45 0

Diamati menggunakan mikroskop

Hasil

3.3.2 Hydrilla

Diambil atau disayat dan


hydrilla

Diambil, diletakkan di atas beker glass

Ditetesi dengan aquades

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45 0

Diamati menggunakan mikroskop

Hasil
26

3.3.3 Paramecium

Diambil paramecium
dengan pipet tetes

Diletakkan diatas obek glass

Ditetesi dengan larutan lugol

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45 0

Diamati menggunakan mikroskop

Hasil

3.3.3 Ephitelium squamosum pipi

Dikorek bagian dalam pipi


dengan batang korek api

Dioleskan di atas objek glass

Ditetesi dengan larutan biru methilene

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45 0

Diamati dengan mikroskop

Hasil
27

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Sebelum melakukan praktikum, praktikan diwajibkan untuk
memahami apa maksud dan tujuan praktikum dan bagaimana prosedur
pelaksanaannya. Untuk praktikum biologi dasar tentang sel tumbuhan dan
sel hewan, alat-alat yang digunakan diantaranya sebagai berikut : mikroskop
digunakan untuk melihat benda-benda kecil yang tak terlihat oleh mata
telanjang, objek glass untuk tempat media yang akan diamati, cover glass
untuk menutup media diatas objek glass, washing bottle untuk tempat
larutan, pipet tetes untuk mengambil cairan dalam skala kecil, jarum pentul
untuk mengambil media yang sangat tipis, silet untuk mengiris media, lalu
pinset untuk mengambil benda kecil. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan yaitu, ketela pohon, hydrilla, paramecium, ephitelium
squamosum pipi, aquades, larutan biru methylene, lugol dan larutan Y-KY.
Setelah siap semua maka praktikum bisa dimulai.
4.1.1 Ketela pohon
Pada pengamatan ketela pohon, pertama pastikan semua alat
telah siap dan dalam keadaan bersih.Kemudian disayat ketela pohon
dengan menggunakan silet.Gunakan jarum pentul untuk mengambil
irisan ketela pohon.Kemudian letakkan di atas objek glass dan
ditetesi dengan larutan Y-KY, lalu ditutup dengan cover
glass.Letakkan objek glass di atas meja preparat.Amati
menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya.
4.1.2 Hydrilla
28

Pada pengamatan hydrilla, pastikan semua alat yang akan


digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil
daun satu lembar hydrilla dengan menggunakan pin set letakkan di
atas objek glass, lalu ditetesi dengan aquades. Ditutup dengan cover
glass.Kemudian diletakkan di atas meja preparat.Amati
menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya.
4.1.3 Paramecium
Pada pengamatan paramecium, pertama pastikan semua alat
yang akan digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih.
Kemudian diambil paramecium dalam rendaman jerami dengan
menggunakan pipet tetes.Kemudian diletakkan di atas objek glass,
ditetesi dengan lugol.Lalu ditutup dengan cover glass.Kemudian
diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat
hasilnya.
4.1.4 Ephitelium squamosum pipi
Pada pengamatan ephitelium squamosum pipi, pertama
pastikan semua alat telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian
diambil ephitellium squamosum pipi dengan menggunakan batang
korek api pada bagian dalam pipi. Lalu diletakkan di atas objek glass,
ditetesi dengan larutan biru methylene.Lalu ditutup dengan cover
glass.Kemudian diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan
mikroskop.Dicatat hasilnya.

4.2 Analisa Hasil


Sel merupakan segumpal protoplasma berinti sebagai individu yang
berfungsi menyelenggarakan seluruh aktifitas untuk kebutuhan hidupnya.
Atau dengan kata lain sel adalah unit struktural kehidupan dan merupakan
unit fungsional dari kehidupan (Kertosapoetra,2004).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, adapun data
yang dihasilkan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan Sel
Hewan adalah sebagai berikut :

No. Bahan Pengamatan Keterangan


29

Pengamatan pada
gambar menggunakan
perbesaran sampai 400
1. Ketela pohon x. Pada gambar terlihat
sel ketela pohon seperti
titik-titik buram tidak jelas.

Pengamatan pada
gambar menggunakan
perbesaran sampai 400
x. Pada gambar terlihat
2. Hydrilla sel daun hydrilla berupa
persegi panjang yang
tersusun rapid dan
terdapat garis panjang di
tengah.
Pengamatan pada
gambar meggunakan
perbesaran sampai 400
3. Paramecium x. Pada gambar terlihat
sel paramecium seperti
bintik-bintik merah.

Pengamatan pada
gambar menggunakan
perbesaran sampai 400
4. Ephitelium x. Pada gambar terlihat
squamosum pipi sel ephitelium
squamosum pipi
bentuknya ada yang
panjang dan ada yang
tidak berbentuk.

Dari gambar-gambar hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa


bentu-bentuk sel bermacam-macam.

4.3 Gambar dan Hasil Pengamatan


Berdasarkan analisa prosedur dan analisa hasil pengamatan tentang
sel tumbuhan dan sel hewan, dapat diambil perbandingan gambar dan data
hasil pengamatan sebagai berikut:
No. Bahan Gambar Gambar Keterangan
Pengamatan Literatur
Perbesaran
1. Ketela pohon pengamatan
sampai 400 x.
Dapat dilihat dari
literatur bentuk sel
ketela pohon
30

berbentuk persegi
dan terdapat titik-
titik di
sekelilingnya.
Perbesaran
2. Hydrilla pengamatan
sampai 400 x. Dari
gambar literatur
dapat disimpulkan
bahwa sel daun
hydrilla berbentuk
persegi panjang
dan tersusun rapi.
Perbesaran
3. Paramecium pengamatan
sampai 400 x. Dari
gambar literatur
dapat diketahui
bahwa
paramecium
memiliki bulu atau
rambut dan
terdapat inti sel
ditengahnya.
Perbesaran
4. Ephitelium pengamatan
squamosum sampai 400 x. Dari
pipi gambar literatur
dapat diketahui
bahwa sel
ephitelium
squamosum pipi
berbentuk panjang
dan lonjong. Tak
tentu.
31

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
- Sel merupakan organisasi terkecil dari materiil yang mengandung
kehidupan.
- Bentuk sel bermacam-macam, ada yang pipih, memanjang,
sangat panjang dan bikonkaf.
- Ukuran sel umumnya mikroskopis.
- Sel yang ada pada hewan berbeda dengan sel yang ada pada
tumbuhan.
- Larutan Y-KY digunakan untuk memperjelas karbohidrat.
- Aquades digunakan untuk memfiksasi sel yang bergerak cepat.
- Larutan lugol berfungsi sebagai penyebab difraksi pada
paramecium.
- Larutan biru methylene berfungsi sebagai penyebab difraksi pada
ephitelium squamosum pipi.

5.2 Saran
Diharapkan bagi asisten praktikumdalam menjelaskan jangan terlalu
cepat, supaya praktikan bisa betul-betul memahami materi praktikum dan
lancer dalam mengerjakan posttest.Dan diharapkan tidak jutek terhadap
praktikan supaya suasana tidak tegang dan jenuh.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Pengertian Sel. http://www.visioneg.com/cell.php. Diakses


pada tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB.
Anonymous. 2009. Bentuk-bentuk Sel. http://www.visioneg.com/cell.php. Diakses
pada tanggal 29 September, pukul 21.00 WIB.
Gilland.1985. Lehninger Principles of Biochemistry.Vol. 103, no. 2. P. 228-232.
Hart. 1972. The Federation of American Scienties for Experiment Biology
Journal. Vol. 13, no. 9, p. 1007-24.
Kartosapoetra. 2004. Pengertian Sel. http://www.biologycell.com/Kartosapoetra.
Diakses pada tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB.
Nelson, DL and Cox, MM. 2004.Molecular and Cellular Biology. 4 ed. New York:
W. H. Freeman 1119.
Pramesti.Hening.Tjaturina. 2010. Mikroskop dan Sel. Lampung: FK.UNLAM.
Schultze. 1874. Seminar in Cell Biology. Vol. 6, no. 6, p. 357-365. Jakarta:
Erlangga.
Sentraedukasi.2011.http://www.sentraedukasi.com/2011/06/SejarahPenemuanS
el. html.Diakses pada tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB.
Wikipedia.2011. http://biodas.wikipedia.com/rancangan-pembelajaran/bahan-
ajar/sejarah/. Diakses pada tanggal 30 september 2011, pukul 07.00 WIB.
33

SISTEMATIKA,
ANATOMI, FISIOLOGI,
DAN MORFOLOGI
IKAN NILA
(Oreochromis
niloticus)
34

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila (Oreochromis niloticus), nama internasionalnya nile tilapia
berasal dari sungai Nil di Afrika. Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan
budidaya yang cukup dikenal baik secara nasional maupun
internasional.Ikan nila menjadi terkenal karena memiliki banyak keunggulan.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh ikan nila yaitu mudah
berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anaknya banyak, ukuran badan
reltive besar, tahan penyakit, sangat mudah beradaptasi, relative murah
harganya dan dagingnyapun enak (Widiyati et al, 1999).
Ikan nila sebagai pemakan plangton yang sifatnya cenderung
omnivorus, artinya tidak memerlukan pakan yang khusus.Selain itu, ikan nila
juga memiliki suatu kelebihan, yaitu ikan nila berkemampuan untuk dapat
hidup pada rentang salinitas yang lebar sehingga ikan nila dapat
dibudidayakan di air tawar, payau, maupun di laut (Wardoyo, 1997).
Di air tawar, potensi pembesaran ikan nila di kolam dan sawah
sangat tepat terutama di luar jawa di daerah pegunungan di mana sumber
air bersih yang masih melimpah dan kompetisi peruntukan antar sektor dan
sub sektor belum terlalu ketat , misalnya di Sumatera Barat, Sulawesi Utara,
Sumatera Utara, Bengkulu, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan
pengembangan di perairan umum cocok dengan sistem budidaya keramba
jaring dan keramba biasa yaitu di provinsi-provinsi di luar jawa yang banyak
memiliki perairan umum (danau, rawa, perairan, bekas galian, dan sungai),
35

misalnya di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,


Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi (Sarnita
et al, 2011).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi,
Fisiologi, dan Morfologi pada Ikan Nila yaitu agar praktikan dapat
mengetahui bagian-bagian ikan nila.
Tujuan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi,
Fisiologi, dan Morfologi pada Ikan Nila yaitu agar praktikan dapat
mengetahui, memahami dan menjelaskan mengenai bagian-bagian ikan nila.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi,
dan Morfologi pada Ikan Nila dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 06
Oktober 2011, pukul 07.00 sampai 08.40 WIB dan bertempat di
Laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan), Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan,
Universitas Brawijaya, Malang.
36

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Deskripsi)


Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar.Ikan ini diintroduksi
dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur pada tahun 1969.Kini, ikan nila
menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar Indonesia.
Nama ilmiah dari ikan nila adalah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama “Nile Tilapia” (Linnaeus, 1758).
Ikan nila adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk ekor rounded,
sirip dorsal (punggung), bentuk sirip cetenoyd, bentuk mulutnya sub terminal,
dan giginya berupa fili form (Lestari, 2009).
Menurut Suyanto (1994), ikan nila dapat hidup di perairan yang
dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat
hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah,
tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut.
Ikan nila merah Florida mempunyai tingkat kelangsungan hidup lebih
baik pada salinitas 18 ppt dibandingkan dengan salinitas lebih rendah dan
yang lebih tinggi, walaupun dapat dipelihara sampai salinitas 36 ppt
(watanabe et al, 1990 dalam Arifin, 1995).

2.2 Klasifikasi
37

Menurut Dr. Trevas (1982), klasifikasi ikan nila adalah sebagai


berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtes
Sub kelas : Acanthioptherigii
Ordo : Percormorphii
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Nama latin : Oreochromisniloticus linn


Nama Indonesia : Nila (ditetapkan oleh Dirjen Perikanan tahun
1972).
Daerah penyebaran : Afrika, Amerika, Eropa, Asia (termasuk
Indonesia).

Sejak diintroduksi di Indonesia tahun 1969, ikan nila telah berganti


nama sebanyak tiga kali. Semula ia diberi nama Tilapia nilotica, kemudian
berganti nama menjadi Sarotharoden niloticus, dan kini ditetapkan dengan
nama Oreochromis niloticus. Para pakar ikan (Ichtyolog) mengadakan
penelitian dipelopori oleh seorang doktor bernama Trewavas, tahun 1980.
Menurut Dr. Trewavas (1982), perubahan klasifikasi pada genus tilapia
dibagi menjadi tiga genus, yaitu sebagai berikut :
1. Genus tilapia
2. Genus Sarotherodon
3. Genus Oreochromis

2.3 Morfologi Ikan Nila


Ikan nila memiliki ciri-ciri fisik badan dengan perbandingan antara
panjang dan tinggi 2:1.Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15
38

duri lunak dan dubur 3 duri serta 8-11 jari-jari.Tubuh ada yang berwarna
kemerahan, kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang
yang makin mengabur pada saat ikan dewasa. Ekor berbentuk rounded
dengan garis-garis tegak, 7-12 sirip punggung dengan warna kemerah-
merahan atau kekuning-kuningan saat musim berbiak (Saputra, 2007).
Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip
ekor, punggung dan dubur.Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk
membulat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi
kematangan gonad.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila
juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pula dengan bagian
analnya. Dengan posisi sirip anal di bagian belakang sirip dada (abdominal)
(Suyanto,1994 dalam wibaw 2003).

2.4 Anatomi Ikan Nila


Menurut Ainun Nimah (2009), ada sepuluh sistem anatomi pada
tubuh ikan nila, yaitu:
1. Sistem penutup (kulit), antara lain: sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir,
dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (urat daging) : penggerak tubuh, sirip, insang, organ listrik.
3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ
dalam dan penggerak tubuh, tulang tengkorak, tulang rusuk visceral
(tulang penyokong insang), tulang punggung, appendicular (tulang
penyokong sirip), tulang-tulang penutup insang (opperculum, sub
opperculum, pre opperculum, dan interculum).
4. Sistem pernafasan (respirasi) : insang yang terdiri dari tulang lengkung
insang, tulang tipis insang dan insang.
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : organnya adalah jantung, dan sel-sel
darah yang berfungsi untuk mengedarkan oksigen, nutrisi, dll.
6. Sistem pencernaan : rongga mulut, esofagus, lambung, usus pilarus, dan
pilotik saeka dan organ-organ tambahan (kelenjar empedu dan kelenjar
pankreas).
7. Sistem saraf : organnya otot dan saraf tepi.
39

8. Sistem hormon : hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon


ekskresi dan osmoregulasi.
9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organ utamanya ginjal.
10. Sistem reproduksi : organ-organ reproduksi meliputi organ kelamin
(gonad).
Menurut Balarin and hotton (1979), pada ikan betina, lubang kencing
dan lubang pengeluaran telurnya terpisah. Lubang kencing terletak di ujung
papilla di depan lubang kencing yang sangat khas yaitu seperti bulan yang
melintang.

2.5 Sistem Pencernaan


Pencernaan pada ikan berlangsung secara fisik dan kimiawi.
Pencernaan secara fisik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan
berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan.
Sedangkan pencernaan mekanik di segmen lambung dan usus yaitu melalui
gerak-gerak (kontraksi) otot pada segmen tersebut.Pencernaan mekanik di
segmen lambung dan usus terjadi secara lebih efektif oleh karena adanya
peran cairan “digestif” (Ahmad, 2009).
Pencernaan adalah proses penyederhanaan melalui cara fisik dan
kimia sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap dalam usus,
kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Organ-organ saluran pencernaan terdiri dari arah depan/anterior ke arah
belakang /posterior. Jika diurutkan menjadi hati, pilorus, mulut/rongga mulut,
usus, esofagus, lambung, empedu, pankreas.Organ-organ tambahan terdiri
dari kelenjar hati, kelenjar empedu, dan pankreas.Organ-organ pelengkap
diantaranya sungut, gigi, tapis, insang (Ka.462, 2008).

2.6 Sistem Ekskresi dan Reproduksi


2.6.1 Sistem Ekskresi
Ikan memiliki sistem ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang
pengeluaran yang disebut lubang virogenital ialah lubang tempat
bermuaranya saluran ginjal dan yang berada tepat di belakang
anus.Ginjal pada ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit
glomerulus, sehingga hasil metabolisme berjalan lambat dibanding
ikan air tawar (Ka.462, 2008).
40

Sistem ekkresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme


tubuh berupa gas, cairan dan padatan melalui kulit, ginjal dan saluran
pencernaan. Organ-organ dalam sistem ekskresi ialah kulit, saluran
pencernaan dan ginjal :
1. Menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat
yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah.
2. Mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga
keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.
Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan
bertulang benar (tekostei) yang hidup di laut dan yang hidup di
perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertukang rawan
(Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda,
demikian juga dengan sistem osmoregulasi (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2011).
Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang
(opistanefros) dan berwarna kemerah-merahan.Mekanisme ekskresi
pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda.Ikan yang di air
tawar mengekskresikan amoniak dan aktif menyerap oksigen melalui
insang serta mengeluarkan urin dalam jumlah besar. Sebaliknya, ikan
yang hidup di air laut akan mengekskresikan amoniak melalui urin
yang jumlahnya sedikit (Rachmadrevanz, 2011).
2.6.2 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi ialah sistem untuk mempertahankan spesies
dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Embriologi ialah urutan
proses perkembangan dari zigot sampai pada anak ikan. Organ
reproduksi diantaranya organ kelamin (gonad) menghasilkan sel
kelamin (gamet) yaitu spermatozoa (gonad jantan), biasanya
sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pula telur (gonad betina)
yaitu ovarium (Ainun, 2009).
Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan
ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang
berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan
populasinya.Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi yang
terdiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan
sukses.Fungsi reproduksi pada ikan nila pada dasarnya merupakan
41

bagian dari sistem reproduksi terdiri dari kelenjar kelamin atau gonad,
di mana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut
testis beserta salurannya (Hoar dan Randall, 1983).
Menurut Harder (1975), tipe reproduksi dibagi menjadi a) Tipe
sinkronisasi total di mana oosit berkembang pada stadia yang sama.
Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya
sekali dalam setahun, b) Tipe sinkronisasi kelompok dengan dua
stadia, yaitu oosit besar yang matang, di samping itu ada oosit yang
sangat kecil tanpa kuning telur dan c) Tipe asinkronisasi di mana
ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi
pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.Faktor
eksternal meluputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan
adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan
memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena
pada saat itu terjadi akan terjadi perubahan lingkungan atau kondisi
perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah (Sutisna,
1995).
2.7 Jenis dan Bagian Fungsi Sisik
Ikan memiliki jenis sisik yang berbeda-beda, begitu pula dengan
fungsi sisiknya. Berikut adalah jenis dan fungsi sisik pada ikan :
2.7.1 Jenis Sisik
1) Sisik Kosmoid (Cosmoid)
Sisik kosmoid yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan
bangsa Crossopterygi yang telah punah.Sisik ini berlapis-lapis, di
mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih.Di atasnya
berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi,
selapis bahan serupa email gigi yang disebut cosmine.Kemudian di
bagian terluar terdapat lapisan keratin.Ikan Coelacanth memiliki
semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan
lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
2) Sisik Ganoid
Sisik-sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae
dan Polypteridae.Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan
42

sebuah lapisan ganoid terletak diantara lapisan kosmin dan


enamel.Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
3) Sisik Plakoid
Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang
rawan lainnya .sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
4) Sisik Leptoid
Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan
memiliki dua bentuk, yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid
(ctenoid).Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus dan paling
umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-
sirip yang lembut. Misalnya ikan-ikan salem dan karper. Sisik-sisik
ktenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-
ikan yang lebih modern yang memiliki sirip-sirip berduri (Suyana,
2010).

2.7.2 Fungsi Sisik


 Untuk melindungi tubuh ikan dari serangan musuh,
 Untuk melindungi ikan dari perubahan cuaca drastis,
 Untuk melindungi kulit dari penyakit (Suriyana, 2010).

Gambar sisik (Google image, 2011)

2.8 Jenis dan Bagian Fungsi Ekor


43

2.8.1 Jenis Ekor


Ada lima macam bentuk ekor, yaitu :
1) Emarginate
(Google Image, 2011)

2) Pointed
(Google Image, 2011)

3) Rounded
(Google Image, 2011)

4) Forked
(Google Image, 2011)

5) Lunate
(Google Image, 2011)
2.8.2 Fungsi
Fungsi ekor pada ikan adalah untuk mempercepat laju ikan di di
dalam air (Fowcett, 1969).
Menurut Suriyana (2010) adalah untuk keseimbangan tubuh ikan
dan membantu dalam pergerakan ikan.
44

3.METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Alat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang
Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila adalah sebagai
berikut :
a) 1 set alat bedah (sectio set) : untuk membedah ikan nila.
b) Baki (plastik/seng) : untuk meletakkan ikan nila.
c) Mikroskop binokuler : untuk mengamati bentuk dari sisik ikan
nila.
d) Lap basah : untuk mengambil ikan nila agar tidak mati
saat dipindahkan ke baki.
e) Object glass : untuk tempat obyek yang akan diamati
pada mikroskop.
45

f) Cover glass : untuk menutup object glass.

3.2 Bahan dan Fungsi


Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang
Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila adalah sebagai
berikut :
a) Ikan nila : sebagai obyek pengamatan.
b) Tissu : untuk membersihkan alat-alat.

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi

Diambil ikan nila dengan lap basah dan jaring

Diletakkan ikan nila pada nampan


Ditusuk ikan nila dengan penusuk pada Medula Oblongata
Diamati dan digambar bagian tubuh ikan nila
Dibuka bagian perut ikan nila mulai anus hingga rongga
perut
secara melintang dengan sectio set
Diamati dan digambar bagian pencernaan dan sekresi ikan
nila
Hasil

3.3.2 Pengamatan Sisik


Diambil sisik dengan pinset

Diletakkan di atas objek glass

Ditutup dengan cover glass dengan 450


Diamati bagian sisik dengan mikroskop

Hasil

3.3.3 Pengamatan Insang


Diambil insang dengan pinset
46

Diamati dan digambar bagian-bagian insang

Hasil

4. PEMBAHASAN

4.1 Data dan Gambar Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam Praktikum Biologi
Dasar dengan metri Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus).

A. Gambar Ikan Sebelum Dibedah (Morfologi)


47

Keterangan Gambar :
1. Sirip punggung (dorsal)
2. Sirip bawah (ventral)
3. Sirip dada (pectoral)
4. Sirip dubur (anal)
5. Mulut
6. Mata
7. Tutup insang (opercullum)
8. Sisik
9. Sirip ekor (caudal)
10. Pangkal ekor

B. Gambar Ikan Nila Setelah Dibedah


48

Keterangan Gambar :
1. Mulut 7. Sirip ekor (ekor)
2. Mata 8. Sisik
3. Tutup insang (opercullum) 9. Anus
4. Sirip bawah (ventral) 10. Ginjal
5. Sirip dubur (anal) 11. Hati
6. Pangkal ekor 12. Kulit dalam ikan

(Google Image, 2011)

C. Gambar Insang
Keterangan Gambar :
1. Gill filament
2. Gill rakers
3. Gill arch
49

D. Gambar Sisik

4.2 Analisa Prosedur


Pada Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi,
Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus), pertama-tama
disiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah satu
set sectio set yang terdiri dari pisau yang berfungsi untuk membedah ikan
nila, penusuk yang berfungsi untuk menusuk medula oblongata ikan nila
yang merupakan pusat syaraf ikan sehingga ikan dapat cepat mati, dan
gunting yang berfungsi untuk mempermudah pembedah. Selain itu juga ada
baki yang berfungsi sebagai tempat ikan, lap basah yang digunakan untuk
memindahkan ikan dari ember ke baki agar ikan tetap dalam keadaan hidup
saat dibawa ke meja pengamatan.Alat terakhir adalah mikroskop binokuler
yang berfungsi untuk mengamati bentuk sisik pada ikan nila.Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah ikan nila sebagai obyek pengamatan,
serta tissue yang berfungsi untuk membersihkan alat-alat praktikum.
Setelah alat dan bahan disiapkan, praktikan mengambil ikan dan
memindahkannnya ke meja praktikum dengan menggunakan lap basah agar
ikan tidak mati, setelah itu diletakkan ke baki plastik.
4.2.1 Pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi
Pada pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi, alat dan
bahan yang digunakan adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah
alat dan bahan disiapkan, diambil alat penusuk dari sectio set untuk
ditusukkan di bagian medula oblongata ikan nila. Medula oblongata
adalah pusat syaraf pada ikan sehingga ikan dapat cepat mati jika
50

medula oblongatanya rusak.Membedah bagian perut ikan dengan


menggunakan pisau atau gunting mulai anus hingga rongga perut
secara melintang dengan hati-hati agar tidak merusak organ
dalamnya.Mengamati serta mencatat dan menggambar hasilnya.
4.2.2 Pengamatan Sisik
Pada pengamatan sisik, alat dan bahan yang digunakan adalah
sectio set, baki, mikroskor binokuler, object glass, cover glass, serta
ikan nila. Setelah alat dan bahan disisapkan, praktikan memindahkan
mikroskop sevara perlahan hingga posisi lengan mikroskop
menghadap ke arah pengamat, mengatur perbesaran, diafragma, dll.
Setelah mikroskop binokuler siap, preparat mulai disiapkan. Diambil
sisik ikan dengan menggunakan pinset yang ada pada sectio set dan
diletakkan pada object glass. Ditutup object glass dengan cover glass
kemudian diletakkan diletakkan di meja object mikroskop. Diamati
dengan mikroskop dan dicatat serta digambar hasilnya.
4.2.3 Pengamatan Insang
Pada pengamatan insang, alat dan bahan yang digunakan
adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah alat dan bahan
disiapkan, praktikan mengambil insang pada ikan nila dengan cara
mengguntingnya dengan gunting yang ada di dalam sectio set
kemudian diambil dengan menggunakan pinset yang ada di dalam
sectio set pula. Mengamati dan mencatat hasilnya.

4.3 Analisa Hasil


Dari Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi,
Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan mengamati
ikan nila yang telah dibedah, maka dapat diperoleh hasil bagian-bagian ikan
nila secara mendetail.
51

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam Praktikum Biologi Dasar
tentang sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) adalah :
52

1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mempunyai nama internasional


“Nile tilapia” adalah ikan budidaya air tawar.
2. Ikan nila awalnya diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur.
3. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan nila yaitu, mudah berkembang
biak, cepat pertumbuhannya, anakannya banyak, tahan terhadap
penyakit, dan mudah beradaptasi.
4. Sistem pernapasan pada ikan nila menggunakan insang.
5. Sistem pencernaan ada dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan.
6. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus,
lambung, pylorus, usus, rectum dan berakhir pada anus.

5.2 Saran
Pada kegiatan Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika,
Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdapat
proses awal pre test. Saran kami, waktu menjawab soal-soalnya janganlah
terlalu cepat.Sebenarnya soal-soal dapat dijawab, namun waktu yang terlalu
cepat membuat jawaban tidak dapat ditulis dengan tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2009. Pencernaan Ikan Nila. http://ahmad.blogspot.com/pencernaan


Ikan. Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
53

Ainun, Nimah. 2009. Anatomi Ikan Nila. http://books.google.co.id/advance-


book.search ?hl&blw=1366&bih=553 lq=pengarang=buku=ainun=nimah
Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
Balarin and Haton. 1979. Anatomi Ikan Nila. New York : W.H Freeman
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Sistem Ekskresi Ikan Nila.
http://www.google.co.id/#hl
=id&q=dinas+perikanan+dan+kelautan&aq
Diakses tanggal 13 Oktober 2011, Pukul 08.00 WIB
Dr. Trevas. 1982. Klasifikasi Ikan Nila. http://www.cowro.info/thr2054803-0-
klasifikasi-ikan-nila.html
Diakses tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB
Fowcett. 2010. The Fish Tail’s Function. New York : Mc Grawhill, inc
Google image. 2011. http://google.co.id/image
Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB
Harder. 1975. Sistem Reproduksi Ikan.
http://www.smecda.com/files/budidaya/ikan_nila.pdf
Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB
Hoar dan Randall. 1983. Reproduksi Ikan Nila. London : Science, inc
Ka.462. 2008. SistemPencernaan Ikan Nila.
http://www.scribd.com/doc/51094795/Ikan-Nila
Diakses tanggal 15 oktober 2011, pukul 10.00 WIB
Lestari. 2009. Oreochromis niloticus. http://lestaripuji.wordpress.com/ikan-nila
Diakses tanggal 08 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB
Linnaeus. 1758. Description of Nila. New York : W.H Freeman
Rachmadrevanz.2011. Sistem Ekskresi Ikan, Katak, Reptil dan Burung |
Rachmad Revanz.http://rachmadrevanz.com/2011/sistem-ekskresi-ikan-
katak-reptil-dan-burung.html
Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB
Saputra. 2007. Morfologi Ikan.
http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi-ikan/
Diakses tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB
Sarnita et all. 2001. Potensi Ikan Nila. http://xnyder.blogspot.com/
Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.15 WIB
Suriyana. 2010. Fungsi Sisik. http:// id.Answer yahoo.com/question/ index?
qid=2080414232
54

707 agkirn
Diakses tanggal 09 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB
Sutisna. 1995. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Gramedia
Suyanto. 1994. Ikan Nila Merah. Jakarta: Erlangga
Wardoyo.1997. Budidaya Ikan Air Tawar. http:// books.google.co.id/books?-
id.kuu
Diakses tanggal 09 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB
Watanabe et all. 1990. Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jakarta: Gramedia
Widiyati et all. 1999. Endonesia Scientific Journal Database.
http://journal.pdii.upi.go.id/
index.php/search.html?aet=tampil&id=51891&idc=33
Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB
55

JARINGAN
TUMBUHAN DAN
HEWAN

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


56

Dalam ilmu biologi modern pengertian jaringan dapat diartikan


sebagai kumpulan dari beberapa sel makhluk hidup. Pengertian jaringan
dalam biologi pada era modern ini tidak memiliki perbedaan dengan bilogi di
masa lalu seperti jaringan otot, jaringan syaraf, dan jaringan otak
(Sriwedani,2010).
Jaringann tumbuhan maupun jaringan hewan berupa sel yang
terorganisasi berupa lembar-lembar atau beerkas-berkas longgar yang
melakukan sebuah aktivitas yang spesifik. Berbagai jaringan yang berbeda
disusun dalam struktur-struktur dengan batas dann bentuk yang jelas,
dikenal sebagai organ (Hedomenes,2006).
Jaringan merupakan sekelompok sel yang tersimpan dalam suatu
kerangka struktur atau matrik. Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun
terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk jaringan,
jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai
membentuk suatu tubuh tumbuhan. Jaringan tumbuhan dapat dibagi menjadi
2 macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa (Ramalex,1988).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari diadakannya Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan
Tumbuhan dan Hewan adlah untuk memahami dan mengetahui struktur sel
yang menyusun jaringan tubuh tumbuhan dan hewan serta mengetahui
perbedaannya.
Tujuan dari diadakannya Praktikum biologi Dasar tentang Jaringan
Tumbuhan dan Hewan adalah agar praaktikan dapat membedakan berbagai
macam jaringan pada tumbuhan dan hewan serta dapat menunjukkan letak
jaringan tersebut.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan hewan
dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00-09.00
WIB.Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan hewan
diadakan di Laboratorium Ilmu-Ilmu perairan Fakultas perikanan dan Ilmu
kelautan, Universitass Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
57

2.1 Pengertian Jaringan


Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel
yang memiliki struktur dan fungsi yang sama disebut jaringan. Jaringan pada
tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi
menjadi bermacam-macam yang berbentuk yang memiliki fungsi khusus
(Sriwedani,2010).
Baik pada tumbuhan maupun hewan, kelompok-kelompok sel-sel
yang serupa terorganisasi menjadi lembar-lembar atau berkas-berkas
longgar yang disebut jaringan.Jaringan melakukan tugas spesifik. Berbagai
jaringan yang beda disusun dalam struktur-struktur dengan batas dan bentuk
yang jelas (hademenos and George,1999).
Jaringan hewan adalah sekumpulan sel-sel hewan yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dalam tubuh hewan mempunyai
tugas yang khusus dalam melakukan fungsinya seperti jaringan otot,jaringan
syaraf, dan jaringan epitel. Berdasarkan fungsinya, jaringan epitel dibagi
menjadi empat yaitu epitel proteksi, epitel kelenjar, epitel absorbsi, dan epitel
sensori.Dan berdasarkan bentuknya yaitu epitel pipih selapis, epitel pipih
berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis, epitel silindris bersilia,
dan epitel transisional. Jaringan otot dibedakan menjadi tiga, yaitu jaringan
otot polos , otot lurik, dan otot jantung. Sedangkan jaringan ikat dibedakan
menjadi enam, yaitu jaringan kartilago, jaringan darah, jaringan limfa,
jaringan lemak, jaringan ikat padat, dan jaringan ikat longgar
(Rustam,2009).

2.2 Macam-Macam Jaringn Hewan


Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekumpulan sel
yanga mempunyai struktur yang khusus yang memungkinkan mereka
mempunyai fungsi yang spesifik, misalnya otot-otot jantung yang
menghubungkan sel jantung dengan organ yang lain (Patrician,1998).
Menurut Godam (2006), jaringan ada 4 macam, yaitu :
2.2.1Jaringan Ephitellium
Jaringan epitel adalah jaringan yang salah satu dari 4 jaringan
dasar sebelumnya.Dahuluistilah epitel digunakan untuk menyebut
selaput jernih yang berada diatas permukaan tonjolan anyaman
penyambung di merah bibir.
58

2.2.2 Jaringan Ikat


Jaringan ikat disebut juga dengan penyokong atau
penyaambung. Jaringan ikat berbeda dengan jaringan epitel,baik
susunan selnya, bahan interselulernya, maupun fungsinya. Letak sel-
sel jaringan ikat berpencar-pencar dan jika berhubungan hanya pada
ujung –ujung protoplasmanya.Jaringan ikat berasal dari mesenkima,
mesenkima berasal dari misoderm yaitu lapisan tengah
embrio.Mesenkima berkembang menjadi jaringan ikat.
2.2.3 Jaringan Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel membujur dengan inti yang
tampak jelas batasnya dan miofibril.Miofibril tersusun atas protein
kontraktil yanng terdapat di sepanjang sel dan tampak jelas pada otot
rangka dan jantung.Batas antar sel otot terlihat jelas karena adanya
sarkolema.Sarkolema adalah lapisan membran yang mrngelilingi sel
otot.
Jaringan otot dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Otot polos
b. Otot lurik
c. Otot jantung
2.2.4 Jaringan Syaraf
Jaringan syaraf tersusun atas sel-sel syaraf atau neuron. Tiap
neuron atau sel syaraf terdiri atas badan sel syaraf, cabang dendrit
dan cabang akson ( cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-
tiap sel syaraf sehingga membentuk jaringan syaraf). Sel syaraf
mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya
kemampuan sel syaraf untuk bereaksi dengan lingkungan,
konduktivitas artinya kemampuan sel syeraf untuk membawa impuls-
impuls syaraf
Ada 3 macam syaraf, yaitu:
a. Sel syaraf sensorik
b. Sel syaraf motorik
c. Sel syaraf prnghubung

Macam-Macam Sel Jaringan pada Hewan


59

a. Jaringan Syaraf b. Jaringan Otot

(Google image, 2011) (Google image, 2011)

c. Jaringan Epitel d.jaringan Ikat

(Google image, 2011) (Google image, 2011)

e. Jaringan otot lurik, otot jantung, dan otot polos


(Google image, 2011)

2.4 Jaringan Tumbuhan


Seperti pada hewan, tumbuhan pun terdiri dari sel-sel, sel-sel
tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul
membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan
( Sastrodinoto,1980).
Menurut Fawcett (1999), jaringan tumbuhan dibagi menjadi 2, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa
60

2.4.1 Jaringan Meristem


Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus
membelah.Jaringan meristem terdiri dari jaringan meristem primer dan
jaringan meristem sekunder.
2.4.2 Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti
membelah. Jaringan dewasa dibagi dalam beberapa macam :
a. Jaringan epidermis
b. Jaringan parenkim
c. Jaringan penguat/ penyokong
d. Jaringan pengangkut

Gambar Jaringan Tumbuhan


a. Jaringan Epidermis b. Jaringan Parenkim

(Google image,2011) (Google image,2011)

c. Jaringan Meristem d. Jaringan Penyokong

(Google image,2011) (Google image,2011)

e. Jaringan Pengangkut

(Google image,2011)
61

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Adapun alat-alaat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar
tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adalah sebagai berikut:
a. Mikroskop : Untuk mengamati objek yang akan diamati
b. Cover glass : Untuk menutup media atau objek pengamatan di atas
objek glass agar
tidak bergeser
c. Okbjek glass : Untuk meletakkan objek yang akan diamati
d. Silet : Untuk menyayat media yang diamati

3.2 Bahan dan Fungsi


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar
tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adalah sebagai berikut:
a. Penampang melintang akar, batang , daun baik monokotil maupun dikotil
dalam bentuk segar atau awetan, berfungsi sebagai objak pengamatan
b. Penampang berbagai organ tubuh hewan dalam bentuk awetan atau
segar yang berfungsi sebagai objek pengamatan

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pengmatan Preparat Ketela Pohon

Diamati preparat irisan melintang gabus (ketela pohon)

Diamati irisan gabus dengan mikroskop

Hasil

3.3.2 Pengamatan Akar Bawang

Diambil preparat irisan melintang akar bawang

Diamati dengan mikroskop

Hasil
62

3.3.3 Pengamatan Umbi Batang

Diambil preparat irisan melintang umbi batang

Diamati dengan mikroskop

Hasil

3.3.4 Pengamatan Akar Paku-Pakuan

Diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan

Diamati dengan mikroskop

Hasil

3.3.5 Pengamatan Hati

Diambil preparat (hati)

Diamati dengan mikroskop

Hasil

3.3.6 Pengamatan Daun Bawang

Diambil preparat daun bawang

Diamati dengan mikroskop

Hasil
63

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan
Hewan, sebelum memulai praktikum langkah pertama yang dilakukan adalah
kita harus memahami tujuan dan bagaimana prosedur pelaksanaannya, agar
hasil yang kita peroleh dapat maksimal. Kemudian yang harus dilakukan
adalah mempersiapkan semua alat dan bahan dari praktikum, yaitu
mikroskop untuk meneliti objek, objek glass untuk menempatkan preparat,
cover glass untuk menutup objek glass, dan silet sebagai penyayat.
Kemudian bahan yang harus disiapkan adalah irisan gabus (ketela
pohon), irisan melintang akar bawang, irisan umbi bawang, irisan paku-
pakuan, hati, dan irisan daun bawang.Semua bahan tersebut digunakan
sebagai objek pengamatan.
Setelah itu, untuk pengamatan ketela pohon, langkah yang harus
dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang sel gabus pada ketela
pohon, lalu diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya.
Untuk pengamatan akar bawang, langkah yang dilakukan adalah
diambil preparat irisan melintang akar bawang, kemudian diamati dengan
mikroskop, dan gamber hasilnya.
Untuk pengamatan umbi bawang, langkah yang dilakukan adalah
diambil preparat irisan melintang umbi bawang, lalu diamati dengan
mikroskop, dan gambar hasilnya.
Untuk pengamatan akar paku-pakuan, langkah yang dilakukan
adalah diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan, kemudian
diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya.
Untuk pengamatan hati, langkah yang dilakukan adalah diambil
preparat irisan melintang hati, kemudian diamati dengan mikroskop, dan
gambar hasilnya.
Dan untuk pengamatan daun bawang, langkah yang dilakukan
adalah diambil preparat daun bawang, kemudian diamati dengan mikroskop,
dan gambar hasilnya.
64

4.2 Analisa Hasil


Jaringan tumbuhan ataupun jaringan hewanberupa sel yang
terorganisasi berupa lembar-lembar atau berkas-berkas longgar yang
melakukan sebuah aktifitas yanng spesifik (Hedomenes,2006).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diperoleh hasil
berupa gambar sebagai berikut:

4.2.1 Pengamatan Preparat Akar bawang

Gambar tangan (Google image,2011)

4.2.2 Pengamatan Preparat Ketela Pohon

Gambar tangan (Google image,2011)

4.2.3 Pengamatan Preparat Umbi Bawang


Gambar tangan (Google image,2011)
65

4.2.4 Pengamatan Preparat Akar Paku-Pakuan


Gambar tangan (Google image,2011)

4.2.5 Pengamatan Preparat Irisan Hati

Gambar tangan(Google image,2011)

4.2.6 Pengamatan Preparat Daun Bawang

Gambar tangan (Google image,2011)


66

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
 Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai fungsi dan bentuk
yang sama
 Jaringan pada hewan adalah jaringan epitelium, jaringan otot, jaringan
pengikat, jaringan syaraf, jaringan otot jantung, otot lurik, dan otot polos.
 Jaringan pada tumbuhan adalah jaringan meristem, jaringan epidermis,
jaringan parenkim, jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut.
 Jaringan bekerja dengan spesifik sehingga jaringan satu dengan
jaringan lainnya tidak ada kesamaan fungsi.
 Jaringan adalah unit terkecil pembentuk organ pada tubuh hewan dan
tumbuhan.

5.2 Saran
Dari Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan
sebaiknya di setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, proses pengamatan objek dengan
menggunakan mikroskop, pengaturan fokus sebaiknya dilakukan dengan
pelan-pelan.
67

DAFTAR PUSTAKA
Fawcett, 1999.Biology Silence.Jakarta : Erlangga
Godam 64.2006. http://organisasi.org/taxonomi-menu/2/16? Page = 1
Diakses tanggal 7 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB
Google images.2011.http://google.co.id/images
Hedomenes. 2006. http://hedomenes.blogspot.com
Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB
Patrician, D. Novak. 1998. Kamus Sara Kedokteran Orland. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Rustam. 2009. http:// aquaculture-rustam.blogspot.com/2009/07/biologi.html
Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB
Sriwedani. 2010. http://pengertianimasi.tk/pengertian-jaringan-dalam-biologi-
modern.aspx
Diakses tanggal 11 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB
Sastrodinoto. 1980. http://aquaculture.blogspot.com/1980/07/biologi.html
Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB
68

MIKROORGANISME
PERAIRAN
69

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme terdapat di segala macam lingkungan sebagai
bagian dari seluruh ekosistem alam. Sebagian dari mokroorganisme itu
adalah produsen, sebagian konsumen pertama dan sebagian lagi konsumen
kedua serta ketiga. Kita dapat menemukan mikroorganisme di daerah kutup,
di daerah tropik, di dalam air, di dalam tanah, dalam debu di udara. Ada
mikroorganisme hidup di satosfer bila terangkat oleh arus udara. Ada
mikrhidup di satosfer bila terangkat oleh arus udara. Ada mikroorganisme
yang dapat hidup meski tanpa oksigen, misalnya pada dasar laut dan
danau-danau yang sangat dalam. Bahkan ada yang hidup di sumber air
panas dengan temperatur yang sedemikian tinggi hingga alam memastikan
organisme yang lebih besar. Mikroorganisme memegang peranan penting
sebagai penghubung jaring-jaring makanan dalam ekosistem darat, laut,
sungai, dan kolam. Mereka merupakan pengurai utama dari berbagai zat
dan senyawa (Sastrodinoto, 1980).
Menurut Budiyanto (2010), mikroorganisme merupakan suatu
kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata
telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya. Seperti
mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas,
terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan cara
pengelompokan atau pengklasifikasian.
Mikroorganisme adalah organisme kecil yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang yang hidup di seluruh ekosistem alam.
Mikroorganisme dibagi menjadi dua yaitu mikroorganisme autotrof dan
mikroorganisme heterotrof, sebagian merupakan fotoautotrof dan hanya
sebagian kecil merupakan heterotrof.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme
Perairan adalah agar praktikan mengerti dan mengenal mikroorganisme
yang ada di perairan.
70

Tujuan dari Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan


adalah untuk meneliti jumlah nisbi mikroorganisme yang penyebarannya di
lingkungan perairan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan ini
dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2011, pukul 07.00 -
09.00 WIB, dan bertempat di Laboraturium IIP ( Ilmu-Ilmu Perairan ), gedung
C lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,
Malang.
71

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroorganisme


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering
kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun,
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada
beberapa spesies multi seluler tidak terlihat dengan mata tealanjang. Virus
juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang
bekerja dibidang ini disebut mikrolog (Devo, 1997).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana dari dasar laut sampai
kepuncak-puncak gunung berselimut es, dimata – mata air belerang panas,
dalam tanah dan debu di udara, dalam air atau susu, maupun pada
permukaan jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir), pendeknya di
sergala macam tempat serta lingkungan di bumi ini sesungguhnya memang
kita dikelilingi oleh bakteri, cendawan, protozoa, dan mikroorganisme lain
(Hadioetomo, 1985).
Bagi banyak orang, kuman mikroba dunia dan membawa kepikiran
sekelompok makhluk hidup yang kecil yang tidak cukup masuk ke salah satu
kategori dalam pertanyaan tua, “adalah hewan, tumbuhan dan manusia?”.
Mikroba, mikroorganisme juga disebut, adalah makhluk individual menit yang
biasa terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kelompoknya
termasuk bakteri, jamur, protozoa dan ganggang mikroskopis, itu juga
mencakup virus yang terkadang entitas non seluler dianggap sebagai
berada di perbatasan antara hidup dan tidak hidup (Tortora et.al, 2007).
72

2.2 Macam – Macam Organisme di Lingkungan


Menurut Palezor (1986), macam – macam kolompok mikroorganisme
dilingkungan ,antara lain :
Kelompok Ukuran Ciri Perhitungan Kepentingan Praktik
Bakteri Khas 0,5- - Prokariot uniseluler, - Penyebab penyakit
1,5 µm kali srtuktur internal - Menambah
1,0- 3,0 µm sederhana. kesuburan tanah,
Tumbuh pada merusak tanaman
media buatan untuk industri dan
laboratoris mampu untuk
- Reproduksi membuat makanan
aseksual, sendiri
pembelahan
sederhana
Sianobakteri Kisaran - Prokariota - Sumber makanan
a 0,5-1,5 µm uniseluler struktur hewan, amatik
internal sederhana, membantu
tumbuh pada pembentukan dan
media laboratoris. memperkaya tanah.
Reproduksi secara
aseksual dan
spora mengadung
klorofil dan
fotosintesis.
Virus Kisaran - Semua obligat - Penyebab penyakit
0,015-0,2 parasit tidak pada manusia dan
µm tumbuh pada makhluk hidup lain,
media buatan, dan dapat menginfeksi
membutuhkan sel mikroorganisme.
hidup guna
reproduksi.
- Dibutuhkan
mikroskop elektron
untuk melihatnya.
Khamir Kisaran - Eukariotik - Sebagai pembantu
5,0-10 µm uniseluler, dalam produsen
73

reproduksi minimum dikhol


aseksual dan - Penyebab penyakit
penguapan, - pelengkap makann
sifatnya
mempunyai
kesamaan dengan
bakteri.
Kapang Kisaran - eukariotik - Sumber makanan
2,0-100 kali multiseluler, hewan akuatik,
beberapa kahlvitasnya sama sumber agar bagi
mm seperti bakteri, media laboratoris,
reproduksi secara sifat racun, dan
aseksual dan bagian pelengkap
seksual. makanan.
Protozoa Kisaran - Eukariotik - Makanan hewan
2,0-200µm uniseluler, akuatik dan sumber
khalvitasnya sama penyakit.
dengan praktik
bakteri parasit
intraseluler
- Reproduksi
aseksual dan
seksual.
Alga - Eukariotik - Sumber produksi
uniseluler dan makanan bagi
multiseluler, hidup lingkungan akuatik,
dilingkungan sumber agar bagi
akuatik memiliki media laboratoris,
klorifil dan sifat racun dan
fotosistesis sebagai pelengkap
- Reproduksi makanan.
aseksual dan
seksual

Menurut Amboinas (2009), atau beberapa lingkungan di bumi ini


mengandung sedemikian banyak macam mikroorganisme. Mikroba tanah
74

contohnya bakteri, cendawan, algae, protozoa, dan virus secara bersama –


sama membentuk kumpulan mikroorganisme yang dapat mencapain jumlah
total sampai bermilyar –milyar organisme pergram tanah.

2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Organisme


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat bergantung dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan mikroba makin menyediakan
nutrien yang sesuai dengan khultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan
yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba biak hanya
berfariasi dsalam persyaratan nutrisinya tetapi juga menunjukkan resp[on
yang berbeda – beda untuk berhasilnya khultivasi berbagai tipe mikroba
diperlukan suatu kombinasi nutrien serta faktor lingkungan yang sesuai
(Palazer dan Chan, 2006).
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme meliputi suplay gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya
oksigen (Bukls,1985).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
akan tetapi juga dipengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah
pH dari medium tempat ia hidup. Perubahan ini dapat disebut perubahan
secara kimia. Adapun faktor – faktor lingkungan dapat dibagi atas makhluk -
makhluk hidup yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama
mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiosis, sinergisme, antibiosi dan
sintronisme. Sedangkan faktor – faktor abiotik terdiri dari faktor fisika (misal :
suhu, pH, atmosfer gas, tekanan osmotik, kelembapan, sinar gelombang dan
pengeringan – pengeringan) ( Hadioetomo, 1985).

2.4 Pengertian Sterelisasi


Sebelum digunakan, media harus disterilkan yaitu dibebaskan dari
semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum
dilakukan yaitu dengan perlakuan yang lembap. Bergantung pada macam
bahan yang akan disterilkan. Sterelisasi dapat pula dilakukan dengan
perlakuan panas kering, kimia, penyaringan dan radiasi – radiasi
(Gunawan, 2000).
75

Menurut Yudha dan Hany 1996), sterelisasi adalah eliminasi total


atau destruksi semua bentuk kehidupan mikroba.
Sterelisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan
metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan
yang tidak ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup (Darmadi, 2008).

2.5 Pengertian Media dan PCA


Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur, yang
umumnya digunakan didalam laboraturium yaitu media biakan yang
menggunakan bahan pemadat berupa agar (Gunawan , 2000 )
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan
mokulasi diatas permukaan . PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan
( casein, enzymie, hydroliste, yeast, extract, dextrose, agar )hingga
membentuk suspensi 22,5 % kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit
0
pada suhu 121 C ). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba
( semua jenis mikroba ) karena didalamnya mengandung komposisi casein
enzymic hydrostatis yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen
komplek lainnya serta extrak yeast menyuplay vitamin B kompleks ( Falihis ,
2009 ).
Medium lengkap tersusun atas semua senyawa yang dibutuhkan
untuk menumbuhkan jasad renik tertentu . biasanya medium semacam ini
dibuat dari bahan-bahan organik, misalnya ,ekstrak khamir , ekstrak daging,
ekstrak malt dan sebagainya ditambah dengan sumber karbon yang sesuai.
Medium biasanya digunakan menumbuhkan dan memelihara jasad renik
yang tidak memerlukan nutrisi khusus sehingga diperoleh jumlah sel yang
tinggi ( Yuwono , 2008 ).

2.6 Cara Perhitungan Bakteri


Pertumbuhan jasad renik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
metode langsung maupun tidak langsung . pengukuran pertumbuhan secara
langsung dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan menghitung
jumlah sel menggunakan penkraf houser Bakteria Counter atau
hemositometer atau dengan mengukur kepekaan (inbidikasi) selnya
menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat dihitung secara langsung
jika jasad renik tersebut , ditumbuhkan didalam medium cair. Pertumbuhan
76

dapat juga dapat dibentuk secara tidak langsung misalnya dengan metode
penuangan (platting)pada medium padat atau menghitung berat
biomassanya. Dalam metode penuangan, jumlah sel ditentukan dengan
menghitung jumlah kalor yang tumbuh dalam medium padat sehingga yang
terhitung hanya sel-sel yang masih hidup (Yuwono , 2008 ).
Menurut Harmita dan Radjji (2006) , ada empat macam cara yang
umum digunakan untuk memperkirakan besar populasi mikroorganisme ,
yaitu :
- Perhitungan langsung (direct count) : jumlah sel atau biomassa
mikroorganisme , sel dihitung langsung dibawah mikroskop atau dengan
penghitung partikel elektrik (electric perticle counter).
- Pengukuran langsung ( direct measurmen ) :biomassa mikroorganisme,
massa sel ditentukan dengan menimbang / mengukur berat seluruh sel,
biomassa dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan
membandingkannya pada kurva standart.
- Perhitungan tidak langsung ( indirect count ) jumlah sel , mikroorganisme
dalam sampel di konsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai ,
pertumbuhan mikroorganisme , contohnya pembentukan koloni dalam pelat
agar digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang
terdapat didalam sampel.
- Perkiraan tidak langsung ( indirect estimzte ) biomassa mikroorganisme,
biomassa mikroorganisme diperkirakan dengan mengukur komponen
biokimia sel mikroorganisme yang relatif konstan, seperti protein, adenosin
tripospat (ATP) lipopolisakarida (LPS), murein klorofil.
77

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Adapun alat-alat yang di gunakan dalam praktikum Biologi Dasar
tentang mikroorganisme Perairan adalah sebagai berikut :
 Cawan petri : untuk mengembangbiakkan bakteri
 Koloni counter : untuk menghitung mikroorganisme atau jumlah koloni
 Autoklaf : sebagai sterilisasi semua alat yang digunakan pada
0
suhu 121 C
 Bunsen : sebagai sumber panas
 Spatula : untuk menghomogenkan larutan
 Elenmeyer : tempat pembuatan PCA
 Timbangan digital : untuk menimbang
 Incase : untuk menginkubasi pada suhu kamar 25 0 C – 27 0 C
 Crust table tang : penjepit cawan petri
 Sprayer : sebagai wadah untuk alkohol
 Hot plate : untuk memanaskan atau menghomogenkan PCA
dengan cara mekanik
 Gunting : untuk memotong tali
 Kapas : untuk menutup elenmeyer
 Pipet volum : untuk mengambil larutan dalam skala kecil

3.2 Bahan dan Fungsi


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi
Dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah sebagai berikut :
 Medium agar steril : media untuk menumbuhkan mikroorganisme
 Aquadest : pelarut
 Alkohol : untuk mengkondisikan steril
 Benang : untuk mengikat cawan petri
 Spirtus : bahan bunsen
 Kertas label : untuk memberi label
 Kertas saring : untuk menyaring
 Kertas koran : membungkus cawan petri
 Korek api : untuk menyalakan autoklaf tradisional
78

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Sterelisasi

Cawan
petri
Dicuci
Dikeringkan
Dibungkus Koran
Diikat tali
Dimasukkan autoklaf

Autoklaf

Disesuaikan ketinggian air hingga batas ketinggian


Dimasukkan saringan
Dinyalakan kompor
Ditutup klep secara diagonal
Ditunggu suhunya ± 121 °C, tekanan 1 atm (0,15 MPA)
Disterilkan selama 15-20 menit
Dimatikan kompor
Dibuka katup uap agar uap panas keluar
Dibuka tutupnya
Dikeluarkan alat
Didinginkan dengan incase

Hasil
79

3.3.2 Pembuatan Media

PCA 17,5 Aquadest


gr

Dimasukkan
erlemeyer

PCA +
aquadest

Diaduk dengan spatula


Ditutup kapas pada erlemeyer
Dibungkus koran
Dihomogenkan
Disterilkan basah

Hasil

PCA
hangat

Dituangkan ke dalam cawan petri ±20 ml


Didinginkan
Dibalik
Disimpan dalam incase

Has
Hasil
80

3.3.3 Penanaman

Media PCA
beku

Dibuka ± 10 Ditutup
menit

Ditutup
Dibalik
Dibungkus
Diinkubasi ± 3 hari

Hasil

3.3.5 Perhitungan TPC (Total Plate Count)

Total komponen PCA


TPC = x volume larutan cawan x ∑ cawan
1000
4.

Komponen PCA :

 Agar : 9 gram

 Ekstrak yeast : 2,5 gram

 Pepton : 5 gram

 Glukosa : 1 gram
+
17,5 gram

Volume larutan cawan = 20 ml


81

5. 4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa prosedur


Dalam Praktikum Biologi Dasar Mikroobiologi Perairan, langkah
pertama adalah menyaiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan
adalah ; cawan petri, koloni counter, autoklaf, bunsen, spatula, elenmeyer,
timbangan digital, incase, crust table tang, sprayer, hot plate, gunting, kapas
dan pipet volum. Sedangkan bahan yang digunakan adalah medium agar
steril, aquadest, alkohol, benang, spirtus, kertas label, kertas saring, kertas
koran, dan korek api.
4.1.1 Sterilisasi
Pertama-tama cawan petri di cuci, kemudian di keringkan, lalu
di bungkus dengan koran dan di ikat dengan benang.Setelah itu, di
masukkan ke autoklaf. Kemudian di sesuaikan ketinggian air hingga
batas ketinggian. Lalu dimasukkan saringan dan di nyalakan kompor,
dan di tutup klop secara diagonal. Di tunggu suhu nya sampai 121 0 C,
lalu di sterilisasikan 15 – 20 menit. Kemudian di matikan kompor dan di
buka tutup nya, lalu di keluarkan alat nya dan di dinginkan dengan
incase.
4.1.2 Pembuatan Media
Alat dan bahan disiapkan ,kemudian masukkan PCA 17,5 gr
dan aquadest kedalam labu elenmeyer ,PCA dan aquadest
dipanaskan, diaduk dengan spatula dan ditutup kapas pada elenmeyer
lalu di bungkus koran di homogenkan ,lalu di sterilisasi basah
menggunakan autoklaf dan di lihat hasilnya.
PCA yang masih hangat kemudian di tuangkan ke dalam
cawan petri 20 ml di dinginkan dan dibalik. Setelah itu di simpan dalam
incase dan dilihat hasilnya.
82

4.1.3 Penanaman
Media PCA yang beku, di buka 10 menit lalu di tiup, setelah itu
ditutup kembali dan di balik. Setelah itu di bungkus menggunakan
kertas permanen, dan kemudian di inkubasi.
4.1.4 Perhitungan Koloni
Cawan petri yang terisi medium di keluarkan dari incase lalu di
hitung koloni yang tumbuh dan di catat hasilnya.
83

6. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Biologi Dasar tentang Mikroorganisme Perairan dapat
di peroleh kesimpulan sebagai berikut :
 Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme disebut dengan
mikrobiologi
 Mikroorganisme adalah organisme mikroskopis yang tidak dapat
di lihat kasat mata atau mata telanjang
 Macam-macam kelompok mikroorganisme di lingkungan antara
lain ; bakteri, sianobakteri, virus, khamir, kapang, protozoa dan
algae
 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganis
memeliputi supplai gizi, waktu, suhu, air, PH, dan tersedianya
oksigen.
 Sterilisasi adalah eliminasi total atau distruksi semua bentuk
krhidupan mikroba
 Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur,
yang digunakan didalam laboratorium
 PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan
mokulasi diatas permukaan
 Perhitungan koloni ada perhitungan langsung( Direct count ) dan
pengukuran tidak langsung ( Direct measurmen )
5.2 Saran
Dalam praktikum ini , banyak praktikan yang tidak paham karna kita
tidak praktikum secara langsung atau praktikum seperti biasanya. Untuk alat-
alat laboratorium mohon dilengkapi.
84

DAFTAR PUSTAKA

Amboinas. 2009. Mikroorganisme. http://amboinas.wordpress.com/2009/06/14


mikroorganisme. Diakses 15 November 2011, pukul 16.00 WIB.
Buckls.1985. http://www.artikelkimia.info/ faktor–faktor-yang- mempengaruhi-
pertumbuhan-mikroba. Diakses 01 November 2011, pukul 13.00 WIB.
Budiyanto. 2010. Mikroorganisme. http://budiyanto897.blogspot.com/. Diakses 15
November 2011, pukul 16.00 WIB.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomiol. Jakarta : Salemba Medika.
Devo, A. 2011. http://m.DEVOAF1997.webnode.com/news/ pengertian-
mikroorganisme. Diakses 01 November 2011, pukul 13.00 WIB.
Fathir, Fuadz. 2009. http://fuadzfathir.multiply.com/jurnal/item/2. diakses pada 01
November 2011 pulul 13.00 WIB.
Gunawan, Agustion Widya. 2000. Usaha-Usaha Membiakkan Jamur. Surabaya :
PT. Penebar Swadaya.
Hadioetomo. 1985. http://www.artikelkimia.info/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
pertumbuhan-mikroba. Diakses 1 November 2011 pukul 13.00 WIB.
Harmita dan Radji. 2006. Bromed Maksum Buku Ajar Analisis Hayati Edisi
Ketiga. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
Pelzar dan Chan. 2006. http://www.artikelkimiainfo/. Diakses 01 November 2011,
pukul 15.00 WIB.
Palazor. 1988. Lament of Mikrobiology.mc.Grawhill : New York.
Sastrodinoto. 1980. Mikroorganisme. Jakarta : Erlangga.
Tortora, Gerad J et.al. 2007. Mikrobiologi An Introduction Tortora Fonke Case :
San Francisco. LA 9411.
Yuwono, Triwibisono. 2008. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.
85

PRODUSEN DAN
KONSUMEN DI
PERAIRAN
86

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar orang lebih mengetahui siklus karbon amoeba
selama fotosintesis.Bahan organik adalah sebagian hasil umum dari
karbondioksida. Fotosintesis tumbuhan dan organisme adalah sebagai
produsen utama dan bahan organikkarbon menghasilkan nutrisi bagi
organisme lain, organisme sebagi konsumen dan melepaskan bahan organik
dalam proses fermentasi dan respirasi (Heritage, 2003).
Menurut Syamsury (2004), sumber energi bagi segala kehidupan
adalah energi matahari. Hanya organisme autotrof yang dapat menangkap
dan memanfaatkan energi matahari tersebut melalui proses fotosintesis.
Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan oksigen.
Itulah sebabnya, maka organisme autotrof disebut dengan produsen, yang
menyediakan energi dalam bentuk makanan I, selanjutnya energi tersebut
dimanfaatkan oleh konsumen I, selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan
oleh konsumen II, konsumen III, konsumen IV dan berakhir pada pengurai.
Selain energi dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air,
oksigen, dan mineral. Munculnya jaring-jaring makanan diawal dengan
terjadinya proses perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dan
reaksi-reaksi kimia.
Produsen memerlukan CO2 untuk fotosintesis dari konsumen dan
kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk respirasi.
Produsen dapat menghasilkan makan sendiri, seperti tumbuhan
melalui fotosintesis sehingga dapat dimanfaatkan oleh konsumen contohnya
manusia.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan
Konsumen di Perairan adalah agar praktikan mengerti dan memahami
peran produsen dan konsumen.
87

Tujuan dari praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen


di Perairan adalah untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam
siklus karbon.

1.3. Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen di Perairan
ini dilaksanakan hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2011 pukul 07.00 – 09.00
WIB dan bertempat di laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) gedung C lantai
1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
88

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Siklus Karbon


Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer,dan atmosfer bumi (objek
astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama
meskipun hingga kini belum diketahui). Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir korban utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran
reservoir.Reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer terestrial (biasanya
termasuk pula freswater system) dan non hayati organik seperti karbon
tanah (Sol Carbon), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut
hayati dan non hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil) (Darmadi,
2010).
Menurut Aminu Irfanda (2010), siklus biogeokimia dimana karbon
dipertukarakan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (objek
astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama
meskipun hingga kini belum diketahui).
Menurut Devo (2010), siklus karbon adalah siklus biogeokimia
dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer
bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir
sama meskipun hingga kini belun diketahui).
Menurut Ynder (2011), model siklus karbon dapat digabungkan ke
dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif dari larutan dan biosfer
terhadap nilai CO2 dimana dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar
dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun biokimia.Model-model
seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik positif antara
temperatur dan CO2.
89

2.2. Gambar Siklus Karbon dan Penjelasannya

(Aminu Irfanda, 2010)


Dalam siklus karbon ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran, reservoir-reservoir tersebut adalah
atmosfer, biosfer terestrial (biasanya termasuk pula freswater sistem dan
material non hayati organik) sperti karbon tanah (soil carbon), lautan
(termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non hayati)
dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil), pergerakan tahunan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, dan biologi yang bermacam-macam.
Lautan mengandung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan
bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami
pertukaran yang lambat dengan atmosfer.Neraca karbon global adalah
kesetimbangan pertukaran karbon (antara masuk dan keluar) antara
reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon
(misalnya atmosfer – biosfer). Analisa neraca karbon dari sebuah kolam atau
90

reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink)


karbondioksida (Aminu Irfanda,2010).

(Docudesk, 2010)
Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0,03%. Sumber-
sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi
vulkanik, pembakaran batu bara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan
oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk
berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama
membentuk batu bara di dalam tanah. Batu bara dimanfaatkan lagi sebagai
bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara (Docudesk, 2011).
91

(Legawa, 2011)
Ini diagram siklus karbon cepat menunjukkan pergerakan karbon
antara daratan, atmosfer, dan lautan. Nomor kuning adalah fluks yang alami,
dan merah merupakan kontribusi manusia dalam kisaran karbon per
tahun.Nomor putih menunjukkan karbon yang tersimpan (digram diadaptasi
dari U.S.DOE, Biological dan Enviromental Research Information System)
selama jangka panjang, siklus karbon tampaknya mempertahankan
keseimbangan yang mencegah semua karbon bumi dan memasuki atmosfer
(seperti halnya di Venus) atau agar tidak disimpan seluruhnya dalam batuan,
keseimbangan ini membantu menjaga suhu bumi relatif stabil, seperti
termosfer (Legada, 2011).

2.3. Siklus Karbon Dalam Hubungan Dengan Produsen dan Konsumen


Perairan
Peran zat besi dalam siklus karbon laut adalah meningkatkan
pertumbuhan fitoplankton yang menghasilkan CO2 dari udara melalui
fotosintesis meskipun banyak karbon pada biomassa yang dihasilkan akan
masuk kembali ke atmosfer melalui siklus karbon ada sedikit yang jatuh ke
dalam laut ketika plankton mati secara efekif mengunci karbon tersebut
selama hingga 300 tahun. Teorinya adalah bahwa semakin banyak karbon
plankton, semakin banyak karbon yang akan disimpan ke dalam laut
(Soetrisna, 2009).
92

Faktor yang menyerap CO2 di atmosfer adalah larutan dan organisasi


vegetasi perairan. Bila tanaman mati, maka CO 2 dalam biomasa tanaman
yang tidak terdekomposisi dapat disimpan sebagai fosil atau berupa batu
bara atau batu kapur (Kabar Indonesia, 2007).

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Karbon


Selain lambatnya omsel laut, dua faktor yang lebih menentukan
tingkat dimana mengambil CO2 salah satunya adalah ketersediaan karbonat
yang berawal dari deporsita besar leeusit (kerang) di tingkat atas laut.Kerang
ini harus larut dalam air agar tersedia untuk membantu dalam penyerapan
CO2, tetapi tingkat dimana mereka larut dengan CO 2 meningkat namun
lambatnya sirkulasi laut mencegah proses ini dikembang momentum yang
berguna.Dibutuhkan waktu lama untuk keasaman.Untuk membubarkan
mereka dan kemudian membawa karbonat ke permukaan yang dapat
menggabungkan CO2 di perairan permukaan laut (Navart, 1996).
Proses dekomposisi dipengaruhi oleh interaksi antara kualitas
substrat, biota, dan waktu lingkungan peneliti mengenai dekomposisi.Serasa
telah banyak dilakukan oleh berbagai faktor biokimia, ilmu tanah,
bakteriologi, mikologi, zoologi, invertebrata, dan ekologi. Perhatian yang
begitu besar dari pakar disebabkan karena proses dekomposisi (Radian,
2002).
93

3. METODOLOGI

3.1. Alat dan Fungsi


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar
tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah sebagai berikut :
 Tabung reaksi : untuk meletakkan bahan
 Rak tabung reaksi : untuk meletakkan tabung reaksi
 Hot plate : untuk mencairkan parafin
 Sendok : untuk mengambil parafin cair
 Beaker glass : untuk tempat parafin cair
 Pipet tetes : untuk memindahkan larutan dalam skala kecil
 Cool box : untuk pengkondisian reaksi gelap

3.2 Bahan dan Fungsi


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar
tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah sebagai berikut :
 Siput air : sebagai konsumen
 Parafin cair : untuk menutup pori-pori kapas
 Hydrilla : sebgai produsen
 Air kolam : sebagai media kehidupan
 Larutan bromtimol biru : sebagai indikator CO2
 Kapas : untuk menutup tabung reaksi agar udara
tidak masuk
94

3.3. Skema Kerja


3.3.1. Reaksi Terang

Tabung reaksi A1

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Ditetesi larutan bromtimol biru± 2 tetes

Dimasukkan siput air

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat terang

Diamati selama ± 3 hari

Hasil
95

Tabung reaksi A1

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Ditetesi larutan bromtimol biru± 2 tetes

Dimasukkan siput air

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat terang

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi A2

96

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi



Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

Dimasukkan siput dan hydrilla

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat terang

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi A3

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes
97


Dimasukkan hydrilla

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat terang

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi A4

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

Ditutup tabung reaksi

98

Dicelupkan ke parafin cair



Diletakkan di tempat terang

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

3.3.2. Reaksi Gelap


Tabung reaksi B1

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Dimasukkan siput air

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

99

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas



Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat gelap

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi B2

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Dimasukkan siput air dan hydrilla

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

100

Dicelupkan ke parafin cair



Diletakkan di tempat gelap

Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi B3

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Dimasukkan hydrilla

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat gelap
101


Diamati selama ± 3 hari

Hasil

Tabung reaksi B4

Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi

Ditetesi larutan bromtimol biru ± 2 tetes

Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas

Dicelupkan ke parafin cair

Diletakkan di tempat gelap

Diamati selama ± 3 hari

Hasil
102

4. PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


4.1.1. Reaksi Terang
Tabung Keterangan Kondisi
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3
Inkubasi
A1 -Siput hidup, -Siput hidup -Siput hidup Ruang
-Larutan -Larutan -Warna air Terang
bromtimol bromtimol biru agak
biru berada biru keruh
di lapisan bercampur
atas dengan air
dan
warnanya
biru bening
A2 -Siput hidup -Siput hidup -Siput hidup Ruang
103

-Daun -Larutan -Warna air Terang


hydrilla segar bromtimol biru
-Larutan biru kehijauan
bromtimol bercampur dan agak
biru berada dengan air keruh
di atas dan
lapisan warnanya
biru
kehijauan
A3 -Daun segar -Daun segar -Daun Ruang
-Larutan -Larutan segar Terang
bromtimol bromtimol -Warna air
biru berada biru lebih bening
di lapisan bercampur dan hampir
atas dengan air hilang
dan
warnanya
biru pudar
A4 -Larutan -Larutan -Warna air Ruang
bromtimol bromtimol tetap Terang
biru berada biru
di lapisan bercampur
atas dengan air
dan
warnanya
biru bening
Keterangan : A1 = air + siput
A2 = air + siput + hydrilla
A3 = air + hydrilla
A4 = air

4.1.2. Reaksi Gelap


Tabung Keterangan Kondisi
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3
Inkubasi
B1 -Siput hidup -Siput hidup -Siput hidup Ruang
mulai -Larutan -Laruatan Gelap
104

melemas bromtimol bromtimol


-Larutan biru berubah biru menjadi
bromtimol warna jadi hijau
masih biru biru kekuningan
kehijauan
B2 -Siput hidup -Siput mati -Siput mati Ruang
-Larutan -Larutan -Larutan Gelap
bromtimol bromtimol bromtimol
masih di menjadi biru
lapisan atas kehijauan -hydrilla layu
- hydrilla -hydrilla
masih segar agak layu

B3 -Hydrilla -Hydrilla layu -Hydrilla Ruang


masih segar kekuningan layu Gelap
-Bromtimol -Warna air kekuningan
menjadi jernih -Bromtimol
kehijauan biru bening

A4 -Bromtimol -Bromtimol -Bromtimol Ruang


biru menjadi biru tetap biru tetap Gelap
biru muda biru muda biru muda

Keterangan : B1 = air + siput


B2 = air + siput + hydrilla
B3 = air + hydrilla
B4 = air

4.2. Analisa Prosedur


Dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di
Perairan alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak, dan pipet
tetes.Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah siput air, hydrilla,
larutan bromtimol biru, air kran, parafin cair, dan kapas.
4.2.1. Reaksi Terang
Pada reaksi terang, pertama disiapkan 4 tabung reaksi yang
kemudian diberi tanda menggunakan kertas label dan tabung reaksi
105

tersebut diberi nama A1, A2, A3,A4. Masing-masing tabung diisi dengan
air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi, dan ditetesi dengan larutan
bromtimol biru ± 2 tetes.
Tabung reaksi A1 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air di dalamnya
kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair
agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung reaksi di rak
tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati ± 3 hari dan
dicatat perubahan setiap harinya.
Tabung reaksi A2 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air + hydrilla di
dalamnya, kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi
parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung
reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati ± 3
hari dan dicatat hasil perubahan.
Tabung reaksi A3 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan hydrilla di dalamnya
kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair
agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan
ditaruh di tempat terang.Diamati ± 3 hari dan dicatat hasil perubahan.
Tabung reaksi A4 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Kemudian langsung ditutup dengan
kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang
masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat
terang.Diamati ± 3 hari dan dicatat hasil.
4.2.2. Reaksi Gelap
Tabung reaksi B1 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air di dalamnya
kemudian mulut tabung reaksi ditutup dengan kapas dan dilapisi
parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung
reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat gelap.Diamati ± 3
hari dan dicatat hasil tiap harinya.
Tabung reaksi B2 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air + hydrilla di
dalamnya, kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi
106

parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung


reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat gelap.Diamati ± 3
hari dan dicatat hasil perubahan.
Tabung reaksi B3 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan hydrilla di dalamnya,
kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair
agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan
ditaruh di cool box kondisi gelap.Diamati ± 3 hari dan dicatat hasil.
Tabung reaksi B4 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi
larutan bromtimol biru 2 tetes.Kemudian langsung ditutup mulut
tabung reaksi dengan kapas dan dilapisi dengan parafin cair agar
tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan
ditaruh di cool box kondisi gelap.Diamati ± 3 hari dan diamati setiap
hari.

4.3. Analisa Hasil


Pada praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di
Perairan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
4.3.1 Reaksi Terang
Pada tabung reaksi A1 hasil pertama siput masih hidup, larutan
bromtimol biru masih berada di lapisan atas. Tabung reaksi A 2 siput
masih hidup karena mendapat O2 dari daun hydrilla, dan hydrilla masih
segar karena masih bisa berfotosintesis di tempat terang, larutan
bromtimol biru berada di lapisan atas. Tabung reaksi A3 daun hydrilla
masih segar karena masih bisa berfotosintesis, larutan bromtimol biru
berada di lapisan atas. Tabung reaksi A4 larutan bromtimol masih
berada di lapisan atas.
Hari ke – 2, pada tabung reaksi A1 siput masih hidup, larutan
bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya menjadi biru
bening. Tabung reaksi A2 siput masih segar karena mendapat O2 dari
hydrilla, larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya
107

biru kehijauan, hydrilla masih segar karena bisa berfotosintesis.


Tabung reaksi A3 hydrilla masih segar karena berfotosintesis, larutan
bromtimol campur dengan air warnanya biru pudar. Tabung reaksi A 4
bromtimol biru campur dengan air warnanya biru bening.
Hari ke – 3, pada tabung reaksi A1 siput masih hidup, warna air
hijau biru agak keruh, tabung reaksi A2 siput hidup karena mendapat O2
dari hydrilla, hydrilla masih segar karena berfotosintesis, warna air biru
kebiruan dan agak keruh, tabung reaksi A3 daun segar karena
berfotosintesis, dan air biru lebih bening serta hampir hilang, tabung
reaksi A4 warna air tetap.
4.3.2 Reaksi Gelap
Hari pertama pada tabung reaksi B1 siput masih hidup tapi mulai
melemas, bromtimol biru masih di lapisan atas. Tabung reaksi B 2, siput
masih hidup mendapat O2 dan hydrilla masih segar karena fotosintesis,
pada tabung reaksi B3 hydrilla masih segar, bromtimol biru menjadi
kehijauan. Tabung reaksi B4, bromtimol biru menjadi biru muda.
Hari ke – 2 , pada tabung reaksi B1 siput masih hidup,
bromtimol biru menjadi biru kebiruan campur dengan air. Tabung
reaksi B2, siput hidup mendapat O2 dari hydrilla, hydrilla agak layu,
bromtimol biru menjadi kehijauan campur air pada tabung reaksi B3,
hydrilla layu kekuningan, warna air jernih, tabung reaksi B 4, bromtimol
masih berada di lapisan atas.
Hari ke – 3, pada tabung reaksi B1, siput hidup, warna air hijau
kekuningan. Tabung reaksi B2, siput mati karena tidak mendapat O 2
dari hydrilla, hydrilla layu, bromtimol biru kehijauan, tabung reaksi B 3
hydrilla layu tidak berfotosintesis, bromtimol biru bening, tabung reaksi
B4 bromtimol biru masih di lapisan atas.
Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang
dalam fotosintesis, reaksi ini tidak membutuhkan cahaya
(Sukabio,2009).
108

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Siklus karbon adalah siklus biogeokimia, dimana karbon dipertukarkan
antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi.
- Peran zat besi dalam siklus karbon laut adalah meningkatkan pertumbuhan
fitoplankton yang menghasilkan CO2 dari udara melalui fotosintesis.
- Pada percobaan reaksi gelap pada hari ketiga siputnya mati karena tidak
mendapat O2 dari hydrilla, dan hydrilla menjadi layu karena tidak
mendapatkan sinar matahari sehingga tidak dapat melakukan proses
fotosintesis.
- Hubungan siklus karbon dengan perairan adalah semakin banyak plankton,
semakin banyak karbon yang disimpan dalam laut.
- Faktor yang mempengaruhi siklus karbon adalah adanya karbonat yang
berasal dari aeposito terang ditingkat atas laut.
109

- Siklus karbon didasarkan pada karbondioksida (CO2) yang dapat


ditemukan di udara dalam bentuk gas dan air dalam bentuk terlarut.

5.2. Saran
Dalam praktikum ini sebaiknya para praktikan memperhatikan
dengan baik dan melakukan pengamatan dengan teliti sehingga dapat
memperoleh hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, 2010. Sikluskarbon.http://dharmadharma.wordpress.com/2010

/02/11/siklus-siklus-karbon-ia-laut. Diakses tanggal 15 November 2011,

pukul 16.00 WIB.

Devo, 2010. Pengertian sikluskarbon.http://dewar/1997/webhode.com/news

/pengertian.Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 16.15 WIB.

Decudesk, 2011.Siklus karbon.http://www.decudesk.com.Diakses tanggal 15

November 2011, pukul 16.15 WIB.

Navart, 1996.Siklus karbon. http://samudra.translate.google.co.id. Diakses

tanggal 15 November 2011, pukul 18.00 WIB.


110

Heritage, 2003.Siklus Karbon. Jakarta : Erlangga.

Irfanda, 2010. Siklus karbon.http://kmermanlsbw.wordpress.com/2010

/10/26/siklus-karbon-carbon-cycle. Diakses tanggal 15 November 2011,

pukul 18.00 WIB.

Kabar Indonesia, 2007.Siklus karbon global. http://www.bpphp.12web.com.

Diakses tanggal 16 November 2011, pukul 18.00 WIB.

Legawa, 2011. Siklus karbon.http://catatan.legawa.com/2011/sikluskarbon/

Diakses tanggal 16 November 2011, pukul 15.00 WIB.

Soetrisna, 2009.Siklus karbon hubungan

perairan.http://www.chemistry.org.Diakses tanggal 18 November 2011,

pukul 13.00 WIB.

Syamsury, 2008.Siklus karbon.http://syamsurymar.wordpress.com/carbon-

cycle/Diakses tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 WIB.

Ynder, 2011.Siklus karbon.http://vinder88.blogspot.com.Diakses tanggal 18

November 2011, pukul 13.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai