Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN DISKUSI KEWIRAUSAHAAN DARI KELOMPOK

EMPAT TENTANG

STRATEGI KEWIRAUSAHAAN DAN WARALABA

Disusun Oleh: Kelompok Empat

Anggota Kelompok Empat

1. Fatimah Az Zahra (19011121)


2. Fitri Yanti (19329209)
3. Shabira Firdelina (18019110)
4. Irzan Nazar Ali (18043018)

Dosen Pembimbing :

Dr. Yahya, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI

PADANG SELASA, 28

SEPTEMBER 2021

KODE SESI 202111280127


LEMBARAN DISKUSI

1. Moderator : Fathimah Az Zahra (19011121)


2. Peyaji : Fitri Yanti (19329209)
Fatimah Az Zahra (19011121)
Shabira Firdelina (18019110)
Irzan Nazar Ali (18043018)

3. Kritik dan Saran

4. Penambahan Materi

5. Pertanyaan
a. Alwi Nofriandi
Strategi market leader yaitu dengan cara passive agresive, apa perbedaan dan
keuntungan dari dua tipe tersebut?
b. Vazeni Sonia
Ketentuan apa yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan waralaba?
c. Irfan Muhammad Zaqi
Berdasarkan paparan penyaji mengenai kekurangan waralaba yaitu franchisor hanya
memberikan sedikit kebebasan. Saya ingin bertanya kebebasan dalam hal apa?

6. Jawaban
a. Fitri Yanti 19329209
Di sini dapat sama-sama kita ketahui bahwa strategi passive dia lebih menekan
kepada titik beratnya yaitu pada tindakan sedangkan strategi agresif lebih penekanan
kepada bersikap menyerang. Untuk keuntungan atau kekurangannya sendiri antara
kedua strategi ini mereka lebih fokus pada persaingan di pasar. Strategi agresif untuk
mempertahankan pangsa pasar. Wirausaha harus siap memperbaiki strategi
bersaingnya agar tetap dapat mempertahankan  reputasi terbaik di mata pelanggan
keunggulan bersaing dan secara bertahap dapat membangun hambatan masuk ke
segmen pasar yang dipilih untuk bersaing. Sedangkan strategi pasif mempertahankan
pasarnya akan selalu mengundang  pesaing untuk memasuki pasar. Kegagalan dalam
mempertahankan strategi ini akan  memperlemah perusahaan dalam menanggapi
serangan dan pesaing. Bila demikian maka, pesaing akan menjadi pemimpin pasar
(market leader) yang baru.
b. Fatimah Az Zahra 19011121
Berdasarkan Peraturan mentri Perdagangan no.71 tahun 2019 yaitu, penyelenggara
waralaba harus didasarkan pada perjanjian waralaba yang dibuat antara para pihak
yang mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum
Indonesia. serta penyelenggaraan waralaba diumumkan dalam Berita Republik
Indonesia (tahun 2019 no.1007) agar setiap orang mengetahuinya (penyelenggaraan
waralaba tsb)
c. Shabira Firdelina 18019110
Terdapat beberapa aspek dari kekukarangan dalam kebebasan sebagai mitra kerja
sama dengan waralaba, yaitu :

1. Kendali Penuh Oleh Franchisor

Pemilik brand atau franchisor tentu memiliki kendali penuh terhadap bisnis
yang ia miliki, begitu juga terhadap franchise. Jika suatu saat kita ingin
melakukan sebuah inovasi atau perubahan terhadap produk, kecil
kemungkinannya hal ini bisa terjadi. Biasanya pemilik brand memiliki ketentuan
tersendiri terhadap produk yang tidak bisa diubah. Karena itu, jika kita
memutuskan untuk menjalankan bisnis franchise, kita tidak bisa mengekspresikan
kreativitas kita.

2. Supplier Tunggal Bahan Baku Produk

Saat Kita menjalankan bisnis, pasti Kita akan mencari supplier bahan baku
dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik. Namun, jika Kita menjalankan
bisnis franchise, Kita tidak bisa mencari supplier sendiri karena perusahaan
telah menentukan supplier saat perjanjian kontrak usaha. Sehingga, jika Kita
menemukan supplier lain dengan harga bahan baku yang lebih terjangkau, Kita
tidak bisa beralih.

3. Reputasi Bisnis Mudah Terpengaruh

Reputasi bisnis tentunya merupakan hal yang sangat penting saat menjalankan
bisnis. Dalam bisnis franchise, karena banyaknya mitra, jika ada satu hal buruk
yang mengenai reputasi mitra franchise lain, hal tersebut akan berimbas ke
bisnis Kita. Karena brand yang digunakan sama, hal ini berpengaruh cukup
besar. Selain itu, hal ini juga bisa saja menurunkan omzet bisnis.

4. Fee Franchisor

Pemilik brand umumnya akan menerapkan sistem fee kepada mitra usahanya.
Biasanya mitra yang berminat untuk membuka franchise harus membayar
biaya kemitraan awal kepada pemilik brand. Lalu, akan ada biaya lain yang
harus dibayarkan untuk digunakan sebagai pelatihan, atau dukungan. Biaya
yang dikeluarkan juga tidaklah kecil untuk membuka usaha franchise, sehingga
mungkin akan membuat Kita berpikir dua kali untuk menjalankan usaha ini.

5. Pembagian Keuntungan

Selain biaya kemitraan yang harus Kita bayarkan terhadap pemilik brand, Kita
juga harus membayarkan sebagian dari keuntungan yang telah Kita dapatkan
dari bisnis Kita. Hal ini tentu cukup merugikan, karena Kita kehilangan
beberapa persen dari total keuntungan Kita. Namun, tidak semua pemilik brand
franchise menerapkan sistem bagi untung ini, sehingga ada baiknya jika Kita
menanyakan dengan jelas mengenai hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai