3 A
3 A
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Anastasia Aprilistyawati
NIM : 068114026
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI
PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA PERIODE MEI 2008-MEI 2009
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Anastasia Aprilistyawati
NIM : 068114026
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah - bukan karena sifat tugas
tersebut berubah, tetapi karena kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat.
What we do diligently will be easier - not because of the nature of the task has
changed, but because of our capacity to work has increased (Emerson)
Sukses adalah keberhasilan yang anda capai di dalam menggunakan talenta-talenta yang
telah Tuhan berikan kepada Anda (Rick Devos)
Inilah hasil dari semua perjuangan yang telah kulakukan selama ini,
dan kini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nya
Bapak dan Ibu atas segala dukungan dan doa-doanya
Adek-adekku atas semangat yang selalu menemaniku
iv
v
INTISARI
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Yogyakarta Periode Mei 2005-Mei 2009”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang-
orang di sekitar Penulis, baik secara materi maupun emosional. Untuk itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak
yang telah memberi dukungan didalam penyelesaian skripsi ini antara lain:
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
skripsi ini dan sebagai dosen penguji yang telah memberi dukungan, gagasan,
gagasan, dan kritik yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas ijin yang diberikan
viii
5. Kepala beserta Staf Bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
6. Kepala beserta Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti
7. Seluruh pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang
8. Kedua orang tuaku Agustinus Sutarjono dan Lucia Tatinah atas segala kasih
9. Kedua adekku Vincentia Septi Puspitawati dan Christina Putri Ningsih yang
10. M. Ari Wibowo atas kehadirannya untuk selalu memberi waktu, dukungan,
skripsi ini.
11. Maria Laksmi Parahita atas dukungan, kebersamaan dan perjuangan yang
12. Teman-teman kos Pasadena, Arum, Eva, Rara dan Aya atas keceriaan,
13. Sahabat-sahabat terbaikku, Dotie, Vika, Fani, Dissa, Nee, Lul, Shinta, Adit,
Robi, Boim, Reno atas segala canda tawa, keceriaan dan kebersamaan selama
ini.
ix
14. Semua teman-teman angkatan 2006 dan seluruh mahasiswa Farmasi terima
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.
Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
sempurna, oleh karena itu Penulis akan menerima kritik, koreksi, dan saran dari
berbagai pihak guna menjadikan skripsi ini lebih baik. Pada akhirnya, Penulis
berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.
x
DAFTAR ISI
INTISARI ........................................................................................................... vi
BAB I. PENGANTAR
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1. Permasalahan.............................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian...................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis................................................................................... 5
b. Manfaat Praktis................................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian
1. Umum ........................................................................................................ 5
xi
2. Khusus ....................................................................................................... 5
A. Diabetes Melitus
1. Definisi ...................................................................................................... 7
2. Klasifikasi ................................................................................................. 7
3. Patogenesis ................................................................................................ 8
5. Faktor Risiko............................................................................................ 12
6. Diagnosis ................................................................................................. 12
7. Komplikasi .............................................................................................. 13
1. Definisi .................................................................................................... 14
2. Klasifikasi ............................................................................................... 14
3. Patogenesis .............................................................................................. 16
xii
D. Bahan Penelitian ............................................................................................. 34
1. Persiapan ................................................................................................. 34
4. Gambaran Tingkat Tekanan Darah saat Pasien Masuk Rumah Sakit ...... 43
Komplikasi Hipertensi
2. Golongan Obat
xiii
f. Antibiotik........................................................................................... 54
Hipertensi
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 65
B. Saran ............................................................................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (lebih dari 18 Tahun) Menurut
JNC VII
2008-Mei 2009
2008-Mei 2009
Tabel VIII. Persentase Golongan dan Jenis Obat yang Mempengaruhi Sistem
Tabel IX. Persentase Golongan dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang
xv
Tabel X. Persentase Golongan dan Jenis Obat Analgesik yang Digunakan
Tabel XI. Persentase Golongan dan Jenis Obat yang Mempengaruhi Sistem
Tabel XII. Persentase Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan Pasien
Tabel XIII. Persentase Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna yang
Tabel XIV. Persentase Golongan dan Jenis Obat Sendi dan Gout yang
xvi
Tabel XVII. Kasus Tidak Perlu Terapi Obat yang Teridentifikasi pada Pasien
Tabel XVIII. Kasus pemilihan obat kurang tepat yang teridentifikasi pada pasien
Tabel XIX. Gambaran Tingkat Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah
xvii
DAFTAR GAMBAR
2008-Mei 2009
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
menempati urutan keempat terbesar di dunia. Tahun 2000 terdapat 8,4 juta
tajam menjadi 14 juta orang, di antaranya baru 50% orang yang sadar mengidap
DM dan hanya 30% yang berobat secara teratur. WHO juga memperkirakan,
tahun 2030 akan ada sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia yang mengidap DM
(Fitria, 2009).
jenis komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DM. Prevalensi penderita
hipertensi pada orang DM adalah 1,5–3 kali dibandingkan orang tanpa DM dalam
Pada pasien DM kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan masuk ke
dalam ginjal. Saat kadar glukosa yang tertimbun ginjal melebihi ambang batas
maka akan terjadi proses diuretik osmotik dimana ginjal mengeluarkan cairan
berlebih untuk mengeluarkan glukosa melalui urin akibatnya cairan ekstrasel akan
1
2
daripada orang tanpa DM. Hipertensi dapat menimbulkan risiko terjadinya stroke,
mortalitas sebesar empat sampai lima kali lipat karena komplikasi pada arteri
terjadi pada gejala lanjutan DM. Pasien DM dengan komplikasi hipertensi akan
yang terkait dengan penyakit penyerta lainnya, misalnya infeksi, nefropati, stroke
maka pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi penatalaksanaan terapi pada
pasien diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi. Tujuan dari penelitian ini
Drug Related Problems (DRPs) dalam proses terapi, mengevaluasi terapi dan
melihat hasil terapi obat yang diberikan pada pasien DM komplikasi hipertensi.
Yogyakarta, karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang
3
memberikan layanan rawat inap yang dapat memberikan terapi pada pasien
diabetes melitus komplikasi hipertensi. Data diperoleh dari rekam medik pasien
yang menjalani rawat inap karena proses terapi pada pasien yang menjalani rawat
inap lebih terkontrol dan kemajuan terapi dapat teramati dengan baik.
1. Permasalahan
komplikasi penyerta, penyakit penyerta dan tingkat tekanan darah pasien saat
2009?
komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat?
menjalani terapi di instalasi rawat inap RSPR meliputi lama tinggal, tekanan
2. Keaslian Penelitian
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008–Mei 2009” belum
4
dilakukan oleh para peneliti lain, akan tetapi penelitian ini berbeda dalam hal
2002.
diabetes melitus komplikasi hipertensi dengan melihat ada tidaknya DRPs dan
3. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
b) Manfaat Praktis
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
meliputi umur, komplikasi dan penyakit penyerta lain serta tingkat tekanan
darah pasien saat masuk di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode
hipertensi, meliputi perlu terapi obat tambahan, tidak perlu terapi obat,
obat tidak tepat, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, efek obat yang
setelah menjalani terapi yang meliputi lama tinggal pasien, tekanan darah dan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
2. Klasifikasi
al, 2005). Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin secara absolut
tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang
7
8
(Moningkey, 2000).
pada fungsi sel β, penyakit pada pankreas, infeksi bakteri dan berbagai
3. Patogenesis
1) faktor lingkungan.
diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya gerak badan
(Muchid,2005).
awal dapat dideteksi adanya kadar glukosa dalam darah yang terlalu
10
tinggi dan jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya. Jadi, awal
seperti pada DM tipe I, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau
tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
fase. Fase pertama yaitu sekresi insulin yang terjadi ketika terdapat
insulin yang terjadi 20 menit sesudah sekresi insulin fase pertama. Pada
resistensi insulin. Bila tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi
c. Diabetes Gestasional
d. Pra-diabetes
berada di antara kadar normal dan diabetes, yaitu lebih tinggi dari pada
normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan dalam diabetes tipe
II (Muchid, 2005).
(TGT), yaitu kondisi dimana kadar glukosa darah saat uji toleransi
4. Gejala Klinik
berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas dan pruritus. Penderita
DM tipe II umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka,
obesitas dan komplikasi pada pembuluh darah dan saraf (Muchid, 2005).
12
5. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko untuk diabetes melitus tipe II dapat dilihat pada tabel II
berikut ini.
6. Diagnosis
Association (ADA) (cit., Triplitt et al., 2005) adalah sebagai berikut ini.
level gula dalam darah. HbA1C ini juga dapat untuk diagnosis kadar gula
7. Komplikasi
(Corwin, 2001).
1. Definisi
bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda
jika tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik
2004).
2. Klasifikasi
dalam batasan di atas umur 18 tahun. Berikut ini ini tabel klasifikasi
diastolik adalah tekanan yang diperoleh sesaat setelah kontraksi dan saat
sekunder sering terjadi sebelum usia 35 tahun atau sesudah usia 55 tahun
(Yusuf, 2008).
16
3. Patogenesis
Tekanan darah adalah hasil dari curah jantung dan resistensi perifer.
agar darah dapat melalui pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi juga
gangguan fungsi ginjal, sedangkan pada pasien DM tipe II, hipertensi dapat
2005).
kadar glukosa darah meningkat dan tidak dapat masuk kedalam sel maka
glukosa tersebut akan masuk ke dalam tubulus ginjal. Nilai ambang ginjal
untuk timbulnya glukosa dalam urin adalah 180 mg/dl, saat keadaan kadar
glukosa bernilai 300–500 mg/dl atau lebih, maka glukosa yang tidak
17
maka akan terjadi proses diuresis osmotik dimana ginjal mengeluarkan cairan
ditarik keluar sehingga cairan tubuh berlebih dan terjadi hipertensi. Dalam
penahanan air dan garam di ginjal yang merupakan faktor lain terjadinya
tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadar glukosa dan lemak dalam
glukosa atau kadar asam lemak dalam darah dapat menyebabkan kerusakan
peradangan tersebut akan merangsang proliferasi sel otot polos sehingga sel-
sel otot polos tumbuh ke dalam tunika intima. Bila kerusakan dan peradangan
terjadinya proliferasi sel otot polos, pembentukan trombus dan jaringan parut
tersebut maka lumen arteri berkurang dan resistensi terhadap aliran darah
yang melintasi arteri meningkat. Ventrikel kiri harus memompa secara lebih
kuat untuk menghasilkan cukup gaya yang mendorong darah melewati sistem
2001).
4. Gejala Klinik
seperti pusing, cepat marah, dan telinga berdenging merupakan gejala yang
sering dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar tidur, dan sesak
dan terpadu dari penderita dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang
menanganinya, antara lain dokter, apoteker, dan ahli gizi. Kebanyakan pasien
dengan diabetes tidak mendapatkan perawatan optimal, seringkali kadar gula tidak
Strategi terapi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan terapi non-
a. Terapi non-farmakologi
hipertensi.
Mass Index antara 18,5-24,9 kg/m2. Pengurangan berat badan merupakan indikasi
badan ini dapat dilakukan dengan melakukan olahraga teratur dan pembatasan
darah melalui penurunan tahanan perifer. Selain itu olahraga juga dapat
b. Terapi farmakologi
penderita hipertensi derajat satu dapat diberikan terapi farmakologi jika terapi
arah hipertensi dikemudian hari. Namun, individu dengan prehipertensi yang juga
hipertensi adalah pencapaian tekanan darah 130/80 mmHg, untuk itu terapi utama
mencegah adanya risiko gagal ginjal. Terapi dapat pula ditambah dengan thiasid
diuretik serta obat antihipertensi lain seperti β-blocker dan Calcium Channel
(ADA), obat yang digunakan sebagai First Line Therapy pada pasien DM
ACE dapat menurunkan 20–30% risiko stroke, jantung koroner dan kelainan
aldosteron yang jumlahnya kecil akibatnya terjadi retensi air dan sodium,
diuretik tidak aktif. Penghambat ACE jika digunakan bersamaan dengan obat
23
(Rudnick, 2001).
mungkin terjadi; efek ini akan meningkat jika pasien mempunyai kadar
tekanan darah namun efek sampingnya lebih kecil (Clarke and Hebron,
1999).
(1) Diuretik
jantung sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada
terhadap pengurangan volume plasma yang terus menerus atau dapat juga
(2) β-blocker
Pada otot jantung dan otot vaskuler, ion kalsium berperan dalam
bekerja dengan jalan memblok kanal kalsium yang terletak pada otot polos
efektif dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik serta menekan kejadian
Salah satu jenis obat ini adalah klonidin. Jika klonidin dipakai bersamaan
CNS depresan.
(5) Vasodilator
keduanya untuk menurunkan tekanan sistolik dan diastolik. Obat ini bekerja
26
a) Insulin
Insulin biasa digunakan pada DM tipe I dan efektif jika diberikan secara
gastrointestinal insulin yang berbentuk protein akan pecah dan rusak sebelum
Insulin juga dapat diberikan pada penderita DM tipe II jika saat terapi
atau hipersensitif dan saat kadar glukosa naik akibat stress ataupun infeksi serta
glikogen, protein dan lemak, menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh
(Rudnick, 2001).
kadar glukosa darah yang tinggi akibat gangguan kerja insulin, obat ini
mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas, efek di dalam
dengan kerja pankreas yang seminimal mungkin dan efek di luar pankreas
atau kejadian yang tidak diharapkan yang dialami pasien selama proses terapi.
berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada penderita (Cipolle, 1998).
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
1. data subyektif.
Data subyektif adalah informasi yang dapat diketahui dari informasi yang
diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang merawat
b. riwayat penyakit
c. riwayat pengobatan
d. alergi
2. data obyektif.
tenaga medis yang merawat pasien (Kimble and Young, 2005). Informasi yang
a. data vital
b. pemeriksaan fisik
3. menentukan assessment.
adanya drug related problems yang mungkin terjadi pada pengobatan sebelumnya
4. menentukan plan/rekomendasi.
terhadap terapi yang akan diberikan atau rekomendasi terhadap kasus drug related
30
pasien mengenai masalah kesehatan serta pengobatan yang dilakukan untuk dapat
F. Keterangan Empiris
periode Mei 2008-Mei 2009. Dari hasil penelitian dapat diketahui mengenai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
data masa lalu pasien dari catatan rekam medis pasien (Kountour,2003).
deskriptif karena penelitian ini memberikan gambaran atau uraian atas suatu
B. Definisi Operasional
1. Pasien rawat inap merupakan pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi yang
menjalani perawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
puasa ≥ 126mg/dl atau kadar gula darah 2 jam sesudah makan ≥ 200mg/dl.
3. Tekanan darah masuk adalah tekanan saat pengukuran pertama pasien masuk
rawat inap RSPR yang dapat digunakan untuk menentukan derajat hipertensi
31
32
pasien saat masuk instalasi rawat inap RSPR. Menurut JNC VII, kategori derajat
derajat 2.
dan penyakit penyerta lain serta derajat hipertensi pasien saat masuk di instalasi
5. Data umur pasien dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok umur 40-
makrovaskuler.
8. Profil Obat meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat.
9. Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri beberapa golongan obat
yang memiliki sasaran pengobatan yang sama, misalnya kelas terapi obat sistem
10. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas
11. Jenis obat adalah nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap dalam satu
12. Outcome terapy adalah hasil terapi atau keadaan pasien setelah menjalani terapi,
yang meliputi lama tinggal, tekanan darah dan keadaan pasien saat keluar RSPR.
13. Data lama tinggal pasien dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu 1-3 hari, 4-6
hari, 7-9 hari, 10-12 hari, 13-15 hari dan ≥16 hari.
14. Tekanan darah keluar adalah tekanan darah saat pengukuran sebelum pasien
keluar dari rawat inap RSPR yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan
membaik dan belum membaik. Keadaan pasien sembuh jika tekanan darah darah
tekanan darah pasien tidak mengalami penurunan, tetap atau justru mengalami
peningkatan.
16. Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi pada penatalaksanaan terapi pasien
tambahan, tidak perlu terapi obat, obat tidak tepat, dosis obat kurang, dosis obat
17. Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi jumlah
penyakit penyerta, kelas terapi obat, golongan obat, jenis obat dan outcome
therapy.
34
C. Subjek Penelitian
hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Mei 2008-Mei 2009
puasa ≥ 126mg/dl atau kadar gula darah 2 jam sesudah makan ≥ 200mg/dl.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan berasal dari lembar rekam medik (Medical
E. Lokasi Penelitian
Panti Rapih yang terletak di Jalan Cik Dik Tiro No. 39 Yogyakarta.
1. Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal, yaitu dengan proses pengumpulan informasi
diperoleh informasi dari unit rekam medis RS Panti Rapih dangan melihat pola
2. Pengambilan Data
Berdasarkan informasi dari unit rekam medis RS Panti Rapih diperoleh data
umur, keluhan utama, riwayat penyakit, diagnosis, jenis obat, dosis obat, cara
pemberian obat, lama tinggal, tekanan darah saat masuk dan keadaan pasien
Data yang telah diambil dari medical record pada tahap sebelumnya
kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut berisi profil pasien
data laboratorium (tekanan darah, kadar ureum, kreatinin, asam urat, SGOT,
SGPT, kolesterol dan glukosa darah), profil pengobatan (jenis obat, dosis) serta
outcome terapi (lama tinggal pasien dan keadaan pasien saat keluar RSPR)
36
3. Analisis Data
related problems dengan metode SOAP secara kasus per kasus. Literatur yang
(2000).
related problems-nya. Dengan melihat drug related problems yang terjadi selama
proses terapi dapat diketahui perlu terapi obat tambahan, tidak perlu terapi obat,
obat tidak tepat, dosis obat kurang, dosis obat berlebih dan efek obat yang tidak
kasus perkasus.
G. Kesulitan Penelitian
medik RSPR Yogyakarta Periode Mei 2008–Mei 2009 ini mengalami beberapa
yang ada di medical record. Usaha yang dilakukan adalah dengan menanyakan
kepada beberapa pihak yang mengerti. Kesulitan yang kedua adalah kesulitan
dalam mendapatkan dokumen medical record karena seringkali saat peneliti akan
mengambil data, medical record yang akan dipakai sedang digunakan pasien
untuk kontrol atau pasien sedang menjalani rawat inap kembali di rumah sakit.
37
Usaha yang dilakukan adalah dengan menunggu beberapa hari atau beberapa
H. Analisis Hasil
menghitung jumlah pasien yang terdapat pada range umur tertentu dibagi jumlah
4. Persentase derajat hipertensi pasien saat masuk instalasi rawat inap RSPR
dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien yang terdapat pada range derajat
dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien yang terdapat pada range lama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Melitus Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Mei 2008–Mei 2009 ini dilakukan dengan menelusuri data
rekam medis pasien yang terdiagnosa sebagai penderita diabetes melitus dengan
Yogyakarta pada periode Mei 2008-Mei 2009. Berdasarkan data yang telah
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah memperoleh data rekam medis pasien
adalah dengan mencatat seluruh data pasien yang dibutuhkan yang tercantum
1) Berdasar Umur
pada penderita DM. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah hingga
lebih dari 140/90 mmHg. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari lembar
dalam kategori umur 60-69 tahun. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada
umur diatas 60 tahun resiko komplikasi hipertensi pada pasien DM lebih tinggi
39
40
8% 4% 8%
40-49 th
32% 50-59 th
48% 60-69 th
70-79 th
≥ 80 th
S
Setelah umuur 60-69 tahhun, persen
ntase pasienn DM kompplikasi hiperrtensi
mengalam
mi penurunaan. Hal ini mungkin
m daapat disebabbkan setelahh melewati umur
hidup.
B
Berdasarkan
n teori, padaa pasien DM
M dengan kadar gula ddarah yang tinggi
t
K
Komplikasi penyerta adalah
a peny
yakit yang menyertai DM komplikasi
terapi yanng dijalanii oleh passien. Semaakin rendahh kesadarann pasien untuk
u
41
darahnya, maka semakin tinggi pula resiko pasien tersebut untuk mengidap
komplikasi.
penyerta yang diderita pasien antara lain dislipidemia, stroke, nefropati, Chronic
Renal Failure (CRF). Berdasarkan data yang diambil, komplikasi penyerta yang
kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Pada penderita DM,
glukosa tidak dapat diproses menjadi energi sehingga energi yang akan digunakan
terpaksa dibuat dari sumber lain seperti lemak dan protein. Akibatnya kadar
kolesterol terutama kadar LDL akan meningkat dalam darah. Partikel LDL yang
berada dalam darah akan terjebak dalam pembuluh darah dan mengalami oksidasi
bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan
penderita DM, semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah maka akan semakin
pembuluh darah yang menuju ke otak dan dapat menimbulkan terjadinya stroke
kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol dengan baik. Tingginya kadar
virus luar ataupun efek samping obat yang dipakai selama perawatan. Pada
penelitian ini terdapat 4 jenis penyakit penyerta yang dialami pasien, yaitu Infeksi
Saluran Kemih (ISK). Pada pasien DM yang memiliki kadar glukosa darah tinggi
mudah berkembang dalam lingkungan tersebut. Dalam penelitian ini infeksi yang
paling banyak dialami pasien adalah infeksi saluran kemih yang ditandai dengan
seringnya pasien buang air kecil atau rasa sakit pada punggung. Pasien DM sering
43
perawatan di Rumah Sakit Panti Rapih dapat dilihat dalam gambar 2. Berdasarkan
diagram tersebut diketahui bahwa tekanan darah pasien saat masuk RSPR adalah
hipertensi derajat 2.
4% 4%
Normal
16% Prehipertensi
Derajat 1
76% Derajat 2
Kelas terapi obat adalah jenis obat yang diterima oleh pasien selama
periode pengobatannya, baik obat antidiabetika oral maupun obat lain yang
komplikasi hipertensi yang menjalani terapi di RSPR tidak hanya diberi obat-obat
untuk mengatasi diabetes melitus dan hipertensi saja. Akan tetapi pasien juga
diberi obat-obat lain yang digunakan untuk membantu pemulihan kondisi pasien
Dari gambar 3 dapat dilihat 8 kelas terapi obat yang digunakan oleh
Rapih. Kelas terapi obat tersebut meliputi obat kardiovaskuler, obat yang
mempengaruhi sistem hormon, gizi dan darah, analgesik, sistem saraf pusat,
kelas terapi obat yang paling banyak digunakan pasien yaitu sebanyak 25 kasus
ketidaknormalan tekanan darah maupun kadar lemak dalam darah sehingga pasien
lemak darah dan mencegah timbulnya penyakit jantung yang lebih serius.
45
60%
% %44%
48% Obat Anaalgesik
40%
% 32% Obat yanng Mempenga aruhi
24% Sistem Saaraf Pusat
Obat Anttibiotik
20%
% 20%
Obat Salu
uran Cerna
0%
%
Obat Sendi dan Gout
Gam
mbar 3. Diaagram Perssentase Kellas Terapi Pasien DM
M Komplika
asi
Hiperrtensi di Ru
umah Sakitt Panti Rappih Yogyakkarta
Periiode Mei 20
008-Mei 20009
O
Obat yang mempengar
m ruhi sistem hormon teerdiri dari oobat antidiaabetes
glukosa darah
d yangg terkontrool. Obat gizi dan daarah ini ddigunakan untuk
u
2) Golongan
n Obat
Pasien DM
M komplikaasi hipertenssi jika tidak ditangani dengan
d baikk dapat mengarah
46
hipertensi tingginya kadar gula dalam darah akan menyebabkan darah menjadi
lebih kental sehingga semakin membutuhkan tekanan darah yang semakin tinggi
pula agar darah dapat melalui pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi
tersebut juga diperlukan untuk mendorong darah melalui pembuluh darah yang
memompa darah. Akibatnya otot jantung akan lemah, penderita akan mengalami
iskemia sehingga sebagian otot jantung mati karena kekurangan oksigen yang
obat untuk gangguan sirkulasi darah, obat antihiperlipidemik dan obat sistem
koagulasi darah. Berdasarkan tabel VII dibawah ini diketahui obat kardiovaskuler
Blocker (ARBs) dan obat antagonis kalsium dengan presentase penggunaan sama
yaitu 56%. Sedangkan jenis obat kardiovaskuler yang paling banyak digunakan
berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan bahaya metabolit sindrom yang
adalah penggunaan obat penghambat ACE dan ARBs untuk menurunkan tekanan
kalsium ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga menyebabkan
detak jantung dan memberikan suplai oksigen pada jantung. Obat vasodilator
daya tahan pembuluh darah perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Diuretik sebagai obat tambahan pada pasien DM komplikasi hipertensi yang dapat
diberikan secara intravena untuk mengurangi sesak nafas yang dialami pasien
dengan cepat. Obat antiangina digunakan untuk mencegah serangan akut angina
pectoris dan mencegah nyeri dada yang dialami pasien saat istirahat.
dan antiplatelet. Pada pasien DM komplikasi hipertensi, semakin tinggi kadar gula
dalam darah akan menyebabkan darah lebih kental dan sukar membeku sehingga
proses pembekuan darah akan berlangsung lama. Obat ini dapat digunakan untuk
parenteral dan antidiabetik oral. Tujuan pengobatan diabetes melitus ini adalah
menjaga agar kadar glukosa darah berada dalam batas normal. Pengontrolan kadar
glukosa darah dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, mengatur aktifitas
fisik dan pemberian obat antidiabetik. Obat antidiabetik diberikan jika terapi non
tunggal dan insulin campuran. Insulin tunggal merupakan jenis insulin yang
paling banyak digunakan. Insulin tunggal ini memiliki onset yang cukup singkat
yaitu 0,5 jam dan durasi berkisar antara 6-8 jam. Setelah melewati masa durasi
kadar insulin akan berkurang secara perlahan dan dapat menyeimbangkan dengan
kadar glukosa darah sehingga dapat mencukupi pasokan insulin sesuai dengan
pankreas sehingga hanya efektif bila sel β-pankreas masih dapat berproduksi.
Jenis obat golongan sulfonilurea yang paling banyak digunakan adalah glikuidon.
50
Glikuidon dapat digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal dan dapat
Keterangan : 1 pasien ada yang menerima lebih dari satu jenis obat yang
mempengaruhi hormon.
Obat ini bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan menurunkan produksi
glukosa hati dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini tidak
pasien yang memiliki berat badan berlebih dan dapat menurunkan nafsu makan
sehingga berat badan pasien dapat menurun. Metformin tidak boleh digunakan
oleh pasien yang mengalami gangguan ginjal karena dapat terakumulasi pada
51
pasien dengan gangguan ginjal dan hati sehingga dapat meningkatkan resiko
jika kadar kreatinin lebih dari 1,4mg/dL pada wanita dan lebih dari 1,5mg/dL
meningkatkan efek hipoglikemi dan dapat digunakan pada pasien yang tidak
Efek hipoglikemik obat ini cukup baik jika dikombinasikan dengan metformin.
ke dalam darah. Obat ini diminum bersama suapan pertama setiap makan. Jenis
memerlukan gizi yang seimbang. Obat gizi dan darah digunakan untuk menambah
organ agar tetap berfungsi secara optimal, menambah tenaga dan mengatasi gejala
yang sedang dideritanya, sehingga asupan gizi sangat diperlukan terutama jika
nafsu makan pasien menurun. Pasien diabetes melitus seringkali menjalani terapi
52
dengan diit, oleh karena itu perlu diperhatikan pemberian nutrisi dan vitamin
Tabel IX. Persentase Golongan dan Jenis Obat Gizi dan Darah
yang Digunakan Pasien DM Komplikasi Hhipertensi di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009
Keterangan : 1 pasien ada yang menerima lebih dari satu jenis obat gizi
dan darah.
Dalam penelitian ini obat gizi dan darah yang banyak digunakan adalah
sehingga organ-organ dalam tubuh dapat bekerja secara optimal. Obat mineral
juga digunakan untuk mengatasi efek samping obat antihipertensi diuretik yaitu
d) Obat Analgesik
menyertai pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi. Dalam penelitian ini obat
dapat digunakan untuk nyeri ringan seperti sakit kepala. Pasien sering mengeluh
pusing, nyeri atau suhu tubuh diatas normal. Nyeri dapat timbul akibat terlalu
lama berbaring sehingga tubuh yang biasa beraktivitas harus terdiam atau
mengobati nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol ini hanya digunakan jika
golongan yang paling banyak digunakan. Obat ini digunakan untuk mengatasi
mual yang dirasakan oleh pasien baik karena penyakit penyerta yang mereka
alami maupun karena efek samping dari penggunaan metformin. Dari tabel XI
dapat dilihat bahwa obat antiemetik yang paling banyak digunakan adalah
mengatasi kecemasan akibat kondisi stress saat menjalani terapi. Obat ini bekerja
f) Antibiotik
komplikasi hipertensi terutama dalam terapi lanjutan terhadap infeksi yang sering
terjadi pada penderita DM. Tingginya kadar glukosa darah pada pasien DM akan
glukosa darah pasien maka luka yang ada akan lebih sukar sembuh sebab bakteri
akan mampu bertahan dalam lingkungan dengan kadar glukosa tinggi. Selain itu
antibiotik juga digunakan untuk mengatasi infeksi yang dialami oleh pasien
Obat saluran cerna yang digunakan dalam terapi adalah obat antitukak.
memiliki persentase penggunaan paling tinggi. Obat ini menghambat sekresi asam
yang dapat menimbulkan efek anti sekresi yang kuat dan lama sehingga efek
Obat penyakit otot skelet atau sendi yang digunakan adalah obat untuk
reumatik dan gout. Jenis obat yang yang paling banyak digunakan adalah obat
untuk gout yaitu allopurinol dengan persentase penggunaan 16%. Pada penelitian
ini allopurinol digunakan oleh pasien yang memiliki kadar asam urat tinggi. Obat
kelebihan garan urat serta untuk pengobatan dan pencegahan batu ginjal Ca pada
penderita dengan kadar asam urat dalam serum dan urin yang tinggi.
Tabel XIV. Persentase golongan dan jenis obat sendi dan gout
yang digunakan pasien DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Mei 2008-Mei 2009
skelet, nyeri dan radang pada penyakit reumatik. Obat ini digunakan oleh pasien
karena pasien DM yang menjalani rawat inap umumnya telah berusia lanjut
sehingga ototnya sudah mulai melemah dan ditambah lagi pasien harus selalu
berbaring ditempat tidur sehingga banyak otot yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya yang menyebabkan nyeri, encok ataupun keluhan otot yang lain.
yang diindikasikan untuk mengatasi gula darah dan tekanan darah yang tinggi.
Selain itu, pasien DM dengan komplikasi hipertensi juga diberi obat-obat lain
yang digunakan untuk mengatasi komplikasi maupun penyakit penyerta yang lain.
(Drug Related Problems) sehingga perlu dilakukan evaluasi DRPs pada masing-
yang dialami pasien diabetes melitus. Evaluasi DRPs ini dilakukan dengan
membandingkan terapi obat setiap kasus dengan standar acuan dari American
kasus atau 28% yang teridentifikasi terdapat DRPs. Dari tabel XV diketahui
bahwa DRPs yang paling banyak ditemukan adalah memerlukan obat tambahan
dan obat tidak tepat dengan jumlah kasus sama yaitu 4 kasus atau 16%.
kadar HDL ini dapat diatasi dengan menurunkan berat badan, olahraga dan
atas normal tetapi belum mendapatkan obat antidiabetes sehingga pasien perlu
mengalami penurunan kadar HDL ini dapat diatasi dengan menurunkan berat
59
pasien dapat diberi obat sub-golongan klofibrat seperti gemfibrozil dengan dosis
2x600mg/hr.
Pathophysiologic Approach (2005) kadar asam urat normal <6,0 mg/dL untuk
wanita dan <7,0 mg/dL untuk laki-laki dan pasien dapat diberi obat untuk
menurunkan asam urat jika kadar asam urat >10mg/dL. Terdapat 2 kasus dengan
kadar asam urat <10mg/dL diberi obat allopurinol, seharusnya pasien tersebut
tidak perlu diberi terapi obat dan cukup mengatur pola makan agar kadar asam
Pemilihan obat kurang tepat yang ditemui terutama pada pemilihan obat
terhadap pasien. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengganti obat yang
diberikan kepada pasien dengan obat yang lebih efektif untuk pasien dan
antidiabetes yang mengandung metformin. Obat ini tidak tepat untuk pasien
karena tidak sesuai dengan keadaan pasien yang mengalami gangguan fungsi
ginjal dan hati sehingga dapat meningkatkan resiko asidosis laktat. Metformin
ginjal adalah dengan mengukur kadar kreatinin yang melebihi normal, yaitu >1,4
mg/dL pada pasien wanita dan >1,5 mg/dL pada pasien pria. Pasien yang
mengalami gangguan ginjal dapat diberi obat antidiabetes glikuidon karena obat
ini tidak dikontraindikasikan pada pasien gangguan fungsi ginjal dan dapat
diberikan dengan dosis awal yang rendah yaitu 15mg/hr sehingga aman untuk
sampai dibawah 130/80 mmHg dan pasien dapat dinyatakan sembuh jika tekanan
tekanan darah dari 25 kasus, pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan
Berdasarkan rata-rata kadar glukosa darah puasa dan 2 jam PP saat keluar
menunjukkan pasien keluar dengan keadaan membaik karena kadar glukosa darah
menurun. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan oleh
Lama tinggal atau lama perawatan adalah jangka waktu pasien tinggal di
rumah sakit dalam mendapatkan perawatan hipertensi. Lama perawatan ini dinilai
dari lama tinggal yang diukur dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
tinggal selama 4-6 hari, dimana 6 pasien pulang dalam kondisi sembuh, 2 pasien
dalam kondisi membaik dan 2 pasien dalam kondisi belum membaik. Berdasarkan
belum membaik. Pasien belum membaik karena selama menjalani rawat inap
tekanan darah justru meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena pasien
63
mengalami stres selama di rumah sakit dan untuk mengatasinya pasien diberi obat
antihipertensi saat keluar dari rumah sakit. Dilihat dari lama tinggal yang relatif
singkat dan keadaan pasien yang membaik maka dapat dilihat bahwa penanganan
E. Rangkuman Pembahasan
hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Mei 2008-Mei 2009
evaluatif. Data diperoleh dari lembar rekam medik yang diambil secara
bahwa pasien yang paling banyak ditangani adalah pasien dengan umur 60-69
tahun sebanyak 12 kasus (48%). Komplikasi penyerta yang paling banyak diderita
adalah dislipidemia sebanyak 3 kasus (12%) dan penyakit penyerta paling banyak
adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebanyak 5 kasus (20%). Tahap hipertensi
pasien masuk rumah sakit paling banyak hipertensi derajat 2 sebanyak 19 kasus
(76%).
Receptor Blocker (ARBs) dan antagonis kalsium sebanyak 14 kasus (56%). Jenis
64
obat yang paling banyak digunakan kaptopril sebanyak 8 kasus (32%), kombinasi
Dari hasil evaluasi Drugs Related Problems (DRPs), berikut ini adalah
tinggal paling banyak 4-6 hari dengan jumlah 10 kasus (40%). Pasien pulang
mmHg adalah 12 kasus dari 25 kasus. Dilihat dari rata-rata tekanan darah dari 25
kasus, pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan membaik karena pasien
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.
bahwa pasien yang paling banyak ditangani adalah pasien dengan umur 60-69
kasus (12%) dan penyakit penyerta paling banyak adalah Infeksi Saluran
Kemih (ISK) sebanyak 5 kasus (20%). Tahap hipertensi pasien masuk rumah
2. Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah obat kardiovaskuler
dan obat hormonal sebanyak 25 kasus (100%). Golongan obat yang paling
antagonis kalsium sebanyak 14 kasus (56%). Jenis obat yang paling banyak
3. Dari hasil evaluasi Drugs Related Problems (DRPs) didapat 7 kasus dengan
rincian 4 kasus perlu terapi obat tambahan, 2 kasus tidak perlu terapi obat dan
65
66
tinggal paling banyak 4-6 hari dengan jumlah 10 kasus (40%). Dilihat dari
rata-rata tekanan darah dari 25 kasus, pasien keluar dari rumah sakit dalam
B. Saran
komplikasi hipertensi masih tinggi maka saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti yaitu :
hipertensi dengan rumah sakit dan periode yang berbeda sebagai bahan
perbandingan terhadap hasil yang telah didapatkan dan dasar evaluasi yang
2. dari hasil penelitian yang didapatkan dapat disarankan agar Rumah Sakit
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.MF., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis DM yang Baru, Cermin
Dunia Kedokteran, (127), 37
Cipolle, R., J., Strand, L. M., and Morley P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practice, Chapter 3, McGraw-Hill, New York, 75- 83
Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 542.
Fitria, A., 2009, Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan Penanganan, Penerbit
Venus, Yogyakarta
Graham-Clarke, E., M., dan Hebron, B., S., 1999, Hypertension, dalam Clinical
Pharmacy and Therapeutics, Harcourt Publisher, London, 247 - 258
Jones, R.M. and Rospond, R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise,
1-6, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA
Kimble, M.A.K. and Young, L.Y., 2005, Applied Therapeutic, 1-1s/d 1-11, 17-1
s/d 17-6, gth edition, A Wolter Kluwer Company, USA
Kountour, R., 2003, Metode Penulisan untuk Penelitian Skripsi dan Tesis, Seri
Umum, Nomor 5, Penerbit PPM, Jakarta, 105
68
Muchid, A., Umar, F.,Ginting, M.,Basri, C.,Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005,
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Muchid, A., Umar, F.,Chusun, Masrul, C.,Wurjati, R., Ratih N., dkk., 2006,
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Setiawati, A., dan Bustami, Z., S., 1999, Antihipertensi, dalam Ganiswara, S. G.
(Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta, 315 - 342
Sukandar, E., Andrajati, R., dan Sigit, J., 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta, 26, 119.
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, in
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, (Eds)
J.T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 1333.
Yusup, Ismail, 2008, Hipertensi Sekunder, Medicenus vol. 21, No.3, Edisi Juli-
September 2008.
LAMPIRAN
KASUS 1
a. DATA PASIEN
No. RM: 247300
Jenis kelamin/Umur: L/56
Diagnosa masuk: DM dengan hipertensi
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi
Lama dirawat: 5 hari (3-7/05/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan lemas, keringat dingin
Riwayat penyakit: DM dan hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
f. DRP
Perlu terapi obat tambahan : pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah sehingga
membutuhkan terapi obat untuk menurunkan kadar glukosa darah.
g. REKOMENDASI
1) Pasien dapat diberi obat antidiabetes metformin dengan dosis 500mg 3x1tab/hr.
2) Dilakukan monitoring fungsi ginjal selama terapi menggunakan antihipertensi ARB dan
metformin.
3) Pasien mengalami penurunan HDL sehingga disarankan untuk menurunkan berat badan,
olahraga dan berhenti merokok agar kadar HDL meningkat.
KASUS 2
a. DATA PASIEN
No. RM: 326277
Jenis kelamin/Umur: P/60
Diagnosa masuk: DM dengan hipertensi dan CRF (Chronic Renal Failure)
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi dan CRF (Chronic Renal Failure)
Lama dirawat: 8 hari (24/05-1/06/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: pusing dan pandangan kabur
Riwayat penyakit: DM, hipertensi dan gangguan ginjal
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar ureum, kreatinin,
kolesterol total, LDL, trigliserida dan glukosa.
Pasien diberi: Glurenorm 30mg 1x1tab/hr, Aprovel 300mg 1x1tab/hr, Lasix 3x1amp/hr, Vytorin
10/10 0-0-1/hari (malam).
e. PENILAIAN
1) Aprovel mengandung irbesartan merupakan antihipertensi Angiotensin Receptor Blocker
(ARBs), dengan dosis yang diberikan 300mg 1x1tab/hr. Pasien mengalami CRF sehingga
penggunaan ARB dikombinasi dengan lasix sebagai diuretik yang mengandung furosemid
dengan dosis pemberian 3x1amp/hr.
2) Glurenorm mengandung glikuidon merupakan antidiabetes golongan sulfonilurea. Pasien
memiliki riwayat DM dan telah menjalani terapi sehingga dosis glurenorm yang diberikan
30mg 1x1tab/hr. Glikuidon dapat digunakan oleh pasien karena obat ini aman digunakan untuk
pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
f. DRP
Tidak terindentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, kadar lemak dan glukosa darah untuk mengetahui hasil
terapi pasien.
KASUS 3
a. DATA PASIEN
No. RM: 179856
Jenis kelamin/Umur: L/60
Diagnosa masuk: DM dengan hipertensi, radices dentis multiple caries
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi, radices dentis, dislipidemia
Lama dirawat: 4 hari (6-10/07/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: berat badan turun.
Riwayat penyakit: DM dan hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
Glukosa: -
2 Jam PP 201 mg/dL - 100,00-140,00mg/dL
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan ureum.
Pasien diberi:
Glimepiride 1x2mg/hr, Kaptopril 3x25mg/hr, Exforge 1x1tab/hr, Gemfibrozil 1x300mg/hr.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Selama terapi dengan penghambat ACE
perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal. Obat ini sesuai digunakan oleh pasien untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
2) Glimepiride merupakan obat antidiabetes golongan sulfonilurea, diberikan dengan dosis
1x2mg/hr (pagi). Obat ini dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal. Pasien tidak
mempunyai hasil pemeriksaan kreatinin sehingga selama terapi dengan glimepiride perlu
dilakukan monitoring.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
1) Pada saat keluar rumah masih memiliki tekanan darah yang tinggi sehingga perlu diberi obat
antihipertensi saat pulang.
2) Dilakukan monitoring fungsi ginjal dan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui
hasil terapi pasien.
KASUS 4
a. DATA PASIEN
No. RM: 625949
Jenis kelamin/Umur: L/70
Diagnosa masuk: DM dan hipertensi
Diagnosa keluar: DM dan hipertensi
Lama dirawat: 3 hari (4-7/08/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: kepala pusing, tekanan darah tidak stabil
Riwayat penyakit: DM dengan hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
e. PENILAIAN
1) Coaprovel 300/12,5 antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) yang
mengandung irbesartan 300mg dan hydrochlorothiazide 12,5mg dengan dosis pemberian 1 tab 1x/hr.
Selam terapi dengan ARBs perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal pada pasien.
2) Glurenorm antidiabetes golongan sulfonilurea yang mengandung glikuidon, diberikan dengan dosis
awal 15mg. Dikombinasi dengan avandia golongan tiazolidindion yang mengandung rosiglitazone
maleate, dengan dosis 4mg 1x/hr.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
1) Dilakukan monitoring fungsi ginjal selama terapi menggunakan antihipertensi ARB.
2) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 5
a. DATA PASIEN
No. RM: 154897
Jenis kelamin/Umur: P/50
Diagnosa masuk: DM, hipertensi dengan riwayat stroke
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi dan stroke
Lama dirawat: 11 hari (26/08-6/09/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Riwayat penyakit: stroke, DM
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan kolesterol total.
Pasien diberi: Glimepiride 1x1mg/hr ditingkatkan menjadi 1x2mg/hr, Adalat oros 1x30mg/hr, Neurobion
5000 1x1tab/hr.
e. PENILAIAN
1) Adalat antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yang mengandung nifedipine
dengan dosis awal 30mg 1x/hr. Efek samping yang ditimbulkan sakit kepala, edema, konstipasi,
pusing dan vasodilatasi. Pemberian CCB dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan detak jantung dan memberikan suplai oksigen pada jantung.
2) Glimepiride merupakan obat antidiabetes golongan sulfonilurea, diberikan dengan dosis 1x2mg/hr
(pagi). Obat ini dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 6
a. DATA PASIEN
No. RM: 230666
Jenis kelamin/Umur: L/60
Diagnosa masuk: DM, hipertensi.
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi.
Lama dirawat: 10 hari (1-11/09/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan lemas, pusing dan muntah, nafsu makan berkurang
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar ureum, kreatinin, asam
urat, trigliserida dan glukosa.
Pasien diberi: Diltiazem 3x10mg/hr, Glucovance 2,5/500 2x1tab/hr, infus asering.
e. PENILAIAN
1) Diltiazem merupakan obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB). Dosis untuk hipertensi 30mg
3x1tab/hr. Diltiazem bekerja dengan menurunkan tekanan darah dan mengurangi kebutuhan oksigen
miokardial. Diltiazem dapat menurunkan kejadian coronary. Pasien mengalami peningkatan kadar
kreatinin sehingga perlu dilakukan monitoring selama terapi.
2) Glucovance 2,5/500 antidiabetes yang mengandung glibenclamide 2,5mg dan metformin HCL
500mg. Dosis awal yang diberikan 2,5mg/500mg 2x/hr. Efek samping yang ditimbulkan infeksi
saluran nafas, diare, sakit kepala, mual, sakit perut dan pusing.
3) Pasien mengalami peningkatan kadar trigliserida sehingga membutuhkan obat tambahan.
f. DRP
Perlu terapi obat tambahan: pasien memerlukan terapi obat tambahan untuk menurunkan kadar
trigliserida.
g. REKOMENDASI
1) Pasien dapat diberi antihiperlipidemik golongan klofibrat seperti Gemfibrozil dengan dosis 600mg
2x1tab/hr untuk menurunkan kadar trigliserida.
2) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui kadar hasil terapi pasien.
KASUS 7
a. DATA PASIEN
No. RM: 338442
Jenis kelamin/Umur: P/47
Diagnosa masuk: DM dan hipertensi
Diagnosa keluar: DM dan hipertensi
Lama dirawat: 8 hari (16-24/09/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: mual, muntah dan pusing
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
g. REKOMENDASI
1) Pasien mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT sehingga perlu dilakukan monitoring selama
terapi menggunakan amaryl M.
2) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 8
a. DATA PASIEN
No. RM: 103189
Jenis kelamin/Umur: P/68
Diagnosa masuk: DM, hipertensi dan ISK
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi, nefropati, ISK dan dislipidemia
Lama dirawat: 3 hari (4-7/10/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan sakit, lidah pahit, pinggang sakit, perut kembung
Riwayat penyakit : DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar ureum, kreatinin, asam
urat, trigliserida dan glukosa.
Pasien diberi:Norvask 5mg 1x1tab/hr, Glucobay 50 3x1tab/hr, Glurenorm 30mg 1-0-1, Ezetrol
1x1tab/hr, Zyloric 1x100mg/hr.
e. PENILAIAN
1) Norvask antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB). Norvask mengandung amlodipin
besylat dengan dosis untuk hipertensi dan angina 1x5mg/hr. Pemberian CCB dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan detak jantung dan memberikan suplai oksigen pada
jantung.
2) Glucobay antidiabetes golongan penghambat α-glukosidase dengan dosis pemberian 50mg dapat
ditingkatkan sampai 100-200mg 3x/hr. Diberikan bersama suapan pertama makanan utama.
Dikombinasi dengan Glurenorm yang mengandung glikuidon dengan dosis 30mg 2x1tab/hr.
3) Zyloric mengandung allopurinol diindikasikan untuk menurunkan kadar asam urat yang tinggi
dengan dosis pemberian 1x100mg/hr. berdasarkan guideline pasien membutuhkan terapi obat jika
kadar asam urat lebih dari 10mg/dL.
f. DRP
Tidak perlu terapi obat : pasien tidak membutuhkan terapi obat untuk menurunkan kadar asam urat.
g. REKOMENDASI
1) Penggunaan Zyloric dihentikan dan pasien disarankan mengatur pola makan untuk menurunkan
kadar asam urat.
2) Dilakukan monitoring fungsi ginjal, pemeriksaan kadar lemak darah dan glukosa darah untuk
mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 9
a. DATA PASIEN
No. RM: 446537
Jenis kelamin/Umur: P/66
Diagnosa masuk: Hipertensi pada DM
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi
Lama dirawat: 9 hari (21-30/10/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan lemas
Riwayat Penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan kadar SGPT dan trigliserida.
Pasien diberi: Divask 5mg 1x1tab/hr, Lasix 1x1tab/hr, Metformin 3x1tab/hr, Gluvas 1mg 1-0-0/hr,
Injeksi Insulin RI 1x10u/hr ditingkatkan 3x10u/hr.
e. PENILAIAN
1) Divask antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB). Divask mengandung amlodipin
besylat dengan dosis untuk hipertensi dan angina 1x5mg/hr. Pemberian CCB dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan detak jantung dan memberikan suplai oksigen pada
jantung.
2) Metformin golongan biguanida diberikan dengan dosis awal 3x500mg/hr dan dikombinasikan
dengan Gluvas antidiabetes golongan sulfonilurea yang mengandung glimepiride dengan dosis
pemberian 1-2mg 1x/hr diberikan pada saat makan pagi.
3) Pasien mengalami peningkatan kadar trigliserida sehingga membutuhkan terapi obat.
f. DRP
1) Perlu terapi obat tambahan: pasien memerlukan terapi obat tambahan untuk menurunkan kadar
trigliserida.
g. REKOMENDASI
1) Pasien dapat diberi antihiperlipidemik golongan klofibrat seperti Gemfibrozil dengan dosis 600mg
2x1tab/hr untuk menurunkan kadar trigliserida.
2) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 10
a. DATA PASIEN
No. RM: 635184
Jenis kelamin/Umur: L/80
Diagnosa masuk: DM, hipertensi
Diagnosa keluar: DM, hipertensi dan dislipidemia
Lama dirawat: 4 hari (19-23/10/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan lemas dan nggliyer
Riwayat penyakit: DM dan hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar ureum, kreatinin, asam
urat, kolesterol total, trigliserida, glukosa dan penurunan kadar HDL.
Pasien diberi: Glumin 3x1kaps/hr, Herbesser 90 SR 1x1kaps/hr, Hypofil 3x1tab/hr, Merislon 3x1tab/hr.
e. PENILAIAN
1) Herbesser 90 SR antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yang mengandung
diltiazem HCL. Dosis untuk hipertensi 2x1kaps/hr, telan utuh jangan dikunyah. Efek samping yang
ditimbulkan mengantuk, kelelahan, sakit kepala, wajah kemerahan, gangguan GI dan hipotensi. Obat
ini aman digunakan untuk pasien gangguan fungsi ginjal dan dapat menurunkan kejadian coronary.
2) Glumin antidiabetes yang mengandung metformin HCL. Dosis awal yang diberikan 500 mg 3x/hr.
Efek samping yang ditimbulkan gangguan GI minor, asidosis laktat. Obat ini dikontraindikasikan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
f. DRP
Obat tidak tepat : pemilihan glumin sebagai antidiabetes tidak tepat karena pasien mengalami
gangguan ginjal sedangkan glumin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan ginjal.
g. REKOMENDASI
Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal sehingga dapat diberi antidiabetes golongan sulfonilurea
seperti glikuidon dengan dosis awal 15-60mg/hr.
KASUS 11
a. DATA PASIEN
No. RM: 640790
Jenis kelamin/Umur: P/62
Diagnosa masuk: Febris, vomitus, hipertensi
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi
Lama dirawat: 4 hari (1-5/12/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan panas, pusing dan mual
Riwayat penyakit: DM, gejala stroke
c. DATA OBJEKTIF
KASUS 12
a. DATA PASIEN
No. RM: 518171
Jenis kelamin/Umur: P/56
Diagnosa masuk: hipertensi
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi
Lama dirawat: 15 hari (23/12/08-7/01/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: kepala pusing dan perut sakit
Riwayat penyakit: DM
c. DATA OBJEKTIF
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: kepala pusing, mual, muntah dan badan lemas
Riwayat penyakit: DM
c. DATA OBJEKTIF
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg
2x1tab/hr. Obat ini sesuai digunakan oleh pasien untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
Pasien mengalami peningkatan kadar kreatinin sehingga selama terapi menggunakan antihipertensi
penghambat ACE perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal.
2) Glibenklamid merupakan antidiabetes golongan sulfonilurea dengan dosis pemberian 1x5mg/hr.
pasien mengalami gangguan GI sehingga selama menggunakan glibenklamid perlu dilakukan
monitoring.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan pemantauan fungsi ginjal selama pasien menggunakan antihipertensi penghambat ACE
dan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 14
a. DATA PASIEN
No. RM: 637229
Jenis kelamin/Umur: L/55
Diagnosa masuk: DM, hipertensi, insomnia
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi, vertigo, ISK
Lama dirawat: 2 hari (12-14/01/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: kepala pusing
Riwayat penyakit: DM
c. DATA OBJEKTIF
e. PENILAIAN
1) Herbesser 90 SR antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yang mengandung
diltiazem HCL. Dosis untuk hipertensi 180-240mg/hr. Obat ini aman digunakan untuk pasien
gangguan fungsi ginjal dan dapat menurunkan kejadian coronary.
2) Avandia merupakan obat antidiabet golongan tiazolidindion. Dosis pemberian 4mg 1x/hr atau 2mg
2x/hr.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan monitoring fungsi hati dan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil
terapi pasien.
KASUS 15
a. DATA PASIEN
No. RM: 513273
Jenis kelamin/Umur: P/71
Diagnosa masuk: hipertensi, stroke
Diagnosa keluar: DM, hipertensi, stroke
Lama dirawat: 16 hari (2-18/02/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: pusing, tubuh bagian kanan terasa tebal.
Riwayat penyakit: jantung, hipertensi, gout
c. DATA OBJEKTIF
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: mual, muntah, sakit kepala
Riwayat penyakit: DM
c. DATA OBJEKTIF
tgl 9/02/09
Glukosa: 2jam PP 225 mg/dL - 100-140 mg/dL
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, dan kadar SGPT.
Pasien diberi: Kaptopril 2x12,5mg/hr, Sanmol 3x1/hr, Metformin 500 0-0-1hr (malam), injeksi Zantac
1amp/12jam, Ceftriaxone 2x1gr/hr.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg
2x1tab/hr dapat ditingkatkan menjadi 50mg 2x1tab/hr pada hipertensi berat. Obat ini sesuai
digunakan oleh pasien untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
2) Metformin antidiabetes dengan dosis awal 3x500mg/hr. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.
3) Penggunaan kombinasi penghambat ACE dan metformin dapat menimbulkan interaksi yang
menyebabkan peningkatan efek hipoglikemik dan penurunan tekanan darah yang signifikan.
f. DRP
Tidak teridentifikasi DRPs.
g. REKOMENDASI
1) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien dan menghindari
efek hipoglikemik karena penggunaan metformin pada malam hari.
2) Dilakukan pemantauan tekanan darah dan kadar glukosa darah selama pasien menggunakan terapi
kombinasi dengan penghambat ACE dan metformin.
KASUS 17
a. DATA PASIEN
No. RM: 649889
Jenis kelamin/Umur: P/60
Diagnosa masuk: DM. hipertensi
Diagnosa keluar: DM dengan hipertensi
Lama dirawat: 14 hari (12-26/02/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: badan lemas dan tidak sadarkan diri
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
e. PENILAIAN
1) Aprovel mengandung irbesartan merupakan antihipertensi Angiotensin Receptor Blocker (ARBs), dengan
dosis yang diberikan 300mg 1x1tab/hr. Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal dan selama penggunaan
ARB perlu dilakukan monitoring.
2) Glumin antidiabetes yang mengandung metformin HCL diberikan dengan dosis 3x1tab/hr. Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
f. DRP
1) Obat tidak tepat : pemilihan Glumin sebagai antidiabetes tidak tepat untuk pasien karena pasien mengalami
gangguan ginjal.
2) Tidak perlu terapi obat : pasien tidak memerlukan allopurinol karena kadar asam urat masih dibawah
10mg/dL.
g. REKOMENDASI
1) Pasien mengalami gangguan ginjal sehingga diberi obat antidiabetes golongan sulfonilurea seperti glikuidon
dengan dosis 15-60mg/hr.
2) Penggunaan Allopurinol dihentikan dan pasien disarankan untuk mengatur pola makan untuk menurunkan
kadar asam urat.
KASUS 18
a. DATA PASIEN
No. RM: 652812
Jenis kelamin/Umur: L/51
Diagnosa masuk : DM
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi, nefropati
Lama dirawat : 7 hari (9-13/03/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien: mual dan perut sebah
Riwayat penyakit: DM
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan kadar ureum, kreatinin, asam urat, trigliserida
dan glukosa.
Pasien diberi: Aprovel 150mg 1x½tab/hr, Glurenorm 2x30mg/hr diturunkan menjadi 2x½tab/hr.
e. PENILAIAN
1) Aprovel mengandung irbesartan merupakan antihipertensi Angiotensin Receptor Blocker (ARBs),
dengan dosis yang diberikan 300mg 1x1tab/hr. Penggunaan ARB pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal perlu dilakukan monitoring.
2) Glurenorm mengandung glikuidon merupakan antidiabetes golongan sulfonilurea. Dosis glurenorm
yang diberikan 30mg 2x1tab/hr dan dapat disesuaikan dengan keadaan pasien. Glikuidon dapat
digunakan oleh pasien karena obat ini aman digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan
fungsi ginjal.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan monitoring fungsi ginjal pasien selama menggunakan ARB.
KASUS 19
a. DATA PASIEN
No. RM: 327409
Jenis kelamin/Umur: L/53
Diagnosa masuk : anemia
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi dan anemia
Lama dirawat : 7 hari (23-30/03/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : badan lemas
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
KASUS 20
a. DATA PASIEN
No. RM: 552820
Jenis kelamin/Umur: L/56
Diagnosa masuk : DM, hipertensi.
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi
Lama dirawat : 3 hari (25-27/06/09)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : badan lemas
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar SGPT, kreatinin dan
glukosa.
Pasien diberi: Kaptopril 2x12,5mg/hr, Glurenorm 30mg 1-0-1/hr, injeksi insulin 3x6u/hr.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg 2x/hr.
Pasien mengalami peningkatan kadar kreatinin sehingga perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal.
Obat ini sesuai digunakan oleh pasien untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
2) Glurenorm mengandung glikuidon merupakan antidiabetes golongan sulfonilurea. Pasien memiliki
riwayat DM dan telah menjalani terapi sehingga dosis glurenorm yang diberikan 30mg 2x1tab/hr.
Glikuidon dapat digunakan oleh pasien karena obat ini aman digunakan untuk pasien yang
mengalami gangguan fungsi ginjal.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan monitoring fungsi ginjal selama terapi dengan kaptopril dan pemeriksaan kadar glukosa
darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 21
a. DATA PASIEN
No. RM: 337881
Jenis kelamin/Umur: L/65
Diagnosa masuk : DM, hipertensi.
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi
Lama dirawat : 8 hari (5-11/05/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : badan lemas
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa.
Pasien diberi: Kaptopril 2x12,5mg/hr, Metformin 3x500mg/hr, injeksi insulin.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg 2x/hr.
Obat ini sesuai digunakan oleh pasien untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Dilakukan
monitoring fungsi ginjal selama terapi.
2) Metformin golongan biguanida diberikan dengan dosis awal 3x500mg/hr dan dikombinasikan
dengan insulin untuk mendapatkan hasil yang optimal.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
KASUS 22
a. DATA PASIEN
No. RM: 564207
Jenis kelamin/Umur: L/62
Diagnosa masuk : DM, hipertensi,vertigo
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi
Lama dirawat : 4 hari (20-24/05/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : kepala pusing
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar ureum, kreatinin dan
glukosa.
Pasien diberi: Kaptopril 3x25mg/hr, norvask 10mg 1x1tab/hr, injeksi insulin 3x6u/hr, unalium 5mg/hr.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg 2x/hr.
Pasien mengalami peningkatan kadar kreatinin sehingga perlu dilakukan monitoring fungsi ginjal
selama terapi. Obat ini sesuai digunakan oleh pasien untuk menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.
2) Insulin sebagai antidiabetes yang diberikan dengan injeksi. Efek samping yang ditimbulkan
hipoglikemia dan reaksi alergi.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 23
a. DATA PASIEN
No. RM: 562795
Jenis kelamin/Umur: P/69
Diagnosa masuk : DM, hipertensi,vertigo
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi
Lama dirawat : 4 hari (20-24/05/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : lemas, dada sesak nafas
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan glukosa.
Pasien diberi: Exforge 5/80 1x1tab/hr, Glumin XR 500mg 1x1tab/hr, insulin 3x4u/hr.
e. PENILAIAN
1) Exforge 5/80 mengandung amlodipin besylate 5mg dan valsartan 80mg merupakan antihipertensi
Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) dengan dosis pemberian 1x1tab/hr. Efek samping yang
timbul mual, muka merah, pusing, dan edema.
2) Glumin XR antidiabetes yang mengandung metformin HCL. Dosis awal yang diberikan 500 mg
1x/hr bersama makan malam. Dikombinasikan dengan insulin untuk mendapatkan hasil optimal.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
1) Saat keluar dari rumah sakit pasien mengalami peningkatan tekanan darah sehingga saat pulang
harus diberi obat untuk rawat jalan.
2) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
3) Dilakukan pemeriksaan kadar lemak darah agar pasien dapat diberi obat antihiperlipid yang sesuai
dengan keadaan pasien jika membutuhkan.
KASUS 24
a. DATA PASIEN
No. RM: 404892
Jenis kelamin/Umur: P/61
Diagnosa masuk : DM, hipertensi, vertigo
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi, ISK
Lama dirawat : 5 hari (30/05-4/06/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : pusing, panas.
Riwayat penyakit: DM, hipertensi
c. DATA OBJEKTIF
Glukosa:
2 Jam PP 257 mg/dL - 100,00-140,00 mg/dL
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan glukosa.
Pasien diberi: Kaptopril 2x25mg/hr, exforge 5/80 1x1tab/hr, injeksi insulin 3x6u/hr, sanmol 3x1tab/hr.
e. PENILAIAN
1) Kaptopril antihipertensi golongan penghambat ACE. Dosis awal untuk hipertensi 12,5-25mg 2x/hr,
dapat ditingkatkan menjadi 50mg 2x/hr pada hipertensi berat. Obat ini sesuai digunakan oleh pasien
untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
2) Insulin sebagai antidiabetes yang diberikan dengan injeksi. Efek samping yang ditimbulkan
hipoglikemia dan reaksi alergi.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengetahui hasil terapi pasien.
KASUS 25
a. DATA PASIEN
No. RM: 598829
Jenis kelamin/Umur: P/47
Diagnosa masuk : DM, hipertensi,vertigo
Diagnosa keluar : DM dengan hipertensi, ISK
Lama dirawat : 4 hari (20-24/05/08)
b. DATA SUBJEKTIF
Keluhan pasien : kepala pusing, panas, mual
c. DATA OBJEKTIF
d. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pemeriksaan pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan glukosa.
Pasien diberi: Exforge 5/80 1x1tab/hr, Gluvas 1x1 mg/hr ditingkatkan 1x2mg/hr, dexaflox 2x400mg/hr,
mertigo 3x1tab/hr, Vometa FT 3x1tab/hr.
e. PENILAIAN
1) Exforge 5/80 mengandung amlodipin besylate 5mg dan valsartan 80mg merupakan antihipertensi
Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) dengan dosis pemberian 1x1tab/hr. Pasien mengalami
peningkatan kadar kreatinin sehingga selama terapi menggunakan ARBs perlu dilakukan monitoring
fungsi ginjal. Efek samping yang timbul mual, muka merah, pusing, dan edema.
2) Gluvas antidiabetes golongan sulfonilurea yang mengandung glimepiride dengan dosis pemberian 1-
2mg 1x/hr diberikan pada saat makan pagi.
f. DRP
Tidak teridentifikasi adanya DRP.
g. REKOMENDASI
BIOGRAFI PENULIS
SMP Negeri 2 Muntilan sampai tahun 2003. Pada tahun 2006 menamatkan