Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN SKILLS LAB

PENYAKIT MULUT, DAN BEDAH


KEGAWATDARURATAN

SUTURING
(INTERRUPTED SUTURE)
Oleh:
TIM BEDAH MULUT

Fakultas Kedokteran Gigi


Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri
2019
SUTURING
(Interrupted Suture)
Oleh: Dion Sandro S., drg.

6.1 Deskripsi Singkat


Kegunaan dari suturing adalah untuk menahan dan memfiksasi jaringan dalam posisi
tertentu guna menunjang proses penyembuhan jaringan baik dalam kasus luka laserasi maupun
dalam kaitannya dengan tindakan bedah. Dalam praktikum ini akan diajarkan dua teknik dasar
suturing yang sering digunakan dalam praktik sebagai dokter gigi, yaitu Interrupted suture.
Hal ini berguna dalam berbagai kasus, khususnya dalam Klinik Bedah Mulut, guna
mendapatkan kemampuan suturing yang baik diperlukan beberapa tahapan yang perlu dilalui,
yaitu:
a. Pemahaman tujuan suturing dan kegunaanya dalam berbagai tindakan bedah.
b. Pengetahuan tentang alat-alat untuk melakukan suturing.
c. Pemahaman tentang prosedur suturing dengan teknik Interrupted Suture.
d. Latihan melakukan suturing dengan teknik Interrupted Suture pada media
yang telah disediakan.

6.2 Tujuan Instruksional Umum


Setelah memahami teori-teori yang ada, mahasiswa mampu melakukan suturing dengan
teknik Interrupted Suture, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bhakti
Wiyata diharapkan mampu melakukan suturing sesuai dengan kompetensi yang berhubungan
dalam persiapan kerja klinik bedah mulut.

6.3 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah menyelesaikan skills lab bedah mulut tentang suturing, mahasiswa semester VII
Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bhakti Wiyata diharapkan mampu:
1. Melakukan persiapan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan suturing.
2. Melakukan penggunaan alat-alat dengan benar untuk melakukan suturing.
3. Melakukan pembuatan suturing dengan teknik Interrupted Suture dengan baik.
6.4 Manfaat Keterampilan
Memberikan keterampilan kepada mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Gigi
IIK Bhakti Wiyata tentang teknik suturing dengan tepat sehingga mahasiswa dapat melakukan
tindakan yang tepat bagi calon pasien.

6.5 Mapping Materi

6.6 Strategi Pembelajaran


1. Mengikuti demonstrasi penggunaan alat dan cara melakukan pembuatan suturing serta
teknik Interupted Suture pada media oleh masing-masing instruktur. (1 x tatap muka)
2. Mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok besar (A, B, & C) yang terbagi dalam 3 sesi,
dan setiap sesi dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan dibimbing oleh satu
instruktur untuk berlatih membuat suturing dengan teknik Interupted Suture pada media
yang telah disediakan. Mahasiswa melakukan pembuatan suturing secara mandiri
dengan bimbingan instruktur yang bertugas.
3. Evaluasi hasil latihan pembuatan suturing yang telah dibuat dan pembekalan oleh
instruktur jaga.
4. Ujian praktik pembuatan suturing oleh instruktur jaga.
6.7 Tugas Mahasiswa
1. Mahasiswa wajib membaca buku Panduan Skills Labs Bedah Mulut yang telah
dibagikan guna memperlancar dan memahami yang dilakukan dalam paraktikum.
2. Mahasiswa wajib mengikuti pengantar dan demonstrasi yang dilakukan oleh instruktur
jaga.
3. Mahasiswa wajib melakukan teknik suturing yang telah diajarkan secaara mandiri
dibawah bimbingan instruktur jaga.

6.8 Bacaan
 Anderson L. 2010. Oral and Maxillofacial Surgery. Blackwell.
 Balaji S. M. 2009. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Elsevier.
 Fragiskos D. F. 2007. Oral Surgery. Springer.
 Moore U. J. 2001. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. Blackwell.

6.9 Evaluasi
Hasil pencapaian dalam Skills Lab ini akan di evaluasi dengan penilaian dalam segi
Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik yang diuraikan sebagai berikut:

6.10 Alat & Bahan (Gambar 1.)


1) Nierbeken
2) Needle Holder
3) Pinset Anatomis
4) Pinset Cirurgis
5) Gunting bengkok
6) Needle ½ Circle
7) Benang Jahit Hitam
Gambar 1. Alat suturing
6.11 Materi Praktikum
Prosedur melakukan suturing secara umum
 Penggunaan alat suturing
a. Needle holder dipegang dengan tangan kanan menggunakan digiti I dan IV,
digiti II digunakan untuk memfiksasi shank dari needle holder.

Gambar 2. Cara memegang needle holder.

b. 1/3 pangkal dari suture needle ditempatkan pada ujung dari beak/jaws dari
needle holder.

Gambar 3. Penempatan jarum pada needle holder.


c. Pemasangan benang pada jarum dilakukan dengan cara: menarik benang dari
arah shank dari needle holder hingga melewati bawah needle kemudian benang
dibelokkan ke arah pangkal jarum lalu benang dimasukkan ke swage eye dari
needle.

A B

C D

Gambar 4. Cara memasang benang pada jarum suture.

d. Pinset di pegang dengan tangan kiri menggunakan teknik pen grasp.


Gambar 5. Cara memegang pinset bedah.

 Cara menusukkan jarum ke dalam mukosa


a. Posisi ujung jarum tegak lurus terhadap jaringan atau mukosa yang akan
dilakukan suturing.
b. Jarum ditusukkan mengikuti lengkung dari jarum.
c. Penting!!!
i. Memaksakan tusukan yang tidak sesuai dengan lengkung jarum dapat
merusak/merubah bentuk jarum dan dapat menyebabkan
mukosa/jaringan menjadi sobek.
ii. Hindari melakukan tusukan yang berulang. Penusukan yang berulang
pada daerah yang sama akan menyebabkan mukosa/jaringan mudah
robek.
d. Jarum ditusukkan ke bagian lain yang akan disatukan/direkatkan ke daerah
awal tusukan jarum sesuai dengan lengkung jarum.

 Cara membuat simpul bedah


a. Setelah jarum berhasil ditusukkan dari kedua sisi jaringan/mukosa, benang
ditarik hingga tersisa +/- 5 cm.
b. Memutarkan benang ke needle holder sebanyak 2 kali searah jarum jam.
Gambar 6. Cara membuat simpul yang pertama. (Memutarkan benang ke needle holder
sebanyak 2 kali searah jarum jam).

c. Ujung benang yang tersisa dijepit dengan ujung needle holder kemudian benang
ditarik ke arah berlawanan untuk membentuk simpul bedah (surgical knot).

Gambar 7. Cara mengencangkan simpul.

d. Mengulang memutarkan benang ke needle holder sebanyak 1 kali berlawanan


arah jarum jam untuk mengunci simpul (simpul mati).
Gambar 8. Cara membuat simpul yang kedua/simpul mati. (memutarkan benang ke needle
holder sebanyak 1 x berlawanan arah jarum jam) serta cara mengencangkan simpul.

e. Apabila dirasa perlu, dapat ditambahkan satu simpul lagi dengan arah putar
searah jarum jam.
f. Benang dipotong dengan menyisakan benang sepanjang +/- 5 mm dari simpul.

Teknik Interrupted Suture


Interrupted Suturing merupakan teknik suturing yang paling sederhana dan paling
sering digunakan dalam prosedur pembedahan.

 Tahapan melakukan teknik Interrupted Suture


1. Mukosa/jaringan yang bergerak (flap) di fiksasi menggunakan pinset, kemudian
jarum ditusukkan ke mukosa/jaringan dengan jarak 2-3 mm dari tepi flap, begitu
pula dengan mukosa/jaringan yang akan direkatkan ke daerah tersebut dengan jarak
yang sama. (Gambar 9A).
2. Jarum ditarik menggunakan needle holder mengikuti lengkung jarum. (Gambar
9B).
3. Jarum ditusukkan ke mukosa/jaringan yang tidak bergerak dari bagian dalam
jaringan ke arah luar dengan posisi tegak lurus dengan mukosa/jaringan. (Gambar
9D).
4. Jarum dan benang ditarik menggunakan needle holder hingga menyisakan benang
sepanjang +/- 5 cm. (Gambar 9E & F).
5. Untuk membuat simpul yang pertama, benang diputarkan ke needle holder
sebanyak 2 kali searah jarum jam. (Gambar 9G).
6. Ujung benang yang tersisa dijepit dengan ujung needle holder kemudian benang
ditarik ke arah berlawanan untuk membentuk simpul bedah (surgical
knot).(Gambar 9H & I)
7. Untuk membuat simpul yang kedua, benang diputarkan ke needle holder sebanyak
1 kali berlawanan arah jarum jam. (Gambar 9J).
8. Ujung benang yang tersisa dijepit dengan ujung needle holder kemudian benang
ditarik ke arah berlawanan untuk membentuk simpul mati. (Gambar 9K)
9. Setelah simpul kedua terbentuk, benang dipotong +/- 5 mm di atas simpul. (Gambar
9L)
10. Jahitan telah selesai dibuat. (Gambar 9M).
11. Apabila akan melakukan jahitan berikutnya, jahitan dibuat dengan jarak +/- 6 mm
dari jahitan yang pertama. (Gambar 9N).
Gambar 9. Tahapan suturing dengan teknik Interrupted suture

A B

C D

E F

G H
I J

K L

M N

Anda mungkin juga menyukai