Anda di halaman 1dari 13

6

Aplikasi SEM dengan SmartPLS

Sebuah studi untuk mengetahui pengaruh dari sumberdaya usaha, peranan


pemerintah, dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha industri mikro dan
keluarga (IMK) di Kabupaten Badung dilakukan oleh Kencana & Darmayanti (2012).
Riset yang mereka lakukan ditujukan untuk:
1. Mengidentifikasi pengaruh sumberdaya yang dimiliki IMK di Kabupaten Badung
terhadap kinerja usaha dan orientasi kewirausahaan pemilik IMK;
2. Mengidentifikasi pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha dan
orientasi kewirausahaan pemilik IMK di Kabupaten Badung, dan;
3. Mengidentifikasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha IMK
di Kabupaten Badung.

Melalui sampel berukuran 150 IMK di Kabupaten Badung yang terdistribusi


secara proporsional di enam kecamatan, instrumen penelitian berupa kuesioner yang
item-item pernyataannya tersusun dalam skala Likert berderajat 5 digunakan untuk
mengetahui pendapat responden. Model konseptual penelitian yang dibangun seperti
gambar berikut:

Gambar 6. 1
Model Konseptual Penelitian (Sumber: Kencana & Darmayanti (2012))
Sebelum dilakukan analisis pada model persamaan struktural, kuesioner dipe-
riksa validitas item-item penyusun dan reliabilitasnya. Tabel-tabel berikut memper-
lihatkan hasil uji kelayakan instrumen keempat laten dalam model yang dibangun:
Tabel 6. 1
Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Laten Sumber Daya Usaha

Konsep Subkonsep Alpha ITEM Pernyataan

Sumberdaya Kelayakan tempat usaha 0,420


Fisik 0,751 Fasilitas usaha 0,676
(SDF) Kemudahan memperoleh bahan baku 0,542
Ketersediaan dana operasional 0,548
Sumberdaya Kemampuan efisiensi biaya 0,554
Keuangan 0,775
(SDK) Laporan keuangan 0,536
Sumberdaya Kemudahan memperoleh pinjaman modal usaha 0,431
Usaha IMK Ada waktu khusus untuk mengelola usaha 0,867
Sumberdaya Kompetensi pemilik usaha 0,867
Manusia 0,864
(SDM) Motivasi pemilik usaha 0,762
Visi pengembangan usaha 0,529

Sumberdaya Adopsi teknologi pada operasionalisasi usaha 0,573


Teknologi 0,812 Adopsi teknologi untuk akses informasi 0,821
(SDT) Adopsi teknologi untuk pemasaran usaha 0,635

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012)

Tabel 6. 2
Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Laten Kebijakan Pemerintah

Konsep Subkonsep Alpha ITEM Pernyataan


Bantuan modal 0,765
Ketersediaan infrastruktur 0,816
Distributif 0,850
Bantuan pengembangan SDM 0,619
Kebijakan
Bantuan pendampingan 0,587
Pemerintah
Adanya aturan persaingan usaha 0,662
Regulatif 0,844 Kemudahan proses perijinan 0,691
Iklim usaha yang kondusif bagi IMK 0,806

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012)

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 51


Tabel 6. 3
Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Laten Orientasi Kewirausahaan

Konsep Subkonsep Alpha ITEM Pernyataan


Mencari target/pasar baru 0,505
Menciptakan produk baru 0,716
Sikap Inovatif 0,811
Merancang sistem pelayanan baru 0,782
Menciptakan hubungan kemitraan 0,541
Mengalahkan pesaing 0,545
Mendahului pesaing 0,752
Bersaing melalui pelayanan 0,520
Orientasi Bersaing melalui harga 0,436
Proaktif 0,852
Kewirausahaan Kebijakan kemitraan 0,592
Kebijakan harga kompetitif 0,604
Kebijakan efisiensi proses 0,768
Kualitas/variasi produk 0,594
Perencanaan usaha secara berkala 0,578
Sikap terhadap Usaha dijalankan berdasarkan risiko moderat 0,577
0,781
Risiko Usaha Kehilangan kesempatan usaha = kegagalan usaha 0,590
Kegagalan usaha adalah sukses yang tertunda 0,606

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012)

Tabel 6. 4
Nilai Alpha Cronbach dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Laten Kinerja Usaha

Konsep Subkonsep Alpha ITEM Pernyataan


Kemampulabaan usaha 0,554
Kinerja Usaha Finansial 0,792 Kemampuan usaha mendukung perekonomian keluarga 0,566
Prospek keberlanjutan usaha 0,430

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012)

Dari 10 subkonsep yang menyusun empat konsep utama yaitu Sumberdaya


Usaha; Kebijakan Pemerintah; Orientasi Kewirausahaan; dan Kinerja Usaha IMK,
terlihat seluruh subkonsep disusun dengan nilai koefisien Alpha Cronbach di atas 0,7.
Selain memeriksa reliabilitas instrumen, maka validitas item-item penyusun dari
masing-masing subkonsep juga dilakukan. Cut-off value untuk menentukan dielimi-
nasinya sebuah item sebagai penyusun subkonsep adalah 0,3 di mana jika nilai vali-
ditas sebuah item di bawah 0,3 maka dapat dipertimbangkan untuk dikeluarkan.
Pemeriksaan tabel 6.1 hingga 6.4 pada kasus uji coba instrumen (ukuran sampel yang
dianalisis berjumlah 30) menunjukkan seluruh pernyataan memiliki koefisien korelasi

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 52


Pearson di atas 0,3. Besaran-besaran ini memverifikasi validitas dari seluruh item
pernyataaan pada kuesioner yang dirancang (Churchill, 1979).

Memperhatikan instrumen dan item-item penyusun subkonsep memiliki nilai


reliabilitas dan validitas yang baik, maka matriks data layak dianalisis lebih lanjut.
Model persamaan struktural yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
persamaan struktural orde 2 (second order structural equation modeling/SEM) mem-
perhatikan variabel-variabel laten tersusun dari beberapa subkonsep seperti
dijelaskan pada tabel 6.1 – 6.4. Gambar 6.2 menunjukkan SEM berorde 2 yang
digunakan pada penelitian ini:

Gambar 6. 2
Model Operasional Penelitian (Sumber: Kencana & Darmayanti (2012))

53 Kelompok Studi Sosiometrika, Fakultas MIPA UNUD


Pada gambar 6.2 terlihat konsep sumberdaya usaha merupakan variabel laten
yang bersifat formatif, sedangkan konsep kebijakan pemerintah, orientasi kewira-
usahaan serta kinerja usaha merupakan variabel-variabel laten yang bersifat reflektif.
Memperhatikan adanya kombinasi 2 jenis laten, maka model SEM yang dibangun
disebut model formatif karena pada model formatif sekurang-kurangnya terdapat
sebuah laten formatif (Bollen, 2002). Mempertimbangkan adanya laten formatif pada
model, maka SEM berbasis covariance seperti LISREL dan AMOS, tidak dapat
digunakan sehingga untuk menganalisis model digunakan SEM berbasis komponen/
variance dengan SmartPLS 2.0 M3 (Ringle et al., 2005) sebagai program terpilih.
Tahapan analisis pemodelan persamaan struktural (structural equation mode-
ling/SEM), khususnya SEM berbasis komponen/variance, berbeda dengan tahapan
analisis statistika konvensional lainnya. Sebagai contoh, pada SEM berbasis kompo-
nen tidak dipersyaratkan asumsi kenormalan multivariat memperhatikan teknik
partial least square (PLS) yang digunakan tergolong ke dalam kelompok soft metho-
dology yang tidak membutuhkan pemenuhan dari asumsi kenormalan (Peng & Lai,
2012). Meskipun demikian, terdapat beberapa tahapan yang harus dikerjakan pene-
liti sebelum inferensia tentang estimasi model SEM dilakukan. Berikut adalah
ukuran-ukuran (measurement) yang diperiksa pada hasil analisis SmartPLS 2.0 M3:

Model pengukuran (measurement model) merupakan sub-model dalam SEM


yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas hubungan dari laten dengan variabel
manifest-nya, dalam kasus penelitian ini, antara laten orde dua dengan item-item
pengukurnya. Evaluasi model pengukuran harus dilakukan sebelum model struktural
(structural model) yang menjadi pusat dari bangun model yang dikembangkan periset
diperiksa. Evaluasi dari model pengukuran sesungguhnya melibatkan beberapa tahap
analisis, diantaranya:

1. Memeriksa signifikasi dari loading factor (bila manifest variable/MV merupakan


refleksi dari laten) atau regression weight (bila MV merupakan pembentuk laten).
Bila terdapat nilai loading factor atau regression weight dari MV yang tidak sig-
nifikan; maka peneliti disarankan untuk memeriksa koefisien alpha Cronbach
untuk item/MV yang bersangkutan. Bila nilai alpha juga di bawah nilai ambang,
maka sebaiknya peneliti mengeliminasi item/MV tersebut dan analisis diulangi
lagi; sebaliknya, peneliti harus mempertimbangkan kehadirannya secara cermat;

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 54


2. Bila MV merupakan refleksi laten atau laten bersifat reflektif, maka peneliti perlu
memeriksa validitas konvergensi (convergent validity) dengan mengamati nilai
Average Variance Extracted (AVE) atau Composite Reliability (CR) dari masing-
masing laten. Nilai-nilai ambang yang dianggap memenuhi kriteria validitas kon-
vergensi adalah 0,5 untuk AVE dan 0,7 untuk CR (Peng & Lai, 2012). Bilamana
ditemui satu atau lebih laten reflektif yang tidak memenuhi kriteria ini, maka
disarankan agar memeriksa ulang teori yang digunakannya untuk mengopera-
sionalisasikan laten termaksud.

Mengacu kepada dua tahap analisis di atas, maka evaluasi model pengukuran dari
riset yang dilakukan kedua peneliti memberikan hasil sebagai berikut:
Tabel 6. 5
Nilai Loading Factor Masing-masing Item pada Sub-Laten Formatif
dari Laten Sumber Daya Usaha

Sub- Original Standard


ITEM Pernyataan (Diringkas) T Statistic
Laten Sample Error

Sumber FIS01 Kelayakan tempat usaha 0.898 0.326 0.793 ns


Daya FIS02 Fasilitas usaha 0.709 0.244 0.813 ns
Fisik FIS03 Kemudahan memperoleh bahan baku 0.083 0.077 0.719 ns
KEU01 Ketersediaan dana operasional 0.773 0.471 1.643 ns
Sumber KEU02 Kemampuan efisiensi biaya 0.864 0.570 1.516 ns
Daya
Finansial KEU03 Laporan keuangan 0.798 0.536 1.488 ns
KEU04 Kemudahan memperoleh pinjaman modal usaha 0.582 0.558 1.044 ns
MAN01 Ada waktu khusus untuk mengelola usaha 0.903 0.427 2.115 *
Sumber MAN02 Kompetensi pemilik usaha 0.930 0.438 2.124 *
Daya
Manusia MAN03 Motivasi pemilik usaha 0.828 0.396 2.090 *
MAN04 Visi pengembangan usaha 0.697 0.347 2.012 *

Sumber TEC01 Adopsi teknologi pada operasionalisasi usaha 0.855 0.525 1.630 ns
Daya TEC02 Adopsi teknologi untuk akses informasi 0.868 0.544 1.596 ns
Teknologi TEC03 Adopsi teknologi untuk pemasaran usaha 0.837 0.471 1.643 ns

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Pada tabel 6.5 terlihat – selain keempat MV pada sub-laten Sumber Daya
Manusia – sebagian besar MV memiliki nilai loading yang tidak nyata pada taraf uji
5 persen. Meskipun demikian, memperhatikan dalam analisis kelayakan instrumen
masing-masing MV memiliki korelasi melebihi nilai ambang 0,3; maka beralasan bila
masing-masing MV dipertahankan.

55 Kelompok Studi Sosiometrika, Fakultas MIPA UNUD


Tabel 6. 6
Nilai Loading Factor Masing-masing Item pada Sub-Laten Reflektif
dari Laten Kebijakan Pemerintah

Original Standard
Sub-Laten ITEM Pernyataan (Diringkas) T Statistic
Sample Error
REG01 Adanya aturan persaingan usaha 0.887 0.021 42.232 **
Kebijakan
REG02 Kemudahan proses perijinan 0.851 0.045 19.127 **
Regulatif
REG03 Iklim usaha yang kondusif bagi IMK 0.916 0.017 54.137 **
DIS01 Bantuan modal 0.737 0.061 12.027 **
Kebijakan DIS02 Ketersediaan infrastruktur 0.870 0.030 28.816 **
Distributif DIS03 Bantuan pengembangan SDM 0.836 0.039 21.523 **
DIS04 Bantuan pendampingan 0.835 0.025 34.144 **

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Berbeda dengan MV keempat sub-laten formatif dari Sumber Daya Usaha,


kedua sub-laten reflektif dari Kebijakan Pemerintah memiliki nilai loading factor
yang signifikan pada taraf uji 1 persen yang memverifikasi masing-masing sub-laten
terefleksikan dengan baik pada masing-masing manifest-nya.
Tabel 6. 7
Nilai Loading Factor Masing-masing Item pada Sub-Laten Reflektif
dari Laten Orientasi Kewirausahaan

Original Standard
Sub-Laten ITEM Pernyataan (Diringkas) T Statistic
Sample Error
INO01 Mencari target/pasar baru 0.809 0.049 16.376 **
Sikap INO02 Menciptakan produk baru 0.841 0.037 22.718 **
Inovatif INO03 Merancang sistem pelayanan baru 0.849 0.035 24.261 **
INO04 Menciptakan hubungan kemitraan 0.581 0.113 5.168 **
PRO01 Mengalahkan pesaing 0.692 0.096 7.233 **
PRO02 Mendahului pesaing 0.655 0.078 8.442 **
PRO03 Bersaing melalui pelayanan 0.492 0.100 4.905 **
Sikap PRO04 Bersaing melalui harga 0.662 0.065 10.273 **
Proaktif PRO05 Kebijakan kemitraan 0.648 0.087 7.475 **
PRO06 Kebijakan harga kompetitif 0.783 0.047 16.669 **
PRO07 Kebijakan efisiensi proses 0.649 0.098 6.647 **
PRO08 Kualitas/variasi produk 0.572 0.090 6.335 **
RIS01 Perencanaan usaha secara berkala 0.801 0.044 18.342 **
Sikap RIS02 Usaha dijalankan berdasarkan risiko moderat 0.795 0.046 17.331 **
terhadap
Risiko RIS03 Kehilangan kesempatan usaha = kegagalan usaha 0.772 0.069 11.229 **
RIS04 Kegagalan usaha adalah sukses yang tertunda 0.781 0.045 17.347 **

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 56


Seperti halnya dengan kumpulan variabel manifest pada laten reflektif Kebi-
jakan Pemerintah, seluruh MV dari ketiga sub-laten pada laten Orientasi Kewirausa-
haan dari para pengusaha IMK di Kabupaten Badung menunjukkan nilai loading
yang signifikan pada taraf uji 1 persen. Hal ini mengkonfirmasi, seperti juga dengan
nilai validitas dari masing-masing MV, model pengukuran pada laten ini sangat baik.
Tabel 6. 8
Nilai Loading Factor Masing-masing Item dari Laten Kinerja Usaha

Original Standard
Sub-Laten ITEM Pernyataan (Diringkas) T Statistic
Sample Error
KIN01 Kemampulabaan usaha 0.661 0.143 4.629 **
Kemampuan usaha mendukung perekonomian
Finansial KIN02 0.860 0.083 10.327 **
keluarga
KIN03 Prospek keberlanjutan usaha 0.853 0.103 8.248 **

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Mencermati tabel 6.8, ketiga MV dari laten Kinerja Usaha menunjukkan signi-
fikansi pada taraf uji 1 persen. MV dengan loading tertinggi KIN02 yang secara
empiris membuktikan bahwa usaha yang dimiliki pelaku IMK di Kabupaten Badung
mampu mendukung perekonomian keluarga.

Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan mencermati nilai AVE dan CR dari


seluruh laten reflektif (baik laten orde satu maupun orde dua) pada model yang
dikembangkan. Tabel berikut menunjukkan kedua nilai ini:
Tabel 6. 9
Nilai Loading Factor Masing-masing Item dari Laten Kinerja Usaha

Orde Variabel Laten AVE CR Keterangan


Tidak Valid dan Tidak
Sumber Daya Fisik 0.438 0.629
Reliabel
Sumber Daya Finansial 0.580 0.844 Valid dan Reliabel
Sumber Daya Manusia 0.713 0.908 Valid dan Reliabel
Sumber Daya Teknologi 0.729 0.890 Valid dan Reliabel
Dua
Kebijakan Distributif 0.674 0.892 Valid dan Reliabel
Kebijakan Regulatif 0.783 0.915 Valid dan Reliabel
Sikap Inovatif 0.605 0.857 Valid dan Reliabel
Sikap Proaktif 0.421 0.852 Tidak Valid dan Reliabel
Sikap terhadap Risiko 0.620 0.867 Valid dan Reliabel
Kebijakan Pemerintah 0.641 0.925 Valid dan Reliabel
Satu Orientasi Kewirausahaan 0.355 0.896 Tidak Valid dan Reliabel
Kinerja Usaha 0.635 0.837 Valid dan Reliabel

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

57 Kelompok Studi Sosiometrika, Fakultas MIPA UNUD


Nilai-nilai AVE dan CR pada tabel 768 dapat dievaluasi menggunakan kriteria
yang diusulkan oleh Fornell & Larcker (1981) dan Chin et al. (2003). Seperti dinya-
takan oleh Hair et al. (2012, p.424), meskipun koefisien alpha Cronbach biasa digu-
nakan untuk mengevaluasi reliabilitas kuesioner; perlu untuk disadari bahwa koefisien
ini mengasumsikan seluruh MV bersifat tau-equivalence (memiliki tingkat reliabilitas
yang sama antara satu MV dengan lainnya); sedangkan CR tidak membutuhkan
asumsi ini yang lebih realistis pada SEM di mana reliabilitas antar-MV memiliki
peluang berbeda yang lebih besar. Memperhatikan nilai ambang untuk AVE dan CR
masing-masing sebesar 0,5 dan 0,7; maka terlihat sub-laten Sumber Daya Fisik dan
Sikap Proaktif tidak memiliki validitas konvergensi yang baik. Dari kedua laten ini,
memperhatikan Sumber Daya Fisik merupakan satu-satunya sub-laten yang memiliki
nilai AVE dan CR di bawah nilai ambang, ada baiknya dipertimbangkan untuk
mengeliminasinya dari bangun model. Selain itu, mengingat Sikap Proaktif memiliki
nilai CR yang lebih besar dari nilai ambang yang dipersyaratkan yang menunjukkan
reliabilitas komposit yang memadai, maka sub-laten ini dapat dipertahankan.

Pemeriksaan terakhir yang perlu dilakukan pada model pengukuran (outer


atau measurement model) adalah memeriksa discriminant validity dari masing-masing
sub-laten yang membentuk ataupun merefleksikan laten yang sama. Discriminant
validity sebuah sub-laten bisa dievaluasi dengan membandingkan nilai √ dengan
nilai korelasi yang dibentuk dari sub-laten tersebut dengan sub-laten lainnya dalam
kelompok laten yang sama. Bila nilai √ melebihi nilai korelasinya, maka sub-
laten tersebut dapat dinyatakan memiliki validitas diskriminan yang baik (Fornell &
Larcker, 1981). Memperhatikan pada SEM yang dibangun kedua peneliti terdapat 3
laten yang memiliki sub-sub laten, maka terdapat 3 kelompok pemeriksaan seperti
ditunjukkan pada 3 tabel berikut:
Tabel 6. 10
Evaluasi Discriminant Validity pada Masing-masing Sub-Laten dari Laten Sumber Daya Usaha

SD Fisik SD Finansial SD Manusia SD Teknologi


SD Fisik 0.6620
SD Finansial 0.2786 0.7615
SD Manusia 0.3989 0.6400 0.8443
SD Teknologi 0.2838 0.4319 0.7283 0.8536

Keterangan : Nilai-nilai pada diagonal utama menunjukkan nilai √ , dan nilai-nilai lainnya menun-
jukkan korelasi antarsub-laten
Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 58


Tabel 6. 11
Evaluasi Discriminant Validity pada Masing-masing Sub-Laten dari Laten Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Distributif Kebijakan Regulatif


Kebijakan Distributif 0.8211
Kebijakan Regulatif 0.7909 0.8847

Keterangan : Nilai-nilai pada diagonal utama menunjukkan nilai √ , dan nilai-nilai lainnya menun-
jukkan korelasi antarsub-laten
Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Tabel 6. 12
Evaluasi Discriminant Validity pada Masing-masing Sub-Laten dari Laten Orientasi Kewirausahaan

Sikap Inovatif Sikap Proaktif Sikap terhadap Risiko


Sikap Inovatif 0.7777
Sikap Proaktif 0.6452 0.6489
Sikap terhadap Risiko 0.4401 0.4693 0.7871

Keterangan : Nilai-nilai pada diagonal utama menunjukkan nilai √ , dan nilai-nilai lainnya menun-
jukkan korelasi antarsub-laten
Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Merujuk kepada tiga tabel sebelumnya, jelas terlihat masing-masing sub-laten


dalam kelompok laten yang sama memiliki nilai √ melebihi nilai korelasinya
dengan sub-laten lainnya. Hal ini memvalidasi bahwa seluruh sub-laten memiliki
validitas diskriminan yang baik. Pemeriksaan yang dilakukan pada model pengukur-
an memberikan beberapa kesimpulan berikut:

1. Sub-laten Sumber Daya Fisik merupakan satu-satunya laten yang: (a) terefleksi-
kan ke dalam 3 pernyataan yang seluruhnya memiliki nilai loading yang tidak
signifikan (tabel 6.5); (b) tidak memiliki validitas konvergensi dan reliabilitas
komposit yang baik; meskipun (c) memiliki validitas diskriminan yang memadai.
Penulis berpendapat kedua peneliti sebaiknya mengeliminasi sub-laten ini sebagai
formasi dari laten Sumber Daya Usaha;
2. Sub-laten Sikap Proaktif yang merupakan refleksi dari laten Orientasi Kewirausa-
haan tidak memiliki validitas konvergensi yang baik pada item-itemnya tetapi
memiliki reliabilitas komposit dan validitas diskriminan yang memadai. Mengacu
kepada fakta-fakta ini, Sikap Proaktif bisa dipertahankan pada model;
3. Sub-laten lainnya, memiliki validitas konvergensi dan validitas diskriminan yang
baik, kecuali untuk item-item pada sub-laten Sumber Daya Finansial dan Sumber
Daya Teknologi yang tidak signifikan, dapat dipertahankan pada model.

59 Kelompok Studi Sosiometrika, Fakultas MIPA UNUD


Merujuk kepada ketiga kesimpulan sebelumnya, maka analisis pada model
struktural (inner atau structural model) bisa dilanjutkan. Sebagai ilustrasi, model
struktural yang dianalisis adalah model yang digunakan kedua peneliti. Analisis dari
model yang mengeliminasi Sumber Daya Fisik dicantumkan pada lampiran bab ini.

Seperti terlihat pada gambar 6.2, model persamaan struktural yang dibentuk
adalah model berorde dua. Jadi, akan sangat bermanfaat bila hubungan kausal dari
laten orde dua dengan orde satu diperiksa mendahului hubungan kausal antarlaten
orde satu. Gambar berikut menunjukkan koefisien jalur antarlaten yang memiliki
hubungan kausal:

Merujuk kepada gambar 4.2, terdapat tiga variabel laten berorde satu yang
memiliki hubungan kausal dengan laten berorde dua yaitu Sumber Daya Usaha,
Kebijakan Pemerintah, dan Orientasi Kewirausahaan. Tabel 6.13 menunjukkan nilai-
nilai koefisien jalur antarhubungan kausal yang terjadi:

Tabel 6. 13
Nilai Koefisien Jalur pada Hubungan antara First Order dengan Second Order Latent

Arah Original Standard


First Order Laten (SO) Second Order Latent (FO) T Statistic
Hubungan Sample Error
Sumber Daya Fisik 0.180 0.418 0.431 ns
Sumber Daya Keuangan 0.390 0.441 0.886 ns
Sumber Daya Usaha FO  SO
Sumber Daya Manusia -0.522 0.700 0.746 ns
Sumber Daya Teknologi 1.090 0.615 1.773 *
Kebijakan Distributif 0.953 0.007 131.249 **
Kebijakan Pemerintah SO  FO
Kebijakan Regulatif 0.939 0.009 102.594 **
Sikap Inovatif 0.842 0.033 25.409 **
Orientasi
Sikap Proaktif SO  FO 0.898 0.026 34.320 **
Kewirausahaan
Sikap terhadap Risiko 0.722 0.066 10.983 **

Sumber: Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Tabel 6.13 memperlihatkan dari 4 laten berorde 2, hanya Sumber Daya Tek-
nologi yang terbukti signifikan (taraf uji 5 persen) mempengaruhi sumber daya usaha
IMK di Kabupaten Badung. Ketiga variabel laten orde dua lainnya tidak terbukti
mampu mempengaruhi pembentukan sumber daya usaha. Pada variabel-variabel
laten orde satu Kebijakan Pemerintah dan Orientasi Kewirausahaan, seluruh variabel
laten orde dua yang bersesuaian terbukti secara nyata direfleksikan oleh masing-

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 60


masing variabel laten orde satunya. Selain itu, terlihat pula sikap terhadap risiko
memiliki koefisien jalur terendah dibandingkan dengan sikap inovatif dan sikap pro-
aktif dari IMK di Kabupaten Badung.

Nilai-nilai koefisien jalur dari hubungan antarlaten berderajat satu pada model
persamaan struktural yang dibangun diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 6. 14
Nilai Path Coefficients pada Hubungan antarlaten Orde Satu

Sample Standard Standard


Hubungan Kausal T Statistic
Mean Deviation Error
Sumber Daya Usaha  Kinerja Usaha -0.087 0.204 0.204 0.426 ns
Sumber Daya Usaha  Orientasi Kewirausahaan 0.102 0.234 0.234 0.435 ns
Kebijakan Pemerintah  Kinerja Usaha 0.178 0.099 0.099 1.798 *
Kebijakan Pemerintah  Orientasi Kewirausahaan 0.296 0.105 0.105 2.814 **
Orientasi Kewirausahaan  Kinerja Usaha 0.435 0.106 0.106 4.108 **

Keterangan :
ns : Tidak signifikan
** : Signifikan pada taraf uji 1 persen
Sumber : Kencana & Darmayanti (2012), Diolah

Pada tabel 6.14 terlihat dua koefisien jalur yang tidak nyata pada taraf uji 5
persen. Kedua koefisien ini merupakan koefisien yang menghubungkan Sumber Daya
Usaha dengan Kinerja Usaha dan Orientasi Kewirausahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat bukti ada pengaruh langsung dari sumber daya usaha IMK di
Kabupaten Badung dengan kinerja usaha dan orientasi kewirausahaan pemiliknya.
Kinerja usaha IMK di daerah ini lebih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan
orientasi kewirausahaan para pemilik.

Pada model persamaan struktural, selain pengaruh langsung sebuah variabel


terhadap variabel lainnya yang terlihat pada masing-masing koefisien jalur pada
model, juga bisa dihitung pengaruh mediasi dan moderasi – bila secara teoritis di-
mungkinkan – dari sebuah variabel laten lain pada hubungan kausal yang terbentuk.
Pengaruh sebuah laten eksogenus terhadap laten endogenus, melalui mediasi atau
moderasi laten lainnya, disebut pengaruh tak langsung (indirect effect). Bila penga-
ruh tak langsung ini dijumlahkan dengan pengaruh langsungnya, maka diperoleh
pengaruh total dari laten eksogenus terhadap laten endogenus. Kita diskusikan
pengaruh mediasi atau moderasi pada bab selanjutnya.
61 Kelompok Studi Sosiometrika, Fakultas MIPA UNUD
Bollen, K.A., 2002. Latent Variables in Psychology and the Social Sciences. Annual
Review of Psychological, 53, pp.605-34.

Chin, W.W., Marcolin, B.L. & Newsted, P.R., 2003. A Partial Least Square Latent
Variable Modeling Approach for Measuring Interaction Effects. Information
System Research, 14(2), pp.189-217.

Churchill, G.A., 1979. A Paradigm for Developing Better Measures of Marketing


Constructs. Journal of Marketing Research, 16(1), pp.64-73.

Fornell, C. & Larcker, D.F., 1981. Evaluating Structural Equation Models with
Unobservable Variables and Measurement Error. Journal of Marketing
Research, 18(1), pp.39-50.

Hair, J.F., Sarstedt, M., Ringle, C.M. & Mena, J.A., 2012. An assessment of the use
of partial least squares structural equation modeling in marketing research.
Journal of Academic Marketing Science, 40, pp.414-33.

Kencana, I.P.E.N. & Darmayanti, T., 2012. Studi tentang Pemberdayaan Industri
Mikro dan Keluarga di Kabupaten Badung. Research Report. Mangupura:
BAPPEDA Badung Kabupaten Badung.

Peng, D.X. & Lai, F., 2012. Using partial least squares in operations management
research: A practical guideline and summary of past research. Journal of
Operation Management, 30, pp.467-80.

Ringle, C.M., Wende, S. & Will, A., 2005. SmartPLS 2.0. [Online] Available at:
http://www.smartpls.de [Accessed 12 October 2012].

Kasus Penelitian – SEM dengan SmartPLS © I Putu EN Kencana – 2017 62

Anda mungkin juga menyukai